Anda di halaman 1dari 20

Perjanjian Penempatan dan Perlindugan Pekerja dalam Negeri Antara Republik

Indonesia dan Arab Saudi

Arya Wibisono (20180610016)

Tifany Armanda Chofifa (20180610331)

Fajrial Dias Pradipta (20180610349)

Sheila Shafira (20180610366)

Abstrak
Negara akan saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan
negarannya masing-masing. Indonesia melakukan kerjasama dalam hubungan Bilateral
melalui Perjanjian Penempatan dan Perlindungan Pekerja dalam Negeri Antara Republik
Indonesia dan Arab Saudi dengan melakukan moratorium pengiriman migran Indonesia ke
Arab Saudi karena upaya perlindungan yang sulit dilakukan serta untuk menjalin hubungan
kerjasama dan perlindungan tenaga kerja migran Indonesia. Permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah hubungan Indonesia dengan Arab Saudi tentangperlindungan para
pekerja migran Indonesia di Saudi Arabia pasca penandatanganan Perjanjian Penempatan dan
Perlindungan Pekerja dalam Negeri Antara Republik Indonesia dan Arab Saudi. Penelitian ini
menggunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah yuridis normatif. Teknik pe
ngumpulan data dari buku, jurnal, dan internet sebagai referensi tentang hubungan Indonesia
dan Arab Saudi. Hasil penelitian menunjukan bahwasanya pemerintah Indonesia dan Arab
Saudi sepakat membentuk Memorandum of Understanding mengenai penempatan dan
perlindungan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Pada tanggal 19 Februari 2014,
Pemerintah Indonesia melakukan penandatangan Memorandum of Understanding dengan
Arab Saudi yang berisikan persetujuan mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia Sektor Domestik. Dampak atas penandatangan Memorandum of
Understanding tersebut untuk menjaga perlindungan hak dan kesejahteraan Tenaga Kerja
Indonesia yang berada disana.
Kata Kunci : Perjanjian, Memorandum of Understanding, Perlindungan, Tenaga Kerja
Indonesia
Abstract
Countries will interact and cooperate with each other to meet the needs of their respective
countries. Indonesia cooperates in bilateral relations through the Agreement for the
Placement and Protection of Domestic Workers between the Republic of Indonesia and Saudi
Arabia by implementing a moratorium on sending Indonesian migrant workers to Saudi
Arabia because of difficult protection measures and for establishing cooperative relations
and protection of Indonesian migrant workers. The problem discussed in this research is the
relationship between Indonesia and Saudi Arabia regarding how to protect Indonesian
migrant workers in Saudi Arabia after the signing of the Agreement on Placement and
Protection of Domestic Workers between the Republic of Indonesia and Saudi Arabia. This
study uses the method used in this research is normative juridical. Data collection techniques
from books, journals, and the internet as a reference on the relationship between Indonesia
and Saudi Arabia. The results showed that the governments of Indonesia and Saudi Arabia
agreed to form a Memorandum of Understanding regarding the placement and protection of
Indonesian workers in Saudi Arabia. On February 19, 2014, the Government of Indonesia
signed a Memorandum of Understanding with Saudi Arabia which contained an agreement
regarding the Placement and Protection of Indonesian Domestic Workers. The impact of the
signing of the Memorandum of Understanding is to protect the rights and welfare of
Indonesian Workers who are there.

Keywords: Agreement, Memorandum of Understanding, Protection, Indonesian Workers

I. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi penduduk yang banyak, dari

sektor perekonomian Indonesia sendiri masih memiliki tingkat pendapatan yang rendah

dengan dibuktikannya bahwa masih banyak masyarakat Indonesia masih dibawah garis

kemiskinan. Masih banyak penduduk Indonesia yang kesulitan mendapatkan pekerjaan

dengan alasan bahwa lapangan kerja yang ada di Indonesia masih sangat sedikit, maka

dari itu menjadi perhatian khusus pemerintah dalam peningkatan lapangan kerja serta

peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Tetapi dalam masa sekarang masih banyak masyarakat yang ingin mendapatkan

gaji yang tinggi dengan keahlian maupun pendidikan seadanya, ditambah lagi diluar

negeri masih banyak membutuhkan orang untuk menjadi asisten rumah tangga atau

pengasuh anak. Maka dengan adanya kebutuhan tersebut masyarakat Indonesia banyak

yang memilih bekerja di luar negeri dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Salah

satu alasan masyarakat Indonesia rela meninggalkan kampung halaman demi sebuah

pekerjaan diluar negeri adalah pendapatan yang dihasilkan dengan bekerja sebagai

tenaga kerja diluar negeri sangatlah besar dan dianggap sangat cukup jika pendapatan

tersebut digunakan didalam Indonesia.

