Anda di halaman 1dari 24

32

BAB 3
KONVERTER SIGNAL INSTRUMENTASI

Pendahuluan
Pada bab3 ini mencakup bahasan materi tentang converter dalam
mengubah signal sensor atau besaran fisis ke nilai besaran lainnya.
Menjelaskan prisip kerja converter dan nilai input dan output yang
dihasilkan. Bermacam jenis converter yang fungsinya berbeda-beda
dalam mengubah besaran fisis, dan cara mengubah sinyal tersebut
diantaranya mekanik ke pneumatic, mekanik ke listrik, listrik ke pneumatic,
pneumatic ke listrik, converter jembatan wheatstone, tegangan ke arus,
arus ke tegangan, tegangan ke frekuensi, frekuensi ke tegangan. Berikut
akan dijelaskan model converter tersebut dalam mengubah signal input ke
signal output yang berbeda sesuai fungsinya.

Tujuan Khusus:
Setelah mempelajari masalah komponen sistem instrumentasi ini,
diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mendeskripsikan standar sinyal pada sistem instrumentasi.
2. Menjelaskan converter sinyal dari sensor ke sinyal besaran listrik.
3. Menjelaskan prinsip kerjakonvertermengubah signal input ke
output.

3.1. Standar signal


Sinyal sensordantransduser sebagai sinyal primer, dan bagaimana proses
output dari transduser ke dalam bentuk yang dibutuhkan oleh seluruh
instrument sistem. Transduser sekunder yaitu peralatan yang bekerja mengikuti
standar sinyal.
● Listrik 4 sampai 20 mA
● Pneumatic 0,2-1,0 bar atau 3 – 15 Psi
● standar Digital
33

Keuntungan memiliki berbagai standar bahwa semua peralatan dijual siap


dikalibrasi. Ini berarti bahwa sinyal minimum (Suhu, kecepatan, kekuatan, aliran,
tekanan dan sebagainya) diwakili oleh 4 mA atau 0,2 bar dansinyal maksimum
diwakili oleh 20 mA atau 1,0 bar. Transduser primer tidak akan menghasilkan nilai
standar, sehingga tujuan pengolahan sinyal untuk mengkonversi output ke nilai
standar. Instrumentasi dan peralatan kontrol yang tersedia menggunakan bentuk
sinyal yaitu,
● Listrik 🡪 tegangan, arus, digital.
● Mechanical 🡪putaran dan gerakan.
● Pneumatic dan hidrolik 🡪 tekan aradu aliran.
● Optik 🡪 transmisi sinyal digitalkecepatan tinggi.
● Radio 🡪 transmisi sinyal analog dan digital.
Konversi sinyal diantaranya,
● Mengubah nilai sinyal dalam bentuk tegangan atau arus
● Mengubah sinyal dari satu bentuk ke bentuk lainnya
● Mengubah karakteristik operasi terhadap waktu.
● Konversi analog dan sinyal digital

3.2.  Konverter Signal


Converter adalah suatu peralatan instrumentyang berfungsi merubah
besaran sinyal tertentu menjadi besaran sinyal lain. Converter ini diperlukan bila
suatu instrumenthanya menerima sinyal dengan besaran yang sudah tentu. Bila
ada sinyal lain yang tidak sesuai dengan input sinyal instrument tersebut,
maka sinyal tadi harus dikondisikan agar sesuai dengan yang dibutuhkan.
Berikut ada beberapa contoh pengubahan sinyalmisalnya I/P, P/Mdan
sebagainya.Bentuk pengubahan sinyal dapat dilihat pada gambar berikut.
34

Gambar 3.1.Diagram bloksistem konverter


3.2.1. Converter (M/P)
Converter mekanik ke pneumatic menggunakan sistem nozzle dan flapper
banyak digunakan dalam sensor DP sel. Bentuk yang ditunjukkan di bawah
mengkonversi tekanan diferensial (misalnya sensor aliran berupa tekanan
diferensial) menjadi sinyal pneumatik standar. Sistem ini banyak digunakan dalam
pengendalian udara yang dioperasikan katup pipa.

