Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Efektivitas
a. Pengertian efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas adalah kemampuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada
suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya (Masturoh & Anggita, 2018).
a. Kriteria efektivitas
Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila memenuhi
beberapa kriteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari pelaksana tugas tersebut.
Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:
1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila
sekurang-kurangnya 75% dan jumlah siswa telah memperoleh nilai 60
dalam peningkatan belajar;
2) Metode pembelajaran dikatakan efektif meningkat hasil belajar siswa
menunjukan perbedaan antara pemahaman awal dengan pemahaman
setelah pembelajaran;
3) Metode pembelajaran dikatakan efektif dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi
untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Serta siswa belajar dalam keadaan menyenangkan.
b. Faktor yang mempengaruhi efektivitas
Komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses mengajar yaitu
peserta didik, pendidik, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran media
dan evaluasi. Semua komponen tersebut sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran. Yang diinginkan tentunya yang optimal, untuk itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satunya adalah
metode pembelajaran. Semakin baik metode itu, maka semakin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran. Selain faktor tujuan dan faktor peserta
didik, ada dua faktor yang memperngaruhi efektif atau tidaknya suatu
metode, yaitu:
1) Faktor situasi atau suasana pembelajaran;
2) Faktor guru
Faktor guru nantinya yang akan memperngaruhi faktor situasi,
hal ini menurut sikap guru untuk mempunyai kemampuan mengelola
kelas, karena semakin guru dapat mengkondisikan kelas menjadi kelas
yang lebih aktif tetapi tidak gaduh, maka metode apapun yang
diterapkan akan menjadi efektif dan memberikan hasil yang maksimal.
Metode tidak terlepas dari adanya yang direncanakan agar mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2. Peer Group Education
a. Pengertian Peer Group Education
Menurut Owa et al., (2021) peer group education adalah suatu proses
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan oleh dan untuk
kalangan sebaya. Edukasi peer group merupakan upaya perubahan perilaku
kesehatan melalui kelompok sebaya yang menekankan pada perubahan
perilaku.
Metode pendidikan sebaya merupakan salah satu metode yang tepat
dalam memberikan informasi dan edukasi kepada teman remaja yang
sebaya dengannya, hal tersebut tentunya sangat sesuai dengan
perkembangan psikologi remaja, remaja akhir yang akan lebih dekat atau
akrab dan lebih terbuka dengan temannya. Remaja memerlukan pelayanan
pendidikan kesehatan yang benar, hal ini semakin baik bila diberikan di
sekolah oleh teman sebaya melalui pendidikan sebaya karena dengan
teman sebaya akan lebih terbuka dan lebih mudah berkomunikasi
dibandingkan dengan orang tua dan guru. Pendidikan kesehatan sebaya
merupakan metode promosi kesehatan untuk mengurangi risiko buruk
kesehatan yang disampaikan langsung oleh teman dengan usia setara yang
disebut pendidik sebaya (peer group educator) yang telah melewati proses
pelatihan (Owa et al. 2021).
b. Manfaat Peer Group Education
Peer group education dapat meningkatkan kemandirian belajar,
merumuskan tujuan, merencanakan strategi, mengidentifikasi sumber
belajar, mendayagunakan sumber belajar, memanfaatkan media,
mengambil pokok pikiran dalam materi, menyampaikan pendapat,
menyimpulkan hasil belajar, memanfaatkan media, menyampaikan ide,
memahami jaringan belajar, dan mengukur keberhasilan belajar (Rofi’ah
2017).
c. Kelebihan Peer Group Education
Kelebihan penggunaan model peer group education antara lain
adalah:
1) Dapat melatih siswa atau dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi. Maksudnya pada
keterampilan ini dasarnya berkenaan dengan kemampuan siswa
menangkap pengertian atau makna dari apa yang didengar, dibaca, dan
dilihat atau dilakukan kemudian menjelaskan penelitian atau makna
hasil tangkapan dan hasil pengolahan pikiran dengan bahasa atau kata-
kata sendiri sehingga dipahami oleh orang lain;
2) Dapat melatih kemampuan siswa untuk berinisiatif dan kreativitas dalam
kemampuan siswa mempunyai kesediaan atau kesiapan kemampuan
dan keberanian untuk melakukan suatu hal baru atau hal lain dalam
menangani suatu masalah;
3) Untuk melatih kemampuan siswa untuk bekerja sama, maksudnya
mempunyai semangat atau spirit dan kesediaan untuk berbuat bersama
orang lain secara kompak dalam menangani suatu kegiatan yang secara
sadar dirancang bersama guru untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya, tetapi dalam proses pembelajaran guru juga
mengawasi dan membantu tutor sebaya dalam pembelajaran di kelas
(Hakim 2020).
d. Tujuan Peer Group Education
Peer Group Education merupakan cara untuk melihat kondisi umpan
balik antara guru terhadap mahasiswa, temuannya menunjukan frekuensi
umpan balik yang diterima siswa rendah dan kualitas umpan balik yang
kurang (Hakim 2020).
Di dalam kehidupan alangkah baiknya untuk berbagi ilmu dengan
sesama agar hidup lebih bermanfaat. Sebagaimana dalil hadits HR Bukhari
Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫سله َم قَا َل‬


َ ‫علَيْ ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ‫ أ َ هن النهبِ ه‬:‫ع ْم ٍرو‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد ه‬
َ ‫َّللا ب ِْن‬
‫ َو َم ْن‬،‫ع ْن بَنِي ِإس َْرائِي َل َوالَ َح َر َج‬َ ‫ َو َح ِدثُوا‬،ً‫عنِي َولَ ْو آيَة‬ َ ‫بَ ِلغُوا‬
(‫ي ُمتَعَ ِمدًا فَ ْليَتَبَ هوأْ َم ْقعَدَهُ ِم ْن النهار )رواه البخاري‬ ‫علَ ه‬َ ‫ب‬ َ َ‫كَذ‬
Artinya : “Dari Abdullah ibn Amr: Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan
ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Israil dan itu tidak apa
(dosa). Dan barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka
bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari).
3. Demonstrasi
a. Pengertian Demonstrasi
Demonstrasi adalah cara penyajian bahan dengan memperagakan
atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya atau tiruan, yang disertai
dengan penjelasan lisan. Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan (Salim Nahdi, dkk. 2018).
b. Manfaat Demonstrasi
Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses interaksi
belajar mengajar di kelas dan siswa dapat memusatkan perhatian pada
pelajaran yang diberikan. Selain itu siswa dapat berpartisipasi aktif dan
memperoleh pengalaman langsung serta dapat mengembangkan kecakapan
sehingga siswa dapat lebih memahami materi pelajaran yang diajarkan
dengan baik (Salim Nahdi et al. 2018).
c. Kelebihan Demonstrasi
Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, memberikan pengalaman
langsung kepada siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna dan
memudahkan dalam memusatkan perhatian dan merangsang siswa untuk
aktif dalam pembelajaran (Salim Nahdi et al. 2018).
4. Keterampilan
a. Pengertian keterampilan
Keterampilan merupakan kecakapan hidup yang dimiliki masyarakat
untuk memenuhi kehiduapannya dalam bekerja. Dengan keterampilan
yang dimiliki maka akan berdampak pada peningkatan penghasilan,
pekerjaan, dan kehidupan yang lebih sejahtera di masyarakat. Pengetahuan
dan keterampilan merupakan modal didalam mengembangkan kemampuan
dan kecakapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia juga mendapat julukan sebagai zoon politicon
(makhluk yang hidup berkelompok) mengandung arti bahwa antara sesama
manusia menginginkan hubungan dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari (Danial et al. 2019).
Keterampilan menurut Davis Gordon adalah kemampuan
untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Menurut
Nadler keterampilan adalah kegiatan yang memerlukan
praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.
b. Faktor yang mempengaruhi keterampilan
1) Minimnya tingkat pendidikan;
2) Rendahnya rasa ingin melakukan;
3) Rendahnya keterampilan yang dimiliki yang disebabkan karena
membutuhkan peningkatan pendidikan dan keterampilan.
c. Pengukuran keterampilan
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan penilaian praktik.
Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian praktik
adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktik bertujuan untuk dapat menilai kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan.
Penilaian praktik lebih otentik daripada penilaian paper and pencil karena
bentuk-bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan yang diperlukan
dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Perencanaan penilaian praktik meliputi langkah-langkah sebagai


berikut:
1) Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui penilaian
praktik;
2) Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan
dinilai;
3) Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian;
4) Menyusun tugas sesuai rubrik penilaian;
5) Mengujicobakan tugas;
6) Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian
kompetensi siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penilaian praktik harus memenuhi
kriteria-kriteria tertentu:
1) mengarahkan siswa untuk menunjukkan capaian hasil belajar;
2) dapat dikerjakan oleh siswa;
3) mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas;
4) sesuai dengan taraf perkembangan siswa;
5) sesuai dengan konten/cakupan kurikulum;
6) bersifat adil (tidak bias gender dan sosial ekonomi).
Kriteria lembar pengamatan:
1) Langkah-langkah praktik yang diharapkan dilakukan siswa untuk
menunjukkan praktik suatu kompetensi harus jelas;
2) Aspek yang dinilai dalam praktik tersebut lengkap dan tepat;
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan dalam
menyelesaikan praktik harus nampak;
4) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua
dapat diamati;
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan
pengamatan.
Kriteria rubrik:
1) Memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu;
2) Memiliki indikator yang diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja
pada instrumen atau sistematika pada hasil kerja siswa;
3) Dapat mengukur kemampuan yang diukur (valid);
4) Dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa;
5) Dapat memetakan kemampuan siswa;
6) Disertai dengan penskoran yang jelas.
d. Dikatakan terampil dan tidak terampil
Menurut Soemarjadi, dkk (1991) keterampilan dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Terampil
Terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan
cekatan. Misalnya jika seseorang dapat melakukan semua langkah-
langkah SADARI dengan benar, tidak ada yang terlewat, sesuai urutan
dan cekatan maka dapat dikatakan terampil.
2) Tidak terampil.
Tidak terampil adalah tidak cakap dalam menyelesaikan tugas, tidak
mampu dan tidak cekatan. Misalnya jika seseorang tidak dapat melakukan
semua langkah-langkah SADARI dengan benar, ada yang terlewat, tidak
sesuai urutan dan tidak cekatan maka dikatakan tidak terampil.
5. Pemeriksaaan Payudara Sendiri (SADARI)
a. Pengertian SADARI
Sadari adalah proses dimana wanita memeriksa payudara mereka
secara teratur untuk mendeteksi adanya pembengkakan abnormal atau
benjolan dalam rangka mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin.
SADARI dilakukan perempuan ketika setelah menstruasi yaitu 7 10 hari
sesudah menstruasi. Sadari dianggap sebagai tes skrining yang aman,
nyaman karena dilakukan sendiri, hemat biaya, mudah diterima dan efektif
dalam mengurangi angka kematian kanker payudara (Azhari et al. 2021).
b. Manfaat Melakukan SADARI
Tindakan SADARI sangatlah penting untuk diterapkan, karena telah
dibuktikan bahwa hampir 85% kelainan pada payudara ditemukan pertama
kali oleh penderita melalui penerapan SADARI yang benar. Sehingga
SADARI dapat dikatakan sebagai cara mendeteksi dini kanker payudara
yang cukup efektif. SADARI juga mudah untuk dilakukan dan dapat
diterapkan oleh perempuan di semua usia. Baik itu remaja maupun
perempuan dewasa (Yulinda and Fitriyah 2018).
Dengan adanya pendidikan kesehatan SADARI terhadap
pengetahuan dan sikap wanita usia produktif, mereka akan lebih menyadari
betapa pentingnya pemeriksaan payudara sendiri dilakukan untuk
mendeteksi dini adanya benjolan pada payudaranya. Maka dari itu
kesadaran masyarakat akan SADARI sangat penting agar terhindar dari
kanker payudara (Erna et al., 2019).
c. Tujuan melakukan SADARI
Tujuan dari SADARI sangat perlu dilakukan untuk mengurangi
angka kejadian kanker payudara adalah sebagai berikut:
1) SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk
mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara akan terdeteksi pada stadium awal sehingga dapat dilakukan
pengobatan atau tindakan awal untuk memperpanjang harapan hidup
penderita kanker payudara;
2) Menurunkan angka kematian penderita kanker payudara yang
ditemukan pada stadium awal (Dyanti and Suariyani 2016).
d. Langkah-langkah melakukan SADARI
Menurut Kemenkes RI (2019) ada tujuh langkah melakukan
SADARI adalah sebagai berikut:
1) Amati dengan teliti payudara di muka cermin, tanpa berpakaian dengan
kedua tangan diangkat keatas kepala. Perhatikan bila ada benjolan,
perubahan bentuk pada kulit dan puting, serta payudara secara
keseluruhan;
2) Rapatkanlah telapak tangan dengan kuat sehingga payudara menonjol
ke depan dan amati kembali apakah ada benjolan, kulit mengerut seperti
kulit jeruk atau cekungan seperti lesung pipi dan puting susu yang
tertarik ke dalam;
3) Pencet dan urutlah pelan-pelan daerah di sekitar puting sampai ke arah
ujung puting dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal,
seperti putih kekuning-kuningan yang terkadang bercampur darah
seperti nanah. Pada wanita menyusui, bedakan dengan ASI;
4) Pada posisi berbaring meletakkan bantal di belakang punggung, Tangan
kanan diletakkan di belakang kepala, dan gunakan tangan kiri untuk
memeriksa payudara sebelah kanan;
5) Cara meraba yaitu dengan ujung dari tiga jari tengah yang dirapatkan.
Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap,
dimulai dari pinggir luar sampai ke puting dengan mengikuti arah
putaran jarum jam;
6) Lakukan hal yang sama seperti pada gambar 4 dan 5, tetapi dengan
tangan kiri di bawah kepala, sedang tangan kanan meraba payudara kiri.
Gambar 2.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Bagian A
Kemenkes RI (2019)
Gambar 2.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Bagian B
Kemenkes RI (2019)

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi SADARI


Menurut Irawan (2018) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pemeriksaan SADARI kanker payudara sebagai berikut:
1) Umur
Umur menggambarkan kematangan fisik, psikis dan sosial
yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penangkapan
Informasi yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan
pengetahuan seseorang, termasuk pengetahuan tentang deteksi dini
kanker payudara (Mamba 2017);
2) Pengalaman
Salah satu faktor yang mempengaruhi perempuan untuk
melakukan deteksi dini kanker payudara adalah pengalaman pribadi.
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih
mendalam dan lebih lama berbekas. Tidak adanya pengalaman pribadi
sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk
sikap negatif terhadap objek tersebut termasuk pengalaman untuk
melakukan deteksi dini kanker payudara (Hermas, 2018);
3) Pengetahuan
Keterlambatan deteksi dini kanker payudara dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang SADARI. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng dibandingkan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mamba 2017);
4) Pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi perempuan untuk
melakukan deteksi dini kanker payudara (Rofi’ah 2017). Di dalam
penelitian ini menggunakan dua metode pendidikan untuk memaparkan
informasi mengenai deteksi dini kanker payudara yaitu dengan metode
peer group education dan metode demonstrasi. Pendidikan kesehatan
metode peer group education/teman sebaya akan memberikan efek yang
positif. Dengan peer group education/teman sebaya, remaja akan lebih
terbuka dan lebih mudah berkomunikasi dibandingkan dengan orang tua
dan guru. Selanjutnya dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan
proses interaksi belajar mengajar di kelas dan siswa dapat memusatkan
perhatian pada pelajaran yang diberikan.
Sebagai manusia sudah seharusnya untuk mencari ilmu dari berbagai
pendidikan sebagaimana dalil hadits HR Abu Daud dan Tirmidzi, Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫صلهى هللا‬َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ : ‫ع ْنهُ قَا َل‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن اَبِ ْي دَ ْردَا َء َر‬ َ ‫َو‬
‫ط ِريْقًا ِإلَى‬ َ ‫ط ِريْقًا يَ ْبت َ ِغ ْي فِ ْي ِه ِعلْ ًما‬
َ ُ‫س هه َل هللا‬ َ َ‫سلَك‬ َ ‫ َم ْن‬: ‫علَ ْي ِه َوسَله َم يَقُ ْو ُل‬
َ
‫صنَ َع َوا َ هن ْالعَا ِل ُم‬ َ ‫عا ِب َما‬
ً ‫ضا‬
َ ‫ب ِر‬ َ ‫ض ُع اَجْ نِ َحت َ َها ِل‬
ٍ ‫طا ِل‬ َ َ ‫ْال َجنه ِة ا هِن ْال َم ََلئِ َكةَ ت‬
ِ ‫ان ِف ْي ْال َم‬
‫اء‬ ِ َ ‫ض َحتهى ال َح ْيت‬ ِ ‫ي ْالعَ ْر‬
ْ ‫ت َو َم ْن ِف‬ ِ ‫او‬ َ ‫س َم‬َ ‫ِليَ ْست َ ْغ ِف ْر لَهُ َم ْن ِف ْي ال‬
ِ ‫سائِ ِر ْالكَ َوا ِك‬
‫ َو ا َ هن‬, ‫ب‬ َ ‫ض ِل ْالقَ َم ِر‬
َ ‫علَى‬ ْ َ‫علَى الْ ِعبَا ِد َكف‬
َ ‫ض ُل ْالعَا ِل ِم‬
ْ َ‫ َو ف‬,
, ‫ ِإنه َما َو ِرث ُ ْو ْال ِع ْل َم‬, ‫َارا َو َال د ِْرهَا ًما‬ ِ َ‫ْالعُلَ َما َء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِبي‬
ً ‫اء لَ ْم يَ ِرث ُ ْوا ِد ْين‬
ْ ‫(ر َواهُ اَب ُْو د َ ُاودْ َو ْالتِ ْر ِم ِذ‬
)‫ي‬ َ ‫فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أ َ َخذ َ بِ َحظٍ َو اَفِ ٍر‬
Artinya: ”Dari Abu Darda’ R.A, beliau berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat meletakkan
sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia kerjakan, dan
sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-orang
yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang
ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama’ adalah
pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar
dan tidak mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang
siapa yang mengambilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian
yang sempurna (H.R Abu Dawud dan Tirmidzi).
6. Remaja
a. Pengertian remaja
Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 –21 tahun. Masa
remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa
dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik itu fisik maupun mental (Diananda 2019).
b. Tahap-tahap remaja
1) Pra Remaja (11–14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang
lebih hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 11 14 tahun. Dikatakan juga
fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung
negatif. Fase yang sulit untuk hubungan komunikasi antara anak dengan
orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena
mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
menunjukkan peningkatan reflectiveness tentang diri mereka yang
berubah dan meningkat berkaitan dengan apa yang orang pikirkan
tentang mereka (Diananda 2019).
2) Remaja awal (13–17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan
mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari
identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas.
Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang
dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan
sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan
idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga
(Diananda 2019).
3) Remaja lanjut (17–21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan
dirinya, caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-
cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha
memantapkan identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional (Diananda 2019).
c. Perubahan fisik pada remaja
Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat,
misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah
dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak
laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin
dalam. Perubahan mental pun mengalami perkembangan. Pada fase ini
pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis, dan semakin banyak waktu diluangkan di luar
keluarga (Diananda 2019).
Selanjutnya, perkembangan tersebut diatas disebut fase pubertas
(puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh
seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta
kematangan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal
masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah peristiwa tunggal yang tiba-
tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi
berangsur-angsur (Diananda 2019).
B. Landasan Teori
Penyakit kanker payudara adalah penyakit yang banyak dialami oleh
remaja putri, bahkan tidak sedikit yang mengalaminya pada usia empat belas
tahun. Penyakit kanker payudara adalah tumor ganas yang bisa dialami oleh satu
atau kedua payudara, juga merupakan benjolan yang apabila diraba terasa keras,
bentuknya tak beraturan dan tidak bisa digerakkan. Walaupun tidak semua tumor
adalah tumor ganas, tumor akan menjadi kanker payudara apabila tidak dideteksi
sedini mungkin. Deteksi dini yaitu dengan melakukan pemeriksaaan payudara
sendiri atau SADARI terbukti sangat efektif dapat menurunkan angka kematian
dan kesakitan pada perempuan (Yulinda and Fitriyah 2018).
Dalam perkembangan teknologi, ada berbagai macam cara untuk
mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, diantaranya dengan
thermography, mammography, ductography, biopsi dan USG payudara. Cara yang
lebih mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri
sendiri yang dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi
dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika
dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi
Upaya mendeteksi kanker payudara sedini mungkin berupa SADARI sudah
harus mulai dilakukan oleh para remaja Indonesia. Namun, sepertinya remaja saat
ini masih kurang peka terhadap perawatan payudara mereka sendiri. Mereka lebih
peka dan aktif untuk melakukan perawatan pada wajah. Karena menganggap
memiliki wajah yang tidak jerawat dan kulit wajah yang tidak kusam sangatlah
penting. Hal tersebut juga dilatarbelakangi karena kurangnya pengetahuan remaja
mengenai kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI. Mereka tidak
memiliki pengetahuan dan sikap kesadaran yang baik bahwa SADARI merupakan
salah satu upaya pencegahan kematian akibat kanker payudara yang mungkin
dapat terjadi pada mereka (Yulinda and Fitriyah 2018).
Sadari adalah proses dimana wanita memeriksa payudara mereka secara
teratur untuk mendeteksi adanya pembengkakan abnormal atau benjolan dalam
rangka mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin. SADARI dilakukan
perempuan ketika setelah menstruasi yaitu 7–10 hari sesudah menstruasi. Sadari
dianggap sebagai tes skrining yang aman, nyaman karena dilakukan sendiri, hemat
biaya, mudah diterima dan efektif dalam mengurangi angka kematian kanker
payudara (Azhari et al. 2021).
Dampak yang terjadi apabila perempuan tidak melakukan deteksi dini
kanker payudara maka akan meningkatkan angka kematian akibat kanker
payudara. Hal itulah yang menjadi penyebab masih tingginya angka kematian
akibat kanker payudara dan keterlambatan diagnosis dan penanganan oleh tenaga
medis.

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep akan
membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Sugiyono
2016). Berikut merupakan kerangka konsep dari penelitian ini:
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
keterampilan SADARI:
Pendidikan
1. Umur Terampil
Kesehatan
2. Pengalaman Metode Peer Responden
Group Education Mengetahui
3. Pengetahuan Keterampilan
dan Metode
SADARI Tidak
4. Pendidikan Demonstrasi
Terampil

Cf

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


(Modifikasi Irawan, 2018 & Sugiyono, 2017)

Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti

A. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang ada (Sugiyono 2016). Hipotesis penelitian ini adalah terdapat
perbedaan yang signifikan efektivitas metode peer group education dengan
metode demonstrasi terhadap keterampilan SADARI di SMKN 1 Ciamis.

Anda mungkin juga menyukai