Anda di halaman 1dari 19

Peranan Kementerian Luar Negri Indonesia

Dalam Menangani Masalah Hukum


Yang Menimpa Tenaga Kerja Indonesia
Di Arab Saudi

Irvan Riady

Potensi Utama,Medan,20241
muhammadirvanriadi@gmail.com

ABSTRAK

Sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri merupakan salah satu faktor pendorong generasi
muda Indonesia dan tergolong usia muda mencari pekerjaan di Negara lain, tapi ada juga yang
tujuan ke luar negeri bukan menjadi pekerja tapi melanjutkan pendidikan di jenjang lebih tinggi.
Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, yang paling banyak bermasalah adalah TKI selain
kurangnya pendidikan, dan masih usia muda. Sayangnya kepergian para TKI keluar negeri ada yang
tidak resmi, bahkan dari segi kelengkapan dokumen pun tidak memenuhi syarat sebagai pekerja di
luar negeri.Akibatnya sering terjadi tindak kekerasan terhadap TKI oleh majikan di tempat mereka
bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar perjuangan diplomasi Republik Indonesia
dalam permasalahan TKI di Arab Saudi dan substansi perjuangan diplomasi Republik Indonesia
terhadap permasalahan TKI di Arab Saudi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Banyaknya TKI ke
Arab Saudi disebabkan oleh tingginya permintaan dari negara tersebut selaku negara maju yang
terus membangun negaranya di berbagai sektor, sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Hal
ini menjadi peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk mengirimkan TKI ke Arab Saudi agar dapat
mengurangi pengangguran dan meningatkan ekonomi masyarat di Indonesia, akan tetapi akibat dari
pengiriman tersebut menimbulkan berbagai permasalahan seperti: penganiayaan, gaji tidak dibayar,
pelecehan, dan pembuhunan yang menimbulkan masalah dalam konteks hubungan Indonesia-Arab
Saudi. Dengan dasar itu, sebagai konsekuensi bagi Pemerintah Indonesia harus memperjuangkan
nasib para TKI tersebut melalui diplomasinya seperti memediasi kepentingan para TKI dengan
Pemerintah Arab Saudi, memberi advokasi atau bantuan hukum.

-Kata Kunci : Tenaga Kerja Indonesia, kementerian Luar Negeri, Diplomasi, Arab Saudi.

ABSTRACT

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 2

The narrow employment opportunities in the country are one of the driving factors for Indonesia's
young generation and they are relatively young looking for work in other countries, but there are
also those who aim to go abroad not to become workers but to continue their education at a higher
level. According to the Indonesian Ministry of Foreign Affairs, the most problematic are TKI
besides their lack of education, and their young age. It's a shame that some migrant workers go
abroad unofficially, even in terms of the completeness of the documents they don't even qualify as
workers abroad. As a result, there are often acts of violence against migrant workers by employers
where they work. This study aims to find out the basis of the diplomatic struggle of the Republic of
Indonesia in dealing with the problems of migrant workers in Saudi Arabia and the substance of the
diplomatic struggle of the Republic of Indonesia with regard to the problems of migrant workers in
Saudi Arabia. The results of the study show that the large number of Indonesian migrant workers to
Saudi Arabia is due to the high demand from the country as a developed country which continues to
develop its country in various sectors, thus requiring a large number of workers. This is an
opportunity for the Government of Indonesia to send TKI to Saudi Arabia in order to reduce
unemployment and improve the Indonesian people's economy, but the consequences of sending it
cause various problems such as: abuse, non-payment of wages, harassment, and murder which
creates problems in the context of Indonesia-Saudi Arabia relations. On this basis, as a consequence,
the Government of Indonesia must fight for the fate of the Indonesian Migrant Workers through
diplomacy, such as mediating the interests of Indonesian Migrant Workers with the Government of
Saudi Arabia, providing advocacy or legal assistance.

-Keywords: Indonesian Workers, Ministry of Foreign Affairs, Diplomacy, Saudi Arabia.

Info Artikel :

Disubmit: Direview: Diterima :

Copyright © 2022 – Lex Justitia Journal. All rights reserved.

1. PENDAHULUAN

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
Indonesia adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang mengirimkan banyak tenaga kerja
ke luar negeri yang biasa disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI). TKI merupakan warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri, namun harus memenuhi syarat bekerja dalam jangka waktu
yang telah ditentukan. Pengiriman TKI menjadi salah satu sumber pendapatan negara yakni sebagai
sumber penghasil devisa tertinggi negara, selain dari bidang pariwisata dan bidang ekonomi lainnya.
Banyak orang yang ingin menjadi TKI disebabkan oleh para TKI. Pengiriman TKI ke luar negeri juga
merupakan salah satu cara untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri
bahwa pengiriman TKI ke luar negeri telah membuka peluang bagi para pencari kerja di dalam negeri
untuk memperoleh pekerjaan. Sedangkan bagi pemerintah, pengiriman TKI ke luar negeri menjadi
peluang negara untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM), yang jumlahnya banyak di
Indonesia dan sebagai upaya mengurangi kemiskinan melalui adanya pembukaan lapangan pekerjaan
di luar negeri.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 menjelaskan bahwa terdapat 7,05 juta
penduduk Indonesia menganggur, kemudian jika dibandingkan pada tahun 2018, maka jumlah
pengangguran yang ada di Indonesia meningkat sebanyak 50 ribu jiwa. 1 Sehingga, pemerintah
Indonesia senantiasa melakukan berbagai cara untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia,
salah satunya pengiriman TKI ke Arab Saudi. Negara ini menjadi salah satu negara penempatan TKI di
Kawasan Timur Tengah karena Arab Saudi sangat bergantung dengan tenaga kerja dari luar negeri
untuk mengisi sektor-sektor informal yang ada di negaranya. Arab Saudi merupakan negara yang
terus mengalami perkembangan dan kemajuan ekonomi pasca ditemukannya minyak bumi sebagai
sumber penghasilan terbaru di negara ini yang membutuhkan tenaga kerja yang terampil di bidang
tersebut. Selain itu, kemajuan ekonomi dan demokratisasi di Arab Saudi memberikan pengaruh
terhadap kehidupan sosial dan gaya hidup di negara ini, sehingga pekerjaan rumah tangga di nilai
sebagai pekerjaan yang rendahan dan masyarakat Arab Saudi lebih memilih mempekerjakan pekerja
dari luar negeri untuk mengerjakan pekerjaan domestik, dimana TKI di Indonesia mendominasi sektor
tersebut.

Banyaknya pengiriman TKI ke Arab Saudi ini juga dipermudah oleh adanya hubungan religius yang
erat dan hubungan bilateral yang baik antara kedua negara, sehingga para TKI lebih mudah
beradaptasi ketika bekerja disana. Indonesia dan Arab Saudi sendiri telah menjalankan hubungan
diplomatik sejak tahun 1950, dan telah membentuk perjanjian persahabatan (Treaty of Friendship)
pada tahun 1970 (Majid, 2014). Selain itu, hubungan bilateral antara kedua negara juga semakin
ditingkatkan melalui berbagai bidang kerja sama, termasuk kerja sama ketenagakerjaan. bidang
tenaga kerja yang banyak ditempati oleh TKI dan paling dibutuhkan di Arab Saudi, yakni di sektor
informal seperti di bidang tenaga kerja Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) karena mampu
menampung TKI yang berpendidikan rendah, sehingga sektor PLRT ini yang paling banyak
menyumbangkan devisa bagi negara. TKI yang bekerja yang masuk ke dalam bidang PLRT ini
umumnya merupakan tenaga kerja yang hanya bermodalkan ijazah SD atau SMP, yang tidak
mendapatkan pekerjaan yang layak di dalam negeri. Sehingga, ini menjadi penyebab mengapa TKI
banyak ditempatkan di bidang PLRT Arab Saudi (Ismail, 2019). 2