Gambar 3.2. Konversi signal mekanik ke pneumatik


Bellow menanggapi tekanan diferensial dan menggerakan tuas. Bergeraknya
batang tuas akan menggerakkan flapper menuju atau menjauhdari
nozzle. Pasokan udara melewati pembatas dan kebocoran dari nozzle. Tekanan
output akantergantung pada seberapa dekat flapper menutup nozzle. 
Sistem ini digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya bellow, tabung Bourdon,
membrane, dan kapsul dapat digunakan sebagai ekspansi sensor tekanan.
35

3.2.2. Converter (M/I)


Dp Sel ke Listrik dapat memberikan fungsi yang sama seperti prinsip
pneumatik ke sinyal listrik output 4-20 mA. Dp Sel biasanya digunakan untuk
menyesor aliran fluida melalui beda tekanan (diferensial pressure transmitter).

Gambar 3.3.converter DP sel ke signal listrik


3.2.3. Konversi Tekanan
Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan unit untuk mengkonversi 4 -
20 mA menjadi 0,2-1 bar dan sebaliknya. Converter secara luas digunakan untuk
mengkonversi standar sinyal pneumatik dan listrik. Mereka juga dapat
disesuaikan untuk bekerja dengan input non standar untuk mengkonversi
menjadi standar.

3.2.4. Converter (I/P)


I/P Transducer adalah peralatan instrument yang merubah sinyal arus
listrik (4 –20 mA) menjadi sinyal tekanan pneumatic (3 –15 psig atau 0.2 –1
kg/cm2).

Gambar 3.4.Blok Diagram I/P Converter


Table 3.1. Konversi signal listrik ke pneumatik
% signal Signal listrik (mA) Signal pneumatic (Psi)
36

0% 4 3
25% 8 6
50% 12 9
75% 16 12
100% 20 15

Gambar 3.5.I/P Converter


3.2.5. Converter (P/I)
P/I Transducer adalah peralatan instrument yang mengubah sinyal
tekanan pneumatic (3 –15 psig atau 0.2 –1 kg/cm2) menjadi sinyal arus listrik (4
–20 mA).

Gambar 3.6.Blok Diagram P/I Converter


Table 3.2. Konversi signal pneumatik ke listrik
% signal Signal pneumatic (Psi) Signal listrik (mA)
0% 3 4
25% 6 8
50% 9 12
75% 12 16
37

100% 15 20

Gambar 3.7.Pneumatic to Current Converter (P/I Converter)

Contoh
Sebuah converter P/I dengan signal input 0 sampai 6 bar, tentukan nilai signal
listrik kondisi diberikan tekanan udara sebesar 3 bar.
Jawab,
𝑥 3
20−4
= 6−0
= 8 𝑚𝐴

Sehingga besar arus yang dihasilkan untuk 3 bar = 4 mA + 8 mA = 12 mA

3.3. Jembatan wheatstone


Transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di
dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk
yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”.Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi)
atau thermal (panas).
Sensor digunakan sebagai elemen yang langsung mengadakan
kontak dengan yang diukur sedangkan transduser berfungsi untuk
mengubah besaran fisis yang diukur menjadi besaran fisis lainnya.Pada
umumnya adalah mengubah besaran-besaran fisis menjadi besaran listrik
seperti tekanan, temperatur, aliran, posisi dan lain-lain.
38

Gambar 3.8.converter jembatan wheatstone


Gambar 3.8.sensor dengan jembatan wheatstone
Tegangan output yang dihasilkan oleh tranduser tergantung sinyal dari sensor
yang diberikan dimana sebuah sensor memberikan sinyal dengan memberi
tegangan pada basis transistor dan pada kolektor dihubungkan kesebuh peralatan
dengan tahanan 4,7 Kohm, 0,5 watt, 24 volt dengan hitungan sebagai berikut,

Gambar 3.9.mengubah besaran sensor menjadi besaran tegangan

Transistor tipe NPN dengan sinyal maksimum yaitutegangan output maksimum


sebesar,
𝑍 4,7 𝐾
𝑉𝑜 = 𝑅+𝑍
× 𝑉𝑐𝑐 = 4,7𝐾+4,7𝐾
× 24𝑉 = 12 𝑉

Transistor tipe NPN dengan sinyal minimum yaitu tegangan output minimum = 0
volt, maka Arus kolektor sebesar,
𝑉𝑐𝑐 24
𝐼𝑐 = 𝑅
= 4,7𝑘
= 5, 1 𝑚𝐴

