Anda di halaman 1dari 28

BAB 4 BERORIENTASI

PADA TINDAKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, calon wirausaha diharapkan:

 Menjelaskan karakter yang berorientasi pada tindakan sebagai salah


satu karakter yang penting bagi wirausaha
 Menjelaskan sikap dan tindakan yang perlu dimiliki untuk dapat
menjadi pribadi yang berorientasi pada tindakan

Pendahuluan

Salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih beriorentasi pada
tindakan (action) dari pada sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau
berwacana. Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan
keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata
dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana
(kerugian).

Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA-plan, do,
check, action. Ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi
dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus
menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only), NACO
(no action concept only).

NATO hanya akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa
tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya, yang
berpikiran NACO adalah akademis yang berpikir menggunakan logika formal.
Cara berpikir NACO adalah sebagai berikut.
Seorang konseptor atau teoretikus, bekerja dengan data dan jarang sekali berada di
lapangan. Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari waktunya
dilapangan bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-
pelanggannya.

Karena bekerja dengan data, maka supaya valid dan ilmiah, seorang konseptor
harus terbiasa menguji data-datanya, membangun model, dan melakukan validasi.
Masalahnya, kalau seorang konseptor tidak menguasai keadaan dan informasi di
lapangan, dia bisa menjadi ragu akan keputusannya sehingga cenderung
mengulangi lagi siklus di atas, yaitu mengumpulkan data lagi. Akibat, dia bisa
berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran dari pada tindakan.

Sebaliknya, seseorang yang berorientasi pada tindakan adalah orang yang


memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Dalam modul ini, kita akan mempelajari
karakteristik seseorang berorientasi pada tindakan. Dalam hal ini, akan digunakan
konsep seseorang yang efektif yang dikemukakan oleh Stephan Covey (2004).

8 Habits of Highly Effective People

Menurut Covey, manusia yang efektif adalah manusia yang dilandasi oleh sikap-
sikap adil (fairness), mengedepankan persamaan (equity), memiliki integritas
(integrity), jujur (honesty), martabat dan keseimbangan, mau melayani, sabar,
tekun, peduli, keteguhan hati, dan senantiasa berpikir positif.
Nilai-nilai seperti di atas sangat penting karena akan membuat anda lebih percaya
diri, lebih ringan dalam bertindak. Orang-orang yang tidak memiliki integritas,
kurang adil, dan tidak jujur cenderung akan tidak stabil emosinya dan hidup tidak
damai. Dia bisa memiliki usaha, tetapi sulit menjadi besar.

Selain itu, Covey juga mengemukakan bahwa karakter seseorang itu dibentuk
oleh kebiasaan (habit). Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh
seseorang wirausaha adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif. Secara
spesifik, kedelapan kebiasaan tersebut adalah be proactive, begin with the end in
mind, put first things first, think win/win, seek first to understand-then to be
understood, synergize, sharpen the saw, they find their voice, and help others find
theirs (Covey, 2004)

Habit #1: Proaktif

Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu


atau berwacana. Mereka yang menunggu adalah orang-orang yang tidak efektif,
tidak berpengetahuan cukup, peragu, dan sesungguhnya orang yang pengecut.
Mereka yang efektif adalah orang-orang yang proaktif. Mereka tidak membatasi
diri pada keterbatasan yang ada, tetapi menyadari bahwa mereka memiliki
kebebasan untuk menentukan karakter yang mereka miliki. Umumnya, mereka
tahu persis bahwa mereka tidak sepenuhnya mampu mengendalikan situasi yang
berkembang, tetapi mampu menentukan pilihan yang terbaik dengan mantap.

Bertindak proaktif adalah mengambil tindakan sebelum sebuah kejadian yang


tidak dikehendaki muncul. Dengan kata lain, orang-orang yang proaktif selalu
mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan
penyelamatan. Mengapa mereka bisa bertindak cepat? Jawabannya adalah karena
mereka sehari-hari berada di lapangan. Mereka melatih intuisi dengan menangkap
segala signal yang tampak di alam semesta dan kenal betul dengan karakter dari
masing-masing signal tersebut. Sebagai contoh: menjelang lebaran, para pedagang
tekstil sudah melakukan stok barang lebih banyak dari biasanya untuk
mengantisipasi lonjakan permintaan. Dengan kata lain, ada “pola’’ yang dipelajari
oleh seorang wirausaha. Misalnya, pola permintaan pada hari-hari tertentu atau
menjelang hari raya sehingga sebelum bulan puasa tiba, dia sudah melakukan
penyetokan barang dalam jumlah yang cukup.

Salah satu contoh yang tepat untuk menggambarkan perilaku proaktif dapat
dibaca di buku Who Moved My Cheese? (Johnson, 1998).

Buku ini membahas empat tokoh utama, yaitu 2 ekor tikus


(Sniff dan Scurry) serta 2 orang kurcaci (Hem dan Haw) baik tikus maupun
kurcaci sama-sama berburu keju. Keju dalam buku ini berarti simbolisasi dari apa
yang dicari oleh manusia. Ia dapat diartikan sebagai rezeki, makanan, kesehatan,
uang, karier, pangkat, mobil, rumah, atau kebahagiaan.

Seperti tikus yang Anda kenal, mereka adalah binatang yang dikenal cerdik dan
rajin bekerja. Mereka selalu bergerak mencari makan ke mana bau makanan
tercium. Demikianlah, Sniff dan Scurry selalu bergerak proaktif dalam mencari
keju. Saat keju dari Stasiun C hilang, mereka memperhatikannya dan langsung
pergi mencari keju di stasiun lainnya tanpa berpikir bahwa keju itu hanya pergi
untuk sementara.
Sedangkan dua orang kurcaci, Hem dan Haw, terbelenggu oleh past memory-nya
yang mengatakan “keju’’ itu sudah ada di sana setiap hari. Keju itu sudah menjadi
“hak’’-nya. Ketika keju itu hilang, mereka justru menyalahkan lingkungan.
Mereka terlena dengan keadaan sebelumnya, bahwa keju itu harus ada di sana.
Ketika keju itu hilang, mereka berteriak-teriak menyalahkan orang yang dicurigai
telah memindahkannya.