Salah satu negara penerima Tenaga Kerja Indonesia adalah Arab Saudi, Indonesia

dengan Arab Saudi pun sudah memiliki hubungan bilateral yang cukup lama yaitu dari

tahun 1950, Indonesia pun pada saat itu mendapat dukungan dari Arab Saudi untuk

bangkit dari penjajahan. Untuk meresmikan hubungan diplomatik antara Indonesia


dengan Arab Saudi maka Arab Saudi mendirikan Kedutaan Besar di Indonesia pada

tahun 1955, lalu menyusul Indonesia membuka Kedutaan Besar di Jeddah pada tahun

1964, tetapi kantor Konsulat Jendral Republik Indonesia baru dibangun pada tahun

2013 di Dubai. Seiring berjalan nya hubungan baik antara Indonesia dengan Arab Saudi

maka dibuatlah perjanjian pada 24 November 1970 yang dinamai perjanjian Treaty of

Indonesia and The Kingdom of Saudi Arabia yang ditanda tangani di Jeddah oleh

negara Indonesia dan Arab Saudi, perjanjian tersebut diratifikasi melalui Undang-

Undang Nomor 9 tanggal 18 September 1971 LN Nomor 77 tambahan LN Nomor

2972.1

Tetapi tidak semudah itu bekerja di negara orang, karena berbagai faktor salah

satunya kendala bahasa yang digunakan dalam bercakap sehari-hari, kebiasaan, dan

tradisi yang dimiliki orang tersebut. Hal ini makin diperburuk jika seorang tenaga kerja

Indonesia tidak memahami pasti aturan dan kebiasaan apa yang ada di negara Arab

Saudi. Ditambah lagi akhir akhir ini hubungan Indonesia dengan Arab Saudi dalam

bidang tenaga kerja kurang baik, masih terdapat perbedaan pendapat yang menjadi

dasar sebuah konflik, maka pemerintah wajib memperhatikan dan menyelesaikan

masalah tersebut secara cepat dan tepat. Terdapat juga permasalahan tentang

penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, hal itu diatur secara jelas

didalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 yang menjelaskan tentang bagaimana

pelaksanaan prosedural dan operasional, serta bagaimana peran pemerintah dalam

menjalankan fungsinya guna menjamin keamanan para Tenaga Kerja Indonesia.

Didalam catatan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdapat 79 kasus

hukuman mati Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi per tahun 2001 sampai 2003,

serta ada 41 Tenaga Kerja Indonesia yang lolos dari hukuman mati dan masih ada 38

1
Arumsari, R.R, 2019, Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) Sektor Informal Di Arab Saudi, Bandung, Global Political Studies Jurnal, hlm. 54
Tenaga Kerja Indonesia yang belum terbebas dari hukuman mati dan masih terancam

hukuman yang diberikan dari pihak Arab Saudi. Maka dari harus ada tindak lanjut yang

tegas dari pemerintah Indonesia agar tidak bertambah banyak warga Indonesia yang

mendapatkan hukuman mati dari Arab Saudi.2

II. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Perlindungan para pekerja migran Indonesia di Arab Saudi pasca

penandatanganan Perjanjian Penempatan dan Perlindungan Pekerja dalam Negeri

Antara Republik Indonesia dan Arab Saudi ?

III. Tujuan

Mengetahui bagaimana Perlindungan para pekerja migran Indonesia di Saudi

Arabia pasca penandatanganan Perjanjian Penempatan dan Perlindungan Pekerja dalam

Negeri Antara Republik Indonesia dan Arab Saudi.

IV. Metode Penelitian

Metodologi memiliki dua arti kata dari metode dan logi. Metode memiliki arti

yaitu cara dalam melakukan suatu hal secara sistematis atau teratur, sedangkan arti dari

logi yaitu ilmu yang berdasar logika berpikir. Metodologi merupakan ilmu mengenai

cara untuk melakukan sesuatu secara sistematis. Penelitian ialah hal yang penting untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan memiliki tujuan untuk

membuktikan serta mengembangkan dari pengetahuan yang ada.3

Didalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk mengambil metode yuridis

normatif. Pendekatan yuridis mengacu pada hukum dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang ada, sedangkan pendekatan normatif ialah pendekatan

dengan meneliti bahan pustaka baik dari data sekunder terhadap asas-asas hukum serta

2
Arumsari, R.R, 2019, Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) Sektor Informal Di Arab Saudi, Bandung, Global Political Studies Jurnal, hlm. 53-54
3
Rony Hanitijo, 1987, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 15
studi kasus yang dengan kata lain sering disebut sebagai penelitian hukum kepustakaan.
4

V. Pembahasan

A. Kebutuhan Masyarakat Indonesia Terkait Pekerjaan yang Memadai

Semua orang pasti memiliki kebutuhan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

seseorang dapat bekerja karena dengan bekerja kita bisa memperoleh gaji yang dapat

dipakai untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tenaga kerja merupakan orang yang

melakukan suatu pekerjaan dimana sesuai dengan bidang dan kemampuannya. UU No

13 Tahun 2003 menjelaskan tenaga kerja ialah setiap orang yang sanggup mengerjakan

pekerjaan untuk menghasilkan barang serta jasa dengan tujuan untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya. Tenaga kerja bisa diartikan sebagai penduduk yang sudah

memasuki usia kerja, Usia produktif untuk bekerja antara usia 15 sampai 65 tahun. 5

Pertumbuhan masyarakat Indonesia saat ini sangat pesat hal ini menyulitkan

masyarakat mendapatkan pekerjaan karena rivalitas yang semakin berat. Bisa di lihat

dari keadaan ketenagakerjaan di Indonesia. Banyaknya penduduk di Indonesia

ditambah dengan besarnya laju penduduk menjadi beban bagi pembangunan ekonomi

yang dimana seharusnya menjadi pengerak dalam kegiatan ekonimi. Besarnya laju

penduduk ini tidak diikuti dengan perkembangan peluang kerja hal ini merupakan

penyebab banyaknya penganguran di Indonesia.

