Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SKALOGRAM

Metode Analisis Perencanaan I

Dosen Pembimbing :
Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST., M. Sc
Endratno Budi Santoso, ST.,MT

Penyusun :
Ester Parmanes / 2224034

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami diberikan kelancaran dalam menyelesaikan Laporan yang berjudul
“Laporan Praktikum Analisis Skalogram” yang mana merupakan bagian dari tugas individu
Mata Kuliah dari Metode Analisis Perencanaan I. Dalam proses penyusunan laporan ini
diselesaikan dengan baik dan berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST., M. Sc dan Bapak Endratno Budi Santoso,
ST.,MTselaku dosen pembimbing Mata Kuliah Metode Analisis Perencanaan I.
2. Kakak-kakak tingkat dan juga Alumni yang telah yang telah memberikan informasi dan
masukan mengenai Mata Metode Analisis Perencanaan I berdasarkan pengalaman yang
mereka miliki.
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, baik dalam doa, motivasi,
serta finansial.
4. Teman-teman atas semangat, kerjasama, dan kekompakannya serta teman-teman
seperjuangan PWK Angkatan 2022 (Ataraksa) atas semangat, kerja keras, dan
kekompakannya
Menyadari bahwa dalam Menyusun laporan memiliki keterbatasan oleh karena itu kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Malang, 12 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 5
BAB II ANALISIS SKALOGRAM ....................................................................................................... 7
2.1 Definisi Analisis Skalogram ......................................................................................................... 7
2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Faktor ............................................................................................. 8
2.2.1 Tujuan .................................................................................................................................... 8
2.2.2 Manfaat ................................................................................................................................ 10
2.3 Metode Pengerjaan...................................................................................................................... 11
BAB III UJI ANALISIS ....................................................................................................................... 13
3.1 Studi Kasus ................................................................................................................................. 13
3.1.1 Kebutuhan Data.................................................................................................................... 13
3.1.2 Kapasistas ............................................................................................................................ 14
3.1.3 Pembobotan.......................................................................................................................... 16
3.1.4 Standarisasi .......................................................................................................................... 17
3.1.5 Hirearki ................................................................................................................................ 18
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 20
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan adalah suatu proses memutuskan sebelumnya mengenai apa yang harus
dilakukan dimasa mendatang, bagaimana, kaoaan, dan oleh siapa dengan memepertimbangkan
semua faktor – faktor yang memeperngaruhi ( Koontz dan O’Donnell, 1976). Perencanaan
adalah suatu proses penyusunan tujuan – tujuan dan pengaturan sumber daya untuk mencapai
tujuan tersebut secara efektif dan efisien. (Chester I. Barndard). perencanaan adalah bahwa itu