Sniff dan Scurry Hem dan Haw


 Mengandalkan intuisi,  Terpaku pada comfort
berorientasi pada zone
tindakan.  Terlalu terpakau .pada
 Bergerak cepat. risiko dari pada
 Memerhatikan setiap keuntungan.
signal perubahan-  Menyalahkan lingkungan.
perubahan kecil.  Tidak memperhatikan
 Tidak terpaku pada perubahan-perubahan
comfort zone (zona kecil.
nyaman)  Terlalu terpaku pada
pemikiran dari pada
tindakan

Mereka tidak segera mencari keju itu di tempat yang lain, tetapi tetap menunggu
dan kembali ke tempat yang sama setiap hari. Mereka berkutat dengan pemikiran
menghilang (Johnson, 1998). Secara jelas, perbedaan dari mereka berdua adalah
sebagai berikut.

Pelajaran yang dapat diambil dari simbolisasi di atas adalah: lebih baik proaktif,
bertindak cepat mengenali lapangan, dan memiliki pertimbangan yang ‘’good’’
dari pada melakukan sesuatu secara lambat dengan pertimbangan yang ‘’great’’.
Keputusan dalam melakukan sesuatu dapat diperbaiki secara simultan apabila
sudah dilaksanakan.

Memori mereka mengajarkan agar mengambil jalan yang sama setiap


hari, pada jam yang sama, menuju tempat yang sama.

Rutinitas adalah nyaman karena Anda tidak perlu berpikir.

Apa yang Dilakukan Manusia Biasa

(Saat Keju yang Biasa Ditemuinya Hilang?)

Manusia akan marah, tidak bisa menerima. Manusia akan menunggu. Mereka
terbelenggu oleh tradisi. Karena keju itu selalu dapat ditemui di sana secara cuma-
segera bertindak membanting setir atau mencari “keju’’ di tempat lain, melainkan
cuma, mereka merasa keju adalah haknya. Mereka punya hak menerima secara
menghimpun kekuatan agar “keju’’-nya dikembalikan.
cuma-cuma. Rutinitas adalah belenggu. Dan manusia menuntut agar keju itu
Mereka berdemo,Karena
"dikembalikan’’. berteriak-teriak, membakar
tidak kembali, banmulai
manusia karet,panik,
merusak
lalupintu dan jendela,
marah-marah.
melakukan
Mereka menggedor-gedor tembok, berteriak-teriak mencari perhatian. Melakukan
unjuk rasa berhari-hari, bahkan ada yang bertahun-tahun.
rally
Itulah dengan
terjadi disepeda
banyakmotor keliling
perusahaan dan kota sampai
dialami ibu pekerja
oleh para kota mencari perhatian.
yang secara
Padahal, perusahaan
rutin menerima
Dilakukan Manusia “keju’’
‘' sudah
(gaji) tanpa mengerti bagaimana kinerja perusahaannya.tidak
tidak punya kekuatan apa-apa lagi dan mereka
bisa
Merekadibayar lagi. mengerti
juga tidak Rasa diperlakukan tidakekonomi
bahwa keadaan adil membuat manusiaperusahaan
yang dihadapi tidak melihat
“keju’’ di tempat lain. Karyawan-karyawan yang berputar-putar
tidak selalu baik. Sehingga “keju’’ itu bisa sewaktu-waktu menghilang kalau di sana, sama
tindakannya
mereka tidak dengan para manajerdan
ikut memikirkannya yang memberiperusahaan
membantu janji, tak beradaptasi.
ubahnya dengan
Namun,dua
makhluk kurcaci (Hem dan Haw) dalam
begitu “keju’’ itu menghilang, mereka tidak buku Who Moved My Cheese?
Apa yang Dilakukan Manusia ‘’Tikus”?

Manusia “tikus’’ tidak terbelenggu oleh rutinitas. Setiap hari mereka bergerak
menuju rezeki. Kalau rezeki hari ini ada di sini, mereka menghabiskan waktu di
sini. Kalau tiba-tiba rezeki itu ada di sini, mereka pindah ke tempat lain yang lebih
menjanjikan.
Manusia “tikus’’ tidak marah-marah kalau rezekinya hilang. Keadaan ekonomi
tidak selalu baik. Oleh karena itu, mereka harus selalu memiliki alternatif. Sebelum
keju di Stasiun C menghilang, mereka sudah mengenali keju-keju di stasiun
lainnya. Meski jalan menuju Stasiun C jauh lebih enak dan nyaman, mereka tidak
malas melewati rute-rute baru yang tidak pasti dan berliku-liku.
Manusia “tikus’’ tidak mudah mengeluh, marah-marah, atau menuntut “hak’’-nya
dari orang lain. Manusia ‘berbekal ketulusan dan keikhlasan, kerajinan, ketekunan,
dan bekerja keras. Akibatnya, mereka selalu menemukan jalan keluar. Mereka tidak
merasa perlu menghimpun kekuatan dari orang lain sebab dalam setiap krisis
baginya, kita tidak bisa terlalu mengandalkan orang lain yang juga sedang
menderita. Semua perlakuan tidak adil harus diterima dengan ikhlas.

Manusia “tikus” memilih segera masuk ke dalam sekoci kecil, mencari bantuan ke
tempat lain daripada meributkan kapal besar yang hendak karam.
Di banyak perusahaan yang terganggu keadaan ekonominya, manusia “tikus” sudah
pergi meninggalkan perusahaan sebelum dia benar-benar karam meskipun tidak
mendapatkan uang pesangon sama sekali. Sementara kolega-koleganya (tipe
kurcaci) justru menunggu sampai pesangon benar-benar dibayarkan. Namun, saat
pesangon dibayarkan pada para kurcaci, manusia “tikus” sudah menjadi wirausaha
yang terhormat di tempat yang lain.

Great is the enemy of good

Peabody, 2002

Habit #2: Bermula dari Ujung Pemikiran ( Goal Oriented)

Manusia yang beriorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan,
akan tetapi juga berburu tujuan yang benar. Bayangkan,roh kita sedang menatap
jasad kita yang dimasukkan ke liang kubur pada saat proses pemakaman kita.
Bayangkan apa yang dikatakan para pelayat dengan jujur tentang kita. Apakah kita
senang dengan apa yang kita dengar ?apakah itu yang ingin kita ingat tentang kita?