Pekerjaan yang memadai yakni pekerjaan yang layak sesuai bidang dari setiap

pekerja tanpa perbedaan status sosial apapun, karena seluruh rakyat memiliki hak yang

sama dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Seluruh rakyat diharapkan menyadari

betapa pentingnya pendidikan dengan tujuan mendapatkan pekerjaan yang layak karena

4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, hlm. 13
5
Disnaker.bulelengkab.go.id.https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/artikel-masalah-sosial-tentang-
pengangguran
masalah semacam ini memerlukan korelasi yang baik antara pemerintah dan kesadaran

masyarakat.

Namun, kurangnya masyarakat yang mempunyai pendidikan cukup untuk

memperoleh pekerjaan yang memadai agar mampu mencukupi kebutuhan hidup dan

kurangnya penyerapan tenaga kerja yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Pendidikan rendah adalah faktor mengapa di Indonesia masih banyak kemiskinan,

penganguran dan kesulitan mencari pekerjaan, serta pertumbuhan ekonomi yang masih

harus diperbaiki agar masyarakat sejahterah.

Tingkat pendidikan yang rendah dimasyarakat berakibat pada keterbatasan tenaga

kerja Indonesia dalam menguasai baik pengetahuan ataupun teknologi. Dapat

mempengaruhi rendahnya nilai hasil produksi dimana tingginya biaya produksi ini

menjadi alasan produk negara kita sulit untuk menyaingi negara lain. Kualitas tenaga

kerja juga berpengaruh pada besar kecilnya upah tenaga kerja. Upah buruh di Indonesia

masih tergolog rendah dibandingkan dengan negara lain

Pemerintah berusaha untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan berbagai

pelatihan untuk masyarakat, tetapi pemerintah masih belum mampu membuka kegiatan

usaha untuk masyarakat atau tenaga kerja yang saat ini masih membutuhkan pekerjaan

yang cukup dan memadai.“Minimnya lapangan kerja di Indonesia menyebabkan

munculnya imigrasi tenaga kerja, yaitu tenaga kerja Indonesia yang berpindah ke

tempat lain untuk bekerja diluar negeri.”Dengan adanya pengiriman Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) dapat mengurangi jumlah pengangguran.6

Program pemerintah untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat guna

mengembangkan mutu sumber daya manusia ialah dengan melakukan pengiriman

tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Karena dengan adanya sumber daya

manusia yang bermutu dapat meningkatkan perekonomian negara. Penempatan tenaga


6
simulasikredit.com
kerja Indonesia sendiri dilakukan dengan memanfaatkan pasar internasional melalui

peningkatan kualitas tenaga kerja. Pemerintah ikut campur dalam pengiriman tenaga

kerja Indonesia sala satunya ikut serta dalam pengaturan penyediaan tenaga kerja yang

berkualitas kuantitas yang memadai sehingg bisa menghasilkan suatu pekerjaan yang

efektif dan efisien.7

B. Hubungan Indonesia dengan Arab Saudi Tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

Bertambahnya penduduk Indonesia membuat semakin sedikitnya lapangan

pekerjaan yang tersedia di dalam negeri, dampak dari hal itu sebagian penduduk

memilih untuk mencari pekerjaan di luar negeri dengan harapan mereka akan

memperoleh gaji yang lebih tinggi. Menurut Badan Perlindungan Pekerja Migran

Indoensia pada tahun 2012, terdapat 3.998.592 juta jiwa penduduk Indonesia yang

bekerja di luar negeri, dengan penampatan tenaga kerja Indonesia terbanyak yaitu pada

negara Arab Saudi sebanyak 1.427.928 juta jiwa.8

Banyaknya penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri tersebut rentan akan

terjerat kasus hukum dalam negara yang ditempatinya, seperti pada negara arab saudi.

Sejak tahun 2013, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia (BNP2TKI) telah menangani kasus TKI sebanyak 12.270, dengan kasus

terbanyak yaitu pada negara Arab Saudi dengan 6.516 kasus dan telah terselesaikan

3.720 kasus.9 Bebagai upaya telah dilakukan Negara Indoensia Untuk mengatasi

masalah tersebut, salah satunya yaitu menjalin kerjasama bilateral dengan negara Arab

Saudi.