Besar nilai IC tergantung besar I base yang diberikan oleh rangkaian sensor ke Tr
Berdasarkan sifat – sifat dasar keluaran transduser dan sensor converter
jembatan wheatstone dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yakni:

3.3.1. Perubahan resistansi


39

Besaran-besaran yang diindera manghasilkan perubahanresistansi pada


keluarannya, contohnya:
a. RTD (Resistance Thermal Detector). Prinsip kerja dariRTD ini adalah
mengubah besaran temperature menjadiperubahan tahanan listrik
b. Strain gage. Prinsip kerja dari Strain gage ini adalahmengubah besaran
tekanan menjadi perubahan tahananlistrik
c. Thermistor. Prinsip kerja dari Thermistor ini adalahmengubah besaran
temperature menjadi perubahantahanan listrik

3.3.2. Perubahan Kapasitansi


Karena kapasitansi berbanding terbalik dengan jarak kedua pelat paralel,
setiap variasi dalam d menyebabkan variasi pada kapasitansi.Prinsip ini
diterapkan pada transducer kapasitif.
Kapasitansi dari sebuah kapasitor pelat paralel diberikan oleh C = (farad)
𝑘.𝐴.∈𝑜
𝐶= 𝑑
(𝑓𝑎𝑟𝑎𝑑)……………………………. (3. 1)

Cara kerjanya :
- Gaya diberikan pada diafragma yang berfungsi sebagai salah satu pelat
kapasitor,mengubah jarak antara diafragma dengan pelat yang diam.
- Perubahan kapasitansi yang dihasilkan ini dapat diukur dengan jembatan ac
atau sebuahrangkaian osilator.
- Transducer sebagai bagian dari rangkaian osilator menyebabkan perubahan
frekuensiosilator. Perubahan frekuensi ini merupakan ukuran dari besarnya
gaya yang dipasang.
Memanfaatkan perubahan kapasitansi:
⮚ Akibat perubahan posisi bahan dielektrik diantara kedua keping
40

⮚ Akibat pergeseran posisi salah satu keping dan luas keping yang
berhadapan langsung
⮚ Akibat penambahan jarak antara kedua keeping Nilai kapasitansi
berbanding lurus dengan area dan berbanding terbaik dengan jarak
⮚ Cukup sensitif tetapi linieritas buruk
⮚ Rangkaian jembatan seperti pada sensor induktif dapat digunakan dengan
kapasitor dihubungkan paralel dengan resistansi (tinggi) untuk memberi
jalur DC untuk input op amp
⮚ Alternatif kedua mengubah perubahan kapasitansi menjadi perubahan
frekuensi osilator.

Gambar 3.10. Sensor posisi kapasitifpergeseran media mendatar

…………………………(3.2)

Gambar 3.11. Pemakaian sensor Humidity

3.3.3. Perubahan Induktansi


Dalam transducer induktif pengukuran gaya dilakukan dengan mengubah
perbandingan induktansi dari sepasang kumparan atau dengan mengubah
41

induktansi kumparan tunggal.Dalam masing-masing hal, jangkar feromagenetik


yang digerakkan/ digeser oleh gaya yang akan diukur mengubah reluktansi
rangkaian magnetik. Perubahan induktansi yang dihasilkan merupakan ukuran
bagi besarnya gaya yang diberikan. Variasi senjang udara dengan mengubah
posisi jangkar. Perubahan induktansi yang dihasilkan merupakan ukuran bagi
besarnya gaya yang diberikan.Besaran-besaran yang diindera manghasilkan
perubahan induktansi padakeluarannya, contohnya adalah Transduser yang
digunakan untuk mendeteksi perubahan gaya. Prinsip kerja dari transduser ini
adalah dengan mengubah induktansi dari sepasang kumparan atau dengan
mengubah induktansi kumparan tunggal. Dengan mengubah jangkar
feromagnetik yang digeser oleh gaya yang akan diukur, dengan mengubah
fermeabilitas medium.
2
μ𝑟μ𝑜𝑁 𝐴
𝐿= 𝑙
……………………………….. (3. 3)

Gambar 3.12. Konversi LVDP


Prinsip kerja LVDP
Transformator ini terdiri dari satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder
yangditempatkan pada kedua sisi kumparan primer. Kumparan sekunder
mempunyai jumlahgulungan yang sama tetapi mereka dihubungkan seri secara
berlawanan sehingga gayagerak listrik (ggl) yang diindusir didalam kumparan
sekunder tersebut saling berlawanan.Posisi dari inti yang dapat bergerak
menentukan hubungan fluksi antara kumparan primeryang tereksitasi oleh ac
dan masing-masing dari kedua kumparan sekunder.
42

3.4. Sistem Penguat


Penguat ini terbagi atas 2 bahagian yaitu penguat daya dan penguat
tegangan.Penguat daya dibutuhkan karena hampir dalam semua kejadian daya
dari “error detector” tidak cukup kuat untuk menggerakkan elemen keluaran
sedangkan penguat tegangan biasanya banyak terdapat pada op-amp.Rangkaian
ini dapat melakukan operasi-operasi matematis seperti penjumlahan, integrasi,
differensiasi dan lainnya.
Rangkaian penguat inverting

Gambar 3.13. Op-Amp Inverting sebagai Penguat

𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑖= 𝑅𝑖𝑛+𝑅𝑓

𝑉𝑖𝑛−𝑉2 𝑉2−𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑖= 𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑓

𝑉𝑖𝑛 𝑉2 𝑉2 𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑖= 𝑅𝑖𝑛
− 𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑓
− 𝑅𝑓

𝑉𝑖𝑛 𝑉2 𝑉2 𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑖𝑛
+ 𝑅𝑓
− 𝑅𝑓

𝑉𝑖𝑛−0 0−𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑖= 𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑓

𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑓
𝑉𝑖𝑛
=− 𝑅𝑖𝑛
.. ……. ……………………. (3. 4)
43

Rangkaian penguat non inverting

Gambar 3.14. Op-Amp Non inverting sebagai Penguat


𝑅2
𝑉1 = 𝑅2+𝑅𝑓
×𝑉𝑜𝑢𝑡

V1 = Vin
𝑅2
𝑉𝑖𝑛 = 𝑅2+𝑅𝑓
×𝑉𝑜𝑢𝑡

𝑅2+𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑅2
×𝑉𝑖𝑛

𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (1 + 𝑅2
)×𝑉𝑖𝑛…. ……….. ………….. (3. 5)

Rangkaian penjumlah

Gambar 3.15. Op-Amp sebagai Penjumlah


44

𝑉1 𝑉2 𝑉3
𝐼1 = 𝑅𝑖𝑛
; 𝐼2 = 𝑅𝑖𝑛
; 𝐼3 = 𝑅𝑖𝑛

𝐼𝑓 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3

𝑉1−𝑉𝑥 𝑉2−𝑉𝑥 𝑉3−𝑉𝑥 𝑉𝑥−𝑉𝑜𝑢𝑡


𝑅𝑖𝑛
+ 𝑅𝑖𝑛
+ 𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑓

Vx = 0
Maka
𝑉1 𝑉2 𝑉3 −𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑅𝑖𝑛
+ 𝑅𝑖𝑛
+ 𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑓

𝑅𝑓 𝑅𝑓 𝑅𝑓
− 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑅𝑖𝑛
𝑉1 + 𝑅𝑖𝑛
𝑉2 + 𝑅𝑖𝑛
𝑉3 ……. …….. …………(3. 6)

Rangkaian integrator

Gambar 3.16. Op-Amp sebagai Integrator


𝑄
𝑉𝑐 = 𝐶
; 𝑉𝑐 = 𝑉𝑥 − 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 0 − 𝑉𝑜𝑢𝑡

𝑑𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑑𝑄 1 𝑑𝑄
− 𝑑𝑡
= 𝐶𝑑𝑡
= 𝐶 𝑑𝑡

