Anda di halaman 1dari 16

HIDUP YANG BERDISIPLIN -

1
Ruang III
 Dapat masuk ruang III adalah rahmat besar; suatu keadaan
yang patut disyukuri dan indah; semua adalah berkat
ketekunan (PB III,1,1)
 “Cukup banyak orang yang dibawa masuk ke dalam ruang
ini, bahkan mereka yang hidup di tengah-tengah dunia ramai
(PB III,1,5).
 Lewat dari ruang II  dapat mengambil nafas lega sedikit
karena sudah terbiasa dengan yang baik dan menolak yang
jahat; hati nurani semakin jernih
 “Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan.”  kata-kata
ditujukan bagi mereka yang masuk ruang III
2
Ruang III
 Terlihat seperti tidak ada penghalang untuk masuk dalam
ruang-ruang selanjutnya, bahkan sampai ruang terakhir
 Gambaran Teresa tentang ruang III adalah seperti pemuda
kaya dalam Mrk 10:17-22 yang bertanya kepada Tuhan apa
yang dapat dilakukan untuk memperoleh kehidupan yang
kekal  seakan semua terlihat beres dan telah memberikan
banyak sekali, tetapi belum memberikan diri secara utuh
 Di ruang III, Teresa lebih keras, tidak ada pengertian dan
simpati seperti di ruang II
 Godaan besar dalam ruang III adalah Farisisme  seperti
Yesus yang keras terhadap orang Farisi, begitu pula Teresa
3
Ciri / Keadaan Jiwa dalam Ruang III
 Sangat rindu untuk melayani Tuhan dan tidak menghina
Tuhan
 Berusaha tidak melakukan dosa-dosa kecil
 Sudah terbiasa melakukan matiraga / askese; punya
kerinduan besar untuk matiraga
 Meluangkan waktu untuk berdoa
 Melakukan pekerjaan karitatif; mempunyai banyak
kebajikan
 Sopan dan bijaksana dalam kata-kata dan pakaian
 Bekerja keras dalam mendisiplinkan diri sendiri 4
Ciri / Keadaan Jiwa dalam Ruang III
 Yang ditunjukkan dalam ruang III adalah edisi baru dari
dirinya sendiri dan sebagian besar masih merupakan karya
manusiawi belaka, masih bercampur banyak egoisme
 Menganggap diri lebih baik daripada kenyataannya dan
cepat melihat kesalahan orang lain  terdorong untuk
menjadi pembimbing rohani karena yakin merasa diri
lebih baik
 Belum ada penyerahan diri yang total; keinginan atau
kehendak untuk menyerahkan diri itu tidak ada; tidak mau
kehilangan dirinya sendiri
5
Ciri / Keadaan Jiwa dalam Ruang III
 Kasih belum terlalu menggebu-gebu sehingga melampaui nalar
 Belum mengerti bahwa kesucian bukan hanya sekedar
menghias diri dengan kebajikan-kebajikan
 Merasa telah lama mempraktekkan kebajikan-kebajikan dan
merasa bisa mengajar orang lain
 Relasi dengan sesama lebih mendalam bukan sekedar
pertemanan, tetapi persahabatan
 Rasa berkorban semakin kuat untuk berbuat sesuatu yang baik
dan berguna bagi sesama
 Tetap ada bayang-bayang kepuasan dan ketenaran diri
6
7
Aktivitas Allah dalam Jiwa
 Allah memberikan ujian-ujian yang sebenarnya mudah, tetapi jiwa
menjadi galau dan tertekan batinnya
 Allah ingin orang-orang pilihan-Nya menyadari keadaan mereka yang
miskin papa dan mengharapkan bantuan-Nya
 Tujuannya: agar manusia mengenali dan mempunyai gambaran yang
jelas akan keterbatasan dan kelemahannya
 Tuhan memberikan ganjaran yang sesuai, yaitu kemanisan rohani
(contentos) yang jauh lebih besar daripada yang diterima dari
kesenangan dan hiburan (gustos) dalam hidup ini
 Tuhan tidak memberi banyak hiburan, tetapi sekali-sekali mengundang
jiwa untuk melihat apa yang terjadi di ruangan-ruangan selanjutnya.
Tujuannya agar jiwa lebih siap untuk memasukinya 8
Bahaya Kemunafikan
 Hidup yang teratur dan terarah dalam disiplin (terlihat beres)
 membawa pada kepuasan diri  hambatan besar untuk
berkembang
 Merasa diri sebagai martir dan bangga karena menderita untuk
Tuhan
 Farisisme = godaan yang mengancam berkhayal bahwa
dirinya baik di hadapan Tuhan
 Merasa bersalah di hadapan Tuhan, tetapi sekarang Tuhanlah
yang bersalah di hadapannya ketika mengalami kekeringan
dalam doa
 Tanda masih pemula 9
Peringatan Teresa bagi Jiwa di Ruang III
 Jangan merasa yakin jika hidup dalam klausura, menjalani matiraga,
selalu berbicara tentang Allah, berdoa terus-menerus, menarik diri
sepenuhnya dari perkara duniawi dan membencinya
 Tanpa penyangkalan diri yang sepenuhnya, tahap ini sangat keras dan
menindas
 Belajar sebaik-baiknya untuk menunjukkan ketaatan yang sigap
 Perlu menghindari kesempatan-kesempatan untuk menghina Allah
karena masih dekat dengan ruang I, sehingga masih sangat mungkin
untuk kembali ke ruang itu
 Askese harus dimulai dengan mencintai Allah. Kemudian, menyadari
bahwa mencintai Allah inilah yang terutama, sehingga segala lain yang
bukan Allah akan terlihat sia-sia dan tidak berarti 10
Pentingnya Kerendahan Hati
 Siapa yang mempunyai pandangan terlalu tinggi akan dirinya
akan jatuh pada kesalahan
 Orang-orang di ruang ini merasa mempunyai hak untuk masuk
ke ruang-ruang yang lebih dalam
 Penting: Memandang diri sebagai hamba yang tak berguna 
rendah hati
 Kerendahan hati bukan berarti berhenti merindukan, tetapi
kerinduan itu harus dimurnikan dan berubah rupa