7
simulasikredit.com
8
BP2MI, 2012. bp2mi.go.id/statistik-detail/penempatan-per-tahun-per-negara-(2006-2012).
9
DETIK.com, 2013. https://news.detik.com/berita/d-2286661/-bnp2tki-terima-12270-kasus-tki-sejak-2011-
terbanyak-arab-saudi.
Pemerintah Indonesia pada tahun 2011 melakukan moratorium pengiriman tenaga

kerja migran Indonesia ke Arab Saudi karena upaya perlindungan yang sulit dilakukan

serta untuk menjalin hubungan kerjasama dan perlindungan tenaga kerja migran

Indonesia yang lebih baik, pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi. Namun

dengan setelah dikirimnya moratorium tersebut, beberapa tenaga kerja yang terjerat

kasus hukum tetap dieksekusi oleh negara Arab Saudi dikarenakan lemahnya posisi

negara Indonesia untuk melakukan negosiasi serta karena adanya beberapa faktor yaitu

sebagai berikut:

1) Surat menyurat yang dilakukan aktor tertinggi Indonesia yaitu Presiden tidak

ditanggapi dengan serius, hanya beberapa kali saja dibalas oleh Raja Arab Saudi;

2) Indonesia masih memiliki sistem hukuman mati, maka Arab Saudi juga menganggap

Indonesia masih melanggar Hak Asasi Manusia, serta Indonesia sebagai negara

hukum tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Arab Saudi;

3) Arab Saudi beranggapan bahwa Indonesia lebih membutuhkan atau lebih

bergantungan pada Arab Saudi dalam hal pengiriman tenaga kerja Indonesia,

pengiriman jamaah haji dan umrah, mengimpor minyak dan gas dari Arab Saudi,

dan lain lain;

4) Banyak Tenaga Keja Indonesia di Arab Saudi yang terjerat hukum khususnya di

sektor domestik, sehingga kepercayaan masyarakat Arab Saudi terhadap tenaga kerja

Indonesia menjadi rendah.10

Setelah melakukan berbagai upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut,

pemerintah Indonesia melakukan penandatangan Memorandum of Understanding

dengan Arab Saudi pada tanggal 19 Februari 2014 yang berisikan persetujuan mengenai

10
Prativi, Dhiajeng Chinthya. 2019. Upaya Diplomasi Indonesia dalam Kasus Pembebasan Pekerja Migran
Indonesia Terpidana Hukum Pancung di Arab Saudi: Periode 2014-2018. Journal of International Relations.
Vol5, No 4. hal 592-598.
penempatan serta erlindungan Tenaga Kerja Indonesia dalam sektor domestik.

Memorandum of Understanding ini ditandatangani oleh delegasi Indonesia yaitu

Muhaimin Iskandar dan delegasi Arab Saudi yaitu Adel M. Fakieh dengan dasar

hubungan baik serta kerjasama yang terjalin diantara kedua negara tersebut pada

berbagai bidang lainnya dan atas dasar keinginan kedua negara tersebut untuk

meningkatkan kerjasama dalam bidang ketenagakerjaan dengan prinsip saling

menguntungkan dan menghormati keadian serta keterbukaan.

Selain itu penandatanganan Memorandum of Understanding ini bertujuan untuk

memberikan perlindungan kepada hak pekerja migran Indonesia11 dan pemberi kerja

sesuai dengan yang berlaku setiap negara tersebut, serta menjaga kedaulatan kedua

negara. MoU ini mulai berlaku sejak 19 Februati 2014 dan hanya berlaku selama 3

tahun serta dapat diperabaharui untuk periode yang sama secara otomatis, namun dapat

diakhiri apabila salah satu pihak telah memberitahukan keinginan untuk mengakhiri

persetujuan tersebut 2 bulan sebelum masa perjanjian berakhir. Mulai berlakunya suatu

perjanjian, baik bilateral maupun multilateral, pada umumya ditentukan oleh klausula

penutup dari perjanjian itu sendiri12.

C. Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indoensia di Arab Saudi

Perlindungan pekerja merupakan salah satu bagian dari perlindungan warga

negara sebagai kewajiban negara. Hak-hak dasar manusia harus terpenuhi dengan cara

mendapatkan perlindungan dimana saja mereka berkerja untuk mendapatkan hak-hak

dasarnya.13 Banyaknya tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri seringkali

tidak mendapatkan hak-haknya hingga terjerat kasus hukum. Untuk mengatasi hal
11
Gunawan, Yordan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, hlm. 10
12
Tarigan, Jefri Porkonata. 2019. Pengesahan Perjanjian Internasional: Pendekatan Teoritis, Komparatif, dan
Praktik Pengujian Undang-undang. Depok. Rajawali Pers. Hal 145.
13
Muin, Fatkhul. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia (Tinjauan Terhadap UU Nomor
39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia). Jurnal Cita Hukum, FSH UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol.3 No.1
tersebut Pemerintah Indonesia menjalin hubungan bilateral sebagai upaya perlindungan

bagi tenaga kerja Indoensia, salah satunya yaitu dengan Negara Arab saudi. Melalui

hubungan kerja sama tersebut pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sepakat

membentuk Memorandum of Understanding mengenai penempatan dan perlindungan

tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Dalam MoU tersebut dijelaskan mengenai

ketentuan-ketentuan yang berisikan hak serta kewajiban yang mengikat bagi kedua

negara tersebut.