𝑉𝑖𝑛−0 𝑉𝑖𝑛
𝐼𝑖𝑛 = 𝑅𝑖𝑛
= 𝑅𝑖𝑛

𝑑𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑑𝑄 𝑑𝑄 𝑑𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐶
𝐼𝑓 = 𝐶 𝑑𝑡
= 𝐶 𝐶𝑑𝑡
= 𝑑𝑡
= 𝑑𝑡

𝑉𝑖𝑛 𝑑𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐶
𝐼𝑖𝑛 = 𝐼𝑓 = 𝑅𝑖𝑛
= 𝑑𝑡

𝑉𝑚 𝑑𝑡
𝑉𝑜𝑢𝑡
× 𝑅𝑖𝑛 𝐶
= 1
45

𝑡 𝑡
1 𝑑𝑡
𝑉𝑜𝑢𝑡 =− 𝑅𝑖𝑛 𝐶
∫ 𝑉𝑖𝑛 𝑑𝑡 =− ∫ 𝑉𝑖𝑛 𝑅𝑖𝑛.𝐶
0 0

𝑡
𝑉𝑜𝑢𝑡 =− 𝑅𝐶
𝑉𝑖𝑛

Atau
1
𝑉𝑜𝑢𝑡 =− ω𝑅𝐶
𝑉𝑖𝑛…………………………. ……….. (3. 7)

Contoh,

Gunakan sebuah integrator untuk menghasilkan tegangan ramp linier yang naik
10 volt per ms seperti pada Gambar 3.16.

Penyelesaian

Rangkaian integrator menghasilkan ramp

saat tegangan input adalah konstan. Jika kita buat RC = 1 ms dan Vin = -10 V, maka
kita mempunyai

Vout = (10 – 10+3)t

yang merupakan ramp yang naik 10 volt/ms. Pemilihan R = 1 kΩ dan C = 1 μF


akan memberikan hasil RC yang diperlukan.

Rangkaian defrensiator
46

Gambar 3.17. Op-Amp sebagai defrensiator

𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑖𝑛 = 𝐼𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝐼𝑓 =− 𝑅𝑓

𝑄 = 𝐶×𝑉𝑖𝑛
𝑑𝑄 𝑑𝑉𝑖𝑛
𝑑𝑡
= 𝐶 𝑑𝑡

𝑑𝑉𝑖𝑛
𝐼𝑖𝑛 = 𝐶 𝑑𝑡
= 𝐼𝑓

𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑑𝑉𝑖𝑛
− 𝑅𝑓
= 𝐶 𝑑𝑡

𝑑𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 =− 𝑅𝑓𝐶 𝑑𝑡
…….. ……………. …………. (3. 8)

Rangkaian komperator

Gambar 3.18. Op-Amp sebagai komperator


𝑉1−𝑉𝑎 𝑉2−𝑉𝑏 𝑉𝑎−𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐼1 = 𝑅1
; 𝐼2 = 𝑅2
; 𝐼𝑓 = 𝑅3

𝑉𝑎 = 𝑉𝑏
47

𝑅4
𝑉𝑏 = 𝑉2 𝑅2+𝑅4

𝑅3
𝑉2 = 0; 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑎 =− 𝑉1 𝑅1

𝑅4 𝑅1+𝑅3
𝑉1 = 0; 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑏 = 𝑉2 𝑅2+𝑅4
× 𝑅1

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑎 + 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑏

𝑅3 𝑅4 𝑅1+𝑅3
𝑉𝑜𝑢𝑡 =− 𝑉1 𝑅1
+ 𝑉2 𝑅2+𝑅4
× 𝑅1

Jika R1 = R2 dan  R3 = R4 


𝑅3
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑅1
(𝑉2 − 𝑉1) …………………………. (3. 9)

Contoh
Rancangkah sebuah amplifier impedansi tinggi dengan gain tegangan 42.
Penyelasaian
Kita gunakan rangkaian noninverting dengan resistor dipilih dari

Vout =

42 =

R2 = 41R1
sehingga kita dapt memilih R1 = 1 kΩ, yang memerlukan R2 = 41 kΩ R2 = 41R1
sehingga kita dapt memilih R1 = 1 kΩ, yang memerlukan R2 = 41 kΩ

