Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL BUSINESS INTELLIGENCE

PENERAPAN METODE DIGITAL SHORELINE ANALYSIS SYSTEM


(DSAS) PADA PERUBAHAN GARIS PANTAI

DISUSUN UNTUK MELENGKAP TUGAS INFORMATION SYSTEM

& BUSINESS INTELLIGENCE

DOSEN PENGAMPU : Andi Riansyah,ST.,M.Kom

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

1. Muhammad Mahdi (30402000243)


2. Nur Roehana Yulfa (30402000275)
3. Pafrika Silmi Ikhsania (30402000281)

Kelas MJ5D
S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2022/2023
Daftar Isi

Contents
Daftar Isi .................................................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 3
DEFINISI BUSINESS INTELLIGENCE .............................................................................................. 3
BAB 2 ........................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
GAMBARAN UMUM TENTANG DSAS .......................................................................................... 5
KONDISI TERKINI PENCETUS GAGASAN....................................................................................... 6
PIHAK-PIHAK YANG DIPERTIMBANGKAN DAPAT MEMBANTU MENGIMPLEMENTASIKAN GAGASAN
DAN PERAN ATAU KONTRIBUSI MASING-MASINGNYA ................................................................ 8
LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN
GAGASAN SEHINGGA TUJUAN ATAU PEMBARUAN YANG DIHARAPKAN DAPAT TERCAPAI. ............ 8
BAB 3 ......................................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................... 10
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

DEFINISI BUSINESS INTELLIGENCE

Definisi Business intelligence (BI) adalah istilah umum yang mengggabungkan


arsitektur, alat, basis data, alat analisis, aplikasi, dan metodologi. Tujuan utama BI adalah untuk
memungkinkan akses interaktif ke data, unuk memungkinkan manipulasi data, dan untuk
memberikan manajer bisnis dan analis kemampuan untuk melakukan analisis yang tepat.
Dengan menganalisis data dan situasi historis dan terkini, pembuat keputusan mendapatkan
wawasan berharga yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih
terinformasi dan lebih baik. Proses BI didasarkan pada transformasi data menjadi informasi,
lalu ke keputusan, dan akhirnya ke tindakan. Business intelligence menjelaskan tentang suatu
konsep dan metode bagaimana untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis
berdasarkan sistem yang berbasiskan data. Koleksi data mentah dapat diubah menjadi
informasi dengan cara dianalisa dan disusun berdasarkan hubungan antara data dengan
mengetahui data apa yang ingin dikumpulkan dan di dalam konteks apa yang diinginkan
Fungsi business intelligence adalah sebagai sistem pendukung keputusan dimana
sistem dan aplikasi ini mengubah data-data dalam organisasi (data operasional, data
transaksional, atau data lainnya) kedalam bentuk pengetahuan dengan tujuan secara umum
yaitu menyajikan berbagai informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap penggunanya.
Menurut Turban, Rainer dan Potter (2011), manfaat dan keuntungan yang diperoleh dengan
penggunaan business intelligence di sebuah organisasi atau perusahaan antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan nilai data dan informasi organisasi. Dengan membangun business
intelligence, maka seluruh data dan informasi dapat diintegrasikan sehingga
menghasilkan sebuah kesimpulan dari keadaan bisnis yang mudah di akses dan
dimengerti sehingga dapat membantu pihak manajerial untuk membuat pengambilan
keputusan yang lebih baik.
b. Memudahkan pengukuran kinerja organisasi. Dalam mengukur kinerja suatu
organisasi, sering dipergunakan ukuran yang disebut Key Performance Indicator (KPI).
Business intelligence dapat dengan mudah menunjukan pencapaian KPI suatu
organisasi dengan mudah, cepat dan tepat. Dengan demikian akan memudahkan pihak-
pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan untuk mempersiapkan langkah-
langkah antisipasi apabila ada indikator yang menunjukan adanya masalah atau belum
tercapainya suatu target.
c. Meningkatkan nilai investasi teknologi informasi yang sudah ada. Business intelligence
tidak selalu mengubah atau menggantikan sistem informasi yang sudah ada, akan tetapi
hanya menambahkan layanan pada sistem-sistem tersebut sehingga data dan informasi
dapat di representasikan dengan lebih baik.
d. Meningkatkan efisiensi biaya. Business intelligence dapat meningkatkan efesiensi
biaya karena dapat mempercepat seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga
menghemat waktu dan mempermudah pemanfaatannya. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencari data dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan semakin singkat dan cara
untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan pengetahuan yang khusus.
BAB 2

PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM TENTANG DSAS

Digital Shoreline Analysis System (DSAS) adalah suatu perangkat lunak tambahan
yang bekerja pada perangkat lunak ArcGIS yang dikembangkan oleh ESRI dan USGS yang
dapat diperoleh secara gratis. DSAS digunakan untuk menghitung perubahan posisi garis
pantai berdasarkan waktu secara statistic dan berbasis geospasial. DSAS menggunakan titik
sebagai acuan pengukuran, dimana titik dihasilkan dari perpotongan antara garis transek yang
dibuat oleh pengguna dengan garis-garis pantai berdasarkan waktu. Parameter yang diperlukan
dalam DSAS terdiri dari baseline, shorelines dan transek. Baseline yaitu garis acuan titik nol
yang digunakan sebagai garis acuan untuk mengukur perubahan garis pantai dan garis ini tidak
termasuk dalam garis pantai. Garis yang dijadikan baseline diletakan pada wilayah daratan
(onshore). Shorelines yaitu garis pantai yang akan diukur perubahannya. Transek merupakan
garis tegak lurus dengan baseline yang membagi pias-pias pada garis pantai. Transek dibuat
mengarah ke arah laut dengan jarak antar transek yang digunakan yaitu 60 meter. Pembuatan
baseline dan shoreline menggunakan metode on screen digitation, sedangkan pembuatan
transek dilakukan oleh DSAS. Prinsip kerja Analisa perubahan garis pantai menggunakan
DSAS yaitu menggunakan titik-titik yang dihasilkan dari perpotongan antara garis transek
yang dibuat dengan garis pantai berdasarkan waktu sebagai acuan pengukuran. DSAS telah
menjadi komponen utama dari proyek Bahaya Perubahan Pesisir Survei Geologi AS,
menyediakan rangkaian tingkat regresi yang kuat dalam metode standar dan mudah diulang
yang dapat dijalankan pada volume besar data yang dikumpulkan pada skala nasional.
Perangkat lunak DSAS dimaksudkan untuk memfasilitasi proses perhitungan perubahan garis
pantai dan untuk memberikan informasi tingkat perubahan dan data statistik yang diperlukan
untuk menetapkan keandalan hasil perhitungan. Alat untuk mengukur garis pantai bisa
menggunakan BS Meter yang merupakan alat pengukur kemiringan pantai yang digunakan
untuk pemetaan wilayah kerentanan pesisir. BS Meter mengambil data kemiringan pantai dan
posisi (koordinat) pengamatan. Perangkat lunak ini juga cocok untuk aplikasi umum apa pun
yang menghitung perubahan posisi dari waktu ke waktu, seperti menilai perubahan batas
gletser dalam foto udara berurutan, batas tepi sungai, atau perubahan tutupan lahan. Pemerintah
nasional dan negara bagian di seluruh dunia telah menggunakan alat ini untuk mendukung
pengelolaan sumber daya dan pengambilan keputusan pesisir yang kritis.
Pada gambar diatas memperlihatkan prinsip kerja DSAS, dimana Analisa dilakukan
dengan menganalisa hasil perhitungan perubahan garis pantai dan melakukan pemilihan data
yang mengalami perubahan tertinggi dan terendah pada setiap daerah serta memprediksi
perubahan garis pantai mendatang menggunakan menu yang tersedia pada DSAS.

KONDISI TERKINI PENCETUS GAGASAN

Melihat padatnya aktivitas masyarakat di pesisir, adanya fenomena banjir rob pada
suatu daerah menyebabkan pentingnya dilakukan penelitian pada setiap daerah dekat pantai
dengan menggunakan teknologi Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Tujuan
digunakannya teknologi DSAS yaitu untuk mengetahui perubahan garis pantai yang telah
terjadi pada setiap daerah dekat selama beberapa tahun belakang dan memprediksi perubahan
garis pantai yang akan terjadi.

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di darat dan di laut, serta merupakan daerah
bertemunya laut dan darat. Batas-batas wilayah pesisir hingga saat ini masih belum
dikemukakan secara baku, tetapi secara umum menyatakan bahwa wilayah pesisir merupakan
wilayah peralihan antara darat dan laut. Kawasan pesisir terdapat banyak penduduk, pusat
transportasi, tempat pendaratan ikan, kegiatan pertanian, usaha dan indusitri di bidang
perikanan, sehingga menempatkan Kawasan pesisir dengan struktur lahan untuk lokasi dengan
berbagai fasilitas (sarana dan prasarana) serta pelayanan umum (ekonomi dan sosial). Kawasan
pesisir merupakan Kawasan yang unik karen posisinya yang berada pada pertemuan antara
daratan dan perairan, sehingga wilayah pesisir memiliki sifat yang dinamis. Proses alamai yang
terjadi di Kawasan pesisir seperti penggunaan lahan, budidaya dan ekspolarasi sumber daya
sangat berpengaruh pada perubahan garis pantai. Adanya proses yang terjadi di pesisir, baik
alami maupun yang bercampur tangan manusia menjadikan pesisir sebagai Kawasan yang
berpotensi sember daya tinggi. Akan tetapi disatu sisi juga memberikan potensi terjadinya
bencana seperti tsunami, banjir pasang (rob), penurunan muka tanah dan gelombang tinggi.
Salah satu fungsi pokok dari wilayah pesisir yaitu sebagai penyedia sumber daya alam manusia
secara berkelanjutan. Secara ekonomi wilayah pesisir bermanfaat sebagai sumber mata
pencaharian bagi masyarakat yang nantinya berdampak pada pendapatan. Apabila kemampuan
fungsi wilayah pesisir dapat terpelihara maka akan tercipta pengunaan wilayah pesisir yang
berkelanjutan. Penggunaan lahan pesisir dapat diperuntukkan untuk segi zona pemanfaatan
hingga konversi. Sebagai Kawasan dengan tingkat pemanfaatan yang tinggi, Kawasan pesisir
menghadapi berbagai dampak negative akibat dari aktivitas manusia ataupun bencana alam.

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan


lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya
antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut dan angin. Perubahan garis
pantai ditunjukkan oleh perubahan kedudukannya, tidak saja ditentukan oleh suatu factor
tunggal tetapi oleh sejumlah factor beserta interaksinya. Perubahan garis pantai terjadi pada
skala detik sampai jutaan tahun. Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu
ke waktu sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas dari gelombang, angin,
pasang surut, arus dan sedimentasi. Perubahan garis pantai juga terjadi akibat gangguan
ekosistem pantai seperti pembuatan tanggul dan kanal serta bangunan-bangunan yang ada di
sekitar pantai. Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentuk dinamis pada Kawasan
pantai yang dapat terjadi secara terus menerus. Factor penyebab terjadinya perubahan garis
pantai dapat diakibatkan oleh adanya abrasi dan akresi. Salah satu contoh Analisa perubahan
garis pantai menggunakan Digital Shorline Analysis System (DSAS) yaitu di daerah
Probolinggo. Berdasarkan hasil deteksi Analisa perubahan garis pantai menggunakan Digital
Shorline Analysis System (DSAS)di kabupaten Probolinggo telah mengalami perubahan garis
pantai pada beberapa area tertentu selama kurun waktu tahun 1964 hingga 2016. Setiap desa
dilakukan pemilihan data yang memiliki perubahan paling signifikan. Hasil perhitungan DSAS
seperti selama 52 tahun menggunakan metode Net Shorline Movement (NSM) dan End Point
Rate (EPR). Metode NSM digunakan untuk menghitung jarak garis pantai terlama yaitu tahun
1964 dengan garis pantai terbaru yaitu tahun 2016, dimana jarak yang bernilai positif (+)
memiliki arti pantai maju dan data yang bernilai negative (-) memiliki arti garis pantai mundur.
Metode EPS digunakan untuk menghitung laju perubahan garis pantai tiap tahunnya selama 52
tahun, dimana data yang bernilai positif (+) mengalami akresi d an data yang bernilai negative
(-) mengalami abrasi.

PIHAK-PIHAK YANG DIPERTIMBANGKAN DAPAT MEMBANTU


MENGIMPLEMENTASIKAN GAGASAN DAN PERAN ATAU KONTRIBUSI
MASING-MASINGNYA

Dalam membantu mengimplementasi metode DSAS pada perubahan garis pantai


terdapat beberapa pihak-pihak yang berkontribusi di dalamnya, diantaranya :

a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung, pada penelitian
ini dilakukan ground checking atau survey lapangan. Seurvei lapangan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi antara citra satelit dengan kondisi
yang sebenarnya di lapangan. Survey lapangan melakukan dokumentasi terkait kondisi
eksisting lahan penelitian. Dokumentasi ini digunakan sebagai data pendukung dalam
menganalisis kondisi tertentu pada lokasi penelitian. Disini juga melakukan wawancara
kepada beberapa pihak pantai dan warga sekitar agar mendapat hasil yang maksimal
pada penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang didapatkan dari instansi
pemerintahan terkait. Untuk data sekunder pengumpulannya melalui pengunduhan citra
melalui website instansi yang menyediakan.

LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK


MENGIMPLEMENTASIKAN GAGASAN SEHINGGA TUJUAN ATAU
PEMBARUAN YANG DIHARAPKAN DAPAT TERCAPAI.

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan


sehingga tujuan atau pembaruan yang diharapkan dapat tercapai. Prinsip kerja Analisa
perubahan garis pantai menggunakan DSAS yaitu menggunakan titik-titik yang dihasilkan dari
perpotongan antara garis transek yang dibuat dengan garis pantai berdasarkan waktu sebagai
acuan pengukuran. Analisa dilakukan dengan menganalisa hasil perhitungan perubahan garis
pantai dan melakukan pemilihan data yang mengalami perubahan tertinggi dan terendah pada
setiap wilayah, serta memprediksi perubahan garis pantai mendatang menggunakan menu yang
tersedia pada DSAS. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan dengan DSAS diantaranya
yaitu :
1. Shoreline Change Envelope (SCE) adalah mengukur total perubahan garis pantai
mempertimbangkan semua posisi garis pantai yang tersedia dan melaporkan jaraknya
tanpa mengacu pada tanggal tertentu.
2. Net Shoreline Movement (NSM) adalah mengukur jarak perubahan garis pantai antara
garis pantai yang terlama dan garis pantai terbaru.
3. End Point Rate (EPR) adalah mengitung laju perubahan garis pantai dengan membagi
jarak antara garis pantai terlama dan garis pantai terkini dengan waktunya.
4. Linier Regression Rate (LRR) adalah analisis statistic tingkat perubahan dengan
menggunakan regresi linier bisa ditentukan dengan menggunakan garis regresi least
square terhadap semua titik perpotongan garis pantai dengan transek.
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

DSAS atau Digital Shoreline Analysis System merupakan Perangkat Lunak yang
digunakan untuk menghitung perubahan posisi garis pantai berdasarkan waktu secara statistic
dan berbasis geospasial. Terjadinya perubahan garis pantai dapat diakibatkan oleh adanya
abrasi dan akresi. Perubahan garis pantai terjadi pada skala detik sampai jutaan tahun. Garis
pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan
alam seperti adanya aktivitas dari gelombang, angin, pasang surut, arus dan sedimentasi.

Alternatif untuk mengukur perubahan garis pantai yaitu dengan Sistem Informasi
Geografis atau Georaphic Information Sistem (GIS) dirancang untuk bekerja dengan
menggunakan data yang memiliki informasi spasi (bereferensi keruangan). System ini
mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan
data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Selaian itu juga bisa
mengguankan metode ArcGIS. ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh
ENSRI (Environment Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi
dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis
web.

Anda mungkin juga menyukai