11
Pentingnya Kerendahan Hati
 Kerendahan hati berarti harus meragukan diri sendiri, tetapi
tidak berarti meragukan Allah
 Arti kerendahan hati akan menjadi semakin jelas bila manusia
menyadari tujuan perjalanan ini, yaitu bahwa bukan lagi aku
yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam diriku (Gal 2:20)
 Kerendahan hati bukan hanya syarat untuk maju, tetapi
kerendahan hati itu sendiri adalah suatu kemajuan
 Belajar rendah hati dengan cara mengenal diri di dalam Allah
 dengan merenungkan keagungan-Nya, jiwa dapat melihat
betapa rendah dirinya
12
Doa dalam Ruang III
 Meditasi: rekoleksi aktif
 Harus sadar akan kehadiran Tuhan, khususnya Tuhan yang
hadir dalam lubuk jiwa Mengarahkan pandangan kepada
Allah atau Kristus
 Seringkali usaha untuk menyadari kehadiran ini kurang
sepenuhnya disadari, padahal tidak mungkin berdialog dengan
yang tidak hadir
 Dalam doa, membayangkan Tuhan hadir di luar diri adalah hal
yang kurang efektif  lebih efektif mencari Dia dalam diri
sendiri
13
Doa dalam Ruang III
 Berdoa kepada Allah dalam diri sendiri adalah jalan terpendek
untuk sampai pada doa hening (prayer of quiet)
 “Bila orang berdoa dengan cara demikian, mungkin doanya
vokal, tetapi pikirannya cepat terpusat; inilah doa yang
membawakan banyak berkat. Disebut doa-yang-terpusat karena
jiwa mengumpulkan segala daya-dayanya dan masuk ke dalam
dirinya untuk berada bersama dengan Allah…” (Jalan 28, 4-5).
 Orang yang memakai doa terpusat ini akan lebih cepat sampai
kepada kontemplasi; dalam kontemplasi biasanya orang
mengalami kehadiran Allah di dalam diri sendiri
14
Relevansi
 Zaman ini sulit untuk hidup penuh disiplin
 Banyak merasa kelelahan, kelemahan, terpecah-pecah, terluka
batinnya
 Perkembangan teknologi juga membuat hidup manusia
menjadi lemah  kehendak juga melemah
 Yang terpenting bukan sekedar mengenakan jubah religius,
tetapi apakah kebajikan-kebajikan tersebut dipraktekkan dan
berserah pada kehendak Allah?
 Ajakan: meletakkan penalaran dan ketakutan di tangan Tuhan;
melupakan kodrat-kodrat yang pasti akan menimbulkan
kekhawatiran 15
Saran dan Pesan Teresa bagi Jiwa
 Menemukan seseorang yang dapat dimintai nasehat; jangan mencari yang
berada dalam kubangan (ketakutan) yang sama, yang terlalu berhati-hati
untuk maju; memilih orang yang bebas dari segala ilusi duniawi
 Permulaan yang lebih aman untuk berkembang dalam hidup rohani adalah
dengan menyadari kelemahan; artinya menerima dan mengakui kelemahan
sebagai kelemahan pribadi dan kelemahan itu adalah tanggung jawabnya
 Semakin menuntut dari Allah, semakin orang kurang menerima; tidak bisa
menuntut Allah karena memang manusia tidak punya hak untuk menuntut
 Kasih yang sejati tidak pernah menuntut pihak lain, tetapi menghargai
kebebasan dari yang dikasihi
 Apa yang diterima dari Allah adalah pemberian cuma-cuma, bukan karena
jasa manusia
16

Anda mungkin juga menyukai