3.5. Konverter tegangan – arus


Karena sinyal-sinyal dalam kontrol proses paling sering ditransmisikan
sebagai arus, khususnya 4-20 mA, maka perlu untuk memakai sebuah konverter
linier tegangan ke arus. Rangkaian seperti ini harus mampu memasukkan arus ke
sejumlah beban yang berbeda tanpa mengubah karateristik-karateristik transfer
tegangan ke arus. Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa hubungan antara
48

arus dan tegangan diberikan olehbesaran tegangan kedalam besaran arus dengan
memanfaatkan op-amp LM-741 dapat dilaihat pada Gambar 3.19. Pada rangkaian tersebut
hanya menggunakan potensiometer 1 K dan tahanan R 1K, dengan mengatur
potensiometer.
𝑉𝑖𝑛
𝐼= 𝑅𝑝
…………………………………………………(3. 10)

Gambar 3.19. Rangkaian Konverter tegangan ke arus


Jika tegangan yang diberikan tetap Vin dengan nilai tahanan pada potensiometer
bervariasi yaitu Rp, maka besar arus terhadap perubahan tegangan yaitu,

3.6. Konverter arus – tegangan


Pada ujung penerima dari sistem trasnsmisi sinyal kontrol proses kita sering perlu
untuk mengubah arus kembali ke tegangan. Ini paling mudah dilakukan dengan
rangkaian yang diperlihatkan pada Gambar 3.20. Rangkaian ini menyediakan
suatu tegangan output yang diberikan oleh
𝑉𝑜 =− 𝐼𝑖𝑛×𝑅𝑓………………………………………. (3. 11)
49

Gambar 3.20. Rangkaian Konverter aruske tegangan


asalkan tegangan saturasi op amp tidak tecapai. Resistor R pada terminal
noninverting dipakai untuk memberikan stabilitas temperatur pada konfigurasi.
Contoh
Rancang sebuah konverter arus ke tegangan untuk memberikan arus 0-10 mA
untuk input 15 volt. Tentukan tahanan muatan maksimum.
Penyelesaian
Jika kita membuat R1 = Rf, maka Persamaan arus menjadi

3.7. Konverter frekuensi – tegangan


Converter Frekuensi Ke Tegangan/voltage LM2917 – Skema rangkaian
converter frekuensi menjadi tegangan/voltage tersebut dipakai di alat ukur
kecepatan, alat ukur jarak tempuh & alat ukur kecepatan putaran. Skema
rangkaian converter frekuensi ke tegangan/voltage memakai IC LM2917 adalah
converter frekuensi ke tegangan/voltage DC yg cukup simpel lantaran IC LM2917
didesain spesial oleh National semiconductor sbg frequency to voltage converter
hingga tdk memerlukan komponen eksternal yg banyak. Skema rangkaian
converter frekuensi ke tegangan/voltage dngn IC LM2917 tersebut bisa
dioperasikan dngn tegangan/voltage kerja +12 volt DC sampai +24 volt DC. IC
LM2917 tersebut mempunyai output yg linier dngn arus output optimal 30mA.
Skema rangkaian converter frekuensi jadi tegangan/voltage & komponen untuk
bikin converter itu bisa di lihat langsung di gambar skema rangkaian dibawah ini.
50

Gambar 3. 21. Skema rangkaian Converter Frekuensi Ke Tegangan


Skema rangkaian converter tegangan/voltage ke frekuensi dngn IC LM2917 di
atas adalah misal aplikasi converter frekuensi ke tegangan/voltage yg di ambil
dari datasheet IC LM2917. Skema rangkaian converter frekuensi ke
tegangan/voltage memakai IC LM2917 tersebut dapat memberikan output
tegangan/voltage DC 0 volt di waktu frekuensi sinyal input 0Hz. Besarnya
tegangan output dari skema rangkaian converter frekuensi ke tegangan/voltage IC
LM2917 di atas bisa ditetapkan dengan persamaan matematis sebagai berikut.
Vout = Fin x Vcc x Resistor 1 x Capasitor 1…………………(3.12)
Di mana :
Fin = Frekuensi sinyal input (Hz)
Vcc = Tegangan/voltage sumber yg dipakai (volt)
Resistor 1 = Resistor di pin 3 IC LM2917 (Ohm)
Capasitor 1 = Kapasitor/kondensator di pin 2 IC LM2917 (Farad)

