Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN PERMEABILITAS POROSITAS SELAMA ALIRAN AIR TERINDUKSI EROSI

POROSITY PERMEABILITY RELATIONSHIP DURING EROSION-INDUCED WATER


FLOW

Savio Anugrah Putra


Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS), Jl. Raya ITS, Surabaya 60111 Indonesia
E-mail: savioputraa@gmail.com

ABSTRAK

Memahami hubungan permeabilitas porositas (k-φ) sangatlah penting untuk memprediksi laju aliran air dan
kemungkinan aliran air. Dalam studi ini, hubungan k-φ diselidiki melalui serangkaian uji laboratorium
berdasarkan data dari based paper. Berdasarkan hasil eksperimen, dilakukan evaluasi terhadap kinerja empat
model k-φ populer, model-model tersebut antara lain Kozeny-Carman (K-C), Kruger, IvesPienvichitr (I-P), dan
Verma dan Pruess (V-P). Diamati lah dua jenis proses erosi rembesan, termasuk proses erosi umum dan erosi
mutasi (CEP dan MEP). CEP dan MEP proses dengan dan tanpa terjadinya inrush air. Selama CEP terkait
dengan indeks dan porositas Talbot yang rendah, permeabilitas tanah secara signifikan meningkat oleh model
V-P dan sedikit menurun oleh tiga model lainnya. Selama MEP terkait dengan indeks dan porositas Talbot yang
tinggi, erosi menyebabkan masuknya air melalui tiga tahap: evolusi lambat dan cepat serta tahap stabil. Tanah
dengan permeabilitas yang signifikan rendah disebabkan oleh semua model yang tersedia, sehingga
menyebabkan risiko tinggi. Tak satupun dari model ini dapat secara akurat menangkap hubungan k-φ dalam
proses aliran erosi yang berbeda untuk CEP dan MEP. Untuk mengatasi masalah ini, fungsi pangkat eksponensial
dapat sesuai dengan hubungan k-φ yang diusulkan dan diverifikasi.
Kata kunci: Permeabilitas, Porositas, Aliran Air

ABSTRACT

Understanding the porosity permeability (k-φ) relationship is very important for predicting airflow rates and
airflow probabilities. In this study, the k-φ relationship was able to go through a series of laboratory tests based
on data from a paper based. Based on the experimental results, the performance of four popular k-φ models was
evaluated, these models include Kozeny-Carman (K-C), Kruger, IvesPienvichitr (I-P), and Verma and Pruess
(V-P). Two types of seepage erosion processes were observed, including general erosion processes and ship
erosion processes (CEP and MEP). CEP and MEP processes with and without water inrush. As long as CEP is
associated with low Talbot index and porosity, soil permeability is significantly increased by the V-P model and
slightly decreased by the other three models. As long as the MEP is associated with a high Talbot index and
porosity, erosion causes air ingress through three stages: slow and rapid evolution and a steady stage. Soils with
significantly low permeability are caused by all available models, resulting in high risk. Neither of these models
can accurately capture the k-φ relationship in the different flow erosion processes for CEP and MEP. To solve
this problem, the exponential power function can be adapted to the proposed k-φ relationship and activated.

