Anda di halaman 1dari 5

Latar belakang

Dalam kehidupan modern saat ini, selalu saja ada satu waktu dimana manusia merasa tidak
mengerti, tidak tahu serta tidak mampu mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapinya.
Bahkan, orang yang mengedepankan rasional atau seorang yang sudah berhasil menempuh
pendidikan jenjang tertinggi sekalipun suatu saat mengalami kondisi saat dirinya tidak tahu dan
tidak mampu. Ketika seseorang merasa tidak tahu dan tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya yang
diyakini akan bisa membantu mengatasi permasalahannya. Kekuatan dari luar mungkin bisa
Sang Pencipta atau hal – hal lain yang dianggap mampu dan diyakini mampu membantu
mengatasi permasalahan.

Sebagai Insan yang beriman tentu saja dalam mangatasi problematika kehidupan selalu
disandarkan pada kekuatan Tuhan, tidak dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan Agama.
Apalagi sebagai umat islam dituntunkan untuk meminta pertolangan hanya kepadanya. Salah
satu ekspresi seorang dalam meminta pertolangan kepada Allah dengan melalui Do’a yang
dipanjatkan dengan tulus ikhlas dan dengan keyakinan penuh akan terkabulnya. Do’a
merupakan harapan munculnya kekuatan dari Tuhan agar bisa memecahkan permasalahan,
Do’a juga sebagai sugesti sesorang agar mampu mengatasi berbagai permasalahan hidup
yang diahadapi.

  SEJARAH
Do’a telah dikenal sejak petama kali diciptakan manusia yaitu Nabi Adam. Dalam
Kitab Khazinatul Asrar diterangkan sesudah Nabi Adam diciptakan dan ditiupkan ruh, beliau
berdo’a kepada Allah Wahai Tuhanku, tunjukilah daku jalan yang lurus yaitu jalan orang –
orang yag telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau
murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat yang terkandung dalam Surat Al Faatihah.
Mulai saat itu do’a digunakan oleh para Nabi dan sebagian umatnya, mereka senantiasa
memohon pertolongan kepada Allah dengan memanjatkan do’a kepada – Nya.

B.     PENGERTIAN
Kata do’a berasal dari bahasa latin yaitu precarius yang berarti untuk mendapatkan
dengan mengemis dan dari precari berarti memohon. Jadi, doa adalah mengangkat dari hati
dan jiwa ke Mahatinggi.
Menurut Nouwen, Christensen dan Laird (2006), doa adalah sikap dari
membuka hati diam – diam selaras dengan Roh Allah, mengungkapkan itu sendiri dengan
rasa syukur.
Menurut istilah do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoi – Nya untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau
bencana yang tidak dikehendaki.

C.     TUJUAN BERDO’A
1.         Agar selamat dunia akhirat;
2.         Memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah SWT;
3.         Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT;
4.         Meminta perlindungan Allah SWT dari Setan yang terkutuk.