merupakan suatu proses yang melibatkan keputusan sebelumnya mengenai tindakan apa yang
akan dilakukan di masa depan, bagaimana cara melakukannya, kapan, dan oleh siapa. Proses
ini mempertimbangkan semua faktor yang dapat mempengaruhi implementasi rencana
tersebut. Selain itu, perencanaan juga melibatkan penetapan tujuan dan alokasi sumber daya
untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara yang efektif dan efisien. Proses perencanaan harus
berjalan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Memahami hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah sangat penting dalam perencanaan. Tahap krusial dalam proses ini adalah
pengambilan keputusan mengenai tindakan terbaik untuk mencapai perubahan atau
pengembangan, beserta cara pelaksanaannya. Tujuan dari perencanaan adalah mencapai target
spesifik yang telah diidentifikasi atau ditetapkan sebelum memulai suatu proyek (Conyer dan
Hills, 1984). Perencanaan adalah suatu kegiatan yang menghubungkan pengetahuan dengan
tindakan yang terstruktur dengan baik. Oleh karena itu, Perencanaan Wilayah dan Kota adalah
proses untuk merumuskan rencana terkait wilayah dan kota, yang akan menjadi landasan bagi
perubahan dan pengembangan wilayah serta kota menuju masa depan yang lebih baik. Proses
ini bergantung pada keterkaitan antara pengetahuan dan tindakan yang akan dilaksanakan.
Dalam proses pengambilan keputusan, diperlukan bantuan dari berbagai metode analisis untuk
mengidentifikasi karakteristik khusus dari wilayah dan kota, baik di masa lalu, sekarang,
maupun kecenderungannya di masa yang akan datang. Dengan cara ini, dapat diperoleh
pemahaman yang dapat diandalkan sebagai dasar untuk membuat keputusan terkait tindakan
di masa mendatang. Hal ini kemudian akan menghasilkan rencana yang efektif sebagai hasil
dari proses tersebut.
Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi
komponen sehingga dapat mengenal tanda – tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan
fungsi masing – masing dalam saty keseluruhan yang terpadu. (Komaruddin, 2001). Analisis
diartikan sebagai suatu proses untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian yang saling
berkaitan. (Goys Keraf). Analisi merupakan suatu cara untuk membantu perencana dalam
mendukung dan proses suatu renacana. Metode Analisis Perencanaan adalah seperangkat
teknik atau alat bantu yang membantu perencana dalam melakukan analisis untuk mendukung
proses perencanaan wilayah dan kota. Metode ini terdiri dari dua pendekatan berbeda, yaitu
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif, dan keduanya memiliki kepentingan yang sama.
Selain dari perspektif pendekatan ini, Metode Analisis Perencanaan juga mempertimbangkan
elemen-elemen utama wilayah dan kota yang perlu dipahami dengan baik, seperti elemen fisik,
elemen sosial-budaya, elemen ekonomi, dan elemen interaksi spasial. Karena perencanaan
adalah suatu proses, Metode Analisis Perencanaan juga mencakup teknik yang mendukung
setiap tahap di dalam proses perencanaan, yang secara umum meliputi kegiatan
mendeskripsikan karakteristik, peramalan masa depan, dan membuat keputusan.
Dalam penelitian dan perencanaan, analisis merupakan proses memecah suatu
keseluruhan menjadi komponen yang saling terkait, untuk memahami tanda-tanda komponen
tersebut, hubungannya, dan fungsi masing-masing dalam kesatuan yang terpadu. Analisis juga
merupakan cara untuk memecahkan sesuatu menjadi bagian yang berkaitan satu sama lain.
Pentingnya analisis dalam perencanaan terutama tercermin dalam penggunaan metode analisis
Skalogram. Metode Analisis Skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi
pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat
ditentukan hirarki pusat – pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Sehingga