Keywords: Permeability, Porosity, Water Flow

1. Pendahuluan merusak partikel pembentuk atau kerangka batuan


[1]. Porositas dan permeabilitas sangat erat
Permeabilitas dan porositas adalah dua sifat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa
utama yang mengontrol pergerakan dan permeabilitas tidak mungkin ada tanpa adanya
penyimpanan cairan dalam batuan. Permeabilitas porositas, walaupun sebaliknya belum tentu
dan porositas mewakili karakteristik penting dalam demikian [6]. Densitas atau massa jenis adalah
sebuah mater [4,12]. Porositas adalah massa benda tiap satuan volume suatu benda. Oleh
kemampuan untuk menyimpan, porositas merupakan karena itu, dapat diartikan bahwa suatu batuan yang
perbandingan antara volume pori-pori dengan memiliki kerapatan massa yang lebih besar memiliki
volume total batuan [8]. sedangkan permeabilitas densitas yang lebih besar juga [15,22].
yaitu kemampuan untuk melepaskan fluida tanpa
Kondisi geologi seperti patahan, slot lapuk pola aliran (aliran Darcy ke non-Darcy) yang dapat
dan pengisian karst, merupakan kondisi yang tidak ditentukan dengan menggunakan bilangan Reynolds
menguntungkan terhadap tanah yang memiliki (Re) [19]:
sedikit atau bahkan tanpa sementasi yang
menyebabkan kerentanan terkena erosi selama
penggalian terowongan [6,3]. Hal tersebut dapat (6)
meningkatkan porositas dan permeabilitas tanah dimana ρf adalah densitas air; v merupakan
sehingga meningkatkan risiko bencana aliran air kecepatan air yang dapat dihitung dengan laju aliran
[18,5]. Perubahan porositas dan permeabilitas masuk air Q, yaitu v = Q2; dp adalah singkatan dari
disebabkan oleh erosi partikel dan deformasi butir πr diameter lebih besar dari 10% berat partikel,
mekanik [2]. Dan juga permeabilitas mengontrol dan μ berarti viskositas kinetik air. Seperti yang
aliran air dan dengan demikian erosi dan deformasi dijelaskan oleh banyak penelitian sebelumnya [19],
mekanik. Re kritis antara aliran Darcy dan non-Darcy adalah
Bencana erosi akibat air dapat diprediksi sekitar 10, dengan variasi kecil untuk tanah yang
menggunakan perhitungan dari relasi antara berbeda.
permeabilitas dan porositas. Model yang biasa Ketika Re ≤ 10, aliran memenuhi hukum
digunakan adalah model Kozeny–Carman (KC) [9], Darcy dan permeabilitas dapat diperoleh dengan:
karena umum digunakan untuk memprediksi
permeabilitas. Pada model kali ini, dibuat lah tiga
asumsi yaitu : (1) Aliran fluida yang dapat (7)
dijelaskan menggunakan hukum Darcy, dimana dimana ki adalah permeabilitas intrinsik,
kecepatannya sangat kecil; (2) Media berpori dapat dan p adalah perbedaan tekanan air di permukaan
diwakili oleh seikat tabung berliku-liku yang tidak atas dan bawah. Perhatikan permeabilitas global
berpotongan dengan jari-jari yang berbeda; (3) sampel uji juga diperoleh dalam penelitian ini
Perubahan geometri pori dapat diabaikan, yaitu berdasarkan asumsi perubahan porositas.
tortuositas konstan dan luas permukaan spesifik. Permeabilitas untuk aliran non-Darcy dapat
Metode tersebut dapat di dikembangkan menjadi diperoleh dengan metode polinomial orde dua [17].
beberapa model seperti Verma-Pruess (V-P) [9],
Ives-Pienvichitr (I-P) [10], dan model Kruger [11]. (8)
Menurut metode pengukuran dan
perhitungan di atas, laju aliran air, Re, porositas dan
(1) permeabilitas dapat diperoleh dari setiap pengujian.
Laju aliran masuk air dan Re dapat digunakan untuk
(2) mengevaluasi pola aliran dan risiko aliran air, dan
porositas dan permeabilitas dapat digunakan untuk
(3) menyelidiki keterkaitannya. Selain itu, nilai
porositas dan permeabilitas pada t = 5 menit dipilih
sebagai nilai referensi (yaitu, φ0 dan k0) yang
(4) diperlukan dalam persamaan (1)-(4), mengingat
di sini, k0 dan φ0 masing-masing fluktuasi data pada tahap awal dari 0 hingga 5 min.
merupakan nilai awal atau referensi dari k dan φ, φr Data kunci (misalnya, bilangan Reynolds Re, tingkat
adalah porositas kritis yang sama dengan 0,9φ0 [7], permeabilitas tambahan k/k0, perubahan volume
menandakan bahwa permeabilitas menurun menjadi spesimen ΔV dan tingkat peningkatan porositas
nol ketika porositas berkurang 10%. Model Kruger φ/φ0) disediakan dalam Lampiran C. Mereka
diusulkan untuk meningkatkan pemodelan perilaku digunakan untuk menganalisis permeabilitas
pasir [11]. porositas evolusi di bagian berikut.
Perhitungan dari porositas spesimen φi ialah
2. Metode Penelitian
(5) Sumber Data
dimana Δm adalah massa partikel erosi dalam waktu Data yang digunakan untuk keperluan paper ini
Δt; r jari-jari dari sampel; ρs densitas butiran tanah; merupakan data sekunder yang diambil dari paper
hi singkatan dari ketinggian sampel waktu nyata. berjudul “Permeability-porosity relation during
Perhitungan dari persamaan di atas memberikan erosion-induced water inrush: Experimental and
porositas global dari sampel uji berdasarkan asumsi theoretical investigations”. Metode yang digunakan
bahwa porositas berubah secara homogen. Asumsi dalam penelitian ini adalah metode Investigasi.
ini banyak digunakan dalam studi erosi [13,25] Penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur.
karena persyaratan yang tinggi untuk mengukur (i) Persiapan dan saturasi spesimen
keadaan tanah yang tidak seragam dapat dihindari. Tanah kering dan air dicampur untuk mencapai
Perubahan permeabilitas tanah yang kadar air optimum. Kemudian, spesimen tanah
disebabkan oleh perpindahan massa dapat mengubah disiapkan dengan metode tamping lembab untuk
mencegah segregasi tanah. Tanah dipadatkan dengan termasuk evolusi lambat dan cepat serta tahap stabil
kerapatan kering yang direncanakan per lapisan, (lihat Gambar 1(b)). Pada tahap pertama,
dengan ketebalan 20 mm di setiap lapisan. Membran permeabilitas sedikit berubah. Kemudian meningkat
dibungkus di dalam cetakan untuk mengurangi pesat saat memasuki tahap kedua dan akhirnya
gangguan pada sampel selama pemasangan. cenderung stabil.
Setelah persiapan spesimen, itu dipasang di sel
triaksial. Kemudian, spesimen dijenuhkan dengan
menggunakan metode differential water-head [9].
Untuk menjaga stabilitas spesimen dan mencegah
kebocoran antara spesimen dan membran, tekanan
pembatas rendah diterapkan selama proses saturasi.
Selama proses saturasi, laju aliran air dipertahankan
sangat kecil untuk menghindari gangguan pada
sampel dan untuk mencapai derajat kejenuhan yang
tinggi. Proses saturasi dianggap selesai ketika air
yang masuk sama dengan laju aliran keluar dan tidak
ada gelembung gas yang teramati pada aliran keluar.
Nilai-B yang digunakan untuk mengukur derajat
kejenuhan bisa mencapai 0,85 untuk sebagian besar
pengujian yang menggunakan metode ini.
(ii) Penerapan Tekanan Pengekangan dan Tegangan
Aksial
Setelah saturasi, tegangan isotropik diterapkan pada
spesimen dan kemudian tegangan aksial dinaikkan
ke nilai target secara bertahap. Selama proses
penjenuhan benda uji dan penerapan tegangan, pasti
ada sedikit eror atau kehilangan tanah dikarenakan
benda uji tersebut disaring di jaring dasar dengan
lubang terbuka. Dengan demikian, peralatan
pengumpul air lumpur dipasang untuk Gambar 1. Evolusi permeabilitas dengan
mengumpulkan partikel yang mungkin terkikis porositas (a) pengaruh indeks
dalam dua langkah ini. Talbot n; (b) tiga tahap yang
(iii) Simulasi Rembesan Air didefinisikan dalam kasus MEP
Setelah setiap spesimen tanah mencapai kondisi terkait dengan n = 1.0.
yang kesetimbangan, tekanan air yang telah
ditentukan sebelumnya diterapkan dari atas
permukaan. Pengukuran seperti tanah yang tererosi
dan aliran air dikumpulkan segera dengan selang
waktu 30 detik. Tanah yang dikumpulkan
dikeringkan dengan oven dan ditimbang untuk
menghitung perubahan porositas. Laju masuk air
yang tercatat digunakan untuk menghitung
permeabilitas. Kriteria penghentian pengujian adalah
partikel tanah tidak lagi terkikis. Tabel 1. Hasil uji k/k0 untuk nilai φ/φ0 yang
berbeda.
3. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini, model k-φ populer yang ada, yaitu
model Kozeny Carmen (K-C), Kruger, Ives
Hasil yang didapat adalah berupa data Pienvichitr (I-P), dan Verma dan Pruess (V-P) (lihat
sekunder dan data data tersebut diolah dan Persamaan. (1)-(4)) , dievaluasi berdasarkan data uji.
dikorelasikan menggunakan grafik hubungan antar Perbandingan antara hasil yang diprediksi dan
parameter. Berikut merupakan hasil pengukuran diukur disajikan pada Gambar. 2 dan 3, dari mana
permeabilitas dan porositas pada paper base. beberapa temuan diilustrasikan di bawah ini:
Menurut bilangan Reynolds dan laju aliran (1) Pada nilai φ/φ0 tertentu, prediksi model V-P
air, permeabilitas dapat diperoleh dengan menunjukkan nilai k/k0 terbesar, diikuti oleh model
Persamaan. (6) dan (8). Permeabilitas-porositas K-C. Model Kruger dan I-P menunjukkan perbedaan
Hubungan (k-φ) ditunjukkan pada Gambar 1. Tren yang sangat kecil dan memprediksi nilai k/k0
yang berbeda dari hubungan k-φ diamati pada proses terendah. Sebagai contoh, nilai k/k0 pada φ/φ0 =
erosi yang berbeda, yaitu hubungan hampir linier 1.10 dan n = 0.2 diprediksi oleh model V-P, K-C,
pada CEP dan hubungan nonlinier pada MEP. Selain Kruger dan I-P masing-masing adalah 4.0, 1.5, 1.2
itu, tiga tahap dapat didefinisikan dalam MEP, dan 1.2 (lihat Gambar 2(a)). Permeabilitas yang
diprediksi oleh model V-P secara signifikan lebih
besar daripada yang diprediksi oleh tiga model
lainnya. Ini terutama karena model V-P
memasukkan porositas efektif kritis, yang mengarah
ke sensitivitas permeabilitas yang lebih tinggi
terhadap perubahan porositas.
(2) Untuk kasus CEP, yaitu pengujian dengan n ≤
0,8 (Gambar. 2(a)-2(d)) dan φ0 ≤ 0,3 (Gambar.
3(a)-3(b)), model VP secara signifikan
melebih-lebihkan nilai k/k0. Prediksi dengan model
K-C umumnya dapat diterima, sedangkan hasilnya
sedikit lebih kecil oleh dua model lainnya.
Misalnya, k/k0 yang diukur adalah 1,5 ketika φ/φ0 =
1,10 dan n = 0,2 (lihat Gambar 2(a)), dan model VP
haisl lebih besar dengan tes rasio 163%, sementara
K-C, Model Kruger dan I-P memiliki hasi lebih
kecill dengan rasio masing-masing 2%, 19%, dan
21%. Alasan dari hal tersebut untuk temuan di atas
diilustrasikan di bawah ini. Kecepatan aliran air di
CEP relatif kecil dan sebagian besar partikel yang
terkikis halus, menyebabkan perubahan struktur pori Gambar 2. Perbandingan antara model
dan saluran aliran yang dapat diabaikan. Model prediksi permeabilitas dan hasil uji
(misalnya, model K-C, Kruger dan I-P) dengan untuk nilai n indeks Talbot yang
asumsi perubahan geometri pori yang dapat berbeda: (a) n = 0,2; (b) n = 0,4; (c)
diabaikan umumnya sesuai untuk kondisi ini. n = 0,6; (d) n = 0,8; (e)n
Namun demikian, porositas kritis φr hanya 0,9φ0
untuk model V-P, menunjukkan bahwa permeabilitas
akan turun menjadi nol ketika porositas berkurang
10%. Namun, hasil pengujian pada kondisi porositas
awal yang berbeda menunjukkan bahwa
permeabilitas masih tidak nol ketika porositas
dikurangi 36%, menunjukkan φr pada tanah ini jauh
lebih kecil dari 0,9φ0. Hal ini pada gilirannya
mengakibatkan penyimpangan prediksi
permeabilitas yang besar dengan menggunakan
porositas kritis yang tidak sesuai.
(3) Untuk kasus MEP, yaitu pengujian dengan n =
1.0 (Gambar. w(e)) dan φ0 = 0.36 (Gambar. 3(c)),
Gambar 3. Perbandingan antara model
semua model ini tidak dapat memiliki prediksi yang
prediksi permeabilitas dan hasil
baik, dan secara signifikan meremehkan hasil
pengujian untuk porositas yang
pengujian. Mengambil φ/φ0 = 1.10 dan n = 1.0 (lihat
berbeda: (a) φ0 = 0,23; (b) φ0 = 0,3;
Gambar 2(e)) sebagai contoh, model V-P, K-C,
(c) φ0 = 0,36.
Kruger dan I-P meremehkan k/k0 masing-masing
sebesar 60%, 85%, 88% dan 88%. Perbedaan itu
mungkin karena tidak hanya partikel halus tetapi Kesimpulan
juga kerangka yang terkikis di MEP, yang
menyebabkan perubahan signifikan dalam Dua jenis proses erosi rembesan diamati, termasuk
karakteristik morfologi pori (mis. CEP dan MEP. CEP umumnya terjadi pada kondisi
g., tortuositas dan luas permukaan spesifik). Struktur indeks Talbot yang lebih rendah (misalnya n ≤ 0,8)
pori yang stabil dengan model di atas dianggap tidak dan porositas awal yang lebih kecil (misalnya φ0 ≤
sesuai. 0,30). Selama CEP, parameter aliran (misalnya laju
aliran masuk air dan Re) kecil dan erosi tidak
menyebabkan aliran air. Permeabilitas meningkat
sedikit dengan peningkatan porositas. Selama MEP
terkait dengan indeks Talbot yang lebih tinggi
(misalnya, n = 1,0) dan porositas yang lebih besar
(misalnya, φ0 = 0,36), erosi menyebabkan aliran air
melalui tiga tahap: evolusi lambat dan cepat dan
tahap stabil. Relasi k-φ pada MEP menyimpang
secara signifikan dari relasi pada CEP, menunjukkan
sensitivitas permeabilitas terhadap porositas yang [6] Rahimi M, Shafieezadeh A. “Coupled
lebih tinggi pada tahap kedua. Ini kemungkinan backward erosion piping and slope instability
karena mitigasi partikel yang signifikan dan aliran performance model for levees”. Transp
air yang cepat di MEP menyebabkan perubahan Geotech 2020;24.
struktur pori. [7] Andre L, Peysson Y, Azaroual M. “Well
Dengan menggunakan data uji, empat injectivity during CO2 storage operations in
model yang digunakan, yaitu model Kozeny Carmen deep saline aquifers - Part 2: Numerical
(K-C), Kruger, Ives Pienvichitr (I-P), dan Verma dan simulations of drying, salt deposit mechanisms
Pruess (V-P), dievaluasi penerapannya dalam air and role of capillary forces”. Int J Greenhouse
yang diinduksi erosi. proses lonjakan. Untuk CEP, Gas Control 2014;22: 301–12.
overestimasi yang signifikan (misalnya, 163% pada [8] Ridha, M., & Darminto, D. (2016). “Analisis
φ/φ0 = 1.10) akan diinduksi oleh model V-P, Densitas, Porositas, dan Struktur Mikro Batu
sedangkan sedikit diremehkan diinduksi oleh model Apung Lombok dengan Variasi Lokasi dan
lain (misalnya, 2%, 19% dan 21% pada φ/φ = 1.10 Kedalaman”. JFA (Jurnal Fisika dan
untuk model K-C, Kruger dan I-P). Untuk MEP, Aplikasinya), 12(3).
empat model secara signifikan meremehkan hasil [9] Johannes Hommel, Edward Coltman. Holger
(misalnya, setidaknya 60% pada φ/φ0 = 1,10 untuk Class. (2018). “Porosity–Permeability
semua model). Relations for Evolving Pore Space: A Review
Mempertimbangkan perilaku yang with a Focus on (Bio-)geochemically Altered
bergantung pada proses dari hubungan k-φ, model Porous Media”. Transp Porous Med (2018)
daya dengan satu eksponen yang dapat disesuaikan η 124:589–629.
diusulkan. Model baru menunjukkan kinerja yang [10] Wu, Zhaoran, Li, Yanghui, Zheng, Jianan.
baik untuk CEP dan MEP, sebagaimana diverifikasi (2018). “Experimental study on the effect of
menggunakan data uji. methane hydrate decomposition on gas phase
permeability of clayey sediments”. ISSN
0306-2619; Worldcat; CODEN APENDX
Ucapan Terima Kasih [11] Shamsuddin MKN, Sulaiman WNA, Ramli
MF, Kusin FM. Vertical hydraulic conductivity
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dr. Widya of riverbank and hyporheic zone sediment at
Utama, DEA yang telah membimbing kami dalam Muda River riverbank filtration site. Malaysia.
masa perkuliahan dan memberikan ruang untuk Appl Water Sci 2019;9(1).