Adanya perjanjian melahirkan hubungan hukum yang berupa hak dan kewajiban

bagi para pihak yang terikat, sejak perundingan perumsan naskah perjanjian,

pemberlakuan, pelaksanaannya dan segala permasalahan serta akhir berlakunya

perjanjian, seluruhnya tunduk pada hukum internasional dan hukum perjanjian

internasional.14 Penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan oleh negara

Indonesia dengan negara Arab Saudi menimbulkan beberapa kewajiban yang harus

dilakukan oleh kedua negara tersebut.

Dalam pasal 2 huruf (a), dijelaskan mengenai kewajiban kedua pihak untuk

memberikan jaminan perilindungan yang efektif terhadap Tenaga Kerja Indonesia aerta

hak mendapatkan bantuan hukum sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku

dan ketentuan hukum internasional. Pemerintah Indonesia memiliki ketentuan hukum

yang mengatur hak-hak dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yaitu Undang-

undang Nomor 39 Tahun 2004. Mengenai hak Tenaga Kerja Indonesia untuk

mendapatkan perlindungan hukum yang diatur dalam pasal 85 ayat (1) dan (2) yaitu:

(1) Dalam hal terjadi sengketa antara TKI dengan pelaksana penempatan TKI swasta

menganai pelaksanaan perjanjian penempatan, maka kedua belah pihak

mengupayakan penyelesaian secara damai dengan cara bermusyawarah;

14
Phartiana, I Wayan .2002. Hukum Perjanjian Internasional Bagian 1. Bandung. Mandar Maju. Halaman 17-18
(2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka salah satu atau

kedua belah pihak dapat meminta bantuan instansi yang bertanggung jawab

dibidang ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota, Provinsi atau Pemerintah.15

Selain itu terdapat ketentuan bagi pihak pertamah yaitu Arab Saudi dalam

memberikan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dalam MoU tersebut pada pasal 3

huruf (a) hingga (h) sebagai berikut :

a) Melakukan pegawasan serta mengambil langkah pada saat pelaksanaan ketentuan

yang terdapat pada perjanjian kerja antara majikan dengan tenaga kerja;

b) Memeriksa bahwa tenaga kerja Indoensia memegang arsip perjalanan, arsip data

diri, maupun arsip lain, terkecuali terdapat penyitaan dari pengadilan arab saudi,

serta kebebasan menghubungi keluarganya di Indonesia;

c) Melakukan penerbitan yang sah terhadap kartu identitas setelah tenaga kerja

datang, dan sesuai dengan hukum yang berlaku;

d) Mengupayakan bagi majikan untuk menyediakan asuransi demi melindungi hak

tenaga kerja Indonesia;

e) Memberikan fasilitas pada pembukaan rekening bank untuk menyimpan

pendapatan oleh majikan dengan atas nama tenaga kerja Indonesia;

f) Membentuk mekanisme penyediaan bantuan untuk tenaga kerja Indonesia selama

24 jam;

g) Memberikan fasilitas perlindungan bantuan kepada konsuler Indonesia, dalam

bentuk informasi tenaga kerja Indonesia yang melanggar hukum baik ditangkap,

ditahan, maupun dipenjara, sesuai dengan hukum yang ada;

15
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di
Luar Negeri.
h) Memberikan fasilitas repatriasi tenaga kerja Indonesia dalam menyelesaikan

kontrak dan keadaan darurat maupun sesuai apa yang dibutuhkan seperti

menerbitkan visa untuk keluar.

Kemudian sebagai pihak kedua, Pemerintah Indonesia juga memiliki kewajiban

dalam memberikan perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia yaitu terdapat pada

pasal 4 huruf (a) sampai huruf (e) sebagai berikut :

(a) Memberikan persyaratan kepada Tenaga Kerja Indonesia mengenai batas umur

antara 21 sampai 55 tahun;

(b) Menetapkan calon Tenaga Kerja Indonesia yang bebas dari catatan kriminal;

(c) Memberikan pelatihan kepada Tenaga Kerja Indoensia sesuai dengan kebutuhan

keahlian dalam kontrak pekerja, serta memberikan ilmu terkait budaya, adat, dan

norma sosial di negara Arab Saudi;

(d) Memeriksa kembali persyaratan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai dengan

ketentuan yang diminta oleh negara Arab Saudi;

(e) Memberikan fasilitas transportasi kepada Tenaga Kerja Indoensia yang akan

berangkat ke negara Arab saudi, tidak lebih dari satu bulan sejak tanggal

menerima visa yang diberikan dari agen yang merekrut.

