12 Bab Ii
12 Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Efektivitas
a. Pengertian efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas adalah kemampuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada
suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya (Masturoh & Anggita, 2018).
a. Kriteria efektivitas
Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila memenuhi
beberapa kriteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari pelaksana tugas tersebut.
Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:
1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang-kurangnya 75% dan jumlah siswa telah memperoleh nilai 60
dalam peningkatan belajar;
2) Metode pembelajaran dikatakan efektif meningkat hasil belajar siswa
menunjukan perbedaan antara pemahaman awal dengan pemahaman
setelah pembelajaran;
3) Metode pembelajaran dikatakan efektif dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi
untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Serta siswa belajar dalam keadaan menyenangkan.
b. Faktor yang mempengaruhi efektivitas
Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses mengajar yaitu
peserta didik, pendidik, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran media
dan evaluasi. Semua komponen tersebut sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran. Yang diinginkan tentunya yang optimal, untuk itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satunya adalah
metode pembelajaran. Semakin baik metode itu, maka semakin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran. Selain faktor tujuan dan faktor peserta
didik, ada dua faktor yang memperngaruhi efektif atau tidaknya suatu
metode, yaitu:
1) Faktor situasi atau suasana pembelajaran;
2) Faktor guru
Faktor guru nantinya yang akan memperngaruhi faktor situasi,
hal ini menurut sikap guru untuk mempunyai kemampuan mengelola
kelas, karena semakin guru dapat mengkondisikan kelas menjadi kelas
yang lebih aktif tetapi tidak gaduh, maka metode apapun yang
diterapkan akan menjadi efektif dan memberikan hasil yang maksimal.
Metode tidak terlepas dari adanya yang direncanakan agar mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2. Peer Group Education
a. Pengertian Peer Group Education
Menurut Owa et al., (2021) peer group education adalah suatu proses
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan oleh dan untuk
kalangan sebaya. Edukasi peer group merupakan upaya perubahan perilaku
kesehatan melalui kelompok sebaya yang menekankan pada perubahan
perilaku.
Metode pendidikan sebaya merupakan salah satu metode yang tepat
dalam memberikan informasi dan edukasi kepada teman remaja yang
sebaya dengannya, hal tersebut tentunya sangat sesuai dengan
perkembangan psikologi remaja, remaja akhir yang akan lebih dekat atau
akrab dan lebih terbuka dengan temannya. Remaja memerlukan pelayanan
pendidikan kesehatan yang benar, hal ini semakin baik bila diberikan di
sekolah oleh teman sebaya melalui pendidikan sebaya karena dengan
teman sebaya akan lebih terbuka dan lebih mudah berkomunikasi
dibandingkan dengan orang tua dan guru. Pendidikan kesehatan sebaya
merupakan metode promosi kesehatan untuk mengurangi risiko buruk
kesehatan yang disampaikan langsung oleh teman dengan usia setara yang
disebut pendidik sebaya (peer group educator) yang telah melewati proses
pelatihan (Owa et al. 2021).
b. Manfaat Peer Group Education
Peer group education dapat meningkatkan kemandirian belajar,
merumuskan tujuan, merencanakan strategi, mengidentifikasi sumber
belajar, mendayagunakan sumber belajar, memanfaatkan media,
mengambil pokok pikiran dalam materi, menyampaikan pendapat,
menyimpulkan hasil belajar, memanfaatkan media, menyampaikan ide,
memahami jaringan belajar, dan mengukur keberhasilan belajar (Rofi’ah
2017).
c. Kelebihan Peer Group Education
Kelebihan penggunaan model peer group education antara lain
adalah:
1) Dapat melatih siswa atau dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi. Maksudnya pada
keterampilan ini dasarnya berkenaan dengan kemampuan siswa
menangkap pengertian atau makna dari apa yang didengar, dibaca, dan
dilihat atau dilakukan kemudian menjelaskan penelitian atau makna
hasil tangkapan dan hasil pengolahan pikiran dengan bahasa atau kata-
kata sendiri sehingga dipahami oleh orang lain;
2) Dapat melatih kemampuan siswa untuk berinisiatif dan kreativitas dalam
kemampuan siswa mempunyai kesediaan atau kesiapan kemampuan
dan keberanian untuk melakukan suatu hal baru atau hal lain dalam
menangani suatu masalah;
3) Untuk melatih kemampuan siswa untuk bekerja sama, maksudnya
mempunyai semangat atau spirit dan kesediaan untuk berbuat bersama
orang lain secara kompak dalam menangani suatu kegiatan yang secara
sadar dirancang bersama guru untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya, tetapi dalam proses pembelajaran guru juga
mengawasi dan membantu tutor sebaya dalam pembelajaran di kelas
(Hakim 2020).
d. Tujuan Peer Group Education
Peer Group Education merupakan cara untuk melihat kondisi umpan
balik antara guru terhadap mahasiswa, temuannya menunjukan frekuensi
umpan balik yang diterima siswa rendah dan kualitas umpan balik yang
kurang (Hakim 2020).
Di dalam kehidupan alangkah baiknya untuk berbagi ilmu dengan
sesama agar hidup lebih bermanfaat. Sebagaimana dalil hadits HR Bukhari
Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ُصلهى هللاَ ِس ْو ُل هللا ُ س ِمعْتُ َر َ : ع ْنهُ قَا َل َ ُي هللا
َ ض ِ ع ْن اَبِ ْي دَ ْردَا َء َر َ َو
ط ِريْقًا ِإلَى َ ط ِريْقًا يَ ْبت َ ِغ ْي فِ ْي ِه ِعلْ ًما
َ ُس هه َل هللا َ َسلَك َ َم ْن: علَ ْي ِه َوسَله َم يَقُ ْو ُل
َ
صنَ َع َوا َ هن ْالعَا ِل ُم َ عا ِب َما
ً ضا
َ ب ِر َ ض ُع اَجْ نِ َحت َ َها ِل
ٍ طا ِل َ َ ْال َجنه ِة ا هِن ْال َم ََلئِ َكةَ ت
ِ ان ِف ْي ْال َم
اء ِ َ ض َحتهى ال َح ْيت ِ ي ْالعَ ْر
ْ ت َو َم ْن ِف ِ او َ س َمَ ِليَ ْست َ ْغ ِف ْر لَهُ َم ْن ِف ْي ال
ِ سائِ ِر ْالكَ َوا ِك
َو ا َ هن, ب َ ض ِل ْالقَ َم ِر
َ علَى ْ َعلَى الْ ِعبَا ِد َكف
َ ض ُل ْالعَا ِل ِم
ْ َ َو ف,
, ِإنه َما َو ِرث ُ ْو ْال ِع ْل َم, َارا َو َال د ِْرهَا ًما ِ َْالعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِبي
ً اء لَ ْم يَ ِرث ُ ْوا ِد ْين
ْ (ر َواهُ اَب ُْو د َ ُاودْ َو ْالتِ ْر ِم ِذ
)ي َ فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذ َ بِ َحظٍ َو اَفِ ٍر
Artinya: ”Dari Abu Darda’ R.A, beliau berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat meletakkan
sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia kerjakan, dan
sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-orang
yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang
ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama’ adalah
pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar
dan tidak mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang
siapa yang mengambilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian
yang sempurna (H.R Abu Dawud dan Tirmidzi).
6. Remaja
a. Pengertian remaja
Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 –21 tahun. Masa
remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik itu fisik maupun mental (Diananda 2019).
b. Tahap-tahap remaja
1) Pra Remaja (11–14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang
lebih hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 11 14 tahun. Dikatakan juga
fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung
negatif. Fase yang sulit untuk hubungan komunikasi antara anak dengan
orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena
mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
menunjukkan peningkatan reflectiveness tentang diri mereka yang
berubah dan meningkat berkaitan dengan apa yang orang pikirkan
tentang mereka (Diananda 2019).
2) Remaja awal (13–17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan
mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari
identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas.
Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang
dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan
sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan
idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga
(Diananda 2019).
3) Remaja lanjut (17–21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan
dirinya, caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-
cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha
memantapkan identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional (Diananda 2019).
c. Perubahan fisik pada remaja
Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat,
misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak
laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin
dalam. Perubahan mental pun mengalami perkembangan. Pada fase ini
pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis, dan semakin banyak waktu diluangkan di luar
keluarga (Diananda 2019).
Selanjutnya, perkembangan tersebut diatas disebut fase pubertas
(puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh
seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta
kematangan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal
masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah peristiwa tunggal yang tiba-
tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi
berangsur-angsur (Diananda 2019).
B. Landasan Teori
Penyakit kanker payudara adalah penyakit yang banyak dialami oleh
remaja putri, bahkan tidak sedikit yang mengalaminya pada usia empat belas
tahun. Penyakit kanker payudara adalah tumor ganas yang bisa dialami oleh satu
atau kedua payudara, juga merupakan benjolan yang apabila diraba terasa keras,
bentuknya tak beraturan dan tidak bisa digerakkan. Walaupun tidak semua tumor
adalah tumor ganas, tumor akan menjadi kanker payudara apabila tidak dideteksi
sedini mungkin. Deteksi dini yaitu dengan melakukan pemeriksaaan payudara
sendiri atau SADARI terbukti sangat efektif dapat menurunkan angka kematian
dan kesakitan pada perempuan (Yulinda and Fitriyah 2018).
Dalam perkembangan teknologi, ada berbagai macam cara untuk
mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, diantaranya dengan
thermography, mammography, ductography, biopsi dan USG payudara. Cara yang
lebih mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri
sendiri yang dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi
dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika
dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi
Upaya mendeteksi kanker payudara sedini mungkin berupa SADARI sudah
harus mulai dilakukan oleh para remaja Indonesia. Namun, sepertinya remaja saat
ini masih kurang peka terhadap perawatan payudara mereka sendiri. Mereka lebih
peka dan aktif untuk melakukan perawatan pada wajah. Karena menganggap
memiliki wajah yang tidak jerawat dan kulit wajah yang tidak kusam sangatlah
penting. Hal tersebut juga dilatarbelakangi karena kurangnya pengetahuan remaja
mengenai kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI. Mereka tidak
memiliki pengetahuan dan sikap kesadaran yang baik bahwa SADARI merupakan
salah satu upaya pencegahan kematian akibat kanker payudara yang mungkin
dapat terjadi pada mereka (Yulinda and Fitriyah 2018).
Sadari adalah proses dimana wanita memeriksa payudara mereka secara
teratur untuk mendeteksi adanya pembengkakan abnormal atau benjolan dalam
rangka mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin. SADARI dilakukan
perempuan ketika setelah menstruasi yaitu 7–10 hari sesudah menstruasi. Sadari
dianggap sebagai tes skrining yang aman, nyaman karena dilakukan sendiri, hemat
biaya, mudah diterima dan efektif dalam mengurangi angka kematian kanker
payudara (Azhari et al. 2021).
Dampak yang terjadi apabila perempuan tidak melakukan deteksi dini
kanker payudara maka akan meningkatkan angka kematian akibat kanker
payudara. Hal itulah yang menjadi penyebab masih tingginya angka kematian
akibat kanker payudara dan keterlambatan diagnosis dan penanganan oleh tenaga
medis.
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Sugiyono
2016). Berikut merupakan kerangka konsep dari penelitian ini:
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
keterampilan SADARI:
Pendidikan
1. Umur Terampil
Kesehatan
2. Pengalaman Metode Peer Responden
Group Education Mengetahui
3. Pengetahuan Keterampilan
dan Metode
SADARI Tidak
4. Pendidikan Demonstrasi
Terampil
Cf
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
A. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang ada (Sugiyono 2016). Hipotesis penelitian ini adalah terdapat
perbedaan yang signifikan efektivitas metode peer group education dengan
metode demonstrasi terhadap keterampilan SADARI di SMKN 1 Ciamis.