Jika tidak, jelas kita harus mengubah semua tindakan kita saat ini. Kita harus
mengendalikan hidup kita. Ini dapat dilakukan dengan menuliskan kembali misi
pribadi hidup kita yang menggambarkan tujuan dan citra diri yang kita inginkan

Menemukan misi pribadi jelas bukanlah hal yang mudah. Terkadang, kita harus
menemukannya dari kejadian-kejadian memilukan yang membentuk kebajikan dan
mendapatkan filosofi hidup. Secara bertahap, kebajikan dapat diperoleh melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
hbb kdck
4.kebajikan Filosofi

mkxxkdnnnnnnnnnnnnnn
nnnnnnncdjdncnnccncncn 3.keilmuan (valid/ reality) Pembelajaran
ccnjdcndjcnjdcnfbg

2. Pengalaman hidup Sejarah

1.Pengindraan fisik Anugerah

Supaya mampu berorientasi pada tindakan, manusia harus mengenal dan paham
betul situasi yang dihadapi. Anda harus mengenal lingkungan (pasar) dimana Anda
berada, produk yang Anda tangani, pasar dan konsumennya, harga, lokasi, siklus
ekonomi, latar belakang suatu keadaan, dan seterusnya. Namun kenyataannya,
semua ini tidak mudah.

Pengindraan Fisik

Kesulitan manusia menafsirkan dunia ini tidak lepas dari fitrah kita yang memiliki
pancaindra yang terbatas. Memiliki kesempurnaan pancaindra saja belum cukup
untuk menangkap realita kehidupan dan menjadi wirausaha yang tangguh dan
mampu berorientasi pada tindakan (action oriented). Apalagi bila anda memiliki
salah satu panca indra yang kurang sempurna. Itu saja sudah membedakan orang
yang satu dengan yang lainnya.

Kami akan mengajak anda menerawang perjalanan anda mengenal jagat raya ini,
mulai dari bayi sampai tumbuh menjadi manusia dewasa. Renungi baik-baik
bahwa kita makhluk yang belajar dengan segala keunikan dan kesulitannya. Anda
mungkin tidak ingat betul apa yang anda lakukan saat anda keluar dari rahim
ibunda. Namun, Anda bisa melihat apa yang dilakukan makhluk – makhluk kecil
yang baru lahir. Kita ambil saja contoh hewan-hewan mamalia.
Kendati belum mengenal betul orangtuanya dan matanya masih terkunci rapat,
seekor bayi kanguru bisa dengan cepat memasuki kantong ibunya. Demikian pula
dengan seorang anak kera yang masih buta, mampu menemukan puting susu
ibunya karena pada titik itulah terdapat elemen tubuh dengan temperatur tinggi
(paling hangat) pada induknya.

Demikian pula dengan bayi-bayi manusia menafsirkan kehidupannya melihat


dunia yang terang benderang dan perlahan-lahan belajar mengenal orangtuanya
melalui mata dan telinga.

Jadi, pertama-tama makhluk mamalia menafsirkan dunia ini melalui stimulus


temperatur (panas-hangat-dingin). Setelah itu, dia baru melihat cahaya dan
merasakan kasih sayang melalui sentuhan. Maka, manakala kita memegang jari-
jari kakinya, kita pun merasakan gerakannya yang menggemaskan.

Begitu matanya terbuka, dia belum bisa menangkap gambar secara sempurna.
Mulanya, dia hanya bisa melihat bentuk umum. Meski bisa menyebut “papa” atau
“mama”, dia belum bisa membedakan orang yang satu dengan yang lain.

Manusia perlu waktu untuk menumbuhkan pengindraannya, dan manusia perlu


waktu untuk belajar mendapatkan konsep hidup yang kita pahami seperti saat ini.

Selanjutnya, sebagai makhluk kecil, anak manusia mulai belajar menggerakkan


tubuh, menangkap bola (gerakan dan kecepatan),menduga-duga jarak, sampai
menafsirkan pesan melalui bahasa dan simbol-simbol. Semua itu membutuhkan
waktu,latihan, dan proses. Mulai dari jatuh, salah menafsirkan, dan seterusnya.

Perjalanan manusia tradisional memahami dunia fisik ini sungguh kompleks dan
memerlukan bantuan orang lain. Bayangkan , apa jadinya kalau seseorang tidak
memiliki kelengkapan indra, atau salah satu indranya tak berfungsi dengan baik.
Mereka akan semakin sulit memahami isi dunia ini menurut kesepakatan umum.

Belajar dari Orang Lain


Seorang anak kecil,yang belum berpengalaman belum bisa membedakan jarak.
Seorang ibu yang menjaga bayinya sering mengingatkan kakak-kakaknya agar
tidak menimbulkan kegaduhan. Setiap pintu terbuka secara kasar, bayi itu terkejut.
Demikian pula saat bayi itu mulai sedikit lebih besar. Setiap kali mendengar suara
ledakan sekecil apa pun, dia terkejut dan menolehkan kepalanya mencari di mana
sumber suara berada. Dia belum tahu berapa jauh sumber ledakan itu, dan berapa
besar magnitude ledakan tersebut dari posisinya.

Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki kesempurnaan pancaindra, maka


kita pun dengan cepat bisa membedakan apakah ledakan itu suara mercon,benda
jatuh,tembakan senjata api, bom,atau ledakan hebat lainnya. Kita juga dengan
cepat menerka pada jarak berapa meter kira-kira sumber ledakan itu jauhnya dari
tempat kita berdiri. Apakah itu satu,sepuluh,seratus meter,atau satu kilometer dan
berada di sebelah utara atau selatan kita.

Demikianlah kita menggenapi hidup ini dengan kemampuan menangkap gejala-


gejala alam melalui indra-indra kita. Kita mengombinasikannya melalui gerakan-
gerakan, konsep, dan bahasa tubuh. Kita belajar mengecap rasa, menangkap
hewan, menafsirkan warna,mewarnai,menciptakan keserasian, menafsirkan bahasa
tubuh orang lain, simbol-simbol, dan sebagainya. Kita mempelajari gejala-gejala
yang menyenangkan dan gejala-gejala alam yang membahayakan. Kita belajar
merespon amarah atau perintah orang melalui indra kita dan konsep-konsep yang
kitas pelajari.