mengeksplor diri kami hingga dapat membuat paper. [12] Deamer, D. (2015). Permeability. In: , et al.
Encyclopedia of Astrobiology. Springer,
Berlin, Heidelberg.
Daftar Pustaka https://doi.org/10.1007/978-3-662-
44185-5_124.
[1] M. Irham Nurwidyanto , Ita Noviyanti , Sugeng [13] Azadbakht S. Analytical and Experimental
Widodo, “ESTIMASI HUBUNGAN Modeling of Internal Erosion inPorous Media.
POROSITAS DAN PERMEABILITAS PADA University of Alberta; 2015.
BATUPASIR (Studi kasus FORMASI KEREK, [14] Zhu J-G, Guo W-L, Wen Y-F, Yin J-H, Zhou C.
LEDOK, SELOREJO),” Vol.8, No.3, Juli 2005. New Gradation Equation and Applicability for
[2] Chen HX, Zhang LM. EDDA 1.0: “integrated Particle-Size Distributions of Various Soils. Int
simulation of debris flow erosion, J Geomech 2018; 18(2).
deposition and property changes”. Geosci [15] Rasoulzadeh, M., Kuchuk, F.J.(2019), Pressure
Model Dev 2015;8(3):829–44. Transient Behavior of High-Fracture-Density
[3] Indiketiya S, Jegatheesan P, Rajeev P, Kuwano Reservoirs (Dual-Porosity Models). Transp
R. “The influence of pipe embedment material Porous Med 129, 901–940
on sinkhole formation due to erosion around https://doi.org/10.1007/s11242-019-01312-z.
defective sewers”. Transp Geotech [16] Wood DA (2019) Predicting porosity,
2019;19:110–25. permeability and water saturation applying an
[4] Verruijt, A. (2018). Permeability. In: An optimized nearest neighbour, machine-learning
Introduction to Soil Mechanics. Theory and and data-mining network of well-log data. J Pet
Applications of Transport in Porous Media, vol Sci Eng 184:1–17.
30. Springer, Cham. [17] Liu JQ, Chen WZ, Nie W, Yuan JQ, Dong JL.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-61185-3_7. Experimental Research on the Mass Transfer
[5] Qian JG, Li WY, Yin ZY, Yang Y. “Influences and Flow Properties of Water Inrush in
of buried depth and grain size distribution on Completely Weathered Granite Under Different
seepage erosion in granular soils around Particle Size Distributions. Rock Mech Rock
tunnel by coupled CFD- DEM approach”. Eng 2019;52(7): 2141–53.
Transp Geotech 2021;29.
[18] Huang Z, Zhao K, Li X, Zhong W, Wu Y.
“Numerical characterization of groundwater
flow and fracture-induced water inrush in
tunnels”. Tunn Undergr Space Technol
2021;116.
[19] Bear J. Dynamics of fluids in porous media.
Courier Corporation; 2013.
[20] Ngrayong, B. F. (2019). Estimasi Nilai
Porositas Dan Permeabilitas Dengan
Pendekatan Digital Rock Physics (Drp) Pada
Sampel Batupasir Formasi Ngrayong,
Cekungan Jawa Timur Bagian Utara. Jurnal
Geofisika Eksplorasi Vol, 5(3), 34-44.
[21] Wang LZ, Kong HL, Karakus M. Hazard
assessment of groundwater inrush in crushed
rock mass: An experimental investigation of
mass-loss-induced change of fluid flow
behavior. Eng Geol 2020;277.
[22] Balk, P.I., Dolgal, A.S. & Khristenko, L.A.,
(2012),Localization of geological objects based
on the data of gravity prospecting with
incomplete information about the density of
rocks. Dokl. Earth Sc. 442, 262–266
https://doi.org/10.1134/S1028334X12020122.
[23] Zagari H, Poordad S, Kharrat R (2013)
Porosity and permeability prediction based on
computational intelligences as artifcial neural
networks and adaptive neuro-fuzzy inference
systems in southern carbonate reservoir of Iran.
J Pet Sci Technol 31(10):1066–1077
[24] Zhang, N., He, M., Zhang, B., Qiao, F., Sheng,
H., & Hu, Q. (2016). Pore structure
characteristics and permeability of deep
sedimentary rocks determined by mercury
intrusion porosimetry. Journal of Earth Science,
27(4), 670-676.
[25] Mehdizadeh A, Disfani MM, Shire T.
Post-erosion mechanical response of internally
unstable soil of varying size and flow regime.
Can Geotech J 2021;58(4):9.

Anda mungkin juga menyukai