1 Bogdan dan Taylor, Dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja Rodakarya,2010),
hal 4.
2 Moh.Nazir,Metode Penelitian,(Jakarta: Ghalia Indonesia,1985), hal 63.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 4

Meskipun TKI dianggap sebagai penyumbang devisa terbesar Indonesia 3, tetapi TKI di Arab Saudi
seringkali mendapatkan permasalahan yakni berupa kekerasan, dituduh sebagai pembunuh,
penyiksaan fisik dari majikan, hukuman mati dan bahkan permasalahan terkait status TKI yang ilegal
atau TKI yang tidak memiliki izin tinggal (Overstayers). Permasalahan TKI ini kemudian menjadi
pekerjaan rumah bagi Pemerintah Indonesia untuk mencari solusi agar permasalahan TKI ini bisa
diselesaikan. TKI merupakan warga negara di luar negeri yang penting untuk diberikan perlindungan.
Para TKI baik yang memiliki status pendidikan tinggi ataupun rendah tetaplah harus diberikan
perlindungan yang sama. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa ”Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Upaya pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh TKI di Arab
Saudi itu sendiri telah dilakukan dari berbagai macam cara yakni salah satunya diplomasi
perlindungan. Diplomasi perlindungan itu sendiri merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh negara
untuk melakukan perlindungan bagi warga negaranya melalui cara-cara negosiasi atau tanpa kekerasan.
Dalam mengatasi permasalahan TKI DI Arab Saudi, Pemerintah Indonesia telah beberapa kali
membahas perlindungan terhadap TKI bersama dengan pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Indonesia
sudah melakukan pertemuan antar pejabat tinggi di Jeddah pada Tahun 2011 untuk membahas
perbaikan perlindungan dan penempatan TKI di Arab Saudi yang menghasilkan penandatangan pra
Memorandum of Understanding (MoU) antara Arab Saudi dan Indonesia (Ismail, 2019). Kemudian,
pada tanggal 19 Februari 2014 Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi akhirnya memutuskan untuk
menandatangani MoU di Riyadh, Arab Saudi yang menitikberatkan pada perlindungan TKI di Arab
Saudi (Ismail, 2019).4
Di Era Presiden Joko Widodo telah dilakukan upaya untuk melindungi TKI dengan menandatangani
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran yang menggantikan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 yang dimana di dalam Undang-Undang tersebut banyak peran
pihak swasta dalam proses pengiriman TKI ke luar negeri dipangkas habis (Kompas, 2018).
Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri juga menjelaskan bahwa tujuan dan
sasaran diplomasi Republik Indonesia Tahun 2021-2022 juga akan difokuskan untuk memberikan
perlindungan terhadap warga negara Indonesia di luar negeri, termasuk perlindungan TKI (Lubis,
2022).

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini berfokus pada hal yang mendasari perjuangan diplomasi Republik Indonesia dalam
permasalahan TKI di Arab Saudi terutama di sektor informal sesuai dengan amanah konstitusi
Republik Indonesia untuk melindugi para warga negara yang berada di luar negeri, termasuk Arab
Saudi. Tingginya permintaan TKI di Arab Saudi yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi dan
pembangunan yang dilakukan terus menerus membuat para masyarakat Arab Saudi bergantung dan
pada tenaga kerja asing. Banyaknya TKI di sektor informal menimbulkan berbagai macam
permasalahan, sehingga Pemerintah Indonesia melakukan upaya untuk melindungi warga negaranya
melalui berbagai bentuk kebijakan seperti diplomasi perlindungan, pemberian bantuan dan advokasi.

3 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 menjelaskan bahwa terdapat 7,05 juta
penduduk Indonesia menganggur (Pangestu, 2020).
4 https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42488/1/13370021_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
Penulis akan berfokus pada substansi perjuangan diplomasi Republik Indonesia yakni untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran diplomasi Republik Indonesia Tahun 2022 yang memprioritaskan
perlindungan terhadap TKI. Penelitian ini juga akan berfokus pada wujud perjuangan diplomasi
Republik Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan TKI melalui pembuatan kebijakan untuk
menyelesaikan permasalahan TKI melalui Sistem Penempatan Satu Kanal dan Pemberian bantuan
kepada TKI.

3. METODE PENELITIAN

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis.Bogdan dan
Taylor mendefinisikan metode kualitif sebagai Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati. 5 Tujuan dari penelitian
deskriptif menurutu Mohammad Nadzir adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antarfenomena yang
diselidiki.6 Dalam penelitian ini, metode deskriptif analitis digunakan untuk menggambarkan
permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Overstayers yang berdampak bagi hubungan bilateral
Indonesia Dan Arab Saudi dan upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap Arab Saudi dalam
menangani masalah tersebut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik telaah pustaka (Library
Research). Robert K Yin mengemukakan bahwa data untuk penelitian kualitatif dapat
diperoleh dari dokumen, rekaman, arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi
partisipan dan perangkat-perangkat fisik. 7 Dari enam sumber data tersebut, penelitian ini
menggunakan dokumen, rekaman arsip, dan wawancara

3. Jenis Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 8 Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer atau utama berupa wawancara dari informan secara
mendalam guna mendapatkan informasi yang objektif.

Adapun data tambahan atau data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur
seperti buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan informasi yang diakses dari internet yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian

5 https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42488/1/13370021_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
6 Robert K Yin, Studi Kasus (Desain dan Metode), (Jakarta: PT. Rajawali Pers,2006) hal 101.
7 Lofland Dalam Lexy . Moleong Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2010) hal 157
8 Bogdan dan Biklen, Dalam Lecy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010)
hal 248.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 6

ini menyangkut diplomasi indonesia dengan Arab Saudi dalam bidang ketenagakerjaan dan
permasalahan TKI di Arab Saudi.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Bogdan dan
Biklen mendefinisikan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari,dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 9 dan
memutuskan apa yang dapat digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian di
korelasikan satu sama lain untuk selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan kemudian data-data
tersebut dianalisis untuk membuat penjelasan mengenai studi penelitian permasalahan ini.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Keberadaan tenaga kerja indonesia adalah sebuah realitas sosial yang telah hadir di tanah air sejak
lama. Susahnya mendapatkan pekerjaan di dalam negara sendiri membuat TKI memilih untuk
bermigrasi ke negara lain yang dianggap memiliki potensi yang besar dalam memberikan lapangan
pekerjaan (Valensy, 2017). Negara Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai jumlah penduduk
yang sangat tinggi. Tingginya jumlah penduduk ini kemudian menimbulkan banyak masalah
diantaranya masalah pengangguran. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan
bahwa pengangguran di Indonesia jumlahnya naik 50 ribu jiwa di bulan Agustus 2019, sehingga
kenaikan ini meningkat dari Tahun 2018 yakni 7 juta jiwa menjadi 7,05 jiwa di Tahun 2019 (Yolanda,
2020). Hal ini kemudian menjadi salah satu motivasi mengapa TKI memilih untuk berangkat ke luar
negeri karena ingin memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kehadiran TKI yang begitu banyak di
Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor ekonomi, dorongan keluarga,
atau kurangnya lapangan pekerjaan (Shabana 2020).

Hampir seluruh TKI dari Indonesia mempunyai tingkat pendidikan yang dibawah rata-rata atau
tergolong rendah dan kebanyakan bekerja di sektor yang membutuhkan keterampilan rendah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa adanya migrasi TKI ke Arab Saudi bersumber dari kemiskinan yang
terjadi di daerah asal para TKI (Bernardianto 2017). Selain itu, Adanya motivasi TKI bekerja di Arab
Saudi sangat dipengaruhi oleh tingginya permintaan TKI dari negara tersebut. Permintaan tenaga kerja
asing yang tinggi dari Arab Saudi menjadi peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk mengirimkan TKI
ke negara tersebut untuk menanggulangi masalah pengangguran yang ada di dalam negeri akibat dari
kurangnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Pengiriman TKI ke Arab Saudi itu sendiri sudah mulai
di buka pada tahun 1975 dengan pengiriman TKI pertama sebanyak 25 orang dan masih menigkat
sampai sekarang (Susilo 2016).10

Eksistensi TKI ini juga banyak dipengaruhi oleh persepsi orang-orang yang menganggap bahwa TKI
merupakan pahlawan devisa Negara Indonesia dan pahlawan bagi keluarga mereka. TKI memang

9 https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42488/1/13370021_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

10 http://www.tribunnews.com/nasional/2011/09/29/istri-dan-majikan-tki-kikim-komalasari-terancam-
hukuman-mati

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
menjadi penyelamat bangsa dengan menyumbang banyak devisa negara melalui remitansi TKI ke
negara yang begitu banyak setiap tahunnya. Selain itu, Arab Saudi menjadi salah satu negara
penempatan TKI yang mempunyai jumlah remitansi yang sangat besar setiap tahunnya. Menurut
Rendra Setiawan selaku Kepala Sub Kelembagaan Kementerian Tenaga Kerja BNP2TKI menjelaskan
bahwa ada bermacam-macam faktor penduduk ingin menjadi TKI, namun yang menjadi faktor utama
yaitu kurangnya lapangan kerja dan faktor ekonomi (Shelly 2018). Selain itu, Negara Arab Saudi juga
sangat bergantung dengan adanya pengiriman TKI dari Indonesia. Ketergantungan Arab Saudi
terhadap tenaga kerja asing salah satunya dari Indonesia karena disebabkan oleh kemajuan teknologi
dan modernisasi yang terjadi di Arab Saudi membuat negara ini sangat membutuhkan importasi
teknologi maupun tenaga kerja untuk menyokong negaranya yang kekurangan tenaga kerja untuk
membantu pembangunan di negaranya (Ramadhani 2022).

Fenomena modernisasi dan pencapaian pembangunan ekonomi nasional di Arab Saudi secara tidak
langsung menjadikan taraf dan gaya hidup masyarakat di Arab Saudi meningkat. Berkembangnya
industri jasa dan pertambangan telah menghasilkan sangat banyak konglomerat dan pengusaha kaya
dengan budaya konsumerisme yang tinggi. Sehingga persepsi penduduk Arab Saudi kini melihat
bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan sebuah pekerjaan rendah dan hanya diperuntukkan bagi
para budak, sehingga kebanyakan kaum wanita 11 di Arab Saudi tak lagi ingin mengurusi urusan rumah
tangga, sehingga membutuhkan jasa tenaga kerja terutama dari Indonesia yang terkenal sopan dan rajin
dalam bekerja untuk mengurusi urusan pekerjaan rumah tangga mereka. Umumnya tenaga kerja
Indonesia yang diterima bekerja di Arab Saudi yaitu kebanyakan di sektor informal. Arab Saudi sangat
membuka lebar peluang bagi para TKI untuk bekerja di sektor informal atau pekerjaan domestik.
Penerimaan TKI di sektor informal umumnya dilakukan dengan sistem kaffala atau sponsorship.

Hampir seluruh TKI dari Indonesia mempunyai tingkat pendidikan yang dibawah rata-rata atau
tergolong rendah dan kebanyakan bekerja di sektor yang membutuhkan keterampilan rendah. 12 Hal ini
selaras dengan kebutuhan tenaga kerja di Arab Saudi yang umumnya membutuhkan tenaga di sektor
informal yang memiliki status pendidikan yang rendah seperti pekerja rumah tangga atau buruh
tambang dan pabrik. Sehingga, penerimaan TKI di Arab Saudi lebih mudah karena Arab Saudi juga
membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia yang bersedia untuk dibayar dengan gaji yang lebih rendah
dibanding penduduk asli Arab Saudi. 13 Adapun klasifikasi bidang kerja yang bisa di tempati oleh TKI
di Arab Saudi di sektor formal seperti bidang gas dan minyak, kesehatan, manufaktur, hospitallity,
bidang jasa dan otomotif. TKI yang memiliki klasifikasi atau memenuhi syarat berpeluang di
tempatkan di sektor formal seperti di proyek pengembangan wilayah kota yang membutuhkan tenaga
kerja di bidang manufaktur, konstruksi maupun transportasi (bp2mi 2020). TKI di sektor informal
lebih banyak dibandingkan sektor formal karena banyaknya TKI yang berangkat melalui cara yang
ilegal ke negara Arab Saudi yang didominasi oleh para TKI yang berstatus pendidikan rendah.

Banyaknya TKI yang bekerja di sektor informal juga tak jarang mendapatkan masalah. Permasalahan-
permasalahan yang menimpa TKI di Arab Saudi itu bermacam-macam, mulai dari status TKI ilegal,
penganiayaan, pembunuhan dan bahkan masalah hukuman mati bagi TKI. Permasalahan yang paling
banyak di adukan oleh TKI yakni permasalahan khususnya di sektor informal terutama pekerja
domestik atau pekerja rumah tangga, seperti penganiayaan oleh majikan, gaji yang tidak
dibayar,bahkan kasus pembunuhan (Majid, 2014). Data dari crisis center BNP2TKI menjelaskan

11 http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150417123757-20-47392/putri-tki-yang-dipancung-saudi-
lecehkan-hubungan-diplomasi/

12dengan melakukan early warning system sebelum Calon TKI berangkat ke negara penempatan sehingga
keberangkatan Calon TKI secara Non Prosedural dapat dicegah. (www.posore.com)
13 https://an-nur.ac.id/diyat-pengertian-sebab-macam-macam-dan-hikmahnya/

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 8

bahwa terdapat sekitar lebih dari 21 jenis pengaduan TKI di Arab Saudi seperti perdagangan manusia,
tindak kekerasan yang diperoleh dari majikan, upah tidak terbayarkan, paspor atau dokumen-dokumen
penting ditahan, dan lain sebagainya (Monica 2019).

Permasalahan yang dirasakan oleh TKI di Arab Saudi ini biasanya disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Adapun faktor eksternal yaitu hukum di negara penempatan yang
menyebabkan TKI khusunya sektor informal dianggap sebagai budak karena TKI tersebut ditempatkan
melalui sistem kaffalah yang berarti membeli. Sedangkan, faktor internal terutama bagi TKI informal
yaitu keterbatasan terkait pemahaman bahasa di negara penempatan dan adanya beberapa perbedaan
budaya (Monica 2019). Eksploitasi dan kekerasan yang menimpa TKI di Arab Saudi umumnya tertuju
kepada TKI perempuan yang sering mengalami kekerasan fisik, pemerasan, penipuan, pelecehan
seksual, perekrutan ilegal, PHK, perdagangan manusia, gaji tidak di bayar, terjangkit penyakit atau
bahkan pembunuhan (Valensy, 2017). Hal ini kemudian menjadi dasar bagi Pemerintah Indonesia
untuk melakukan perlindungan terhadap TKI yang mendapatkan berbagai macam permasalahan di
Arab Saudi.