Manusia Sakti

Semua yang saya jelaskan di atas adalah level ke-1 pada bagan kesempurnaan
persepsi yang saya sebut sebagai anugerah. Kami sebut begitu karena memperoleh
kesempurnaan indra adalah sebuah anugerah, apalagi bisa mengendalikannya
secara simultan. Namun, ini belum sempurna betul. Manusia yang sempurna
adalah manusia yang sakti, yang dengan cepat menafsirkan isi semesta alam ini
dan meresponnya. Kalau ada bahaya, dia akan memberi tahu pengikut-pengikutnya
jauh sebelum kejadian. Dia mampu menerawang jauh ke depan dan apa yang di
terawang dan diucapkannya itu ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Dan
mereka yang diberi tahu ikut selamat. Manusia sakti itu adalah manusia yang
mencapai level ke-4 pada bagan kesempurnaan persepsi. Itulah manusia yang
mencapai level kebajikan, level filosofi.

Pengalaman Hidup

Mari kita lanjutkan untuk memahami lebih jauh. Manusia dewasa


menyempurnakan penafsiran alam melalui pengalaman hidup (level ke-2) dan
ilmu pengetahuan (level ke-3) agar terbebas dari gejolak-gejolak subjektif atau
perspektif yang sempit, termasuk mitos dan legenda-legenda yang diyakini
masyarakat benar adanya. Kita perlu menafsirkan orang lain, bangsa lain ,
teknologi,penyakit, benda-benda, perilaku, dan gejala-gejala, bukan melalui mistik
atau selera, melainkan melalui kebenaran pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan

Manakah yang datang lebih dulu, pengalaman hidup atau keilmuan? Keduanya
bisa berjalan bersama-sama, bisa juga terpisah kalau anda tidak sempat mengecap
pendidikan di bangku sekolah. Manusia modern, sejak umur lima tahun (bahkan
sekarang sejak usia tiga tahun) sudah dikirim orangtuannya ke bangku sekolah.
Anda mulai belajar tentang hukum-hukum alam yang telah ditemukan orang-orang
hebat yang menghasilkan rumus-rumus terkenal.

Melawan Mitos

Anda menjadi lebih kritis dan tidak bisa dibohongi oleh sembarang orang yang
anda temui di jalan yang selalu mengaitkan gejolak alam dengan roh-roh halus,
setan, jin, keuntungan, dan mitos-mitos lainnya. Sebagai entrepreneur berilmu,
anda menjadi lebih kritis. Kini, anda mengerti tak ada jalan pintas mengejar
kekayaan, tak bisa lewat seminar-seminar, atau memuja sang berhala di puncak-
puncak gunung yang dijaga juru-juru kunci sakti. Atau yang membungkus
kebenaran dengan hal-hal yang seakan-akan sakral dan tak boleh dibantah.

Lepaskanlah Belenggu – belenggu Negatif, Keluarlah dari Zona


Kenyamanan

Namun, pada saat yang bersamaan, anda juga belajar menafsirkan kehidupan dari
teman, guru, orangtua, sopir bus, para penumpang kendaraan umum, dan
sebagainya yang anda temui di jalan dan sekolah. Inilah yang saya sebut dengan
pengalaman hidup, sesuatu yang menempa kepribadian, tata nilai, dan belief kita.
Ia bisa menjadi filter dalam menangkap makna.

Kepribadian Menentukan Penglihatan

Anda melewati masa kecil, remaja sampai dewasa berbeda satu dengan yang
lainnya. Anda yang mengalami kepahitan di masa kecil mungkin mempunyai
obsesi agar kepahitan itu tidak terulang lagi. Namun, ada sebagian orang yang
bertindak sebaliknya. “Justru karena saya mendapatkannya tidak mudah, maka
orang lain pun tidak boleh memperolehnya begitu saja dari saya. Kalau perlu
mereka harus lebih sakit lagi”.

Orang-orang seperti itu adalah orang yang harus dikasihi karena hidup mereka
terbelenggu oleh rantai-rantai besi dan bola-bola batu yang berat dengan badan
yang memar. Demikianlah pengalaman hidup menentukan tindakan anda.

Kebajikan
Akhirnya, pengetahuan itu, kendati teruji benar adanya, harus ditempatkan pada
kebajikan-kebajikan penerapan. Sebab sekalipun sahih, pengetahuan itu bersifat
hidup dan dapat dipatahkan oleh pengetahuan-pengetahuan yang muncul
belakangan. Kebajikan membuat kepemimpinan seseorang lebih dari sekadar
pemimpin biasa. Dia bak magnet yang memberikan visi, hope, dan inspirasi.

Masalahnya, tak semua orang berpengetahuan punya kebajikan (wisdom). Mereka


yang tak punya kebajikan adalah manusia yang seakan-akan hidup dengan ilmu
yang berada di ruang yang vacuum yang percaya apa yang ditemukan adalah
sesuatu yang absolut, mutlak. Hanya merekalah kebenaran itu.

Hidup dengan Kejelasan Tujuan

Untuk dapat menjadi seseorang yang berorientasi pada tujuan, lakukanlah dalam
hidup Anda langkah-langkah sebagai berikut.

1. Tetapkan tujuan akhir (misalnya: hidup bahagia, sehat, terjamin secara


ekonomi, dan sejahtera);
2. Tentukan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan tersebut
(misalnya: menyelesaikan studi, bekerja selama 5 tahun, lalu membuka
usaha);
3. Perhatikan setiap kemajuan yang sudah dicapai (misalnya: melakukan
evaluasi, lalu berevolusi, pindah usaha, merekrut manajer, dan
memperbaiki proses produksi);
4. Ketika dapat mencapai goal, rayakanlah bersama karyawan dan keluarga;
dan
5. Pikirkan tujuan-tujuan baru yang lebih menantang (eHow, 2009)

Sebagai contoh , tujuan Anda sebagai wirausaha adalah hidup sukses dan bahagia
di daerah Anda berusaha (misalnya di Pasar XL). Lalu, tetapkan hal-hal kecil
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, misalnya Anda memulai dengan
bekerja pada orang lain selama sekian tahun dan memulai usaha sablon kaos
karena sebelumnya Anda bekerja di usaha yang sama. Jadi, Anda sudah mengenal
betul jenis dan lika-liku usaha ini. Lalu Anda mengambil langkah-langkah
konkret, seperti: 1) Membeli alat sablon berkualitas baik; 2) Membuka usaha lebih
pagi dari pedagang lainnya; 3) Tidak mengambil keuntungan yang terlalu tinggi
pada tahap awal, tetapi lebih mengedepankan volume penjualan;dan sebagainya.

