Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN EDUKASI KESEHATAN PROLANIS

PUSKESMAS SEGARAU KLUB PROLANIS HIPERTENSI

I. PESERTA

Peserta Edukasi Kesehatan Prolanis Klub HIPERTENSI terdiri dari peserta program
Prolanis Hipertensi Peserta yang datang pada saat kegiatan berjumlah 22 orang.

II. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Edukasi Kesehatan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Jumat,25 Maret 2022

Tempat : Balai Desa Segarau

Waktu : 08.00 Sampai Selesai

III. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pembicara : Aisyah Novita,A.Md.Kep

Materi Edukasi : Pencegahan Penyakit Pada Lansia

Susunan Acara :

1. Pembukaan oleh Narasumber

2. Penyampaian Materi

3.Tanya Jawab

Pencegahan penyakit pada lansia

Berdasarkan Levell dan Clark tingkatan pencegahan digunakan pada tahap sebelum
terjadinya suatu penyakit disebut dengan 5 tingkatan pencegahan atau Five Level of Prevention.
Leavell dan Clark (1965) dalam bukunya Preventive medicine for the doctors in his community
menjelaskan bahwa tingkatan pencegahan ini berkelanjutan, yaitu melalui periode prepatogenesis
penyakit sampai ke periode rehabilitasi yaitu setelah penyakitnya sendiri sudah hilang
(Widyaloka, 2017).

Pengendalian faktor risiko penyakit kronis merupakan tindak pencegahan penyakit


kronis. Dimana pada lansia tindakan pengendalian faktor risiko penyakit kronis dapat berupa
pengendalian kebiasaan hidup lansia sebagai pencegahan primer yang meliputi kebiasaan
merokok, kebiasaan mengonsumsi garam, kebiasaan berolahraga, serta kebiasaan memanfaatkan
waktu luang (Tirtayasa, 2008).
1. Kebiasaan merokok

Awosan et al. (2014) menyatakan, kebiasaan merokok merupakan faktor risiko utama
penyakit jantung, PPOK, serta penyakit tidak menular lainnya. Menurut WHO (2008) faktor
risiko penyebab penyakit regeneratif yang dapat dikontrol salah satunya adalah merokok.
Merokok dapat menikkan tekanan darah khususnya bila dikombinasikan dengan alkohol dan
kafein. Karena nikotin yang terdapat pada tembakau dapat memperburuk feokromositoma dan
merangsang sistem adrenergik yang dapat meningkatkan tekanan darah (Wibowo,1998).

2. Pola konsumsi garam

Menurut Jason et al. (2004) pada penelitiannya, secara nyata seseorang yang memiki
penghasilan rendah akan lebih banyak mengonsumsi fast Food dan makanan yang tidak sehat
lainnya. Kelompok dengan sosial ekonomi rendah cenderung mengonsumsi sedikit sayur buah,
serta lebih banyak mengonsumsi makanan berlemak, asin, dan manis dibandingkan dengan
kelompok yang memiliki sosial ekonomi tinggi. Selain itu Aziz dik (2014) menyatakan,
kelompok yang memiliki pendapatan rendah lebih banyak mengonsumsi makanan asin.

Rasa asin mengindikasikan adanya kandungan natrium yang tinggi dalam satu makanan.
Natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya penyakit kronis pada lansia seperti
hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya valume
darah sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi (Astawan, 2007).

M E M A N FA AT K A N WA K T U L U A N G

Selain melakukan olahraga atau latuhan kesegaran jasmani lainnya, perawatan kesehatan
pada lansia juga dapat dilakukan dengan kegiatan santai untuk mengisi memanfaatkan waktu
luang seperti berkebun, Mamasa, manari, menjahit, membaca, serta ikut aktif dalam kegiatan
sosial dimasyarakat sehingga terhindar dari situasi yang memungkinkan lansia mengalami rasa
jenuh dan stres. stress pada lansia sebagian besar berasal dari keluarga, seperti perselisihan,
perasaan saling acuh, perbedaan tujuan/pandangan, dan adanya perubahan status (Bart, 1994).