Memorandum of Understanding Negara Indonesia dengan Negara Arab Saudi

dilaksanakan pasca penandatanganan oleh dua negara tersebut. Namun daam

pelaksanaannya terdapat kendala karena perbedaan sistem hukum antara dua negara,

Negara Arab Saudi menggunakan sistem hukum islam yang mana hal ini berbeda

dengan sistem hukum Indonesia yang menggunakan sistem hukum barat. Negara

Indonesia berbagai melakukan upaya untuk menyelesaikan masalah hukum tenaga kerja

Indonesia di Arab Saudi yaitu dengan pembayaran diyat, pengiriman surat kepada Raja
Arab Saudi, melayangkan nota diplomatik, meminta grasi untuk membebaskan tenaga

kerja Indonesia, serta pendekatan melalui Lembaga Rekonsiliasi dan Perdamaian.

Namun dengan berbagai upaya yang telah dilakukan masih ada Tenaga Kerja

Indoensia yang tetap dieksekusi, seperti yang dilansir pada kompas.com terdapat 4

tenaga kerja Indonesia yang di eksekusi hukuman mati 16 hal ini menandakan bahwa

penandatanganan Memorandum of Understanding belum berjalan secara efektif.

Kendala lainnya yaitu terletak pada penanganan yang mana dalam proses tersebut

Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Arab Saudi kurang mendapatkan perlindungan

secara hukum yang berlaku, hal ini diebabkan karena kesewenang-wenangan majikan

atau perusahaan tempatnya bekerja. Adanya sistem Kafala dan sistem Iqamah yaitu

sistem yang memperbolehkan majikan maupun perusahaan menahan paspor dan visa

milik pekerja Indonesia, yang pada akhirnya kekuasaan penuh pekerja dimiliki oleh

majikan atau perusahaan, tentunya hal ini juga tidak sesuai dengan kewajiban pihak

pertama yaitu Arab Saudi dalam MoU yang telah disepakati terlebih pada pasal 3 huruf

b. Karena adanya hal tersebut menyebabkan sulitnya Tenaga Kerja Indonesia untuk

mendapatkan perlindungan hukum secara pasti terhadap kasus yang dialami

Terlepas dari penandatanganan Memorandum of Understanding, tidak selalu

penjatuhan hukuman itu diputuskan oleh pihak Arab Saudi. Seperti pada kasus Siti

Zaenab dan Karni, pihak pemerintah Indonesia sudah mengirimkan surat kepada Raja

Arab Saudi yang berisi agar kedua warga negara Indonesia tersebut tidak dijatuhi

hukuman mati, namun bukan pemerintah Arab Saudi yang memutuskan permohonan

tersebut diterima atau tidak tetapi dari pihak keluarga warga negara Arab Saudi yang

16
Kompas.com 2015, https://nasional.kompas.com/read/2018/10/31/12152651/sejak-2015-4-wni-dieksekusi-
mati-di-arab-saudi?page=all
menolak pengampunan tersebut.17 Jadi sebenarnya perlindungan terhadap tenaga kerja

bukan hanya upaya dari pemerintah saja, harus ada upaya dari diri sendiri tentang

bagaimana cara agar tidak terjadi permasalahan hukum, harus ada etika yang harus

dijaga. Karena kita tidak tahu secara pasti apa yang terjadi sebenarnya pada Tenaga

Kerja Indonesia tesebut pada saat bekerja di rumah majikan Arab Saudi. Pihak

pemerintah Indonesia dan Arab Saudi pada dasarnya hanya memfasilitasi seseorang

dari negara Indonesia yang ingin bekerja di negara Arab Saudi, selebih nya tergantung

dari warga negara Indonesia itu sendiri.

D. Upaya Penyelesaian Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi

Indonesia dengan Arab Saudi sudah sejak lama menjalin kerja sama bilateral, dan

Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang Tenaga Kerja terbesar ke Arab

Saudi. Tetapi sebelum moratorium ada keadaan Tenaga Kerja Indonesia yang berada di

Arab Saudi tidak diperhatikan, seperti contoh nya jam kerja yang tidak sesuai aturan,

upah yang tidak sesuai perjanjian, dan perlakuan yang kurang pantas dari majikan. Hal

ini biasanya dilandasi dengan adanya kepentingan masing-masing negara, jadi

walaupun adanya perjanjian dalam ruang lingkup internasional tetapi tetap didalam

perjanjian tersebut ada kepentingan yang dibutuhkan negara tersebut. Indonesia dengan

Arab Saudi memang memiliki hubungan bilateral maupun multilateral yang cukup baik,

tetapi beberapa waktu ini ada beberapa masalah yang ada terkait penempatan Tenaga

Kerja Indonesia di Arab Saudi, hal ini sedikit menganggu hubungan Indonesia dengan

Arab Saudi maka dari itu hal ini menjadi perhatian khusus pemerintah Indonesia agar

tidak menganggu jalan nya penyaluran Tenaga Kerja Indonesia ke Arab Saudi dan yang

terpenting lagi tidak menganggu hubungan Indonesia dengan Arab Saudi.