3.8. Konverter tegangan – frekuensi.


Converter tegangan ke frekuensi adalah rangkaian yang berfungsi untuk
mengubah level tegangan sinyal input menjadi frekuensi pulsa output. Rangkaian
converter tegangan ke frekuensi dapat dibuat menggunakan IC NE555. Rangkaian
converter tegangan ke frekuensi dengan IC 555 ini akan mengubah level tegangan
input menjadi frekuensi pulsa output, dimana semakin tinggi level tegangan input
maka semakin tinggi pula frekuensi sinyal output. Untuk membangun converter
tegangan ke frekuensi astabil multivibrator 555 ditambahkan rangkaian integrator
51

aktif IC TL071.Konfigurasi integrator dan multivibrator sebagai penyusun


rangkaian converter tegangan ke frekuensi ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.22. Rangkaian Konverter tegangan ke frekuensi


Rangkaian converter tergangan ke frekuensi diatas terdiri dari 2 bagian utama
yaitu bagian integrator yang disusun dengan operasional amplifier TL071 P1, R1
dan C1 kemudian bagian multivibrator IC 555. Rangkaian converter tegangan ke
frekuensi ini dapat diberikan input dari 0 – 10 volt dan akan memberikan
frekuensi output dari 0 – 1000 Hz. Frekuensi output dari rangkaian converter
tegangan ke frekuensi diatas dapat ditentukan dengan persamaan matematis
sebagai berikut.
𝑉𝑖𝑛 1
𝐹𝑜 = 𝑃1+𝑅1
× 𝐶1 × 3
𝑉𝑐𝑐……………………………. (3. 13)

Proses konversi teganga ke frekuensi pada rangkaian diatas dimulai pada saat
tegangan C1 mencapai 2/3 Vcc sehingga membuat transistor discharge didalam IC
555 ON dan mengosongkan muatan kapasitor C1 hingga 1/3 Vcc dan proses
pengisian muatan C1 berjalanlagi hingga 2/3 Vcc dan proses ini berulang terus
sehingga multivibrator akan memberikan output dalam bentuk pulsa dengan
frekuensi sesuai kecepatan proses pengisisan dan pengosongan kapasitor C1.
Karena nilai kapasitas C1 dan resistansi input (P1 dan R1) tetap sehingga
kecepatan proses pengisian kapasitor ditentukan oleh level tegangan input
rangkaian. Fungsi P1 pada rangkaian converter tegangan ke frekuensi diatas
adalah sebagai kalibrator frekuensi output terhadap level tegangan input sehingga
dapat mengkonversikan secara linier tegangan input 0 – 10 volt menjadi frekuensi
52

output 0 – 1000Hz. Rangkaian converter tegangan ke frekuensi dengan IC 555


diatas beroperasi dengan tegangan sumber ± 15 volt DC.

Contoh soal
1. Tentukan nilai tegangan keluaran VO jika diberikan nilai arus IIN sebesar 0
mA, -0.2 mA, - 0.4 mA, - 0.6 mA, - 0.8 mA, dan -1 mA.
2. Tentukan nilai arus dengan memberikan tegangan input sebesar 0, 1, 2, 3,
4 dan 5 volts
3. Jelaskan pengertian-pengertian dibawah ini :
a. Komparator
b. Feed back
c. Input
d. Output proporsional
e. Histerisis
4. Sebutkan nama alat ukur untuk pengukuran suhu yang bekerja
berdasarkan “ Jembatan Wheatstone” dan dengan menggunakan gambar
skematik, jelaskan prinsip kerja alat tersebut.
5. Sinyal standar I/P dengan input arus 10 mA tentukan nilai tekanan
pneumatic dalam Psi
6. Sinyal standar P/I dengan input arus 10 Psi tentukan nilai arus listrik dalam
mA