Adapun substansi perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam
menyelesaikan permasalahan TKI yaitu bersumber dari tujuan dan sasaran diplomasi Republik
Indonesia Tahun 2021-2022, dimana perlindungan terhadap warga negara Indonesia menjadi salah satu
prioritas diplomasi yang harus dijalankan oleh Pemerintah Indonesia (Negeri, 2020). Hal tersebut
disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Indonesia yakni ibu Retno LP Marsudi dalam
pernyataan pers tahunan Kementerian Luar negeri yang menjelaskan bahwa prioritas diplomasi
Indonesia pada poin ke tiga yaitu untuk memberikan Perlindungan terhadap warga negara Indonesia
(Negeri 2021).

Perjuangan diplomasi yang dilakukan Indonesia terhadap TKI di Arab Saudi sejatinya untuk mencapai
tujuan dan sasaran diplomasi Republik Indonesia yang ditujukan untuk mengedepankan keselamatan
dan perlindungan TKI yang menjadi kepentingan nasional dari Indonesia yang bersifat urgent dan
harus diutamakan (Pangestu, 2020).

Banyaknya kasus kekerasan yang dialami oleh TKI di Arab Saudi 14 menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk melindungi hak-hak warga negaranya sebagaimana sesuai dengan substansi
perjuangan diplomasi Indonesia yang wajib untuk melindungi warga negaranya seperti TKI di Arab
Saudi termasuk di dalamnya perlindungan hak untuk hidup. Substansi perjuangan diplomasi Republik
Indonesia ditujukan untuk melindungi hak asasi manusia dari para TKI yang bermasalah tersebut.
banyaknya kasus pelanggaran HAM yang dirasakan oleh TKI membuat pemerintah melakukan upaya
untuk melindungi warga negaranya dari kasus pelanggaran HAM, sebagaimana yang tercantum di
dalam tujuan dan sasaran diplomasi Indonesia yang memang harus memperjuangkan perlindungan
warga negaranya dari segala tindakan yang membahayakan warga negara di luar negeri seperti kasus
penganiayaan, pembunuhan, pelecehan seksual, kekerasan dan bahkan hukuman mati. Hukuman mati
itu sendiri menjadi salah satu bentuk pelanggaran HAM karena dinilai melanggar hak untuk hidup
seseorang (BBC 2015).

Substansi lain dari perjuangan diplomasi Republik Indonesia dalam permasalahan TKI juga ditujukan
untuk pemenuhan kepentingan nasional Negara Indonesia. Kepentingan nasional Indonesia untuk
memberikan keselamatan kepada para TKI di Arab Saudi ini sehubungan dengan yang tertera di dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 khusunya alinea ke empat yang
berhubungan dengan kewajiban Negara Indonesia untuk melindungi warga negara Indonesia dan

14 https://nasional.kompas.com/read/2020/07/07/07251511/penantian-panjang-etty-toyib-bebas-dari-
hukuman-mati-di-arab-saudi

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
menjamin keamanan bagi warga negara Indonesia (Pangestu, 2020). Substansi perjuangan diplomasi
Republik Indonesia terkait permasalahan TKI di Arab Saudi juga ditujukan untuk pemenuhan hak-hak
tenaga kerja Indonesia termasuk hak dalam memperoleh upah, jam kerja yang sesuai dan hak-hak
pekerja lainnya. Hal ini sehubungan dengan bagaimana Pemerintah Indonesia menerapkan konvensi
yang telah ditanda tangani di New York pada tahun 2004 yakni International Convention on the
Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families 15 yang ditujukan
untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak semua pekerja migran dan anggota
keluarganya untuk kesejahteraan para TKI (Tamba 2019).

15 https://saudinesia.id/review/sistem-penempatan-satu-kanal-spsk-sebuah-solusi/#:~:text=SPSK%20adalah
%20Sistem%20Penempatan%20Satu,pekerja%20domestik%20(ratifikasi%20ILO).

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 10

Substansi perjuangan diplomasi Indonesia untuk melindungi tenaga kerja Indonesia yang berada di luar
negeri senantiasa terus dipertahankan dengan berbagai macam cara seperti melakukan diplomasi untuk
menyelesaikan permasalahan dan melakukan hubungan bilateral untuk membentuk kebijakan atau
aturan yang disepakati oleh kedua negara untuk melindungi para TKI di Arab Saudi.
Meskipun telah terjadi banyak permasalahan atau kasus yang di alami TKI di Arab Saudi, namun
kedua negara masih tetap menjalin persahabatan dan hubungan bilateral yang baik. Hal ini disebabkan
karena Indonesia menggunakan upaya perjuangan diplomasi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan kesejahteraan rakyat antar kedua
negara, terutama permasalahan yang di alami oleh TKI di Arab Saudi. Diplomasi merupakan sebuah
konsep yang diartikan sebagai proses komunikasi dua arah antar negara yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan atau kepentingan setiap negara. Sedangkan diplomasi perlindungan itu sendiri
merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh negara untuk melakukan perlindungan bagi warga
negaranya melalui cara-cara negosiasi atau tanpa kekerasan (Kurniawati 2017).

Diplomasi perlindungan bagi para TKI tentunya sangat penting untuk dilakukan oleh pemerintah
Indonesia karena banyak hal yang harus diperjuangkan dari permasalahan yang menimpa TKI yang
dilihat dari pandangan humanitarian dimana sebuah negara wajib untuk memberikan perlindungan
terkait hak-hak TKI mulai dari sebelum penempatan, waktu penempatan di negara tujuan, dan pasca
penempatan TKI (Majid, 2014).

Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan fungsi dan kewajibannya untuk melindungi para TKI di
Arab Saudi. Keberhasilan Perlindungan TKI di Arab Saudi ditunjukkan oleh Pemerintah Indonesia
dengan adanya penurunan jumlah kematian TKI di Arab Saudi. Menurut Laporan Data Penempatan
dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, menguraikan bahwa kematian TKI dari waktu ke waktu
jumlahnya semakin menurun. Meninggalnya tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi ini disebabkan oleh
berbagai macam faktor, misalnya penganiayaan oleh majikan, sakit, dan bahkan diakibatkan oleh
eksekusi mati oleh pemerintah Arab Saudi (Majid, 2014). Maka dari itu, turunnya angka kematian
yang terjadi di Arab Saudi setiap tahunnya menunjukkan bahwa diplomasi perlindungan yang
dilakukan pemerintah Indonesia terhadap TKI di Arab Saudi mengalami keberhasilan meskipun belum
signifikan.

Adapun wujud perjuangan diplomasi Republik Indonesia melalu diplomasi perlindungan yakni dengan
melakukan upaya untuk mengirimkan berbagai macam aktor negara untuk melakukan negosiasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang di alami oleh TKI. Pemerintah Indonesia tidak lengah dan tetap
melakukan upaya diplomasi untuk merundingkan permasalahan serupa agar tidak ada lagi kasus seperti
penganiayaan, pembunuhan atau bahkan hukuman mati yang terjadi. Seperti contoh kasus Etti Toyib
dimana Pemerintah Indonesia berhasil menyelamatkan Etti Toyib dari jeratan hukuman mati pada
Tahun 2019 dengan melalui proses diplomasi yang panjang oleh Pemerintah Indonesia kepada pihak
Arab Saudi terutama keluarga korban (Ahdori 2019).