17
Merdeka.com, 2015, https://www.merdeka.com/dunia/empat-upaya-pemerintah-indonesia-lindungi-wni-di-
arab.html?page=2
Di sisi negara Arab Saudi pun harus menindak tegas siapa saja yang

mengakibatkan terganggu nya proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia di wilayah

Arab Saudi, agar hal tersebut tidak terjadi lagi dan tidak menganggu segala aktifitas

ekonomi yang ada. Arab Saudi maupun Indonesia harus sama-sama membenahi aturan

yang ada dan menindak tegas siapa saja yang mencoba menganggu jalan nya aktifitas

yang dapat mengakibatkan hubungan bilateral maupun multilateral menjadi tidak baik.

Masalah yang paling merebut perhatian masyakarat adalah tentang kekerasan

yang didapati oleh Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. Kekerasan

tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor dari kepribadian seseorang

yang akan menjadi majikan di Arab Saudi (karena di berbagai negara, setiap warga

negara memiliki sifat atau kepribadian yang berbeda-beda) serta dapat dari faktor sifat

dan sikap Tenaga Kerja Indonesia itu sendiri.

Tetapi tidak hanya itu saja, faktor yang dapat menimbulkan kekerasan terhadap

Tenaga Kerja Indonesia bisa saja berasal dari faktor internal, yaitu dari permasalahan

yang ada di Indonesia seperti contoh nya yaitu kurang nya pengawasan pemerintah

terhadap agen yang akan mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia ke Arab Saudi karena

beberapa ada agen pemberangkatan yang tidak memiliki izin atau bisa dikatakan illegal,

maka dari itu pemerintahan Indonesia harus memiliki upaya untuk melindungi warga

negara nya yang bekerja di luar negeri.

Terlepas dari pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemerintah Indonesia dan

pemerintah Arab Saudi, terdapat ILO yang mengawasi tenaga kerja secara

internasional, yang memiliki fungsi utama dalam pengawasan :


a. Memberikan jaminan penegakan hukum kondisi kerja serta perlindungan pekerja

ketika melakukan pekerjaan mereka, seperti ketentuan jam kerja, upah yang

diberikan, kesehatan, dan kesejahteraan tenaga kerja nya.

b. Memberikan pengetahuan serta pelatihan terhadap pihak yang bersangkutan guna

memenuhi ketentuan hukum.

c. Memberikan informasi terhadap pihak yang berwenang tentang adanya ketidak

patuhan khusus nya yang tidak memiliki dasar hukum yang jelas.18

Setelah itu pada tahun 2011 telah diadakan pembahasan tentang moratorium agar

terhindar nya masalah yang didapatkan oleh pada Tenaga Kerja Indonesia dan sebagai

pengingat yang ditujukan kepada Arab Saudi agar lebih memperhatikan kelangsungan

hidup dan kesejahteraan Tenaga Kerja Indonesia yang berada disana. Berikut isi dari

moratorium Indonesia dengan Arab Saudi :

1. Memberikan cara agar bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam

memberikan tempat kerja serta melindungi Tenaga Kerja Indonesia sektor

domestic.

2. Perlunya komunikasi yang baik guna mengawasi Tenaga Kerja Indonesia dan

mengatur beberapa hal, yaitu :

i. Dimana warga negara Indonesia itu bekerja

ii. Apa yang harus dikerjakan dan lama nya bekerja.

iii. Apa yang harus dilakukan pekerja dan agen penyalur.

iv. Upah yang diterima.

v. Waktu kosong tenaga kerja

vi. Tentang masa berapa lama ia bekerja.

18
Arumsari, R.R, 2019, Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) Sektor Informal Di Arab Saudi, Bandung, Global Political Studies Jurnal, hlm. 62
3. Memberikan pelayanan sepenuhnya terhadap Tenaga Kerja Indonesia serta

tunduk pada aturan yang berlaku dalam setiap negara.

4. Memberikan ilmu tentang bagaimana Tenaga Kerja Indonesia bekerja sesuai

dengan aturan yang ada.

5. Membantu menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkun agen penyalur

dan pekerja dibantu oleh Komite Kerja Bersama.

Dengan adanya aturan tersebut, seharusnya Indonesia dan Arab Saudi harus lebih

bijaksana lagi dalam mengatasi permasalahan ini. Harusnya mereka saling bekerja sama

karena antara Indonesia dengan Arab Saudi sama sama memberikan manfaat, contoh nya

Indonesia mengirimkan tenaga kerja yang dibutuhkan Arab Saudi dan Indonesia menerima

keuntungan berupa devisa, begitu sebaliknya banyak jamaah di Indonesia yang naik haji

dan itu menambahkan keuntungan bagi Arab Saudi dan masyarakat Indonesia mendapat

kemudahan pada saat ingin naik haji. Tetapi tetap dibalik itu harus ada aturan tegas yang

mengatur segala bentuk perjanjian internasional serta harus diawasi pelaksanaan nya.

VI. Penutup

A. Kesimpulan

Banyaknya penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri tersebut rentan akan

terjerat kasus hukum dalam negara yang ditempatinya, seperti pada negara arab saudi.