Nurhidayah (2016) menyatakan bahwa memanfaatkan waktu luang untuk melakukan


hobi dapat membantu lansia terhindar dari stres. stres yang terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan berbagai masalah pada kehidupan lansia seperti aspek intelektual yaitu lansia
susah berkonsentrasi, serta lebih mudah lupa, aspek interpersonal yaitu mudah menyalahkan,
aspek emosional seperti cemas, sedih, depresi, dan aspek fisik seperti tekanan darah meningkat,
pusing, susah tidur (insomnia) dan mudah 16 lelah. Maka dari itu memanfaatkan luang dapat
mencegah terjadinya penyakit kronis pada lansia.
II.DUKUNGAN KELUARGA

2.1 Pengaruh dukungan keluarga pada lansia

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi


seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 2002). Dukungan keluarga menurut
Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya,
berupa dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa
ada yang memperhatikan. Dukungan keluaraga pada lansia sangat besar pengaruhnya pada
keadaan lansia baik secara fisik maupun psikis

Dalam Penelitian Nurmalasari (2010) disebutkan bahwa dukungan keluarga memiliki


peran penting dalam mengintensifkan kualitas hidup lansia. Orang yang hidup dalam
lingkungan yang bersikap suportif, kondisinya jauh 17 lebih baik dari pada mereka yang tidak
memilikinya. Penelitian yang dilakukan oleh Juliana dan Sukmawati (2008) menunjukkan
bahwa 67,5% lansia mendapat dukungan keluarga yang baik.

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang tinggi
menurunkan risiko lansia umtuk terkena depresi, Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yenni
(2011) yang mencari hubungan dukungan keluarga

dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi. Dari penelitian yang dilakukan, didapat
57,3% lansia sudah mendapatkan dukungan instrumental yang efektif dari keluarga, 54,8%
lansia sudah mendapatkan dukungan emosional yang efektif, 53,6% lansia sudah mendapatkan
dukungan penghargaan, dan 52,4% lansia sudah mendapatkan dukungan informasi.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang efektif dapat mencegah serta
menurunkan kejadian stroke pada lansia yang menderita hipertensi. Menurut Kuntjoro (2002),
untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan
aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Ini termasuk jenis dukungan sosial yang
berupa integrasi sosial yang memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu
kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian, serta melakukan kegiatan
yang sifatnya kreatif secara bersama - sama (Fitria,2011).
Lansia dengan keadaanya yang serba terbatas baik fisik maupun psikis lansia
memerlukan perhatian dari keluarga dalam bentuk peran aktif membantu lansia dalam menjaga
kesehatannya. Karena kehadiran kelurga untuk lansia akan memberikan perasaan aman dan
nyaman, serta motivasi bagi lansia untuk tetap menjaga kesehatannya sehingga lansia mampu
menikmati kehidupannya di usia tua.

Menurut hasil penelitian Kaur, Kaur, Venkateashan (2015) didapatkan hasil lansia yang secara
18 medis sehat memiliki dukungan keluarga yang baik, karena orang-orang lansia yang sehat
melakukan kegiatan mereka sehari - hari dibantu oleh keluarga dan juga secara mandiri.
Ditemukan hasil yang signifikan secara statistik hubungan skor Apgar keluarga dan keberadaan
penyakit kronis pada lansia yang mempengaruhi kualitas hidup lansia (p <0,001).

Dukungan keluarga menjadi penting karena lansia dalam mengalami proses penuaan,
lansia akan mengalami berbagai penurunan fungsi fisik, mental, serta psikis. Maka dari itu
diperlukan dukungan dari keluarga untuk menjaga kesehatan lansia.

Setelah penyampaian materi di atas apakah ada ibu-ibu yang mau bertanya :

Saya buk,Saya Ibu Latipah mau bertanya apa saja yang mempengaruhi penyakit kronis
pada lansia?
Baiklah Ibu saya akan menjawab pertanyaan dari Ibu,yang mempengaruhi penyakit kronis pada
lansia adalah Kebiasaan merokok dan Pola konsumsi garam.

Saya Buk,saya Ibu Junaida mau bertanya dalam memanfaatkan waktu luang hal
apa saja yang bias kita lakukan?

Baiklah Ibu saya akan menjawab pertanyaan Ibu,dalam memanfaatkan waktu


luang hal yang bias kita lakukan adalah berkebun, Mamasa, manari, menjahit, membaca,
serta ikut aktif dalam kegiatan sosial dimasyarakat sehingga terhindar dari situasi yang
memungkinkan lansia mengalami rasa jenuh dan stres.Stres juga dapat memicu tekanan
darah jadi meningkat.
IV. RINCIAN BIAYA

NO TANGGAL URAIAN RINCIAN JUMLAH UNIT TOTAL PAJAK


KEGIATAN BIAYA COST BIAYA

1 25 Maret EDUKASI Honor 1 Rp.500.000 Rp.500.000 Rp.12.500


2022 Narasumber
dan Petugas
Lainnya

TOTAL BIAYA Rp.500.000 Rp.12.500

V. DAFTAR HADIR PESERTA

(Terlampir)

VI. PENUTUP

Demikian laporan kegiatan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban Kegiatan Edukasi


Kesehatan Prolanis di Puskesmas Segarau

Singkawang,05 April 2022

Pembuat Laporan

WIWIN HERFIANA,A.Md.KG

Anda mungkin juga menyukai