Para diplomat yang dipercayakan ke Arab Saudi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
mempunyai semboyan “Kami datang untuk Warga Negara Indonesia, kami datang untuk melayani,
bukan di layani; dan kami datang bukan untuk pamer dasi dan jas” (Prativi 2019). Adapun upaya
perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh para diplomat dalam melakukan negosiasi itu seperti
mengirim surat dari Presiden Republik Indonesia kepada Raja Arab Saudi untuk meminta keringanan
hukuman bagi TKI yang terjerat hukum, membuat nota diplomatik antar kedua negara terkait
perlindungan TKI yang bermasalah, meminta untuk adanya grasi, kemudian para diplomat juga
senantiasa melakukan pendekatan kepada ahli waris korban melalui Lembaga Perdamaian dan
Rekonsiliasi untuk meminta keringanan hukuman bagi korban.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
Proses penyelesaian masalah yang di hadapi oleh TKI di Arab Saudi senantiasa di perjuangkan oleh
Pemerintah Indonesia dengan berbagai langkah baik formal yakni melalui diplomasi dan negosiasi oleh
aktor-aktor negara yang ditunjuk secara resmi dalam menyelesaikan permasalahan maupun maupun
non formal. Misalnya di dalam kasus Tuti Tursilawati yang di vonis hukuman mati pada Tahun 2018,
senantiasa diperjuangkan oleh Pemerintah Indonesia agar terbebas dari hukuman (Prativi, 2019).
Permasalahan Tuti Tursilawati berawal dari adanya kasus pelecehan seksual yang di alaminya yang
diterima dari Ayah majikannya sehingga Tuti membunuh ayah majikannya tersebut. Dalam
permasalahan ini, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk membebaskan Tuti
Tursilawati dari jeratan hukuman mati, seperti melakukan pengawalan hukum (Advokasi), langkah-
langkah diplomatik, dan bantuan sosial (Priambodo 2019).

Hubungan bilateral yang baik antara Indonesia dan Arah Saudi membuat kedua negara beberapa kali
membahas perlindungan terhadap TKI bersama dengan pemerintah Arab Saudi dalam mengatasi
permasalahan TKI di Arab Saudi. Pemerintah Indonesia melalui perwakilan diplomatnya berupaya
untuk membicarakan dan membahas perbaikan perlindungan dan penempatan TKI di Arab Saudi.
Upaya diplomasi Indonesia dalam memberikan perlindungan terhadap TKI di Arab Saudi kemudian
menghasilkan Memorendum of Understanding (MoU) pada tanggal 19 Februari 2014 di Riyadh Arab
Saudi yang berfokus pada perlindungan TKI di Arab Saudi (Ismail, 2019). Selanjutnya, Hubungan
bilateral Indonesia dan Arab Saudi terus diperkuat dengan melakukan upaya pembentukan kebijakan
terkait perlindungan TKI di Arab Saudi. Pemerintah Indonesia terus melakukan negosiasi terhadap
pemerintah Arab Saudi terkait pembentukan kebijakan terhadap tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi.
Upaya diplomasi dalam pembuatan kebijakan terkait perlindungan TKI di Arab Saudi ini dilakukan
karena masih banyaknya kasus atau permasalahan yang di alami oleh TKI di Arab Saudi dan akan terus
membayang-bayangi TKI jika tidak dibuatkan solusi jangka panjang untuk menghentikan
permasalahan tersebut.

Pemerintah Indonesia berupaya untuk menegosiasikan kepada Pemerintah Arab Saudi terkait
perlindungan TKI jangka panjang dan mencegah timbulnya permasalahan bagi TKI di Arab Saudi di
masa depan dengan pembentukan sistem tata kelola perlindungan dan penempatan TKI di Arab Saudi
yang baru yakni Sistem Penempatan Satu Kanal 16 (SPSK) atau One Channel System. Sebelumya
sistem penerimaan TKI di Arab Saudi dijalankan dengan sistem kaffala atau melalui sponsor, dimana
majikan memiliki akses langsung terhadap TKI dan majikan wajib menanggung semua biaya keperluan
TKI mulai dari perekrutan, pelaksanaan, dan pemulangan TKI ke Indonesia. Kesepakatan bersama
kedua negara terkait pemberlakuan sistem SPSK ini kemudian ditanda tangani di Kantor Kementrian
Ketenagakerjaan pada tanggal 11 Oktober 2018 yang dilakukan antara Pemerintah Arab Saudi yakni
diwakili oleh Menteri Tenaga Kerja dan Pembangunan Sosial Kerajaan Arab Saudi, Ahmed bin
Suleiman bin Abdulaziz al Rajhi serta Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia M. Hanif Dhakiri
(Monica 2019).

Sistem penempatan satu kanal ini menitikberatkan kepada sistem syarikah yakni perusahaan akan
bertanggung jawab kepada Pemerintah Arab Saudi jika ada permasalahan yang terjadi kepada TKI,
sehingga tenaga kerja Indonesia tidak lagi bekerja dibawah sistem kafalah 17 (majikan perseoragan),
sehingga memungkinkan terjadinya tindak kekerasan atau penganiayaan oleh majikan menjadi sedikit.

16 https://www.ohchr.org/en/instruments-mechanisms/instruments/international-convention-protection-
rights-all-migrant-workers

17 https://international.sindonews.com/read/737493/43/kasus-kasus-tki-yang-dieksekusi-mati-di-arab-saudi-
nomor-2-tragis-1649408679

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 12

Alasan Pemerintah Indonesia melakukan upaya negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi terkait SPSK
ini karena Pemerintah ingin melindungi hak-hak para tenaga kerja Indonesia dan mengatur segala
hubungan kerja antara para TKI dengan majikannya agar sesuai dengan hukum atau peraturan yang
berlaku bagi Arab Saudi dan Indonesia serta sesuai dengan konvensi Internasional. Adapun dalam
aplikasi sistem ini hanya dilakukan di bidang pekerjaan tertentu terutama di sektor informal seperti
baby sitter, housekeeper, family cook, elderly cartaker, chils careworker, dan family driver (Pangestu,
2020).

Adapun wujud perjuangan diplomasi Indonesia melalui langkah hukum atau pemberian advokasi
dilakukan melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah yang memberikan
pendampingan di dalam proses investigasi kasus tersebut. KJRI berupaya untuk memberikan penasihat
hukum dalam mendampingi para TKI yag memiliki permasalahan dan terjerat hukum di pengadilan,
melakukan upaya banding oleh penasihat hukum serta mengosiasikan terkait permintaan untuk
dilakukannya peninjauan kembali (PK) terkait vonis yang diberikan terhadap TKI agar status
hukumannya atau diringankan (Pangestu, 2020). Perjuangan diplomasi Indonesia juga senantiasa
dilakukan di dalam perlindungan dan pengawalan advokasi terkait TKI yang terjerat masalah hukum di
negara Arab Saudi. Dalam rentan tahun 2011 sampai dengan 2018, terdapat 102 tenaga kerja Indonesia
dijatuhi vonis hukuman mati di Arab Saudi, tiga diekseskusi, namun 85 diantaranya berhasil
dibebaskan dari eksekusi karena keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam melakukan upaya negosiasi
unutk memperjuangkan hak hak tenaga kerja Indonesia dan melindungi para TKI, dan 17 sisanya
masih di tahan di dalam penjara dan masih dalam proses hukum untuk grasi (Politik 2020).

Pemerintah Indonesia menggunakan 17 jasa pengacara tetap yang tersebar di berbagai negara,salah
satunya di Arab Saudi yang ditujukan untuk melakukan upaya litigasi agar memastikan hak-hak hukum
WNI ataupun TKI yang menghadapi masalah di Arab Saudi bisa terpenuhi. Berdasarkan komitmen dan
upaya perjuangan Pemerintah dalam melakukan negosiasi untuk menjamin hak-hak hukum TKI, maka
Kementerian luar Negeri melalui Perwakilan Rl di beberapa negara sepanjang tahun 2015 berhasil dan
mampu membebaskan sekitar 48 WNI dari ancaman hukuman mati, 12 di antaranya berada di Arab
Saudi (Kurniawan 2015). Pemerintah Indonesia memberikan bantuan berupa adanya pendampingan
oleh pengacara dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini juga sejalan dengan kewajiban
para TKI untuk meminta pemenuhan hak-hak mereka sebagai warga Negara Indonesia yakni hak untuk
mendapatkan jaminan terkait perlindungan hukum yang sesuai dalam peraturan perundang-undangan
atas tindakan yang bisa merendahkan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Darren 2019).

Permasalahan TKI di Arab Saudi menjadi tugas utama bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan
upaya pemberian bantuan bagi TKI yang bermasalah tersebut. Adapun upaya Pemerintah Indonesia
dalam memberikan bantuan terhadap TKI dilakukan dalam berbagai macam cara seperti repatriasi,
penampungan, rehabilitasi/ pemulihan kesehatan mental dan fisik, upaya pemberian bantuan hukum
dan pendampingan, reintegrasi/penyatuan kembali dengan keluarganya atau pemulangan kembali TKI
ke Tanah Air (Darren, 2019). Pemerintah Indonesia senantiasa memberikan bantuan kemanusiaan
dengan melakukan kunjungan kepada TKI yang bermasalah di Arab Saudi agar mampu memantau
keadaan dan melakkan upaya untuk menunjukkan kepada Pemerintah negara penempatan TKI bahwa
Pemerintah Indonesia akan selalu mendampingi TKI yang bermasalah hingga kasus selesai. Perjuangan
diplomasi Indonesia dalam membantu penyelesaian permasalahan TKI di Arab Saudi melalui upaya
negosiasi senantiasa di lakukan terhadap TKI yang bermasalah, misalnya melakukan negosiasi
terhadap keluarga korban untuk meminta keringanan hukuman atau pembebasan dari hukum qhisas.
Salah satu bentuk negosiasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh diplomat sebagai
aktor dalam kegiatan diplomasi yaitu meminta keluarga korban untuk mengganti hukuman dengan
pembayaran denda atau istilah lain disebut sebagai pembayaran diyat yang disepakati oleh keluarga
korban.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
Pembayaran diyat merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk
membebaskan TKI yang terjerat hukuman di Negara Arab Saudi (Kurniawan, 2015). 18 Pemberian
bantuan Pemerintah Indonesia melalui pembayaran diyat menjadi suatu fenomena yang terjadi bagi
TKI di Arab Saudi, hal ini disebabkan karena TKI dianggap melaksanakan sebuah tindakan kejahatan
berat seperti pembunuhan. Proses penyelesaian permasalahan TKI dalam permasalahan hukuman mati,
dilakukan proses hukuman diyat sebelum masuk kedalam peradilan tinggi syariah di Arab Saudi yang
di selesaikan melalui cara diplomasi. Dalam mekanisme pemberian bantuan diyat maka Pemerintah
Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Luar Negeri melakukan segenap pendampingan bagi TKI
dalam proses pendekatan diplomatik dan negosiasi kepada keluarga korban. Pendekatan negosiasi yang
dilakukan kepada keluarga korban dilakukan agar pelaku dalam hal ini TKI mendapatkan pemaafan
dari keluarga korban yang selanjutnya apabila keluarga korban memaafkan maka akan dilanjutkan
dengan negosiasi untuk menentukan besarnya kisaran diyat yang diberikan (Kurniawan, 2015).
Adapun pendekatan diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam pemberian bantuan diyat
bagi kasus TKI yaitu melalui pendekatan kultural dan spiritual melalui alasan-alasan yang berkaitan
dengan hal religius dan unsur ibadah. Pemerintah Indonesia harus melakukan upaya diplomasi dan
negosiasi untuk menurunkan kisaran diyat yang diberikan oleh keluarga korban. Sebagai contoh, kasus
TKI Satinah yang terjerat hukuman mati dilakukan upaya negosiasi oleh Kementerian Luar Negeri
kepada keluarga korban dan berhasil menurunkan besaran diyat dari 15 Juta riyal menjadi 7 juta riyal
(Kurniawan, 2015).

Salah satu contoh kasus TKI yang terbebas dari hukuman mati karena berhasil mendapatkan bantuan
diyat dari Pemerintah Indonesia dan komunitas lain yaitu Etty Toyyib Seorang TKI yang dijatuhi vonis
hukuman mati karena membunuh majikannya19. Pembebasan Etty Toyyib memerlukan waktu dan
proses negosiasi yang lama dengan keluarga korban hingga akhirnya keluarga korban rela memaafkan
Etty Toyyib dan meminta tebusan diyat sebanyak empat juta riyal atau setara dengan 15,5 Miliar
Rupiah (Suparwedi 2019). Segala bentuk wujud perjuangan diplomasi Indonesia dalam hal ini
pemberian bantuan kepada TKI yang bermasalah di Arab Saudi telah dilakukan semaksimal mungkin.
Pemerintah Indonesia juga senantiasa mencarikan solusi dan menegosiasikan kepada Pemerintah Arab
Saudi untuk memulangkan para TKI yang bermasalah ke Indonesia. Proses pemulangan TKI dianggap
sebagai upaya bantuan pemerintah Indonesia untuk melindungi warga negaranya yang berada diluar
negeri sebagaimana menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia. Perjuangan diplomasi Republik
Indonesia dalam memberikan bantuan kepada para TKI melalui perwakilan-perwakilan diplomatnya
membuahkan hasil yang baik. Banyak TKI yang bebas dari jeratan hukum karena keberhasilan para
diplomat dalam memperjuangkan hak-hak TKI dengan memberikan bantuan hukum dan negosiasi
kepada pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Indonesia juga melakukan upaya dengan beberapa kali
mengirimkan surat kepada Raja Arab Saudi untuk menegosiasikan perlindungan terhadap TKI.

KESIMPULAN

Permasalahan TKI di Arab Saudi yang semakin kompleks seperti penganiayaan, gaji tidak dibayar,
status TKI ilegal, dan pembunuhan membuat Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan berbagai
upaya untuk melindungi para TKI sebagaimana sesuai dengan amanah konstitusi Republik Indonesia
dan untuk mewujudkan sasaran dan tujuan diplomasi Republik Indonesia dimana berfokus untuk

18 https://www.cnbcindonesia.com/market/20190614153137-17-78468/sri-mulyani-sebut-59-pekerja-lulusan-
smp-fakta-lebih-ngenes

19 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6248532/upah-minimum-tki-ke-arab-saudi-rp-56-juta-ini-
3-faktanya

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 14

melindungi para warga negara Indonesia di luar negeri, termasuk TKI di Arab Saudi. Diplomasi
perlindungan Republik Indonesia terhadap TKI dilakukan dengan memperkuat hubungan bilateral
dengan Arab Saudi melalui pembentukan MoU atau kebijakan terhadap perlindungan tenaga kerja
melalui sistem penempatan satu kanal TKI (SPSK).

Kebijakan SPSK tersebut dilakukan untuk memberikan perlindungan jangka panjang bagi para TKI
yang berada di Arab Saudi. Kebijakan tersebut merupakan langkah awal untuk menyelesaikan
permasalahan TKI dari akar permasalahannya dengan mengganti sistem kaffala atau majikan dengan
sistem penempatan satu kanal atau hanya melalui perusahaan jasa tenaga kerja. Sehingga, melalui
sistem penempatan ini maka TKI yang berangkat secara ilegal ke Arab Saudi dapat diminimalisir.
Perjuangan Republik Indonesia dalam menangani permasalahan TKI juga dilakukan dengan membantu
memediasi kepentingan para TKI melalui proses negosiasi, pendampingan advokasi (pendampingan
hukum) dan pemberian bantuan seperti pemberian bantuan diyat bagi TKI yang terjerat hukum. Masih
lemahnya kesepakatan perjanjian yang dibuat pemerintah Indonesia dengan pemerintah Saudi Arabia
terkait dengan Tenaga Kerja Indonesia di Saudi Arabia menjadikan banyaknya kasus eksploitasi
terhadap Tenaga Kerja Indonesia, bahkan tidak sedikit pula yang terjerat permasalaan hukum sampai
mendapatkan hukuman pancung di Saudi Arabia. Seperti pada kasus Tuty Tursilawati yang tidak bisa
diupayakan keselamatan jiwanya oleh pihak pemerintah Indonesia. Dan masih banyak lagi kasus
lainnya.

Dilihat dari sudut pandang siyasah dauliyah bisa dikatakan bahwa upaya pemerintah dalam
memberikan perlindungan terhadap TKI sudah sesuai dengan dasar-dasar yang diterapkan di dalam
siyasah dauliyah. akan tetapi dalam implementasinya memang sedikit kurang maksimal, terutama
dalam hal kerjasama pembuatan kesepakatan mengenai perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang
lebih spesifik terkait tenaga kerja yang terkena permasalahan hukum. Pemerintah juga dalam
menangani permasalahan yang menyangkut TKI, baik seputar penempatan ataupun dalam memberikan
perlindungan keselamatan selalu mengupayakannya melalui cara-cara diplomasi yang langsung
ditujukan kepada pihak Saudi Arabia dengan komunikasi bilateral. Namun hal tersebut belum dapat
dibuktikan secara maksimal jika keberadaan pasti yang tertuangkan kedalam perjanjian bilateral baik
itu berupa agreement ataupun MoU. Diplomasi bilateral juga tidak bisa sepenuhnya menjadi upaya
perlindungan karena disebabkan perbedaan hukum yang diterapkan oleh negara Saudi Arabia, dan
mengharuskan adanya MoA (Momerandum Of Agreement) antara negara Indonesia dan Saudi
Arabia.20

Maka untuk permasalahan ini pemerintah sudah tidak bisa lagi menunggu keputusan yang akan
disetujui oleh pemerintah Saudi Arabia untuk mau merealisasikannya dalam bentuk tindakan nyata
yang diadakan dalam sebuah perjanjian. Namun sayangnya pemerintah sampai saat ini belum juga
ditemukan solusi yang tepat dalam mengatasi hal tersebut. Penulis menilai bahwa kelemahan
pemerintah yaitu ketidaktegasannya dalam menagani hal ini. Sehingga pemerintah terkesan
“menunggu”. Upaya perlindungan terhadap TKI ini juga mendorong Indonesia untuk memiliki
kebijakan dalam realiasi hal tersebut. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia menjadi hukum domestik yang mengatur perlindungan terhadap TKI.
Namun, pada prosesnya belum ada peraturan turunan dari undang–undang tersebut, sehingga badan
atau lembaga-lembaga terkait yang menangani permasalahan TKI tidak mempunyai ruang gerak di
dalam menangani proses hukum yang telah berlaku.

20 https://regional.kompas.com/read/2023/01/23/093211978/pekerja-migran-indonesia-jadi-penyumbang-
devisa-terbesar-kedua-rp-159#:~:text=SEMARANG%2C%20KOMPAS.com%20%2D%20Kepala,migas%2C
%20yakni%20Rp%20159%20triliun.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
Upaya perlindungan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan
moratorium merupakan sebuah langkah yang tepat. Dengan berlandaskan prinsip-prinsip siyasah
dauliyah dan sesuai undang-undang yang berlaku, walaupun pada dasarnya kebijakan moratorium ini
tidak menjadi sebuah jawaban atas kasus yang sudah ada, akan tetapi dengan kebijakan ini setidaknya
dapat meminimalisir kasus-kasus yang dapat terjadi dikemudian hari.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 16

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam merubah sistem penempatan dibilang cukup tepat,
karena menurut penulis hal inilah yang menjadi persoalan yang fundemental dalam meminimalisir
banyaknya kasus eksploitasi hingga menyebabkan hukuman bagi TKI yang bekerja di Saudi Arabia.
Disamping sesuai dengan prinsip siyasah dauliyah, upaya ini juga selaras dengan asas perlindungan
yang tercantum pada UU No. 18 Tahun 2017.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam melakukan lobi dengan mengirim perwakilan dari pihak
Pemerintah RI terhadap pihak keluarga korban ataupun kepada pihak Pemerintah Saudi Arabia itu
bertujuan untuk mendapatkan keadilan di mata hukum. Karena pada dasarnya dalam perlindungan
WNI di luar negeri, Negara tidak berwenang untuk mengambil alih tanggung jawab pidana atau
perdata yang berlaku dan tidak pula bertujuan untuk mengintervensi hukum di Negara setempat. Hal
tersebut sudah tertuang pada UU No. 18 Tahun 2017.
Dengan demikian peran pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada TKI terpidana mati sudah
sesuai dengan dasar-dasar siyasah dauliyah, walaupun pada kenyataannya belum berjalan secara
maksimal dalam implementasinya. Terutama pada lobi politik melalui cara diplomasi bilateral yang
masih lemah, dan juga karena pemerintah belum seutuhnya memproriotaskan TKI di Saudi Arabia
khusunya yang terkena kasus hukuman mati. Menjadi salah satu sebab karena tidak menjadikan
kepentingan nasional yaitu perlindungan TKI sebagai bahasan yang selalu hangat untuk dibahas.

SARAN

Untuk meningkatkan bargaining possition Indonesia di mata kerajaan Saudi, Indonesia setidaknya
harus lebih banyak mengirimkan tenaga kerja terdidik dan profesional di sektor formal daripada
sekedar mengirim TKI di sektor domestik atau non-formal ke Saudi. Namun, untuk menanggapi kasus-
kasus yang sudah terjadi, Indonesia perlu mengambil langkah tegas kepada Saudi. Tidak cukup hanya
sekedar moratorium atau penyampaian nota protes.
Kiranya pemerintah Indonesia agar selalu melakukan pertemuan bilateral dengan Saudi Arabia untuk
membahas perlindungan TKI, sebab dikhawatirkan kasus hukuman mati akan terulang kembali.
Pentingnya masalah perlindunga TKI ini, tak perlu lagi diselesaikan dengan penandatanganan MoU,
tapi harus lebih kepada peraturan yang lebih spesifik dan mengikat terkait perlindungan HAM.
Pemerintah kedua negara harus bertemu dan melakukan Momerandung Of Agreement (MoA). Dengan
adanya MoA, nasib TKI di negerara penempatan lebih terjamin karena MoA mengatur teknis
sebagaimana hak dan kewajiban bagi TKI, pembuatan nota kesepakatan TKI, atau MoA dengan negara
tujuan penempatan TKI. Dengan demikian, pemerintah Indonesia dapat memperkuat pengawasan
keamanan bagi TKI di Luar Negeri.
Terkait dalam hal perekrutan dan penempatan TKI sangat mempengaruhi faktor terjadinya eksploitasi
dan menyebabkan berbagai masalah hukum yang menimpa TKI yang bekerja di Saudi Arabia,
sehingga pemerintah harus lebih meningkatkan pengawasan dalam bentuk perlindungan yang
dilakukan Kementrian Tenaga Kerja pada agen-agen perekrut agar lebih profesional lagi dalam
merekrut calon TKI yang akan dikirim ke luar negeri, dan mendorong buruh migran yang berstatus
pekerja non formal didorong menjadi pekerja formal. Hal ini dilakukan melalui pembenahan sistem
pelatihan, penguatan kompetensi dan integritas buruh migran, serta survey kebutuhan dari negara
penempatan sehingga kompatibel antara yang diinginkan dan disediakan. Serta perlu pendekatan
budaya untuk penguatan budaya mutu dalam bekerja, membangun karakter yang kuat sebagai buruh
migran, serta memiliki etos kerja dengan berwawasan masa depan sehingga tidak selamanya menjadi
buruh migran. Kemudian Kepada WNI dan/atau calon TKI yang akan melakukan perjalanan ke Arab
Saudi agar terlebih dahulu mengetahui sistem hukum dan adat kebiasaan di Arab Saudi. Untuk
mengetahui mengenai sistem hukum/adat kebiasaan negara tersebut. WNI dapat mengunduh aplikasi
Safe Travel dari Kementerian Luar Negeri RI dan mendaftarkan perjalanan tersebut untuk

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
mendapatkan pemberitahuan mengenai kondisi keamanan, hukum, persyaratan keimigrasian,
pelayanan di KBRI/KJRI, dll.

REFERENSI

Referensi dari Buku


Bogdan dan Taylor, Dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja Rodakarya,2010),
hal 4.
Robert K Yin, Studi Kasus (Desain dan Metode), (Jakarta: PT. Rajawali Pers,2006) hal 101.
Lofland Dalam Lexy . Moleong Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2010) hal 157
Hudaya Nurul, Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Saudi Arabia dalam Perspektif Siyasah Dauliyah, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018.
Froilan T. Malit, Jr. And George, Naufal, Asymmetric Information under the Kafala Sponsorship System:
Impacts on Foreign Domestic Workers' Income and Employment Status in the GCC Countries, International
Migration 3, 2016.
Elisabeth M. Monica, dan Rosalyn Theodora, Evaluasi Kebijakan Perlindungan PMI/Pekerja Migran
Internasional Sektor Informal Di Arab Saudi 2011-2018, Jurnal Studi Diplomasi dan Keamanan, Vol 11, No 1,
2019.
P Damanik Alfredo, Peranan, Tugas dan Tanggung Jawab PJTKI dalam Perekrutan, Penempatan, dan
Perlindunan Tenaga Kerja di Luar Negeri Studi Kasus di PT. Sahara, Skripsi Universitas Sumatera Utara Medan
Repository, 2006.

Jurnal
Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi dan Perjuangan Diplomasi Republik Indonesia.
Kebijakan yang Telah Diambil Pemerintah Indonesia untuk Mengatasi Problematika TKI di Arab
Saudi.
Upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah tenaga kerja Indonesia (TKI) Overstayers di
Arab Saudi Tahun 2011
Jurnal “Perlindungan Pemerintah Arab Saudi terhadap Imigran (Tenaga Kerja) Indonesia 2010-2012.”
Riau:2014 oleh Shavita Putri Octariandry,

Internet
Ahdori, A. R. (2019, Desember 27). Kaleidoskop 2019: LAZISNU Bebaskan Eti dari Hukuman Mati
di Arab Saudi. Diakses Maret 6, 2022, dari https://www.nu.or.id/nasional/kaleidoskop-2019-lazisnu-
bebaskan-eti-dari-hukuman-mati-di-arab-saudi-saIYr
Darren, D. C. (2019). Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Nota Kesepahaman
Indonesia-Arab Saudi dalam Menangani Masalah Hukum yang Menimpa Tenaga Kerja Indonesia.
Skripsi.
Ismail. (2019). Alasan Pemerintah Indonesia Melakukan Moratorium TKI Domestik ke Arab Saudi
Pasca MoU Tahun 2014. Ilmu Hubungan Internasional, Vol 7 No 1, 481-496.
Kompas. (2018). Perlindungan Pekerja Migran. Jakarta: Koran Kompas.
Kurniawan, H. (2015). Diyat : Sebuah Analisa Persepsi Publik. Laporan Akhir Kemnterian Luar
Negeri.
Kurniawati, S. L. (2017). Pengertian Diplomasi dalam Studi Hubungan Internasional.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10
Nama Penulis, Judul dari naskah… 18

Lubis, U. (2022). 5 Prioritas Diplomasi Indonesia Tahun 2022. Diakses pada tanggal Mei 27, 2022,
dari IDN Times: https://www.idntimes.com/opinion/politic/uni-lubis/lengkap-5-prioritas-diplomasi-
indonesia-tahun/full
Majid, M. K. (2014). Upaya Pemerintah Indonesia dalam Menangani Masalah Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) Overstayers di Arab Saudi Tahun 2011. Skripsi.
Monica, E. M. (2019, Januari). Evaluasi Kebijakan Perlindungan PMI/Pekerja Migran Internasional
Sektor Informal di Arab Saudi 2011-2018. Jurnal Diplomasi dan Keamanan, 11(1), 39.
Negeri, K. L. (2020). Rencanan Strategis Kementrian Luar Negeri Tahun 2020-2024.
Pangestu, S. (2020). Diplomasi Indonesia dalam Meningkatkan Keamanan Pekerja Migran Indonesia
di Arab Saudi. Skripsi, 8.
Politik, M. M. (2020, Desember 12). Diplomasi Pemerintah Gagal Lindungi TKI di Saudi. Diakses
Maret 3, 2022, dari https://www.matamatapolitik.com/news/diplomasi-pemerintah-gagal-lindungi-tki-
di-saudi
Prativi, D. C. (2019). Upaya Diplomasi Indonesia dalam Kasus Pembebasan Pekerja Migran. Journal
of International Relations, 5(4), 594.
Priambodo, D. B. (2019). Kegagalan Diplomasi Indonesia-Arab Saudi Pada Kasus Tenaga Kerja Tuti
Tursilawati. Journal of International Relations, 5(4).
Shabana, A. (2020). Jaringan Komunikasi Kelompok Berbasis Mobile Phone Pekerja Migran Indonesia
di Hongkong. Prosiding Seminar Nasional Unimus, 3, 304.
Suparwedi, W. (2019, Juli). NU Care Bantu Selamatkan TKI Eti dari Hukuman Mati di Saudi. Diakses
pada tanggal Maret 5, 2022, dari https://www.neraca.co.id/article/119072/nu-care-selamatkan-tki-eti-
dari-hukuman-mati-di-saudi
Susilo, S. (2016, Juni). Beberapa Faktor yang Menentukan TKI dalam Memilih Negara Tujuan Sebagai
Tempat Bekerja, Studi di Desa Aryojeding Kabupaten Tulungagung. Jurnal Pendidikan Geografi,
21(2), 40.
Valensy, C. (2017). Peran International Labour Organization (ILO) dalam Melindungi Buruh Migran
Indonesia Tahun 2012 – 2016. JOM FISIP, Volume 4 No 2, 2.
Yolanda, N. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia." Fakultas Hukum
Universitas Palembang. Fakultas Hukum, Volume 19 No 2, 209.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul
Peranan Kementerian Luar Negri Indonesia
Dalam Menangani Masalah Hukum
Yang Menimpa Tenaga Kerja Indonesia
Di Arab Saudi
Proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan,
bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak baik moril maupun materil, terutama kepada
Bpk ‘’Edi Kristianta Tarigan, MH’’ selaku Dosen Pembimbing, yang dengan sabar, dan
ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan bimbingan, motivasi,
arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun
skripsi ini.
Segala upaya telah dilakukan dalam penyusunan Jurnal ini. Namun, penulis menyadari
akan kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/LexJustitia/index | redaksijurnalupu@gmail.com
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna memperbaiki kekurangan tersebut di masa yang akan datang.
Penulis berharap Jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis.
Sekian saya ucapkan terimakasih
Hormat Saya Irvan Riady
Medan, February, 2023.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/lexjustitia.1.1.2021.01-10

Anda mungkin juga menyukai