D.     MANFAAT DO’A
1.         Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan hidup yang kita
alami mereka yang suka malas berdoa akan lebih mudah untuk mengalami stress;
2.         Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa akan lebih tegar menghadapi
peristiwa – peristiwa yang terjadi di luar yang dikehendakinya bahkan peristiwa pahit
sekalipun;
3.         Menjadikan yang tidak baik menjadi baik setiap orang yang tekun berdoa akan memiliki
kemampuan untuk merubah yang tidak baik menjadi baik, dibandingkan mereka yang malas
berdoa justru menjadikan yang baik menjadi buruk;
4.         Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang mendapatkan kesempatan
untuk semakin kuat dan bahkan karena relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini ia
juga akan mengalami yang sama kelak di keabadian;
5.         Menurunkan tingkat emosi atau kemarahan mereka yang lebih sering berdoa akan lebih
mampu mengendalikan diri dalam hal emosi dan kemarahan mereka yang sedang mau marah
dan kemudian berdoa niscaya emosinya menjadi stabil;
6.         Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa mereka yang tekun berdoa akan memiliki
kemampuan lebih untuk tidak mudah putus asa saat berada dalam kegagalan dibanding
mereka yang jarang bahkan sama sekali malas berdoa;
7.         Membuat orang menjadi lebih terbuka terhadap kelemahan dan kekurangan sesama mereka
yang tekun berdoa dengan baik memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap sesamanya karena
ia akan terbantu dalam doa-doanya untuk menyadari juga kelemahan – kelemahannya sendiri
8.         Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri. Seseorang yang dalam hidupnya
tekun untuk berdoa akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri
dengan lebih maksimal, karena ia akan semakin memahami talenta – talenta yang Tuhan
berikan dan bagaimana seharusnya dikembangkan;
9.         Meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit – penyakit yang disebabkan gangguan psikis
dengan ketekunan dalam berdoa, seseorang akan memiliki daya tahan secara fisik karena
mampu untuk menghadapi dan menjalani kehidupan dengan segala peristiwanya dalam
terang Kehendak Allah, sehingga tubuh tidak menjadi mudah lemah karena beban pikiran dan
pekerjaan;
10.     Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain ketekunan dalam doa
membuat seseorang memiliki relasi intim dengan Tuhan Allah. Allah sendiri adalah kasih
maka mereka yang tekun berdoa niscaya memiliki daya cinta kasih yang lebih kepada diri
sendiri dan sesamanya. Mereka yang terjerumus dalam narkoba pastilah orang yang tidak
tekun berdoa karena tidak mampu mencintai dan mengasihi diri sendiri.

