Pemeliharaan adalah semua pekerjaan rutin dan berulang yang diperlukan untuk memelihara suatu
fasilitas, misalnya suatu saluran, struktur, fasilitas penyimpanan, dll. Dalam kondisi seperti ini
memungkinkan untuk digunakan pada kapasitas aslinya atau kapasitas rancangannya dan efisiensinya.
Pemeliharaan dari pekerjaan drainase kota dapat dibedakan menjadi dua kategori utama:
a) Pemeliharaan Pencegahan
Ini meliputi semua aktivitas yang dilaksanakan untuk memelihara fungsi optimum dari suatu fasilitas
dan komponen-komponennya menurut suatu program pro-jadwal/pre-scheduled. Pemeliharaan
pencegahan meliputi: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan Berkala dan Pekerjaan Reparasi
( Overhauling alat – alat berat ).
b) Pemeliharaan Koreksi
Tindakan ini dilaksanakan untuk mencegah munculnya kembali kegagalan dan kerusakan suatu fasilitas.
Aktivitas ini diambil atas dasar dari suatu analisa dari kegagalan sebelumnya. Pemeliharaan Koreksi bisa
meliputi: Pemeliharaan Khusus, Rehabilitasi, Perbaikan Kapasitas (Normalisasi).
C. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan drainase dapat digambarkan menurut sketsa diatas berikut yang terdiri atas
empat bagian:
1) Inventarisasi sarana drainase, dan dokumentasi atas hasil inventarisasi tersebut. Misalnya : panjang
saluran, penampang melintang pada beberapa tempat, keberadaan gorong-gorong, kondisi pintu air,
atau kesiapan pompa-pompa yang ada.
2) Inventarisasi peralatan atau prasarana yang menunjang kegiatan perbaikan dan perawatan, misalnya
: alat berat untuk pembersih lumpur,pompa sementara, gambar-gambar yang menunjukkan keberadaan
saluran, dsb.
3) Inventarisasi peran serta masyarakat yang dapat diharapkan dalam kegiatan perbaikan dan
pemeliharaan, misalnya : untuk pembersihan saluran secara rutin, pengawasan untuk mencegah
pembuangan sampah ke badan saluran.
4) Identifikasi permasalahan teknis yang akan muncul selama kegiatan, Identifikasi permasalahan
teknis yang akan muncul selama kegiatan, Misalnya: pengedukan dan perbaikan tanggul yang rusak.
Bilamana ada hambatan, seperti bangunan yang ada diantara saluran atau diatas sarana drainase yang
ada, maka hubungi instansi yang terkait, atau misalnya Dinas Tata Kota, untuk membantu memecahkan
permasalahannya.
Dalam kegiatan inspeksi sarana dan prasarana drainase, pencatatan yang dilakukan meliputi:
(a) Saluran Terbuka
Hal-hal yang dicatat pada saluran terbuka adalah ukuran, jenis konstruksi, dan keadaan saluran.
Kemudian mengisi formulir dokumentasi yang ada.
(b) Saluran Tertutup
Sama dengan pencatatan untuk Inspeksi pada saluran terbuka, hanya pada saluran tertutup ini lebih
sukar pelaksanaannya, karena pemeriksa harus merangkak masuk ke dalam saluran melalui bak kontrol
(man-hole) dan melihat ke dalam saluran tertutup tersebut dengan diperlengkapi lampu sorot yang
kuat. Sebelum memasuki saluran tersebut, perlu dilakukan beberapa tindakan pengamanan, agar tidak
timbul kecelakaan. Bila saluran tertutup ini amat kecil ukurannya, sehingga tak dapat dimasuki oleh
Inspektur, maka bagian dalam saluran dapat diperiksa dengan mempergunakan cermin dengan
pengaturan ada cermin yang menyorotkan cahaya,
(c) Gorong-gorong
Pada dasarnya inspeksi terhadap gorong-gorong ini sama halnya dengan pemeriksaan terhadap saluran
tertutup seperti yang diuraikan tersebut diatas. Dalam inspeksi gorong-gorong, diperlukan tindakan
pengamanan lalu linlas, maupun pengamanan pihak pekerja sendiri terhadap kendaraan yang lewat.
Rambu-rambu dengan cat yang jelas, atau blok beton bilamana lalu lintas amat padat dan jalannya
kendaraan cukup kencang.
(d) Man Hole
Sama halnya dengan inlet saluran, maka man hole juga perlu diberi nomor, agar dapat
didokumentasikan dengan cermat.
2) Operasi dan pemeliharaan jaringan drainase lokal (minor drainage system) dikelola oleh masyarakat di
lingkungan yang bersangkutan. Yang termasuk dalam jaringan ini adalah :
Saluran kuarter dan yang lebih kecil
Saluran-saluran di dalam komplek perumahan, real-estate, kawasan pabrik dll, berikut bangunan-
bangunan pelengkapnya.
Untuk menjaga agar pembagian daerah dan tanggung jawab pengelolaan tidak menimbulkan hambatan,
perlu batas-batas yang jelas daerah wewenangnya masing-masing, dan program serta koordinasi
pelaksanaan pekerjaan