Anda di halaman 1dari 20

Tugas Praktik Penulisan

Karya Tulis Ilmiah


Fungsi Ejaan Keilmuannya

Dosen Pembimbing
Dra. Welsi Haslina, M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Rahmad Rezky Ramadhan
Nim : 2201052040
Kelas : 1D D-3 Teknik Telekomunikasi

POLITEKNIK NEGERI PADANG


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI D-3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca dalam menerapkan akhlak yang baik karena di akhirat akhlak sangat
bernilai dan membuat banyak manusia untuk masuk ke dalam surgaNYA. Dan juga untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

PADANG,20 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian fungsi ejaan keilmuannhya.............................................................................5
2.2 ..........................................................................................................................................6
a). Faktor Internal...............................................................................................................6
b).............................................................................................................................................7
2.3 ......................................................................................................................................9
2.4 ..........................................................................................................................................9
2.5 ........................................................................................................................................10
Bab III......................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar
suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam penggabungan
ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini hanya berlaku dalam bahasa
tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi yang merupakan kesepakatan pemakaian
bahasa tertentu. Karena bersifat kovensional, maka system ejaan bahasa satu dengan
bahasa lainnya akan berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakanlambang, uruf dan
alfabetik yang sama.
Ejaan disepakati untuk komunikasi tulis agar lancer dan mudah dipahami dan bukan
untuk sebaliknya yaitu sebagai penghambat komunikasi.Pada umumnya para berpendapat
bahwa ejaan biasanya menyangkut tiga tataran kebahasaan, yaitu fenologi, morfologi, dan
sintaksis. Pada tataran fenologi ejaan berkaitan dengan fonem, penentuan lambang fonem,
dan penyusun abjadnya. Pada tataran morfologi, ejaan berurusan dengan penulisan suatu
bentukan, yaitu penulisan kata dan unsure serapan. Pada tataean sintaksis ejaan berurusan
dengan pemberian tanda batas ujaran dalam kalimat, termasuk didalamnya adalah
pemakaian huruf capital, huruf miring, dan pemakaian tanda baca.

1.2 Rumusan Masalah


1) Penjelasan dari Fungsi ejaan keilmuaannya?
2) Apa saja pembagian dari Fungsi ejaan keilmuaannya?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui dan mempelajari definisi dari Fungsi ejaan keilmuannya
2) Untuk mengetahui pembagian dari Fungsi ejaan dan diksi keilmuan
3) Untuk mengetahui fungsi ejaan keilmuaannya

BAB II
Angka dan bilangan

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf.
Contoh:
a) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b) Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
2. Jika bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan, ditulis dengan
angka.
Contoh:
a) Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
tidak memberikan suara
b) Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan
250 sedan.
3. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf 
Contoh:
a) Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
b) Sepuluh warga belum mendapatkan KTP elektronik.
4. Bilangan pada awal kalimat jika lebih dari dua kata, susunan kalimatnya diubah agar
bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Contoh:Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu

5. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Contoh:
a) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
b) Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
c) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

6. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran (panjang, berat, luas, dan isi), satuan waktu,
nilai uang, dan jumlah.
Contoh:
a) Dalam sebulan kami biasanya menghabiskan beras sebanyak 50 kg.
b) Taman kota itu dibangun diatas lahan kosong seluas 800 meter persegi.
c) Tamu undangannya berjumlah sekitar 1.500 orang

7. Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik
dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
Contoh:
a) Rp5.000,00
b) Rp1.000.000,00

8. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Contoh:
a) Jalan Tanah Abang I No. 15
b) Jalan Wijaya No. 14
c) Apartemen No. 5
d) Hotel Mahameru, Kamar 169

9. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Contoh:
a) Bab X, Pasal 5, halaman 252
b) Surah Yasin: 9
c) Markus 2: 3

10. Cara Penulisan bilangan Utuh dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
a) dua belas (12)
b) tiga puluh (30)
c) lima ribu (5000)

11. Cara Penulisan bilangan Pecahan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
a) setengah (1/2)
b) seperenam belas (1/16)
c) tiga perempat (3/4)
d) dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
e) tiga dua pertiga (3 2/3)
f) satu persen (1%)
Catatan:
Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh
dan bilangan pecahan.

12. Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang
dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
a) 20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
b) 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
c) 20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
d) 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
e) 152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)

13. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut:


Contoh:
a) pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
b) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
c) pada awal abad kedua puluh (huruf)
d) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
e) di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
f) di tingkat kedua gedung itu (huruf)

14. Penulisan bilangan yang mendapat akhiranan mengikuti cara berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung).
Contoh:
a. lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
b. tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
c. uang 5.000-an (uang lima-ribuan)

15. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Contoh:
a. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
b. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
c. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

16. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
a. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
b. Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
c. Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau
produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam
naskah dan buku.
penulisan kata depan
Di :
• Untuk menyatakan tempat berada digunakan di muka kata benda yang menyatakan te
mpat (seperti nama kota, nama desa, nama ruang, dan sebagainya).
Contoh:  Sidang Kabinet itu dilangsungkan di Bina Graha
• Untuk menyatakan tempat berada dengan lebih tepat dan lebih seksama,kata depan
didapat  diikuti dengan kata yang menunjukkan bagian dari tempat itu yang dimaksud.
Umpamanya kata-kata atas, dalam  dan  samping  pada  contoh berikut : Bukumu
saya letakkan di atas meja.
• Untuk menatakan keadaan diam atau berhenti kata depan di digunakan di
depan kata benda yang menyatakan tempat. Contoh: Banyak turis
berlibur di Pulau Bali.
• Preposisi di sebaiknya tidak digunakan di muka kata benda yang
menyatakan orang dan kata benda nama waktu. Pada posisi tersebut
sebaiknya preposisi di diganti dengan preposisi pada.
Contoh:
Kunci lemari ini ada di ayah.
(sebaiknya: Kunci lemari ini ada pada ayah.)
• Preposisi di yang digunakan di  depan kata benda yang
menyatakan karangan, buku, majalah, atau koran dapat diganti dengan preposisi
dalam atau di dalam.
Contoh:
Makna kata itu dapat kamu cari di kamus.
(dapat diganti dengan: Makna kata itu dapat kamu cari dalam kamus,  atau : Makna kata itu d
apat kamu cari di dalam kamus.)

Pada :
• Untuk menyatakan tempat berada digunakan di depan kata benda yang menyatakan
orang.
Contoh : Kunci lemari ini ada pada ayah.
• Untuk menyatakan tempat digunakan di depan kata benda atau
frasebenda yang bukan menyatakan tempat yang sebenarnya, sebagai varian
dari kata depan di.
Contoh : Suaminya bekerja pada Departemen Luar Negeri.
• Preposisi pada sebaiknya tidak digunakan di depan objek dalam kalimat yang
predikatnya   mengandung pengertian tertuju terhadap sesuatu.
Dalam hal ini,  kedudukan  pada  sebaiknya diganti dengan preposisi kepada.
Contoh : Mereka minta tolong pada polisi. (sebaiknya: Mereka minta tolongkepada polisi.)
• Preposisi pada untuk  menyatakan  waktu  tertentu  atau  saat
digunakan di muka kata benda waktu yang menyatakan saat atau
masanya sangat terbatas.
Contoh : Pada jam lima tepat pesawat kami mendarat di Medan.

Dalam :
 
• Untuk menyatakan tempat berada digunakan di muka kata benda yang beruang atau di
anggap mempunyai ruang, sebagai varian dari preposisidi dalam.
Contoh :
Buku itu kusimpan dalam lemari.
Berapa orang yang ada dalam rumah itu ?
Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Preposisi  dalam  pada  ketiga  contoh  tersebut  dapat  diganti dengan preposisi di dalam,
sehingga menjadi:
Buku itu kusimpan di dalam lemari.
Berapa orang yang ada di dalam rumah itu ?
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
• Untuk menyatakan jangka waktu atau masa digunakan di muka kata
benda yang disertai kata bilangan.
Contoh :
Kredit rumah ini dapat diangsur dalam waktu lima tahun.
Dalam waktu dua bulan jalan itu sudah rusak lagi.
Dalam beberapa jam saja kami sudah tiba di Hong Kong.
Atas :
a)        Untuk  menyatakan  tempat  digunakan  di  muka  beberapa  kata
benda tertentu sebagai varian dari kata depan di atas.
Contoh :
Berbagai musibah telah menimpa atas diri kami.
Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.
Beban yang dipikulkan atas pundak pemain terlalu berat. 
b)  Untuk menghubungkan predikat intransitif dengan pelengkapnya.
Contoh :
Kami turut berdukacita atas musibah yang menimpa pesawat Adam Air.
c) Untuk  menyatakan  alasan  atau  dasar  perbuatan  digunakan  di
muka  frase   benda   yang   berisi   perbuatan,   keinginan,   atau kekuasaanorang atau
lembaga.
Contoh :
Perselisihan  itu  dapat  didamaikan  atas  usaha  kedua  RT kami.
Kami datang secepat ini atas anjuran beliau.
Atas kehendak Yang Mahakuasa segalanya telah berakhir.

Kepada :
a)  Untuk menyatakan tempat yang dituju digunakan di muka kata bendaorang atau yang
diorangkan sedangkan predikat kalimatnya berupa kata  kerja  yang  mengandung  pengertian
tertuju terhadap sesuatu.
Contoh :
• Kalian harus melapor dulu kepada beliau.
• Kami akan minta bantuan kepada polisi.
• Kamu harus minta maaf kepada kami.
b)  Untuk menyatakan arah tempat yang tidak sebenarnya digunakan dimuka kata benda yang
menyatakan asas atau ajaran.
Contoh :
• Kembali kepada UUD 1945.
• Berpegang teguh kepada ajaran agama.
• Pernyataan itu merujuk kepada Pancasila dan UUD 1945.
c)   Dapat digunakan sebagai varian preposisi akan  yakni sebagai
pengantar  pelengkap  dalam  kalimat  yang  predikatnya  berupa kata kerja pengalaman.
Contoh :
• Dia takut sekali kepada saya.
• Saya selalu ingat kepada ibunya.
• Dia sudah lupa kepada saya.
Dari :
a) Untuk  menyatakan  asal  tempat  digunakannya  di  muka  kata
bendayang menyatakan tempat, baik tempat sebenarnya maupun yang tidaksebenarny
a.
Contoh :
•  Mereka baru datang dari desa.
•  Ibunya berasal dari Kendari.
•  Tindak tanduknya sudah keluar dari ajaran Islam.
a) Untuk menyatakan asal tempat dengan lebih saksama preposisi daridapat  diikuti den
gan kata yang menyatakan bagian mana
dari tempatyang dimaksud. Umpamanya, kata-kata dalam, atas dan sudut pada contoh
berikut :
• Satu per satu mereka keluar dari dalam pesawat itu.
• Kamus itu saya ambil dari atas meja ayah.
• Pot bunga itu akan kami pindahkan dari sudut ruangan itu.
a) Dapat menyatakan asal atau awal waktu digunakan di uka kata
bendawaktu. Dalam hal ini preposisi dari dapat diganti dengan sejak.
Contoh :
• Saya menunggu dari kemarin.
• Saya selalu ingat kepada ibunya.
• Dia sudah lupa kepada saya.
 
Perbedaan EYD dan PUEBI

Setelah membaca, menganalisis, dan membandingkan kedua lampiran peraturan


menteri, ditemukan banyak sekali perubahan. Adapun butir-butir perubahan dariPedoman
Umum EYD (lampiran Permendiknas RI No. 46 Tahun 2009) ke PUEBI (lampiran
Permendikbud RI No. 50 Tahun 2015) ialah sebagai berikut. 1. Pada PUEBI halaman 5-6
diberi penambahan informasi pelafalan penggunaan diakritik é dan è, seperti dapat dilihat
pada bagian keterangan di bawah ini.

Keterangan:
1. Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan jika
ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan. a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya: Anak-
anak bermain di teras (téras). Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap). b. Diakritik
(è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya: Kami menonton film seri (sèri). Pertahanan militer (militèr)
Indonesia cukup kuat. c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya: Pertandingan itu berakhir
seri (sêri). Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia. Kecap (kêcap) dulu
makanan itu.

2. Pada bagian keterangan mengenai “Huruf Konsonan” terdapat dua perbedaan, yaitu a.
Penghilangan keterangan: * Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah. b. Penambahan
keterangan: Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].

3. Pada EYD, hanya terdapat tiga diftong (ai, au, dan oi), sedangkan pada PEUBI terdapat
empat diftong (ai, au, ei, dan oi). Berarti, ada penambahan diftong “ei”, misalnya pada kata
“survei”.

4. Catatan pada bagian “Gabungan Huruf Konsonan” EYD yang menyatakan bahwa “Nama
orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus” dihilangkan.

5. Pada bagian penulisan “Huruf Kapital” terdapat enam perbedaan, yaitu:


a. Penambahan penjelasan unsur nama orang, yaitu yang termasuk julukan ditulis
dengan huruf kapital, misalnya: Jenderal Kancil dan Dewa Pedang.
b. Penambahan penjelasan unsur nama orang yang bermakna „anak dari‟ (seperti
bin,binti, boru, dan van) tidak ditulis dengan huruf kapital. Catatan: 1) Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: ikan mujair mesin diesel 5 ampere 10 volt 2) Huruf kapital tidak dipakai untuk
menuliskan huruf pertama kata yang bermakna „anak dari„, seperti bin, binti, boru, dan van,
atau huruf pertama kata tugas. Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang Charles Adriaan van Ophuijsen Ayam Jantan dari Timur Mutiara
dari Selatan.
c. Penambahan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi bagian nama diri dan
nama jenis. Seperti terlihat pada kutipan berikut: Nama yang disertai nama geografi dan
merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam
kelompoknya. Misalnya: Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir,
gula tebu, gula aren, dan gula anggur. Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai
fungsi yang berbeda. Contoh berikut bukan nama jenis. Dia mengoleksi batik Cirebon, batik
Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura. Selain film Hongkong, juga
akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang. Murid-murid sekolah dasar itu
menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
d. Penambahan contoh gelar lokal, seperti terlihat pada kutipan di bawah ini. K.H. kiai
haji Hj. hajah Mgr. monseigneur Pdt. pendeta Dg. daeng Dt. datuk R.A. raden ayu St.
sutan Tb. tubagus Dr. doktor Prof. profesor Tn. tuan Ny. nyonya Sdr. Saudara
e. Penambahan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang digunakan sebagai
penyapaan ditulis dengan huruf kapital, misalnya: “Hai, Kutu Buku, sedang menulis apa?”
f. Penghilangan klausul “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata,
seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti
oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

6. Pada bagian penulisan “Huruf Miring” terdapat tiga perbedaan, yaitu:


a. Perubahan “bukan bahasa Indonesia” menjadi “dalam bahasa daerah atau bahasa
asing” ditulis dengan huruf miring. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya: Upacara peusijuek (tepung
tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh. Nama ilmiah buah
manggis ialah Garcinia mangostana. Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
b. Penambahan catatan bahwa nama diri dalam bahasa daerah atau bahasa asing tidak
perlu ditulis dengan huruf miring. Catatan:
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa
daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak
miring ditandai dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung
dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
c. Penghilangan bagian 3c, yaitu klausul “Ungkapan asing yang telah diserap ke
dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya: Negara
itu telah mengalami empat kali kudeta. Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.

7. Pada bagian penulisan “Huruf Tebal” terdapat empat perbedaan, yaitu sebagai berikut.
a. Penghilangan klausul bahwa bukan huruf tebal yang dipakai untuk menegaskan,
melainkan huruf miring.
b. Penghilangan klausul penggunaan huruf tebal dalam kamus.
c. Penambahan klausul “Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang
sudah ditulis dengan huruf miring”. Misalnya: Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak
terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Kata et dalam ungkapan ora et
labora berarti „dan‟
d. Penambahan contoh bagian karangan yang ditulis dengan huruf tebal. Misalnya:

8. Pada bagian penulisan kata, terdapat enam perubahan, yaitu


a. Penambahan catatan pada butir B1. Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur
asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: sukuisme seniman kamerawan gerejawi
b. Penghilangan bagian B.1.b, yaitu klausul “Imbuhan dirangkaikan dengan tanda
hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa
Indonesia. Misalnya: mem-PHK-kan di-PTUN-kan di-upgrade me-recall”
c. Pemindahan bagian B.2. yaitu klausul “Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata,
awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya” ke bagian D.3. (Gabungan Kata).
d. Pemindahan bagian B.3. yaitu klausul “ Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai” ke
bagian D.4. (Gabungan Kata).
e. Penghilangan klausul “Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya: Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra. Mereka
memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.”
f. Penghilangan klausul “Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis
serangkai denganbentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh
bentuk berimbuhan. Misalnya: taklaik terbang taktembus cahaya tak bersuara tak
terpisahkan”

9. Penambahan klausul “Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidak dipenggal”. Selain itu juga ditambahkan contoh dan catatan. Misalnya: Ia bekerja di
DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita. Catatan:
Penulisan berikut dihindari. Ia bekerja di DLL- AJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta
bergelar R. Ng. Rangga Warsita.
10. Pada Bag II.F. terdapat perubahan judul. Jika pada EYD, judul pada bagian ini ialah
“Kata Depan di, ke, dan dari”, pada PUEBI judulnya diubah menjadi “Kata Depan” Seperti
terlihat pada PUEBI berikut ini: F. Kata Depan Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Di mana dia sekarang? Kain itu disimpan
di dalam lemari. Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Mari kita berangkat ke
kantor. Saya pergi ke sana mencarinya. Ia berasal dari Pulau Penyengat. Cincin itu terbuat
dari emas.

11. Penambahan keterangan “Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai” dan dilengkapi pula dengan contoh pemakaiannya dalam kalimat, seperti berikut
ini. Misalnya: Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Dia tetap
bersemangat walaupun lelah. Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.

12. Pada bagian “Angka dan Bilangan” terdapat penambahan klausul “Bilangan yang
digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf”, seperti terlihat pada contoh di
bawah ini. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya: Kelapadua Kotonanampek Rajaampat Simpanglima Tigaraksa

13. Penghilangan klausul “Kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda
hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali
dengan huruf kapital”.

14. Pada bagian pemakaian tanda baca “Tanda Hubung” terdapat tiga perbedaan, yaitu
sebagai berikut.
a. Penambahan klausul penggunaan tanda hubung antara (1) kata dengan kata ganti
Tuhan, (2) huruf dan angka, dan (3) kata ganti dengan singkatan. Tanda hubung dipakai
untuk merangkai 1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-
Indonesia, seJawa Barat); 2) ke- dengan angka (peringkat ke-2); 3) angka dengan –an (tahun
1950-an); 4) kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X,
ber-KTP, di-SK-kan); 5) kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu); 6)
huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan 7) kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang
berupa huruf kapital (KTPmu, SIM-nya, STNK-ku). Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di
antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) LP3I
(Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia) P3K (pertolongan pertama
pada kecelakaan)
b. Perubahan klausul “Tanda hubung- dipakai untuk merangkai unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing” dari hanya “bahasa asing” pada
EYD.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah
atau bahasa asing. Misalnya: di-sowan-i (bahasa Jawa, ‗didatangi„) ber-pariban (bahasa
Batak, ‗bersaudara sepupu„) di-back up me-recall pen-tackle-an
c. Penambahan klausul “Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat
yang menjadi objek bahasan. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan. Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran -isasi
pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
15. Pada bagian pemakaian tanda petik terdapat penambahan klausul “Tanda petik dipakai
untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat”. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"! Film “Ainun dan Habibie” merupakan
kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu
Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.”

16. Perubahan klausul “Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan” menjadi “Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang
digunakan sebagai penanda pemerincian”. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian contoh:
Misalnya: Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga
kerja. Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan

17. Pada EYD, penggunaan garis miring (/) hanya terdapat 2 butir, sedangkan pada PUEBI
ada tiga butir, Penambahan klausul pada pemakaian garis miring miring pada PUEBI ialah
“Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain”.
Selain itu, bagian ini juga disertai dengan contoh seperti berikut ini. Misalnya: Buku
Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali. Asmara/n/dana merupakan
salah satu tembang macapat budaya Jawa. Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

18. Pada bagian tentang penulisan unsur serapan terdapat penambahan atau pendetailan
banyak unsur serapan dari bahasa Arab (berikut huruf Arabnya).

a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o) mażhab ( )‫ هب مذ‬mazhab
qadr ( ) ‫ ق در‬kadar ṣaḥābat ( ) ‫ ب ة صحا‬sahabat haqīqat ( ) ‫ ح ق ي قة‬hakikat ‘umrah ( )
‫ عمزة‬umrah gā’ib ( ) ‫ غائ ب‬gaib iqāmah ( ) ‫ إق امة‬ikamah khātib ( ) ‫ خاطب‬khatib riḍā’ ( )
‫ ر ضاء‬rida ẓālim ( ) ‫ ظال م‬zalim ‘ain ( ‫ ع‬Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u ‘ajā’ib ( )
‫ عجائ ب‬ajaib sa‘ādah ( ) ‫ سعادة‬saadah ‘ilm ( ) ‫ ع لم‬ilmu qā‘idah ( ) ‫ ق اعدة‬kaidah ‘uzr ( )
‫ عذر‬uzur ma‘ūnah ( ) ‫ معونة‬maunah ‘ain ( ‫ ع‬Arab) di akhir suku kata menjadi k ’i‘ tiqād ( ) ‫إع‬
‫ ت قاد‬iktikad mu‘jizat ( ) ‫ معجزة‬mukjizat ni‘mat ( ) ‫ ن عمة‬nikmat rukū‘ ( ) ‫ ركوع‬rukuk
simā‘ ( ) ‫ سماع‬simak ta‘rīf ( ) ‫ ت عزي ف‬takrif i (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang)
menjadi i ʼi‘tiqād ( ) ‫ إع ت قاد‬iktikad Muslim ( ) ‫ م س لم‬muslim naṣīḥah ( ) ‫ ن ص يحة‬nasihat
ṣaḥīḥ ( ) ‫ صح يح‬sahih)

Huruf Miring

Huruf Yang Tercetak Miring Dalam Terminologi Tipografi Disebut Italic. Huruf Italic Ini
Biasanya Digunakan Untuk Memberikan Penekanan Pada Sebuah Kata. Di Samping Itu,
Huruf-Huruf Ini Juga Dipakai Untuk Menunjukkan Istilah Atau Kata Yang Berasal Dari
Bahasa Asing. Dalam Hal Ini Huruf Bercetak Miring Pada Umumnya Dipakai Pada
Pengutipan Judul Buku, Nama Koran Atau Media Pers.

Selain Itu, Huruf Miring Juga Biasa Digunakan Untuk Menegaskan Kata Atau Bagian
Tertentu Dalam Kalimat Atau Penulisan Kata-Kata Yang Bukan Merupakan Bahasa
Indonesia Seperti Istilah Bahasa Inggris Dan Bahasa Daerah.
Tata Cara Penggunaan Huruf Miring
Adapun Untuk Tata Cara Penggunaan Huruf Miring Yang Diantara Yaitu:
a. Penulisan Huruf Miring Pada Buku, Majalah Dan Surat Kabar

Huruf Miring Dalam Cetakan Dipakai Untuk Menuliskan Nama Buku, Majalah Dan Surat
Kabar Yang Dikutip Dalam Tulisan.
Misalnya: Bahasa Dan Sastra,
Buku Negarakertagama Karangan Prapanca,
Surat Kabar Suara Rakyat.
b. Huruf Miring Untuk Mengkhususkan Huruf

Huruf Miring Dalam Cetakan Dipakai Untuk Menegaskan Atau Mengkhususkan Huruf,
Bagian Kata, Kata Atau Kelompok Kata.
Misalnya: Huruf Pertama Kata Abad Adalah A,
Dia Buka Menipu Tetapi Di Tipu,
Bab Ini Tidak Membicarakan Penulisan Huruf Kapital,
Buatlah Kalimat Dengan Berlepas Tangan.
c. Huruf Miring Untuk Penulisan Nama Ilmiah

Huruf Miring Dalam Cetakan Dipakai Untuk Menuliskan Nama Ilmiah Atau Ungkapan
Asing, Kecuali Yang Telah Disesuaikan Ejaannya.
Misalnya: Nama Ilmiah Buah Manggis Buah Manggis Ialah Carcinia Mangostama
, Politik Devide Et Impera Pernah Merajalela Di Negeri Ini,
Weltanschauung Antara Lain Diterjemahkan Menjadi ‘Pandangan Dunia’

Huruf Tebal
Huruf tebal dapat berarti sebagai huruf yang dituliskan dengan jarak yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan huruf pada umumnya, dan akan terlihat lebih besar dibandingkan huruf
biasanya.
Awalnya penggunaan huruf tebal diatur sesuai dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik
Indonesia No. 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Akan tetapi, saat in telah disusun pedoman ejaan yang baru dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.
Aturan Penulisan Huruf Tebal
Berikut dibawah ini merupakan pedoman dalam penulisan huruf tebal :
1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab,
bagian bab, daftar lambang, indeks, dan lampiran.
Contoh :

Judul: BIOKIMIA HARPER


Bab:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II DASAR TEORI
Bagian bab:
1.1 Deskripsi
1.1.1 Definisi Judul
1.1.2 Definisi Keseluruhan Judul
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran :
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN

2. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Contoh :
Kata et dalam istilah ora et labora berarti ‘dan’.
Catatan : Huruf tebal tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, ataupun kelompok kata dalam kalimat. Untuk tujuan tersebut, huruf miring yang
digunakan.

3. Huruf tebal dipakai untuk menuliskan tema dan subtema dalam cetakan kamus.
Contoh :
mengalah v mengaku kalah
terkalahkan v dapat dikalahkan

4. Huruf tebal dipakai untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi (kata
yang bermakna lebih dari satu) dalam cetakan kamus.
Contoh :
• Pakai v cak 1 mengenakan; ber-…: pelajar SLTP – seragam putih biru; 2 dibubuhi dengan
…; diberi ber-…; dengan: satu gelas es teh – gula;
• Memakai v 1 mengenakan: ~ baju kebaya; ~ pending emas; ~ jas hujan; 2 menggunakan;
mempergunakan (dalam arti yang luas): ~ huruf Braille; 3 mematuhi; mengindahkan: ~
aturan permainan; 4 memerlukan; menghabiskan: pembangunan gedung itu ~ biaya yang
besar; 5 naik; menumpang: ~ pesawat terbang; 6 mempekerjakan: ia ~ dua orang pembantu; 7
mengikuti: penduduk daerah itu masih ~ adat lama;

5. Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak tebal diberi
garis bawah ganda.

Partikel Pun

Penulisan partikel ‘pun’ dalam Bahasa Indonesia, dibagi menjadi 2 cara, yaitu penulisan
partikel pun yang dipisah dari kata yang mendahuluinya dan penulisan partikel pun yang
digandeng dengan kata yang mendahuluinya.

1. Kata pun yang dipisah dengan kata yang mendahuluinya


Penggunaan kata pun yang dipisah dengan kata yang mendahuluinya terjadi jika partikel pun
digunakan dalam beberapa makna , yaitu :
 Bermakna mengikuti/ikut serta/sebagai sinonim kata juga, contoh :
- Jika adik diizinkan ikut dalam kegiatan itu, seharusnya aku pun diizinkan juga.
- Jika Ayah menyetujui aku mengambil jurusan sastra, maka ibu pun pasti akan
menyetujuinya juga.
- Bila kamu rajin belajar, maka nilaimu pun pasti akan baik.
 Bermakna menegaskan inti kalimat, contoh :
- Pinjaman di koperasi itu tidak sesen pun dikenai bunga.
- Kami tidak mempunyai niat buruk sedikit pun terhadap keluargamu.
- Sejak datang ke Jakarta, sekali pun aku belum pernah mengunjungi Monas.
 Bermakna pertentangan akan suatu hal/kondisi, contoh :
- Walau pun tidak direstui kedua orang tuanya, ia tetap melanjutkan hubungan
itu.
- Ia selalu mendapat predikat karyawan terbaik, meski pun sering kali ia datang
terlambat.
- Biar pun ia menganggur di ibukota, ia tetap tidak ingin kembali ke kampung
halamannya.
2. Kata pun yang digabung dengan kata yang mendahuluinya
Kata pun yang digandeng merupakan kata kata yang dianggap sebagai satu kata. Umunya,
kata pun yang digabung ini merupakan kata hubung atau konjungsi seperti meskipun,
adapun, biarpun, kendatipun, bagaimanapun, kalaupun, adapun, dan lain sebagainya.
Contoh dalam kalimat, yaitu :
- Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
- Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
- Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
- Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
Singkatan

 Pengertian

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1997:


17), singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau
lebih. Berikut ini dijelaskan macam-macam singkatan.
 Macam-Macam:
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
dengan tanda titik, Misalnya:
Singkatan nama orang;
Muh. Yamin : Muhammad Yamin
Pada singkatan nama orang Muhammad Yamin penyingkatan namanya adalah
singkatan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf
pertama dari suku kata kedua pada kata pertama sehingga kata Muhammad
setelah terjadi penyingkatan menjadi Muh.
2. Singkatan nama gelar:
M.B.A. : master of bisiness administration(gelar pascasarjana S2 dibidang ekonomi)
S.E. : sarjana ekonomi (gelar kesarjanaan S1 dibidang ekonomi)
S.Pd. : sarjana pendidikan (gelar kesarjanaan di bidang ilmu kependidikan)
Singkatan sapaan;
Bpk. : Bapak
Pada kata bapak penyingkatannya dengan mengambil huruf awal, tengah, dan
akhir. Jadi kata bapak menjadi Bpk.
3. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, Misalnya:
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan an ketatanegaraan;
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
Pada kata Dewan Perwakilan Rakyat penyingkatannya dengan mengambil
huruf awal setiap kata, sehingga Dewan Perwakilan Rakyat disingkat menjadi
DPR.
4. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Singkatan umum adalah singkatan yang sering dipergunakan oleh masyarakat.
Misalnya:
dll. : dan lain-lain
dsb : dan sebagainya

Diksi Keilmuan

Menurut Enre (1988: 101) diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara
tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi
atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat
dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna
dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. 10 Pendapat
lain dikemukakan oleh Keraf (1996: 24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai
diksi, antara lain sebagai berikut. a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata
mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan
kata-kata yang tepat.
b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau
cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa.
Keilmuan sendiri menurut KBBI adalah barang yang berkenaan dengan;secara ilmu
pengetahuan. Diksi keilmuan sendiri berarti pemilihan kata yang digunakan untuk
memaparkan suatu gagasan ilmiah/keilmuan. Diksi keilmuan sendiri diambil dari bahasa
Indonesia asli, bahasa daerah maupun penyerapan bahasa asing yang sesuai standar.
Contohnya yaitu : pascasarjana, urin, oksigen, energi, analisis, desain dll.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar suatu
bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam penggabungan ataupun
dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini hanya berlaku dalam bahasa tertentu karena
ejaan hanya bersifat konvensi yang merupakan kesepakatan pemakaian bahasa tertentu.
Karena bersifat kovensional, maka system ejaan bahasa satu dengan bahasa lainnya akan
berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakanlambang, uruf dan alfabetik yang sama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan)”. Dari pertanyaan itu dapat disimpulkan, bahwa diksi adalah
pemilihan kata dan atau gaya ekspresi seseorang, artinya setiap orang memiliki pemilihan
kata, cara dan gaya dalam menyapaikan kata yang mereka ucapkan, tentu saja hal ini dapat
mempengaruhi tata bahasa orang tersebut, termasuk saat seseorang membuat tulisan pada
blog.
Sedangkan paragraph keilmuan yang terdiri dari paragraph narasi, eksposisi, argumentasi,
persuasi, dan deskripsi.
2. Saran

Kurangnya contoh dan juga kesulitan untuk mencari contoh yang sesuai dan
melambangkan isi teori dalam aplikasi eyd dan puebi mungkin dikarenakan masih
kurangnya sumber sumber yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
 https://dosenbahasa.com/penulisan-angka-dan-bilangan
 http://www.literasi.net/2016/03/cara-penulisan-angka-dan-bilangan-yang-
benar.html
 https://eprints.uny.ac.id/8251/3/BAB%202-05210144010.pdf
 https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/partikel/
 Sumarni, Ratna. 2017. Dosen Bahasa.Penulisan Partikel “Pun” yang Benar
dalam Bahasa Indonesia. Online : https://dosenbahasa.com/penulisan-partikel-
pun-yang-benar-dalam-bahasa-indonesia. Diakses tanggal 17 februari 2019.
 https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-miring-pengertian-tata-cara-
penggunaan/
 Karyati, Zetty. "Antara EYD dan PUEBI: Suatu Analisis Komparatif." SAP (Susunan
Artikel Pendidikan) 1.2 (2016).
 https://blog.ub.ac.id/anggiah/2012/04/17/eyddiksi-keilmuan-dan-paragraf-
keilmuan/

Anda mungkin juga menyukai