E.      TAHAP – TAHAP TERAPI DO’A


1.         Tahap Kesadaran Sebagai Hamba
Inti dari terapi ini adalah pembangkitan kesadaran, kesadaran terhadap kehambaan dan
kesadaran akan kelemahan sebagai manusia. Bentuk kesadaran ini akan menghantarkan
seseorang yang berdoa berada pada keadaan lemah. Tanpa adanya kesadaran akan kelemahan
diri ini maka kesungguhan dalam berdoa sulit dicapai. Hakikat berdoa adalah meminta yang
meminta derajatnya harus lebih rendah dari pada yang dimintai. Untuk itu sebelum seseorang
berdoa diharuskan untuk merendahkan diri dihadapan Allah.
Bentuk kesadaran diri ini dapat dilakukan dengan melihat kepada diri sendiri misalnya
melihat jantung bahwa jantung itu bergerak bukan kita yang menggerakkan, darah yang
mengalir bukan atas kehendak kita atau juga dapat melihat masalah yang sedang dihadapi,
ketidakberdayaan, ketidakmampuan mengatasi hal ini dimunculkan dalam kesadaran sehingga
bukan nantinya dapat menimbulkan sikap menerima dan sikap pasrah. Pada tahap ini seseorang
juga disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami. Penyakit tersebut bukan
ditolak namun diterima sebagai bagian dari diri kemudian dimintakan sembuh kepada Allah.
2.         Tahap Penyadaran Akan Kekuasaan Allah S.W.T
Selanjutnya setelah diri sadar akan segala kelemahan dan segala ketidakmampuan diri maka
pengisian dilakukan yaitu dengan menyadari kebesaran Allah kasih sayang dan terutama adalah
maha penyembuhnya Allah. Tahap ini juga menimbulkan pemahaman tentang hakekat sakit
yang dialami bahwa sakit berasal dari Allah dan yang akan menyembuhkan adalah Allah.
Penyadaran akan kekuasaan Allah ini dapat dilakukan dengan melihat bagaimana Allah
menggerakkan segala sesuatu, menghidupkan segala sesuatu.
Tahap ini juga dapat menumbuhkan keyakinan kita kepada Allah atas kemampuan Allah
dalam menyembuhkan. Bagaimamana seseorang dapat berdoa kalau dirinya tidak mengenal atau
meyakini bahwa sang penyembuh tidak dapat menyembuhkan. Yakin juga merupakan syarat
mutlak dari suatu doa karena Allah sesuai dengan prasangka hambanya, jika hambanya
menyangka baik maka Allah baik demikian pula sebaliknya. Kegagalan utama terhadap jawaban
Allah atas doa yang kita panjatkan kepada Allah adalah keraguan kita. Seringkali ketika berdoa
namun hati mengatakan dikabulkan tidak ya atau mengatakan mudah – mudahan
dikabulkan kalimat ini maksudnya tidak ingin mendahului Allah tapi sebenarnya adalah
meragukan Allah dalam mengabulkan doa kita.
Ada perbedaan antara mendahului kehendak Allah dengan keyakinan yang tujukan kepada
Allah. Jika mendahului biasanya menggunakan kata seharusnya begini, harus begini, tapi jika
yakin kita optimisme akan kehendak Allah dan tidak masuk pada kehendak Allah. Sebagai
contoh bila kita berdoa ya Allah hilangkan kesedihan hati saya maka kita yakin kepada Allah
bahwa Allah memberikan kesembuhan. Hal yang penting juga adalah afirmasi terhadap doa yang
kita panjatkan kalau berdoa harus yakin dikabulkan tidak ada alasan lain untuk tidak yakin
selain dikabulkan. Sebab Allah akan mengabulkan apa yang kita yakini dari pada apa yang kita
baca dalam doa kita.
3.         Tahap Komunikasi
Setelah sadar akan kelemahan dan penyakit yang dialami dan sadar akan kebesaran Allah
maka selanjutnya adalah berkomunikasi dengan Allah sebagai bagian penting dari proses terapi.
Tahap komunikasi ini dapat berbentuk dengan cara:
a.         Pengungkapan pengakuan segala kesalahan dan dosa, ini merupakan langkah awal sebab
dengan hati yang bersih kontak dengan Allah akan lebih jernih;
b.         Pengungkapan kegundahan hati dan kegelisahan yang dialami, tahap ini dapat berefek katarsis
yaitu memberikan segala permasalahan keluar diri, dalam kontek ini kita memberikan segala
kegalauan hati kepada Allah. Selain itu, pengungkapan ini kita akan menumbuhkan rasa dekat
kepada Allah. Tahap ini juga merupakan curhat seperti seorang anak dengan ibunya, begitu
dekat dan tidak ada yang ditutupi, jujur kepada Allah dari apa yang dirasakan apa yang
dipikirkan apa yang menjadi kekhawatiran. Tahap ini jika dilakukan dengan benar sudah
merupakan terapi terhadap jiwa, seperti halnya seorang klien yang mencurahkan segala unek –
uneknya kemudian didengar oleh psikolognya dengan penuh penerimaan, dengan penuh kasih
sayangnya;
c.         Permohonan doa kesembuhan terhadap apa yang dialami. Permohonan doa bukanlah
perminataan yang memaksa Allah untuk mengabulkan. Untuk itu doa yang dipanjatkan harus
disertai dengan kerendahan hati, dengan segenap sikap butuh kepada Allah. Posisi hamba yang
berdoa adalah meminta dia tidak berhak untuk memaksa, hamba tadi hanya diberi wewenang
untuk meyakini bahwa doanya dikabulkan bukan memaksa allah untuk mengabulkan.
d.        Tahap menunggu diam namun hati tetap mengadakan permohonan kepada Allah. Doa
merupakan bentuk komunikasi antara yang meminta dan yang memberi. Ketika proses
permintaan sudah disampaikan maka proses pemberian (dijawabnya doa) harus ditunggu karena
pemberian atau dijawabnya bersifat langsung. Syarat untuk dapat menerima jawaban ini adalah
dengan sikap rendah diri, terbuka dan tenang (tidak tergesa gesa). Sikap ini akan dapat
menangkap kalam Allah (jawaban doa) yang tidak berbentuk ucapan tidak berbentuk huruf tapi
berbentuk pemahaman pencerahan, ilham (enlightment) atau berbentuk perubahan perubahan
emosi dari tidak tenang menjadi tenang, dari sedih menjadi hilang kesedihannya. Tahap ini
merupakan tahap respon yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai jawaban doa yang kita
panjatkan. Tahap ini juga disertai dengan sikap pasrah total kepada Allah mengikuti apa maunya
Allah dan apa kehendak Allah, sikap ini akan dapat menangkap jawaban Allah.

