Anda di halaman 1dari 2

PRO & KONTRA MANAJER ASING DI BALI

PRO:
1. Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor asing, demikian juga
dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia sebagai negara anggota WTO
harus membuka kesempatan masuknya tenaga kerja asing. Kemajuan Bali pada sektor
pariwisata sangat bagus dan perkembangannya makin baik. terutama pada investasi
pariwisata, baik pembangunan hotel dan restoran. Melesatnya investasi dilakukan para
investor luar daerah termasuk luar negeri tentu membawa angin segar dalam hal serapan
tenaga kerja. Fenomena perusahaan lokal di Indonesia mempekerjakan tenaga kerja untuk
level atas seperti manajer dari orang-orang asing, sudah menjadi hal yang biasa. Alasannya,
selain kemampuan yang sudah teruji, manajer impor ini lebih memiliki komitmen dibanding
pekerja lokal. Sementara, sampai saat ini tidak banyak orang Indonesia yang mempunyai
semangat merebut posisi itu. Padah Hal itu bertujuan agar kehadiran tenaga kerja asing
bukanlah dianggap sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru
kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional dan
selalu menambah kemampuan dirinya agar dapat bersaing baik antara sesama tenaga kerja
Indonesia maupun dengan tenaga kerja asing.
2. Hingga saat ini masih banyak kalangan pengusaha yang cenderung memilih mempekerjakan
tenaga kerja asing untuk mengisi posisi manajer level menengah karena masih rendahnya
kualitas pasar tenaga kerja. Rendahnya kualitas pasar tenaga kerja nasional terlihat dari data
yang menunjukkan tenaga kerja terdidik yang dimiliki RI hanya sekitar 30% dari total
penduduk yang bekerja sebanyak 110.808.154. Sisanya, sebesar 68,27% adalah tenaga kerja
kurang terdidik yang berpendidikan di bawah SD dan SMP. Minimnya jumlah tenaga kerja
terdidik, membuat kalangan pengusaha dilematis mencomot tenaker dalam negeri. Apalagi
menyongsong masyarakat ekonomi ASEAN 2015, banyak perusahaan menggenjot
produktivitas.
3. Kahadiran tenaga kerja asing dapat dikatakan sebagai salah satu pembawa devisa bagi negara
dimana adanya pembayaran kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan jika mempekerjakan orang asing. Pertama, pekerja
asing lebih teratur sesuai perjanjian dan pemberhentian kerja bisa lebih muda. Lain halnya,
jika mempekerjakan tenaga kerja lokal. Apabila seorang karyawan melakukan one prestasi,
perusahaan tidak bisa dengan mudah mengeluarkannya karena beberapa aturan. Saat ini
Indonesia sudah menghadapi kekurangan manajer tingkat menengah. Dan di tahun 2020,
kesenjangan antara permintaan dan penawaran akan semakin tinggi, yaitu mencapai 56
persen. Padahal ekonomi Indonesia diprediksi akan masuk dalam 15 besar dunia dalam
sepuluh tahun mendatang. Pada tahun 2020 nanti perusahaan-perusahaan besar di Indonesia
hanya bisa mengisi sekitar setengah kebutuhan pekerja tingkat pemula dengan kandidat yang
benar-benar berkualitas.

KONTRA:
Semakin banyaknya tenaga kerja (naker) asing bekerja di Bali dan terkesan sudah merajalela.
Ini artinya peluang warga lokal semakin terkikis. Bali bisa saja bangga dengan kemajuan
pariwisatanya, tetapi warganya lambat laun akan bisa ''tersingkir'' oleh naker luar.
Peluang kerja yang ada di depan mata tak mampu diraih dengan baik. Walaupun peluang itu
ada, level kerjanya masih berada di tatanan bawah. Kerja level atas hampir sebagian besar
sudah diambil naker luar termasuk asing. Tercatat pada 2010 lalu jumlah naker asing bekerja
di Bali 1.420 orang dan 1.455 pada 2011 lalu. Data itu memberikan gambaran betapa peluang
besar itu sudah dikuasai naker luar. Naker lokal justru bingung mendapatkan kerja dan
cenderung menjadi pekerja level menengah ke bawah di kapal-kapal pesiar. Kini tidak hanya
di tingkat manajemen puncak, kini sampai merambah ke level paling bawah seperti
pemasaran dan reservation naker asingpun ada.
Sesuai aturan untuk manajemen puncak hanya boleh diisi oleh dua orang asing. Naker asing
itu diharapkan sudah bisa melakukan transfer keterampilannya setahun kepada naker lokal.
Selanjutnya diambil alih tenaga kerja lokal. Kenyataannya, transfer knowledge yang
diinginkan itu tak terjadi. Pihak pemilik hotel berkepentingan atas tenaga kerja asing
tersebut. Akhirnya mereka diperkejakan tanpa batas. Karena itu pemerintah melalui Dinas
Tenaga Kerja mestinya memperketat pemberian izin terutama berkaitan dengan UU Nomor
13 tahun 2003 serta UU Keimigrasian.
Naker asing di Bali banyak bekerja tanpa izin. Mereka tidak tercatat dan tidak terpantau.
Apalagi perusahaan dimiliki orang asing, ada kecenderungan mereka memakai tenaga luar.
Syarat naker asing bisa bekerja di Bali, selain tidak tersangkut hukum atau black list, juga
mereka mesti didampingi pekerja lokal untuk alih kemampuan/teknologi serta tidak
mengambil posisi yang bisa dikerjakan orang lokal. Demikian halnya perusahaan yang mau
mempekerjakan naker asing, juga ada syarat yang mesti dipenuhi seperti mengajukan
permohonan ke pemkab/kota, walau izin sebenarnya dikeluarkan di pusat.
Kenyataan di lapangan tentu jauh berbeda. Ada sejumlah jabatan yang bisa dipegang naker
lokal ternyata diambil naker asing seperti halnya juru masak, manajer restoran, manajer spa
apalagi spa Bali dan lain-lain. Lemahnya pengawasan dan penegakan aturan sesuai ketentuan
yang ada membuat peluang kerja di Bali semakin sempit bagi warga lokal. Disinyalir
sejumlah naker asing bekerja di Bali jauh lebih banyak dari yang tercatat di Disnaker.
Mereka yang bekerja tanpa izin atau naker bodong, tampaknya bagian dari sebuah
kongkalikong dilakukan oknum petugas. Instansi yang membawahi naker asing ini ada pada
Imigrasi dan Disnaker. Tapi gaung instansi ini melakukan sidak-sidak terhadap naker asing
terasa sepi, sehingga data naker bodong tak ada. Pekerja asing itu tak jauh beda karakternya
dengan pendatang. Mereka bisa melakukan kriminal di mana saja.

Anda mungkin juga menyukai