Anda di halaman 1dari 5

Contoh Kasus Tenaga Kerja Asing:

Di era globalisasi saat ini, banyak terdapat tenaga kerja asing non-
teknis atau tanpa keahlian dapat bekerja di Indonesia, bahkan diantara
mereka merupakan tenaga kerja asing yang tidak terdaftar atau ilegal.Atas
kehadiran tenaga kerja asing ilegal dengan kualifikasi rendah (buruh
kasar) tersebut, dapat kita pertanyakan bagaimana nasib tenaga kerja
Indonesia. Ini tentu menghawatirkan, mengingat pekerja lokal dengan
kualifikasi demikian sangat banyak tersedia di Indonesia.

Sebanyak 359 tenaga kerja asing asal Cina dipekerjakan di Pabrik


Semen Manuri, Distrik Manokwari Selatan, 40 di antaranya dideportasi ke
Negara asalnya, yaitu Cina, karena tidak memiliki izin kerja (RPJKA) dan
izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTKA). Hal itu memicu konflik di
masyarakat lokal papua, sebab sampai pekerjaan kasar seperti buruh
bangunan pun juga asli dari Cina.

Kasus serupa juga terjadi di Banten, 1 Agustus 2016 lalu. Polisi


menangkap 70 buruh China ilegal yang terlibat dalam pembangunan
pabrik semen di Pulo Ampel, Serang. Komposisi pekerja proyek tersebut
adalah 30 persen dari lokal dan 70 persen asing. Bayaran yang mereka
terima pun super besar dibanding buruh lokal. Lagi - lagi semua ini
memperparah tingkat pengangguran di Indonesia. Sejalan dengan itu,
perekonomian rakyat Indonesia juga ikut merosot jauh, kegiatan ekspor
berkurang, daya beli masyarakat menurun dan harga pasar menjadi tinggi.

Namun, baru – baru ini bukan hanya di Perusahaan saja, bahkan di


dunia pendidikan pun sudah memanfaatkan kedatangan tenaga kerja
asing di Indonesia. Termasuk masuknya tenaga pengajar atau dosen di
perguruan tinggi lokal. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristekdikti) menilai kehadiran tenaga kerja asing sebagai
tenaga pengajar di perguruan tinggi akan berdampak baik pada
pendidikan.
SOLUSI

Menurut saya, pemerintah harus bersikap pro aktif kepada


masyarakat untuk memberitakan via media sosial (citizen journalism) dan
melaporkan kepada aparat terkait jika menemukan indikasi WNA ilegal
dan TKA ilegal. Laporan-laporan masyarakat terkait pelanggaran yang
dilakukan oleh pekerja asing pasti ditindaklanjuti dengan pengecekan,
pemeriksaan dan penindakan hukum sesuai ketentuan yang ada.Jika
sanksi untuk TKA yang melanggar adalah deportasi, sanksi untuk
perusahaan/ pemberi kerja yang melanggar penggunaan TKA adalah
hukuman penjara dan denda. Memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai langkah antisipasi WNA ilegal dan TKA ilegal.
Dalam hal ini, pemerintah juga harus tegas agar mencabut IMTA
perusahaan asing dan perusahaan lokal yang mempekerjakan TKA ilegal
yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan dan jabatan
yang diperbolehkan dalam aturan ketenagakerjaan, juga tidak ragu untuk
menempuh jalur pidana pada perusahaan asing yang melanggar UU
Ketenagakerjaan.

Pemerintah harus merevisi ulang UU tentang ketenagakerjaan di


Indonesia, dengan menutupi celanya yaitu pada tata cara penggunaan
tenaga kerja asing di dalam suatu perusahaan yang tidak menggunakan
TKA untuk pekerjaan yang bisa dilakukan tenaga kerja lokal.

Dalam menanggulangi tenaga kerja asing ilegal, pemerintah juga


perlu mengaji ulang aturan adanya visa bebas untuk 169 negara yang
juga membawa berbagai dampak, terutama untuk China atau Tiongkok.
Terkadang terjadi kecurangan, mereka menyalah gunakan visa untuk
beribur tersebut, tidak sesuai dengan fungsinya yang malah bekerja
sebagai tenaga kerja kasar di Indonesia yang mengambil jatah tenaga
kerja lokal.
Bukan hanya pemerintah, namun perusahaan juga harus
mengambil tindakan. Meskipun tercatat sebagai perusahaan asing, tapi
tidak boleh ada tindak diskriminasi, khususnya bagi tenaga kerja kasar
lokal, dengan alasan belum atau tidak memiliki sertifikasi. Sertifikasi
kompetensi hanya dapat dipersyaratkan bagi pekerjaan yang benar -
benar membutuhkan keahlian khusus dan tingkat pendidikan yang tinggi.
Perlu upaya yang berkelanjutan dalam penguatan daya saing tenaga kerja
lokal agar dapat bersaing dengan TKA, khususnya untuk sertifikasi tenaga
kerja kasar, yang tidak jarang menjadi dalih bagi perusahaan asing untuk
mendatangkan tenaga kerja kasar dari negaranya. Padahal harus sesuai
dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia, Tenaga Kerja Asing
(TKA) dilarang untuk menjadi pekerja kasar. TKA hanya boleh mengambil
pekerjaan yang memerlukan keahlian (skilled jobs). Jika ada pekerja asing
yang bekerja kasar, maka dari mana pun asalnya, sudah pasti itu kasus
pelanggaran.

Tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri oleh perusahaan


pemerintah/swasta hendaknya benar-benar tenaga ahli yang terampil
sehingga dapat membatu proses pembangunan ekonomi dan teknologi di
Indonesia. Untuk itu proses alih teknologinya kepada TKI baik dalam jalur
menajerial maupun profesionalnya harus mendapat pengawasan yang
ketat dengan memberikan sertifikasi kepada tenaga ahli tersebut.

Penggunaan tenaga kerja asing memang memiliki dampak positif


kepada perekonomian dan perkembangan Indonesia jika memenuhi
prosedur dan persyaratan sebagaimana yang telah diatur. Tenaga kerja
asing itu merupakan penambah devisa bagi negara, dan dapat memacu
semangat tenaga kerja Indonesia untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusianya, agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asing.
Akan tetapi di balik dampak positif, ada begitu banyak dampak negatif,
karena seperti yang kita tahu, terkadang aturan itu tidak sesuai dengan
praktiknya. Contohnya, masih banyak oknum yang mencari keuntungan
dengan menyeludupkan tenaga kerja asing itu ke Indonesia. Memperkaya
diri sendiri dan golongan tanpa tahu begitu banyak anak bangsa yang
kelaparan.

Selain itu, penempatan tenaga kerja asing harus dilakukan dengan


tegas dan tepat, dapat dilakukan setelah pengajuan rencana penggunaan
tenaga kerja asing (RPTKA) disetujui oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dengan mengeluarkan izin penggunaan tenaga kerja asing.
Untuk dapat bekerja di Indonesia, tenaga kerja asing tersebut harus
mempunyai izin tinggal terbatas (KITAS) yang terlebih dahulu harus
mempunyai visa untuk bekerja di Indonesia atas nama tenaga kerja asing
yang bersangkutan untuk dikeluarkan izinnya oleh Direktorat Jenderal
Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

Terlebih bagi Pengawasan Tenaga Kerja Asing (TKA) oleh Tim


Pengawasan Orang Asing (Tim Pora) yang harus maksimal dalam
melaksanakan tugasnya. Tim Pora harus tegas terhadap pelanggaran
yang terjadi di lapangan, keterbatasan Sumber Daya Manusia pengawas,
keterbatasan anggaran, dan lemahnya koordinasi antar instansi baik pusat
maupun daerah. Banyaknya jumlah pengawas juga harus lebih mendekati
jumlah perusahaan agar pengawas tidak kewalahan. Kementerian tenaga
kerja perlu menambah jumlah sumber daya manusia (SDM) pengawas
serta mendistribusikannya sesuai dengan proporsi keberadaan tenaga
kerja asing di daerah, dan menempatkan tenaga pengawas pada kantor
dinas tenaga kerja sampai ke tingkat kecamatan.

Dalam persoalan penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia,


pemerintah diharapkan dapat lebih teliti dan fokus agar tidak ada lagi
tenaga kerja asing ilegal yang dapat mencari keuntungan di Indonesia,
dimana keuntungan itu merupakan hak warga negara Indonesia. Jika
masalah tenaga kerja asing telah mampu diatasi pemerintah, maka
persoalan perekonomian Indonesia pun lebih dapat di kontrol dan dijaga
kestabilitasannya.
Pemerintah harus tetap berusaha mendorong pengembangan dan
pertumbuhan kesempatan kerja baru bagi para pencari kerja atau
pengangguran, baik lewat program – program pembangunan di daerah
maupun mutiplier effect dari kegiatan investasi swasta yang ramah dan
sesuai dengan profil tenaga kerja lokal. Perlunya memberikan edukasi
yang baik kepada masyarakat bahwa keberadan TKA di Indonesia jangan
kita jadikan ancaman, justru sebaliknya perlu dijadikan titik balik untuk
dijadikan partner dan alat pemicu agar kualitas SDM kita lebih meningkat.

Namun beberapa waktu yang lalu, Kementerian Riset, Teknologi


dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendukung adanya tenaga kerja
asing sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi. Sebenarnya ini adalah
hal yang menarik dan baik bila di jalankan dengan benar sesuai dengan
prosedur. Akan tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak agar tidak
mengganggu posisi tenaga pengajar lokal.

Anda mungkin juga menyukai