F.       INSTRUKSI UNTUK TERAPI DO’A


1.         Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan Allah;
2.         Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan ada ketegangan otot;
3.         Sadari keluhan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran bahwa kita lemah,
tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa – apa;
4.         Sadari kebesaran Allah, lihat alam semesta, bagaimana Allah menggerakkan alam ini,
menghidupkan alam ini, Dia Allah yang memberi hidup dan memberi mati, dia yang memberi
sembuh dan memberi sakit;
5.         Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Allah;
6.         Mintakan kesembuhan kepada Allah;
7.         Tetap relaks dan masih pada posisi memohon kepada Allah;
8.         Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa yang dipanjatkan;
9.         Menghayati doanya dengan diam, namun tetap ingat memohon kepada Allah.

G.     PENELITIAN TERAPI DO’A


Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi coping.
Ai, Dunkle, Peterson, dan Bolling (1998) menemukan bahwa pasien yang berdoa setelah
operasi jantung memiliki signifikan penurunan depresi pada 1 tahun dibandingkan dengan
pasien setelah operasi tidk berdo’a dan bahwa mereka mengalami kondisi kesulitan secara
keseluruhan. Hubungan antara gereja kehadiran dan kesehatan telah diperiksa oleh
Strawbridge, Cohen, Sema dan Kaplan (1997). Mereka menemukan bahwa orang yang sering
menghadiri gereja memiliki tingkat kematian lebih rendah daripada mereka yang menghadiri
pada jarang dasar. Orang yang pergi ke gereja secara teratur juga lebih mungkin untuk
terlibat dalam mempromosikan kesehatan perilaku seperti berolahraga dan tidak merokok.
Hasil positif dari doa belum ditemukan di semua studi terakhir. Dalam metaanalisis dari studi
di mana doa digunakan sebagai intervensi, Masters dan Speilmans (2007) menemukan bukti
bahwa doa syafaat jauh memiliki dampak pada hasil kesehatan. Blumenthal dan rekan (2007)
melaporkan bahwa doa, meditasi dan kehadiran di gereja memberikan kontribusi minimal
untuk morbiditas jantung menurun di pasien infark miokard akut yang memiliki depresi atau
rendahnya tingkat dukungan sosial. Mekanisme bagaimana doa bekerja, apakah syafaat pada
nama orang lain atau untuk diri sendiri, tidak diketahui.

H.    PANDANGAN ISLAM TENTANG TERAPI DO’A


Terapi berdoa merupakan salah satu terapi yang sangat berkhasiat dalam penyembuhan
berbagai penyakit. Tidak hanya untuk kesehatan dan penyakit fisik, namun terutama bagi
ketenangan diri orang yang telah menunaikan ibadah sholat akan sangat terasa perbedaan
ketenangan dirinya. Meskipun tidak dengan gerakan seperi gerakan sholat yang setiap
gerakannya sangat bermanfaat bagi kesehatan duduk berserah diri kepada Allah dapat
menjadi salah satu terapi yang sangat berkhasiat bagi kesehatan yaitu bermanfaat untuk
menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari beban – beban pikiran.
Dengan demikian, segala manfaat yang dihasilkan oleh terapi berdoa sangat jelas – jelas
positif, sehingga terapi berdoa adalah salah sau terapi yan sangat dianjurkan sebelum terapi –
terapi lain khususnya dalam Islam. Sebelum terapi – terapi kesehatan dan terapi penyakit fisik
lainnya yang paling pertama dianjurkan adalah sholat serta berserah diri kepada Allah S.W.T.
Para ulama tidak hanya menganjurkan untuk melakukan terapi berdoa ini setiap menghadapi
segala masalah, tetapi para ulama itu sendiri juga melaksanakan terapi ini.
Sesungguhnya terapi doa ini pada dasarnya diperbolehkan dalam Islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Misalnya,
mantra – mantra atau jampi – jampi, hal ini dilakukan dengan mengucapkan kalimat –
kalimat yang bukan dari bacan Al – Qur’an dan lebih mengharapkan pertolongan dari jin
ataupun setan bukan meminta kepada Allah. Sehingga hal ini tidak boleh dilaksanakan karena
termasuk perbuatan syirik atau menduakan Allah.

Anda mungkin juga menyukai