Habit #3 : Mendahulukan Hal yang Utama

Kebiasaan ini berkaitan dengan sikap yang mengedepankan prioritas. Sering kali
manusia menghabiskan waktu untuk bereaksi (reaktif) pada situasi darurat, bukan
menginvestasikan waktu untuk mengembangkan kemampuan dan mencegah
situasi darurat itu. Manusia seperti ini kurang memahami perbedaan makna antara
urgent (mendesak) dengan important (penting). Urgent adalah situasi yang
mendesak, sedangkan penting membutuhkan perhatian yang besar.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan waktu yang lebih banyak untuk bekerja
dengan perencanaan, mengembangkan hubungan, memanfaatkan peluang-peluang
yang muncul dan me-recharge pengetahuan. Orang sering lupa bahwa
perencanaan merupakan bagian penting dari kewirausahaan, dari sebuah tindakan.

Intinya adalah seseorang harus fokus pada hal-hal yang urgent dengan membuat
prioritas, dan menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan urgent. Demikian
pula kita tidak bisa mengatasi semua masalah. Selesaikan masalah-masalah
tertentu saja yang bisa diselesaikan, dan lainnya akan mengikuti. Sekali lagi, kita
hanya bisa menyelesaikan sebagian masalah saja, karenanya kita wajib
memilihnya.

Sebagai contoh, tiap individu pasti mempunyai prioritas masing-masing dalam


hidupnya. Seorang wirausaha dalam bidang konsultan dapat menentukan mana
yang penting dan mana yang urgent, dengan time matrix seperti berikut
(WhiteDoveBooks, 2009).

Urgent Tidak Begitu Urgent

-Deadline dari klien -Aktivitas preventif


Penting -Menghadapi bencana-bencana -Menjaring network
Seperti kebakaran -Perencanaan
-Pengetahuan Profesional
Tidak Begitu -Interupsi -Aktivitas tidak produktif
Penting -Cek e-mail -Membaca buku tak berguna
-Meeting yang tidak direncanakan

Habit #4 : Berpikir dan Bertindak Win/Win

Bisnis atau berwirausaha pada dasarnya adalah upaya untuk memenangkan


kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, Anda akan berhadapan dengan
persaingan dan Anda memerlukan kerja sama dari para pendukung Anda.
Siapakah mereka?

Mereka adalah keluarga Anda, karyawan, manajer, investor, bank, konsultan, para
pemasok dan penyalur produk-produk / jasa-jasa Anda, para pembeli franchise
Anda, dan tentu saja konsumen, nasabah, klien, atau pelanggan-pelanggan Anda.

Terdapat beberapa alternatif solusi dalam berhubungan dengan rekan-rekan bisnis


itu, yaitu win-win, win-lose, lose-win, dan lose-lose solution.
Manusia efektif akan selalu bersikap win-win. Mereka berusaha agar semua pihak
mencapai kondisi akhir yang baik. Mereka menyadari bahwa menang sendiri
dapat bersifat destruktif karena hal itu hanya menghasilkan pihak yang kalah dan
akhirnya akan memunculkan perasaan bermusuhan dan perasaan buruk lainnya,
seperti merasa dirugikan, dikalahkan, diperlakukan kurang/tidak adil, dan rasa
permusuhan. Pola berpikir win-win akan membantu kita mencapai kerja sama.

Jika saya ....

 Menang (untung), Anda kalah (rugi),....Saya hanya menang sekali saja.


 Kalah (rugi), Anda menang (untung),....Anda hanya bisa menang sekali
saja.
 Kalah, dan Anda juga kalah,....Buat apa kita teruskan kerja sama ini?
 Menang dan Anda juga menang,....Kita akan berjalan beriringan, saling
memperbaiki, kekal abadi.

Dari John Maxwell, Thinking for Change, 2003

Habit #5 : Cari Tahu Dulu untuk Memahami, Baru Dipahami

Agar dapat mengembangkan hubungan yang win-win, seseorang harus dapat


mengetahui apa yang diinginkan oleh pihak lain (rekan usaha) dan apa makna
“menang” bagi mereka. Dalam hal ini, kita harus dapat memahami apa yang
menjadi kebutuhan dan keinginan orang lain sebelum mengutarakan tujuan
pribadi kita.

Dengan demikian, seorang wirausaha harus memiliki keterbukaan (open mind)


untuk mendengarkan, dan tidak menolak, berargumentasi, atau melawan atas apa
yang mereka dengar dari pihak lain. Yang perlu dikembangkan adalah kebiasaan
mendengarkan dengan saksama dan memikirkannya. Dengan kata lain, ada usaha
untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain.
Sebagai contoh, seorang wirausaha dalam bidang katering, suatu ketika
mendapatkan masalah tidak dapat memasok makanan pada waktu yang disepakati.
Di pihak lain, klien sudah sangat membutuhkannya. Sebagai pengusaha katering,
Anda perlu mendengarkan lebih dahulu keinginan klien Anda. Setelah itu carilah
jalan untuk segera menyelesaikan. Misalnya, Anda mencari rekan usaha lain yang
bisa membantu memasok makanan itu kendati Anda harus menombok. Anda
merugi sesaat, tetapi Anda tetap menjadi mitra usaha yang baik untuk jangka
panjang, dibicarakan positif, dan tidak kehilangan pelanggan rutin.

Dengan memberikan prioritas pertam pada klien yang terdesak tersebut, masalah
dapat diselesaikan. Klien Anda merasa dimengerti dan dihargai sehingga mereka
akan membalas dengan hubungan yang lebih baik lagi.

Habit #6 : Sinergi

Dalam berwirausaha, Anda harus mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih
besar dari penjumlahan elemen-elemen tunggalnya. Misalnya, ada 2 pihak A dan
B, dan bila masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan
menghasilkan 2 buah, dan kalau dijumlahkan A+B = 4.

Dengan sinergi anatar A dan B, maka 2+2 > 4. Inilah yang disebut sinergi. Lawan
dari sinergi disebut disergy, yang berarti A+B < 4.

Sinergi yang efektif sangat bergantung pada komunikasi. Sering kali seseorang
tidak mau dan tidak mampu mendengarkan lawan-lawannya (to listen) dan
merespons. Mereka hanya mampu sekadar mendengar (to hear) dan bereaksi
secara refleks. Reaksi yang ditunjukkan adalah reaksi defensif, mutung, atau pasif.
Juga, bertindak melawan atau menghindari dan tidak bersikap kooperatif.
Kooperatif (kerja sama) dan komunikasi adalah dua kaki dari hubungan yang
bersinergi.

Kebanyakan pemula memulai usahanya dengan terlalu memikirkan resiko. Itulah


sebabnya banyak pemula yang tidak berani berusaha sendirian, melainkan
mencari mitra usaha. Namun, saat memilih mitra, perlu dipikirkan sinergi apa
yang akan tercipta dari hubungan kemitraan (partnership) tersebut.

Banyak orang ingin mempunyai usaha, tetapi mereka lebih senang menjadi mitra
yang pasif. Mereka tidak mau mengerti bahasa bisnis memerlukan kesabaran,
ketekunan, dan kerja keras di samping juga menghadapi risiko rugi. Yang mereka
bayangkan hanyalah keuntungan belaka. Risiko tak dapat mereka bayangkan
karena mereka tak pernah berada di lapangan. Kalau demikian, yang terjadi
bukanlah sinergi, melainkan disergy.

Oleh karena itu, selalu carilah rekan usaha yang saling melengkapi,yang
berorientasi pada sinergi agar Anda dapat berorientasi pada tindakan.

Habit #7 : Menajamkan Ketahanan, Fleksibilitas, dan Kekuatan

Habit ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan seseorang untuk melatih
ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah
memberi makanan pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup yang
seimbang, melakukan meditasi atau bisa juga dengan membaca buku-buku self
help yang membangkitkan semangat atau mendengarkan musik dengan kata-kata
yang menggairahkan.

Keseimbangan mental dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti


kebiasaaan menonton televisi berlebihan atau bermalas-malasan. Dengan kata
lain, hal ini berkaitan dengan latihan mengembangkan hati, koneksi emosi, dan
keterikatan kita pada orang lain.

Selain itu, jangan pernah takut selama kesalahan-kesalahan tersebut masih


kesalahan kecil. Ingatlah ketika manusia menciptakan pensil, manusia juga
membuat penghapus. I’ts okay to make a mistake. Kesalahan itu adalah kesalahan-
kesalahan cerdas yang mengantarkan Anda pada pembelajaran.
Karena bila tidak pernah melakukan kesalahan, maka Anda tidak akan pernah
belajar dan tidak pernah melakukan action. Seseorang yang tidak pernah
melakukan kesalahan tidak pernah melakukan apa pun sehingga tidak bisa
menajamkan ketahanan,fleksibilitas, dan kekuatannya.

Bukan yang terkuat melainkan yang adaptiflah yang berumur panjang.

Charles Darwin

Bo Peabody,seorang wirausaha dalam bidang internet,yang membangun


tripod.com, menerapkan latihan blind faith dalam menjalankan usahanya. Blind
faith yang dimaksud adalah memberikan pengabdian tak terhingga, bak waktu dan
energi untuk membentuk usahanya. Dapat dikatakan dia adalah seorang Believer.

Walau mendapatkan serangkaian penolakan, Bo tetap percaya bahwa usahanya


kelak akan berhasil dan diterima. Dia belajar menerima kata-kata penolakan dan
menghadapinya dengan kepala dingin sehingga penolakan berubah menjadi
penerimaan. Dengan tetap konsisten memberikan penawaran yang menarik bagi
calon investor atau sponsor, dia tekun meyakinkan bahwa investasi mereka dapat
membuahkan hasil (Peabody, 2002).

Habit #8: Menemukan keunikan Keunikan Pribadi dan Membantu Orang


Lain Menemukannya

Kebiasaan kedelapan berhubungan dengan perubahan dari perilaku efektif


menjadi luar biasa. Untuk itulah, seseorang harus memulai dengan menentukan
atau mengenali keunikan dirinya.

Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki, yang tersebar pada
empat elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh, hati, dan jiwa. Jika pikiran terus
dikembangkan dan visi yang hebat dapat dirumuskan, maka hal tersebut dapat
memampukan seseorang untuk mengembangkan potensi terbesar seseorang,
lembaga atau perusahaan. Itulah lentera jiwa.

Bo Peabody memanfaatkan orang-orang sociopath, yaitu orang-orang yang


mengakui keunikannya dan berbeda dari rata-rata orang biasa. Menurutnya,
orang-orang biasa tidak menginginkan pekerjaan yang belum jelas. Mereka hanya
ingin pekerjaan biasa. Bo Peabody mendekati mereka dan menyadarkan bahwa
mereka mempunyai kapabilitas yang diinginkan olehnya dan membutuhkan
mereka sebagai karyawan (Peabody,

Tugas Lapangan: Berjualan di Kaki Lima


Untuk menjadi wirausaha yang mempunyai daya juang, mempunyai intuisi yang
tajam, serta berani mengambil risiko, maka dibutuhkan latihan konkret yang
memungkinkan Anda mengenal betul keadaan di lapangan dan berani mengambil
tindakan.

Kali ini, Anda akan diajak instruktur Anda berjualan di kaki lima. Ini adalah
latihan yang benar-benar rill. Anda harus memecahkan tabungan, mencari bantuan
modal dari keluarga, meminjam atau menjual sesuatu yang sudah tidak Anda
butuhkan lagi supaya bisa berpartisipasi.

Singkatnya, Anda harus memulai usaha dan mengambil risiko. Tentu saja ini
bukan pengambilan risiko yang ngawur. Anda didorong agar meraih keuntungan
di kaki lima. Dan setelah selesai berjualan, Anda bisa mengembalikan modal
Anda. Jadi, usahakanlah mendapat keuntungan.