Rangkuman
Converter adalah suatu peralatan instrumentyang berfungsi merubah besaran
sinyal tertentu menjadi besaran sinyal lain. Converter ini diperlukan bila suatu
instrumenthanya menerima sinyal dengan besaran yang sudah tentu.
Transduser sekunder yaitu peralatan yang bekerja mengikuti standar sinyal.
● Listrik 4 sampai 20 mA
● Pneumatic 0,2-1,0 bar atau 3 – 15 Psi
● standar Digital
53

⮚ Konverter (M/P) bekerja mengkonversi gayatekanan diferensial proses menjadi


sinyal pneumatik standar.
⮚ Konverter (M/I) bekerja mengkonversi gayatekanan diferensial proses menjadi
sinyal listrik standar.
⮚ Converter I/P bekerja mengkonversi sinyal arus listrik (4 –20 mA) menjadi
sinyal tekanan pneumatic (3 –15 psi).
⮚ Converter P/I bekerja mengkonversi sinyal tekanan pneumatic (3 –15 psi)
menjadi sinyal arus listrik (4 –20 mA).
⮚ Jembatan wheatstone bekerja mengkonversi besaran resistansi, kapasitansi,
dan induktansi menjadi sinyal listrik, jika sinyal yang dihasilkan kecil maka
dapat digunakan penguat op-Amp.
⮚ Converter V/I bekerja mengkonversi sinyal bentuk tegangan menjadi sinyal
arus.
⮚ Converter I/V bekerja mengkonversi sinyal bentuk arus menjadi sinyal
tegangan.
⮚ Converter V/F bekerja mengkonversi sinyal bentuk tegangan menjadi sinyal
frekuensi pada amplitudo tetap.
⮚ Converter F/V bekerja mengkonversi sinyal frekuensi amplitudo tetap menjadi
sinyal tegangan.

Pertanyaan dan Tugas


1. Jelaskan dengan bantuan gambar skematik, prinsip kerja transmitter
pneumatic jenis flapper and nozzle.
2. Pengukuran suhu yang bekerja berdasarkan “ Jembatan Wheatstone” dan
dengan menggunakan gambar skematik, jelaskan prinsip kerja dalam
menghasilkan sinyal tegangan.
3. Perhatikan diagram instrumentasi berikut.
54

Jelaskan fungsi kode instalasi intrumentasi tersebut


a. FY-10001 adalah …
b. FC-10001 adalah …
c. Arti FT pada FT-10001 adalah…
4. Jelaskan dua alasan mengapa sistem instrumen menggunakan sinyal transmisi
standar baik 4 - 20 mA atau 0,2-1bar.
5. Flow meterΔ p = 2 x 106Q2dimana p adalah tekanan dalam bar dan Q adalah
debit alir dalam m3/ s.P/I converter I = 20 Δ p dimana I dalam mA dan p dalam
satuan bar.Hitung arus output jika laju aliran adalah 0,0004 m3/s seperti
gambar di bawah.

6. Sebuah sistem instrumen terdiri tachometer ac terhubung ke prosesor yang


mengubah frekuensi ke milivolt dan kemudian prosesor lain yang mengubah
milivolt menjadi milliamps. Data ditunjukkan pada diagram

a. Tuliskan hubungan keseluruhan antara arus dan kecepatan. 


(Jawaban 0,06 mA per rev/min)
b. Hitung output ketika kecepatan input 400 putaran/menit. 
(Jawaban 24 mA)
55

7. Sebuah flow meter turbin dihubungkan ke generator tegangan listrik


menghasilkan 4 mV untuk setiap liter/s mengalir. Hitung output ketika
generator menghasilkan tegangan 1 V.
(Jawaban 250 liter/s)
8. Sebuah sistem instrumen terdiri dari transduser tekanan dengan tekanan 0-5 bar
dan sesuai Output 0 sampai 10 mV. Output terhubung ke prosesor elektronik
yang mengubah output menjadi arus sebesar 4 sampai 20 mA,
a. Gambarkan diagram blok sistem tersebut.
b. Tentukan penguat gain output dan input dari transduser tekanan.
(Jawaban G = 2mV / bar)
c. Output dari prosesor sinyal adalah 15 mA, tentukan tekanan yang
ditunjukkan.
(Jawaban 3,67 bar)

Anda mungkin juga menyukai