Pemerintah Indonesia pada tahun 2011 melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja

migran Indonesia ke Arab Saudi karena upaya perlindungan yang sulit dilakukan serta

untuk menjalin hubungan kerjasama dan perlindungan tenaga kerja migran Indonesia

yang lebih baik, pemerintah Indonesia dan pemerintah Arab Saudi. Banyak Tenaga

Keja Indonesia di Arab Saudi yang terjerat hukum khususnya di sektor domestik,

sehingga kepercayaan masyarakat Arab Saudi terhadap tenaga kerja Indonesia menjadi

rendah.
B. Saran

Kebutuhan akan ekonomi masyarakat Indonesia yang semakin tinggi setiap

tahunnya, menyebkan adanya peningkatan pekerja Indonesia yang berada di luar

negeri. Dengan hal ini diperlukan adanya hubungan kerjasama antara negara Indonesia

dengan negara yang bersangkutan untuk melindungi pekerja tersebut, seperti kerja sama

negara Indonesia dengan Arab Saudi. Meskipun telah diadakan kerjasama dan adanya

penandatanganan terkait nota kesepahaman perlindungan tenaga kerja Indonesia,

sampai saat ini masih terdapat beberapa tenaga kerja yang terjerat kasus hukum serta

tidak dapat menggunakan haknya. Maka dari itu alangkah baiknya untuk lebih

meningkatkan pengawasan terhadap Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar

negeri, pengawasan tersebut dapat dilakukan bukan hanya oleh pemerintah saja namun

dapat dilakukan oleh badan khusus yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi

pekerja di luar negeri.


Daftar Pustaka
Buku
Gunawan, Yordan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta,
LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Hanitijo, Rony, 1987, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Pharahita, I Wayan, 2002., Hukum Perjanjian Internasional Bagian 1. Bandung. Mandar


Maju.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri, 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Suryono, Edy. 1984. Praktek Ratifikasi Perjanjian Internasional Di Indonesia. Bandung.
Remadja Karya.
Tarigan, Jefri Porkonata. 2019. Pengesahan Perjanjian Internasional: Pendekatan Teoritis,
Komparatif, dan Praktik Pengujian Undang-undang. Depok. Rajawali Pers.

Jurnal
Arumsari, R. R. (2019). Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) Sektor Informal Di Arab Saudi. Global Political Studies
Journal. Vol 3, No 1. Hal 52-72.
Khaitam, Widad Muhammad. 2014. Agreement the Placement and Protection of Indonesian
Domestic Workers Antara Republik Indonesia Dengan Arab Saudi Dalam
Perlindungan Hukum Terhadap TKI Di Arab Saudi. Kumpulan Jurnal Mahasiswa
Fakultas Hukum.
Kristina, Anita. 2012. Standarisasi Kompetensi sebagai upaya perlindungan TKI. Jurnal
Trunojoyo. Vol 6, No 2. Hal 102-115.
Muin, Fatkhul. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia (Tinjauan
Terhadap UU Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia). Jurnal Cita Hukum, FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Vol.3
No.1.
Prativi, Dhiajeng Chinthya. 2019. Upaya Diplomasi Indonesia dalam Kasus Pembebasan
Pekerja Migran Indonesia Terpidana Hukum Pancung di Arab Saudi: Periode 2014-
2018. Journal of International Relations. Vol5, No 4. hal 592-598.
Shaleh, Ali Ismail, dan Raihana Nasution. 2020. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Migran
Indonesia Di Arab Saudi Sebagai Negara Non Internasional Convention On The
Protection Of The Rights Of All Migrant Wokers And Members Of Their Families.
Jurnal Yustisiabel. Vol 4, No 1. Hal 27-39.

Artikel
BP2MI, 2012. bp2mi.go.id/statistik-detail/penempatan-per-tahun-per-negara-(2006-2012).
DETIK.com.2013. https://news.detik.com/berita/d-2286661/-bnp2tki-terima-12270-kasus-tki-
sejak-2011-terbanyak-arab-saudi.
Disnaker.bulelengkab.go.id.https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/artikel-masalah-sosial-
tentang-pengangguran
simulasikredit.com
Kompas.com,2015,https://nasional.kompas.com/read/2018/10/31/12152651/sejak-2015-4-
wni-dieksekusi-mati-di-arab-saudi?page=all
Merdeka.com,2015,https://www.merdeka.com/dunia/empat-upaya-pemerintah-indonesia-
lindungi-wni-di-arab.html?page=2

Lembar Penilaian Sejawat


Persentase
UK
No. Mahasiswa Nama UK 1 Bekerja (0- Keterangan
Final
100)
20180610016 Arya YA YA Mengerjakan 85
Wibisono sebagian bes
ar tugas
20180610331 Tifany YA YA Mengerjakan 85
Armanda sebagian bes
ar tugas
20180610349 Fajrial Dias YA YA Mengerjakan 85
Pradipta sebagian bes
ar tugas
20180610366 Sheila YA - Tidak perna 10
Shafira h ikut diskus
i dan tidak
mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai