Anda di halaman 1dari 23

“Organisasi Profesi Guru:

Historisitas, Filosofi, dan Inklusivitas”

Oleh:
Sumardiansyah Perdana Kusuma

Webinar Harmoni Organisasi Profesi Untuk Negeri


Direktorat Pendidikan Profesi dan P26embinaan Guru dan Tenaga Kependidikan
Kamis, November 2020
“Guru berserikat berkumpul sebagai alat perjuangan, membentuk
keindonesiaan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa”

Landasan Historis
● Perserikatan Goeroe Hindia Belanda
Landasan Filosofis ●
(1912)
PGHB => PGI (1933)
- Pedagogi Akademis ● Kongres Guru Indonesia (24-25
November 1945) cikal bakal lahirnya
- Pedagogi Idealistik PGRI
- Progresif (Intelektual ● Organisasi profesi guru bermunculan
pasca reformasi dan terbitnya UU.
Transformative) 14/2005
● Perlu diingat peran organisasi
pendidikan lain seperti Muhammadiyah
(1912), Tamansiswa (1922), Nahdlatul
Ulama (1926), MPK (1930)

“Guru adalah kaum intelektual. Menjadi guru adalah pekerjaan mulia dan terhormat. Guru
harus mampu mengajar, mendidik, menginspirasi, dan menggerakan peserta didik”
Definisi:
Organisasi profesi guru adalah perkumpulan berbadan hukum yang didirikan
dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru
(UU 14/2005 Pasal 1 Ayat 13)

Kewenangan:
Sifat:  Menetapkan dan menegakan kode etik
Independen, Guru wajib  Memberikan bantuan hukum kepada
menjadi anggota, pemerintah guru
dapat memfasilitasi pembinaan  Memberikan perlindungan profesi guru
 Melakukan pembinaan dan
dan pengembangan profesi guru
pengembangan profesi guru
(Pasal 41 ayat 2, 3, 5)  Memajukan pendidikan nasional (Pasal
42)

Fungsi:
Organisasi profesi guru berfungsi memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir,
wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada
masyarakat
(Pasal 41 ayat 2)
UU 14/2005 Pasal 43 dan 44

Kode Etik Dewan Kehormatan


“Norma dan etika yang “Mengawasi pelaksanaan kode
etik dan memberi rekomendasi
mengikat perilaku guru
pemberian sangsi atas
dalam menjalankan tugas pelanggaran kode etik”
keprofesionalan”

Menjaga dan meningkatkan harkat serta martabat guru


Belajar Merdeka dari
Pendiri Bangsa!
Para Pahlawan adalah Guru, Guru adalah Pahlawan
“Panggilan jiwa, cita-cita, dan alat perjuangan”
Disana ada misi kemanusiaan!
“Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu
jangan selalu dipelopori, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi
biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan
pikirannya sendiri”

“Anak-anak hidup dan


tumbuh sesuai dengan “Jadikan setiap tempat
kodratnya sendiri. sebagai sekolah,
Pendidik hanya jadikan setiap orang
merawat dan sebagai Guru”
menuntun tumbuhnya
kodrat itu”

“Melalui ngerti, ngrasa, ngelakoni - menyadari, menginsyafi, dan melakukan, budi


pekerti dibentuk untuk merdeka dan mandiri akan hadir adab”
“Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia. Namun yang
penting untuk kalian yakini, sesaatpun aku tak pernah menghianati tanah air dan
bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengkorup kekayaan Negara. Aku
bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan langkah perjuanganku”
(Pesan Ki Hajar dalam salah satu frame di Museum Sumpah Pemuda
“Adakalanya seorang tidak beringin mempelajari sesuatunya, tetapi dipandang dari
kacamata dewasa ini perlu mempelajaro soal itu, apakah yang harus dilakukan?”
(Penyelidikan, Kecapakan, dan Kebijaksanaan)

“Cita-cita politik dan


system-program
“Belajar berpikir
pendidikan berkorelasi
rasional dari alam
positif dengan
ciptaan Tuhan ”
mentalitas”

“Kecerdasan tidak tinggal ”di otak semata-mata atau hanya menjadi bahan
pembicaraan saja, melainkan juga merupakan hasil yang berbentuk kebendaan
yang berguna bagi manusia”
Secara pribadi, selain sebagai pendiri dan pengelola sekolah, Sjafei adalah
guru yang idealis. Sebagai lulusan guru yang pernah menempuh pendidikan di
Belanda, kalau saja ia mau bekerja di kantor atau sekolah milik pemerintah
Belanda, pastilah ia akan mendapat gaji besar sebagaimana yang pernah
ditawarkan kepadanya, antara 350-700 gulden pada masa itu, namun sejarah
mencatat justru Sjafei lebih memilih mengajar di Desa kecil serta merintis
sekolah untuk membebaskan kaum pribumi dari kebodohan dan ketertindasan
(Mengeja Pemikiran Pendidikan Indonesiasentris Engku Mohammad Sjafei,
2019).
Inklusivitas Organisasi Profesi!
Kemajemukan Indonesia

Sebagai sebuah ciptaan, Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Indonesia adalah negeri lautan dengan taburan pulau-pulau diatasnya. Perpaduan
lautan dan daratan dengan berbagai ragam potensi yang ada didalamnya menjadikan
Indonesia sebagai negara Kepulauan (archipelago) terbesar di dunia. Secara fisik
Kepulauan Indonesia memiliki 1.904.569 km² luas wilayah, 18.108 jumlah pulau,
81.000 km² garis pantai, dan 2,7 juta luas perairan atau 70% dari luas wilayah
Indonesia yang membentang dari 6⁰ 08’ LU - 11⁰ 15’ LS dan 94⁰ 45’ BT – 141⁰ 05’ BT.
Sedangkan secara kebudayaan, Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari
1.331 suku bangsa, 652 bahasa daerah, 6 agama, dan 187 kelompok penghayat
kepercayaan.
Perrenialisme Keindonesiaan
Bagian II

Indonesia diapit oleh Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik,
sehingga secara geografis Indonesia menempati lokasi strategis dalam jalur lalu lintas
masyarakat dunia. Sudah sejak lama Indonesia menjadi tempat persinggahan
masyarakat dunia, mereka datang dari berbagai bangsa dengan turut membawa ragam
budaya dari tanah asalnya, lalu ragam budaya asing tersebut bertemu dan berinteraksi
dengan ragam budaya asli Indonesia, sehingga melahirkan berbagai bentuk budaya
baru yang bercampur dalam balutan kearifan lokal, kemudian membentuk “model
Indonesia” dengan “karakteristik Indonesia” dan “citarasa Indonesia”. Selain itu
posisi Indonesia sebagai pusat persemaian dan penyerbukan silang budaya ikut
melahirkan kultur masyarakat yang inklusif, plural, serta mampu mengembangkan
berbagai corak kebudayaan yang lebih banyak dibandingkan dengan kawasan dunia
manapun.
Kemajemukan Indonesia
“Mendarah Daging”

Geologis Geografis Genealogis


“Tuan Yamin, ini bukan kompromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal yang
kita bersama-sama setujui, apakah itu? Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya:
apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang untuk sesuatu
golongan? Mendirikan Negara Indonesia merdeka yang namanya saja Indonesia
merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi
kekuasaan kepada satu golongan kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan
bangsawan? …… Kita hendak mendirikan suatu Negara “semua buat semua”, bukan
buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi
“semua buat semua” (Pidato 1 Juni 1945)
Persatuan bangsa dibangun dari bangsa yang satu, yaitu bangsa
Indonesia. Dalam pangkuan bangsa yang satu itu boleh terdapat berbagai
paham politik, tetapi kalau datang marabahaya yang menimpa
pergerakan, di sanalah tempat kita menunjukkan persatuan hati. Di
sanalah kita harus berdiri sebaris. Bagi Hatta lebih besar harga asas yang
jernih dari popularitas yang tidak tentu rumpunnya, sekalipun kita akan
ditimpa hujan sumpah dari segala pihak (Memoar, 1979).
Pengejawantahan
Pancasila dan Pembukaan UUD
Pasca Reformasi
UU 14/2005
1945 tentang Guru dan
Dosen

- Organisasi Profesi Guru


menaungi beberapa mapel
- Organisasi Profesi Guru
berbasis mapel Masing-masing berdiri Perlu ada formulasi
agar bisa harmonis,
- Organisasi Profesi Pendidik sesuai historis, hukum, sinergis, kolaboratif,
Nonformal dan karakteristik masing- dan progresif dalam
- Organisasi Profesi Tenaga memajukan
Kependidikan
masing pendidikan nasional

- Organisasi Pengelola Lembaga


Sekolah
Para Pahlawan adalah Guru, Guru adalah Pahlawan
“Panggilan jiwa, cita-cita, dan alat perjuangan”
Disana ada misi kemanusiaan!
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai