Anda di halaman 1dari 1

Sebuah Refleksi tentang Mentalitas Manusia Indonesia

Tsabit Azinar Ahmad

M
uchtar Lubis, salah seorang jurnalis senior dan sastrawan, beberapa
puluh tahun lalu pernah berpidato di Taman Ismail Marzuki tentang
mentalitas manusia Indonesia. Buah pikirannya tersebut sempat
menggemparkan jagad pemikiran di Indonesia. Pemikirannya begitu
kontroversial, walaupun sebenarnya cenderung bersifat menegaskan dan
mengingatkan, serta memberikan sebuah gambaran yang nyata tentang
mentalitas manusia Indonesia. Dalam berbagai forum ilmiah pemikiran Muchtar
Lubis itu menjadi bahan perbincangan pada masa itu.
Walaupun sekarang Muchtar Lubis telah wafat, pemikirannya yang telah
diutarakan jauh berpuluh tahun yang lalu itu masih relevan apabila ditinjau dari
masa sekarang. Mengapa buah pikiran novelis ‘Harimau-Harimau’ ini masih
relevan sampai saat ini? Mentalitas manusia Indonesia sejak dahulu sampai
sekarang memang sulit berubah. Apakah mungkin mentalitas manusia
Indonesia itu bersifat abadi? Semoga saja itu tidak.
Mentalitas manusia Indonesia yang diutarakan Muchtar Lubis ini
memang lebih banyak menyoroti mentalitas manusia Indonesia yang bersifat
negatif. Berikut ini adalah buah pikiran dari Muchtar Lubis tentang mentalitas
manusia Indonesia, pertama, hipokrit, senang berpura-pura, lain di muka lain di
belakang, serta suka menyembunyikan yang dikehendakinya karena takut
mendapat ganjaran yang merugikan dirinya. Kedua, segan dan enggan
bertanggung jawab atas perbuatan, putusan dan pikirannya, atau sering
mengalihkan tanggung jawab tentang suatu kesalahan dan kegagalan kepada
orang lain. Ketiga, berjiwa feodalis, senang memperhambakan pihak yang
lemah, senang dipuji, serta takut dan tidak suka dikritik. Keempat, percaya pada
tahayul dan senang mengeramatkan sesuatu. Kelima, berjiwa artistik dan
sangat dekat dengan alam. Keenam, mempunyai watak yang lemah serta
kurang kuat mempertahankan keyakinannya sekalipun keyakinannya itu benar.
Cenderung untuk meniru. Ketujuh, kurang sabar, cepat cemburu, dan dengki.

Coba renungkan beberapa pemikiran di atas? Masih banyakkah praktik tentang


hal tersebut? Saya yakin semua akan tahu jawabannya. Sekarang yang penting
apabila sudah mengetahui seperti apa sebenarnya mentalitas manusia
Indonesia tersebut, yang harus dilakukan adalah mencoba memperbaiki apa
yang seharusnya diperbaiki.

Anda mungkin juga menyukai