Oleh karena itu, pilihlah barang/jasa yang hendak Anda jual di kaki lima sebaik
mungkin; cari lokasi berjualan dengan traffic yang aman, legal, dan ramai; belilah
bahan-bahan jualan dari pemasok yang berkualitas dan harganya murah (karena
Anda akan menjualnya kembali); lakukan cara-cara yang persuasif dalam
berjualan; dan cepat ambil tindakan bila Anda kurang beruntung.
Ingat, nasib Anda berada pada diri Anda sendiri, bukan orang lain. Jadi,
lakukanlah tindakan yang terbaik dengan analisis yang cerat. Latihan ini bukan
saja menguji nyali dan intuisi Anda, melainkan juga melemaskan/meregangkan
urat-urat pancaindra Anda.

Selanjutnya, instruktur Anda akan menetapkan batasan-batasan yang harus


dipatuhi untuk mengikuti latihan ini, sekaligus memberikan evaluasi atas hasil
yang Anda capai dan proses yang Anda lalui. Untuk mengikuti tugas ini,
instruktur Anda akan mengikuti petunjuk yang digariskan dalam pedoman
instruktur.

Untuk mengikuti tugas ini, Saudara akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok


kecil yang terdiri dari 4-5 orang.

SELAMAT BEKERJA, SEMOGA ANDA BERUNTUNG!

Personal Test: Brain Color


Cara berpikir Anda akan menentukan tindakan seperti apa yang akan Anda ambil
setiap kali Anda berhadapan dengan masalah. Setiap orang mempunyai warna
pikiran yang berbeda-beda. Seperti apakah cara berpikir Anda dan bagaimana
Anda merespons persoalan-persoalan? Marilah kita ikuti tes berikut ini.

Tes ini adalah tes mengenai Brain Color. Perhatikan pertanyaan-pertanyaan pada
kuesioner berikut ini, dan silakan mengambil alat tulis, lalu berikan skor pilihan
Anda.

Anda diminta memberi skor antara 1 sampai dengan 4 pada setiap baris kata-kata
di bawah ini. Pada statements di bawah ini, Anda akan menemukan kata-kata
yang biasa Anda temui. Beberapa kata lebih Anda sukai dari kata yang lainnya
karena kata-kata tersebut lebih mewakili diri Anda. Maka berilah Skor 4 pada kata
yang mewakili diri Anda, dan 1 yang bukan mewakili diri Anda. Sedangkan kata
yang mendekati diri Anda beri skor 3 atau 2.

Perhatikan, mengisinya harus baris demi baris (horizontal), bukan vertikal. Anda
baru boleh pindah ke baris berikutnya setelah selesai satu baris selesai.

Setelah selesai, jumlahkan skor setiap kolom dan isilah total skor di bagian
bawah. Kini, lingkari total skor yang tertinggi. Dosen Anda akan memberi
penjelasan apa warna cara berpikir Anda. Renungkan dan pikirkan cara untuk
berubah bila Anda kurang berkenan dengan warna pikiran Anda.

Catatan : Tafakur = kontemplatif, perlu waktu untuk berpikir,


merenungkan, tidak spontan.

Sumber : Glazov, S.N.. 2007. What Color is Your Brain? A Fun And Fascinating
Approach To Understanding Yourself And Others. Thorofare : Slack Inc.

Kuesioner Brain Color


Petunjuk:

1. Isilah baris demi baris, jangan mengisi secara vertikal. Ingatlah, setelah
satu baris selesai, Anda baru boleh pindah ke baris selanjutnya.
2. Dalam setiap baris tidak boleh ada skor yang sama, jadi harus ada skor 1,
2, 3, dan 4 sejernih-jernihnya dan sejujur-jujurnya.
3.
Berikan Penilaian Tentang Diri Anda
4=Saya sekali (sangat setuju)
3=Mendekati
2=Agak kurang
1=Jarang/bukan saya sama sekali (sangat tidak setuju)
A B C D

______ Terorganisasi ______ Kreatif ______ Mandiri ______ Antusias

______ Tepat waktu ______ Komunikatif ______ Rasa ingin tahu ______Kesenangan

______ Detail ______ Fleksibel ______ Sabar ______ Kompetitif

______Bertanggung jawab ______ Perhatian ______ Analitis _____ Panjang akal

______ Berkomitmen ______ Sensitif ______ Takafur ______ Berani

______ Berhati-hati ______ Koperatif ______ Teknikal ______ Energetic

Dapat dipertanggung _____ ______ ______

Jawabkan ______ Hangat ______ Otonom ______ Petualang

______ Respek ______ Original ______ Kompetensi ______ Pemurah

______ Dapat diduga ______ Mengasuh ______ Investigatif ______ Spontan

Ketika membuat keputusan, saya cenderung :

______ Berbicara dengan Meyimpulkan fakta ____

______ Mempunyai planning ______ yang lain _____fakta _____ Percaya


Naluri

Ketika bekerja sama dengan orang lain, saya melihat diri saya sebagai :

______ Coach ______ Pemain team ______ Problem solver _____ Troubl
Shooter

Saya merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang :

______ Stabil/tenang ______ Harmonis ______ Privacy ______ Bebas

______ A Total ______ B Total ______ C Total ______ D


Total

Hitung total skor Anda, skor terbanyak di A berarti Anda termasuk manusia tipe
A, bila
Skor Anda terbanyak di B, maka Anda termasuk manusia tipe B, dan
seterusnya.

Pertanyaan :

1.Apa warna yang paling cocok untuk menjadi seorang entrepreneur?

2.Apakah Anda dapat mengubahnya?

MBTI

Glasov (2008) mengakui temuannya merupakan turunan konsep MBTI,tetapi dia


membuatnya lebih simpel dan lebih mudah untuk diterapkan. MBTI di lain pihak
adalah alat ukut psikologis yang sangat powerfulyang dipakai secara luas dimana-
mana untuk mengukur kepribadian manusia, MBTI banyak dipakai dalam
rekrutmen karyawan baru,penempatan eksekutif (promosi) dan sebagainya.

MBTI sendiri dikembangkan oleh Myers & Briggs,sampai Isabel Myers


meninggal dunia pada 1980, lalu diteruskan oleh yayasan yang didirikan oleh
Myers dan psikolog Mars McCoulley yang terus melakukan riset-riset psikologis.

Menurut MBTI, ada 4 hal yang membedakan kepribadian manusia yang


menyebabkan mengapa seseorang bisa cepat,yang lain begitu lambat mengambil
keputusan, lebih terbuka diri yang lain dan sebagainya. Keempat hal tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Sumber Energi (Extraversion atau Intraversion)


Ini menyangkut sumber energi pengambilan keputusan. Ada orang yang
sangat mengandalkan sumber energi yang berasal dari luar dirinya
(extraversion) dan ada juga yang mengandalkan dirinya sendiri
(intraversion) yaitu melalui pikiran,ide,dan konsep yang direnunginya
sendiri.
Sering ditemukan ada orang yang senang bergaul, banyak beremuk,atau
larut dengan kelompok-kelompok besar,lebih berorientasi pada action dari
pada berkompetisi,dan menyendiri dalam ruang tertutup dengan sedikit
orang atau kalangan terbatas.

2. Proses Informasi (Sensing atau Intuition)

Sebagian orang mengendus informasi melalui pengindraan


(sensing),sedangkan yang lainnya mengandalkan intuisi. Mereka yang
disebut pertama menangkap informasi “as it is” (apa adanya)dengan
mengandalkan fakta-fakta yang ditangkap oleh mata, telinga, hidung, kulit,
dan lidah. Dengan demikian, mereka bisa sangat “membumi”
mengandalkan apa yang ada saat itu. Sedangkan tipe yang kedua lebih
berorientasi pada interpretasi atau mengaplikasikan “meaning”dari apa
yang dilihatnya dari sebelum-sebelumnya. Dengan demikian,dia bisa lebih
visioner atau idealis,lebih tertarik ke masa depan.

3. Pengambilan Keputusan (Thinking atau Feeling)

Pengambilan keputusan (judgement) yang dilakukan oleh manusia juga


berbeda-beda. Ada yang sangat mengandalkan pikiran/logika (objective
nonpersonal, analitis) dan ada yang menggunakan
perasaan(subjective,kehati-hatian personal). Yang pertama (thinking)
adalah orang-orang yang sangat rasional yang mengabaikan emosi
sehingga sering kali seakan-akan dianggap lebih scientific dan objective,
intellectual dan lebih cerdas. Padahal mereka semata-mata hanya berpikir
jernih, satu sisi, berdasarkan fakta.
Sedangkan kedua (feeling) kemungkinan besar sangat mempertimbankan
hubungan-hubungan (harmony) atau kerjasama sehingga berhati-hati.

4. Menjalankan Kehidupan (judgement atau perceiving)

Ada orang yang lebih senang segala sesuatunya


tertata,terorganisasi,dengan daftar terencana,dan mengharapkan orang
melakukan hal yang sama (judgement).Sementara itu,ada orang senang
menata hidupnya dan memimpin dengan pendekatan perceiving,yaitu
menyikapi sesuatu dengan lebih rileks,spontan,tidak perlu dibuat
terorganisasi,meunggu momen yang tepat,dan lebih menekankan pada
experience daripada tatanan.

Otak Otak biru Otak Otak


kuning hijau oranye

Mencapai hasil - Merekatkan -Mempertanyakan -Menerobos,

- Memberi kebenaran mencari peluang

semangat -Mengembangkan

usaha

-Menyemangati

Tradisi, Harmony Sendirian (kurang Spontan/manipulatif


kaku (Moody) dukungan)
Masalah
(anggapan pihak lain)

Dalam bertindak,masing-masing pemilik warna itu mempunyai cara


berpikir yang unik. Para pemilik otak oranye cenderung hidup
merdeka,bebas dari belenggu,tak punya keragu-raguan. Namun,dia sering
dianggap manipulatif,tidak stabil,dan petualang oleh pemilik otak warna
lain. Padahal dalam krisis, kaum oranye sangat dibutuhkan karena dia
inovatif dan banyak akal.
Para pemilik otak hijau bersifat kritis dan logis, tetapi kurang didukung
banyak orang karena tidak bisa bekerja sama dengan orang lain dan kalau
ditentang kurang luwes dalam merespons. Masalahnya,dia tidak mendapat
dukungan. Sedangkan pemilik otak biru yang berpotensi merekatkan orang
dan senang menolong oran lain sering kali kurang tajam dalam moody.
Sementara itu,pemilik otak kuning yang bekerja sistematis kurang mampu
berpikir paradoks dan masih terperangkap oleh cara kerja stabil dan tradisi
sehingga dalam beberapa hal dia dipandang orang lain sebagai orang yang
rigid dan kurang fleksibel.
Jadi,setiap oran punya kemampuan dan masalah yan bisa menjadi penentu
dan penghambat dalam menembus krisis. Sebenarnya, harapan untuk
memimpin dalam situasi itu dapat dibebankan kepada pemilik otak oranye.
Namun,dia butuh dukungan, kerja sama, dan kepercayaan dari orang-
orang sekitarnya yang terdiri dari warna-warna yang berbeda-beda.
Sayangnya,setiap warna punya preferensi terhadap warna yang sama
dengan mereka. Jadi, pemilik otak kuning percaya bahwa orang hebat dan
bagus adalah mereka yang bekerja sistematis, prosedur, detil,
terorganisasi, dan bertanggung jawab seperti mereka. Demikian juga
dengan pemilik otak hijau beranggapan di dunia ini orang-orang yang
hebat adalah mereka yang berotak hijau,demikian seterusnya. Jadi,sulit
sekali mereka mendukung warna yang berbeda.
Tips

 Kenali warna otak Anda dan kenali kelebihan-kelebihan dan kekurang-


kekurangannya
 Kenali pula warna otak team-mates atau mitra usaha dan karyawan
Anda.
 Lakukan workshop untuk mengadaptasi warna otak seluruh anggota
tim sehingga masing-masing anggota tim tidak lagi menjadi pemilik
warna tunggal yang dominan(single dominant color)melainkan
menjadi multicolor. Semakin berwarna,semakin bagus untuk
mengatasi krisis.
 Berikan kepercayaan untuk mengembangkan usaha kepada salah
seorang pemimpin ini: pemilik otak oranye atau kuning,atau pemilik
kombinasi kedua warna(multicolor) ini.

Anda mungkin juga menyukai