Analisis ini sangat berguna dan penting untuk perencanaan dalam menganalisis suatu
pertumbihan wilaya.
BAB II
ANALISIS SKALOGRAM
2.1 Definisi Analisis Skalogram
Analisis Skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu
daerah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat, dengan tingkat perkembangan suatu
wilayah mencerminkan kapasitasnya dalam memberikan pelayanan. Pelayanan yang dimaksud
melibatkan ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan di suatu daerah. Melalui
analisis skalogram, dapat diidentifikasi daerah atau kecamatan yang dapat dianggap sebagai
pusat pertumbuhan, di mana kecamatan dengan fasilitas terlengkap akan dianggap sebagai
pusat pertumbuhan. Metode Analisis Skalogram berfungsi untuk mengidentifikasi pusat
pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, membantu menentukan hierarki
pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan di suatu wilayah. Metode ini juga dikenal
sebagai analisis skala Guttman, di mana persyaratan utamanya adalah variabel atau pernyataan
dalam set pernyataan harus homogen atau memiliki dimensi tunggal. Artinya, skala sebaiknya
hanya mengukur satu dimensi dari variabel yang memiliki banyak dimensi. Selain itu, set
variabel dalam suatu pernyataan harus bersifat kumulatif, di mana pernyataan memiliki bobot
yang berbeda, dan responden diharapkan menyetujui pernyataan dengan bobot yang lebih
tinggi jika menyetujui pernyataan dengan bobot lebih rendah..
Lebih lanjut dalam perhitungan analisis ini dikenal cara penusunan tabel skala Guttman
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Menyiapkan matriks data dasar yang mengandung jumlah objek penelitian dengan
jumlah variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian, ttingkat
pelayanan masyarakat dan tingkat sumberdaya manusia
2. Perhitungan dengan menggunakan titik potong (cutting point). Titik potong adalah
suatu nilai tertentu (ditentukan) untuk menetapkan batas antara kelompok-
kelompok objek penelitian yang memperlihatkan tingkatan tiap objek penelitian
terhadap variabel-variabel yang ada. Jadi tingkat tiap-tiap objek penelitian
ditentukan oleh besarnya jumlah tiap-tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek
penelitian tersebut. Dalam studi kasus ini tingkatan tiap-tiap objek penelitian
terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat tinggi,
tingkat sedang dan tingkat rendah.
Interval Nilai = Nilai tertinggi – Nilai Terendah
3. Selanjutnya, nilai masing-masing objek dimasukkan ke dalam tabel skala Guttman.
Sebelumnya tabel skala Guttman dibagi atas tiga kolom penilaian, yaitu tinggi-
sedang- rendah, dengan objek penelitian sebagai barisnya. Tiap tingkatan nilai
tinggi-sedang- rendah memiliki skor tertentu. Susunan variabel dari masing-
masing kolom klasifikasi dapat diubah penempatannya, tergantung hasil yang
paling baik. Hasil dikatakan paling baik jika memiliki coefficient of reproducibility
yang mendekati 1 (atau > 0,9). Pada kenyataannyaa, pola skala Guttman yang
sempurna jarang sekali terjadi, dikarenakan adanya penyimpangan-penyimpangan
dan penyimpangan ini disebut error Sempurna atau tidaknya skala Guttman dapat
ditunjukkan oleh coefficient of reproducibility, yaitu merupakan suatu koefisien
yang menunjukkan seberapa jauh suatu skor yang diperoleh suatu objek penelitian
benar-benar dapat memberikan prediksi terhadap reaksi-reaksi objek-objek
penelitian dalam skala yang bersangkulan. Nilai dari koefisien ini bervariasi dari 0
sampai 1. Menurut Soenjoto seperti dikutip Rinaldi (2004 40), nilai koefisien yang
makin mendekati nilai 1, akan menunjukkan skala Guttman yang semakin
sempurna, dan biasanya koefisien yang bernilai lebih besar dari 0,9 dianggap
menunjukkan suatu skala yang berlaku.

(frekuensi – kesalahan ) x 100%


COR (coefficient of reproducibility) =
frekuensi

Keterangan :

● COR : Coefficient of Reproducibility (koefisien reliabilitas)


● Total jenis fasilitas : jumlah seluruh fasilitas dalam tangga hierarki pusat
pelayanan
● Jumlah kesalahan : penyimpangan jumlah luar atau dalam tanggal

Kriteria: Ketentuan apabila COR > 90%/0,9 menunjukkan bahwa hasil


analisis skalogram tersebut sudah dianggap layak.

2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Faktor


Adapun Tujuan dan Mnafaat pada penggunaan Analisis Faktor pada perencanaan :

2.2.1 Tujuan
Tujuan dari analisis Skalogram adalah untuk mengenali pusat pertumbuhan
wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, sehingga dapat menetapkan hierarki
pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Dengan penentuan
pusat pertumbuhan, wilayah yang menduduki peringkat tertinggi dapat diidentifikasi
sebagai pusat pertumbuhan. Wilayah yang dilengkapi dengan fasilitas yang lebih
komprehensif dianggap sebagai pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas
yang lebih terbatas dianggap sebagai daerah belakang (hinterland). Louis Guttman
(1950) menggambarkan skala satu dimensi sebagai representasi respon subyek terhadap
obyek tertentu berdasarkan tingkat keterampilan, di mana individu yang mampu
menjawab semua pertanyaan dengan baik dianggap lebih unggul daripada mereka yang
hanya dapat menjawab sebagian.
Analisis Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat pemukiman,
khususnya dalam hierarki atau orde pusat-pusat pemukiman. Dalam konteks ini, pusat
pemukiman menjadi subjek analisis, sementara fungsi atau kegiatan menjadi obyek.
Tujuan utamanya adalah memberikan gambaran pengelompokkan pemukiman sebagai
pusat pelayanan berdasarkan kelengkapan fungsi pelayanannya. Fasilitas yang menjadi
fokus penilaian adalah yang mencirikan fungsi pelayanan sosial dan ekonomi.
Skalogram diperoleh melalui pembuatan tabel yang mengurutkan keberadaan fasilitas
di suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai pusat pelayanan. Proses pelaksanaan
metode Skalogram Guttman dijelaskan dalam langkah-langkah tertentu (Pardede,
2008).
a. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang ditemukan,
pada bagian atas.
b. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks
yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing pusat pelayanan atau
kota.
c. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas, dan
tanda (0) pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu fasilitas.
d. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas,
semakin banyak fasilitas yang didapati pada suatu pemukiman maka pemukiman
tersebut berada pada urutan atas.
e. Mengidentifikasi peringkat atau hirarki pemukiman yang dapat diinterpretasikan
berdasarkan prosentase keberadaan fasilitas pada suatu pemukiman. Semakin
tinggi prosentasenya, maka hierarki pemukiman tersebut akan semakin tinggi.
Selain melihat hirarki berdasarkan analisis skalogram ini, kecenderungan
perkembangan pusat-pusat permukiman juga diperkirakan berdasarkan fungsi yang telah
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/ kota. Hal ini dikarenakan RTRW suatu daerah telah
menentukan pola dan struktur ruang yaitu menentukan fungsi kawasan sesuai dengan
kondisi dan peruntukannya, yang akan mempengaruhi perkembangan ruang di dalamnya
2.2.2 Manfaat
Manfaat analisis skalogram dalam studi perencanaan wilayah dan kota
melibatkan beberapa aspek yang mencakup:

1. Pemberian Masukan Kebijakan Pertumbuhan Wilayah, Sebagai informasi yang


berguna bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan perencanaan
pertumbuhan wilayah. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk
mengarahkan pertumbuhan wilayah secara efektif.
2. Penambahan Pengetahuan Ekonomi Regional, Meningkatkan pemahaman dalam
bidang Ekonomi Regional, terutama terkait dengan pusat pertumbuhan.
Memberikan kontribusi pada peningkatan pengetahuan mengenai faktor-faktor
ekonomi yang memengaruhi wilayah.
3. Pemahaman Orde Kota dan Distribusi Pelayanan, Menyajikan informasi tentang
orde kota berdasarkan hirarki atau tingkatan, serta distribusi dan penyebaran
pelayanan dan fasilitas dalam wilayah tersebut. Membantu pemahaman kondisi
eksisting dan struktur hierarki kota yang ada.
4. Identifikasi Infrastruktur dan Lokasi Pusat Pertumbuhan. Memberikan wawasan
mengenai ketersediaan infrastruktur dan fasilitas di suatu wilayah. Membantu
dalam penentuan lokasi potensial untuk pusat pertumbuhan berdasarkan
ketersediaan infrastruktur.
5. Pemahaman Kelengkapan Fasilitas Wilayah. Memberikan gambaran mengenai
kelengkapan fasilitas suatu wilayah. Membantu penilaian terhadap tingkat
kesiapan wilayah dalam mendukung pertumbuhan dan kebutuhan masyarakat.

Dengan demikian, analisis skalogram tidak hanya memberikan informasi


tentang struktur wilayah, tetapi juga memberikan landasan yang kuat bagi perencanaan
pertumbuhan yang berkelanjutan dan efisien.
2.3 Metode Pengerjaan
Table 1 Metode Pengerjaan Analisis Skalogram

Keterangan Data Eksisting Metode Perencanaan


Metode

Kapasistas
Keterangan Data Eksisting Metode Perencanaan
Pembobotan

Standarisasi

Hierarki

Dimana :
• ∑ 𝐾𝑖𝑗 = Nilai Penjumlahan Indeks Terboboti
• Kij = Hasil Penghitungan Indeks Pembobot
BAB III
UJI ANALISIS
3.1 Studi Kasus
Jumlah fasilitas dan jenis fasilitas yang berada pada tiap kecamatan di Kota Malang.
Adapun data yang menjadi variabel dalam analisis scalogram berikut adalah mengenai jarak
kecamatan ke ibukota dan jumlah fasilitas-fasilitas sosial dan ekonomi yang dimiliki oleh
5 kecamatan yang berada di Kota Malang, Jawa Timur. Nama kecamatan tersebut yaitu :

1. Kecamatan Kedungkandang
2. Sukun
3. Klojen
4. Blimbing
5. Lowokwaru
Dalam pembahasan studi kasus ini

3.1.1 Kebutuhan Data


Berdasarkan table yang telah didapat merupakan hasil perhitungan analisis dari data
eksisting, dengan mencari data jumlah wilayah, jumlah wilayah yang memiliki fasilitas,
minimum, maksimum, standar deviasi dan bobot.

3.1.2 Kapasistas

Interpretasi dari tabel tersebut adalah sebagai berikut:


1. SD, SMP, SMA, SMK (Rasio Pendidikan):
- Kedungkandang, Sukun, Blimbing, dan Lowokwaru memiliki
proporsi yang cukup seimbang antara jumlah sekolah dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),
dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
- Klojen memiliki proporsi yang cukup merata untuk semua jenis
sekolah dengan rasio tertinggi pada SMA.
2. Jumlah Perguruan Tinggi :
- Kedungkandang dan Sukun memiliki jumlah perguruan tinggi yang
signifikan, sedangkan Klojen, Blimbing, dan Lowokwaru memiliki
jumlah yang lebih rendah.
3. Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer, Arteri Sekunder, Kolektor
Sekunder :
- Proporsi jalan arteri primer, kolektor primer, arteri sekunder, dan
kolektor sekunder cukup bervariasi di setiap kecamatan.
- Kedungkandang, Sukun, dan Blimbing memiliki proporsi yang
signifikan pada jalan arteri primer.
- Klojen memiliki proporsi tertinggi pada jalan kolektor primer.
- Lowokwaru memiliki proporsi yang cukup tinggi pada jalan arteri
sekunder.
4. Terminal Tipe A, Tipe C, dan Stasiun :
- Proporsi terminal tipe A, tipe C, dan stasiun bervariasi di setiap
kecamatan.
- Kedungkandang dan Sukun memiliki proporsi yang signifikan pada
terminal tipe A.
- Klojen memiliki proporsi tertinggi pada terminal tipe C.
Tabel ini memberikan gambaran mengenai distribusi dan proporsi
fasilitas-fasilitas kunci di setiap kecamatan, memberikan wawasan tentang
tingkat aksesibilitas dan jenis fasilitas yang tersedia di wilayah tersebut.

Tabel yang telah disusun menyajikan beberapa indikator terkait jumlah


wilayah (n) dan fasilitas yang dimiliki (f) untuk masing-masing kecamatan.
Berikut adalah interpretasi dari beberapa kolom penting dalam tabel:
1. Minimum dan Maksimum, Menunjukkan rentang nilai dari data dalam
setiap kolom. Misalnya, minimum dan maksimum dari SD, SMP,
SMA, SMK, Jumlah Perguruan Tinggi, dll.
2. Standar Deviasi, Merupakan ukuran seberapa jauh nilai-nilai dalam
satu kolom berbeda dari rata-rata. Semakin tinggi standar deviasi,
semakin besar variasi data. Pada tabel ini, standar deviasi diberikan
untuk masing-masing indikator seperti SD, SMP, SMA, dll.
3. Bobot (n/f), Merupakan faktor pembobotan antara jumlah wilayah (n)
dan jumlah wilayah yang memiliki fasilitas (f). Bobot ini digunakan
dalam perhitungan tertentu, mungkin dalam konteks analisis
ketersediaan fasilitas di wilayah tersebut.
4. Jumlah Wilayah yang Memiliki Fasilitas, Menyajikan informasi berapa
banyak wilayah yang memiliki fasilitas tertentu. Dapat menjadi
indikator ketersediaan dan distribusi fasilitas di berbagai kecamatan.
Dengan menganalisis tabel ini, dapat diperoleh pemahaman lebih baik
tentang variasi dan distribusi fasilitas di setiap kecamatan, serta peran bobot
(n/f) dalam menganalisis data tersebut.
3.1.3 Pembobotan

Dalam analisis pembobotan juga mencari data indeks fasilitas serta data
jumlah wilayah, jumlah wilayah yang memiliki fasilitas, minimum,
maksimum, standar deviasi dan bobot.

Standar Deviasi mencerminkan tingkat variasi atau penyebaran data.


Semakin rendah nilai standar deviasi, semakin sedikit variasi data. Bobot
(n/f) adalah faktor pembobotan antara jumlah wilayah (n) dan jumlah
wilayah yang memiliki fasilitas (f). Bobot ini dapat mempengaruhi analisis
data tergantung pada konteksnya. Semakin tinggi bobot, semakin besar
penekanan pada jumlah wilayah yang memiliki fasilitas.
3.1.4 Standarisasi

Tabel di atas menyajikan data berbagai variabel untuk beberapa


kecamatan tertentu. Berikut adalah interpretasi beberapa kolom penting
dalam tabel:
1. Jumlah Penduduk dan Luas Daerah:
- Kecamatan Kedungkandang memiliki luas daerah terbesar (39,89
km2) dengan jumlah penduduk sebanyak 208.075.
- Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah
Kedungkandang, diikuti oleh Sukun, Blimbing, Lowokwaru, dan
terakhir Klojen.
2. Jarak dari Kecamatan ke Ibukota:
- Semakin rendah nilai, semakin dekat kecamatan tersebut dengan
ibukota.
3. Fasilitas Pendidikan (SD, SMP, SMA, SMK):
- Setiap kecamatan memiliki jumlah sekolah dan fasilitas
pendidikan yang berbeda.
4. Jumlah Perguruan Tinggi:
- Kecamatan Kedungkandang memiliki jumlah perguruan tinggi
paling banyak (0,715479649), sementara Sukun dan Lowokwaru
tidak memiliki perguruan tinggi.
5. Jalan Arteri dan Kolektor :
- Kecamatan dengan nilai tinggi pada jalan arteri dan kolektor
primer menunjukkan infrastruktur transportasi yang baik.
6. Terminal dan Stasiun :
- Kedungkandang memiliki Terminal Tipe A dan C, sedangkan
kecamatan lain memiliki beberapa fasilitas terminal dan stasiun.
7. Indeks :
- Merupakan nilai gabungan dari indikator yang diukur, yang dapat
memberikan gambaran keseluruhan tentang tingkat fasilitas dan
aksesibilitas kecamatan.
8. Jumlah Jenis Fasilitas dan Hirarki :
- Menunjukkan jumlah total jenis fasilitas dan tingkat hirarki
kecamatan berdasarkan bobot yang diberikan.
Tabel ini dapat membantu pemahaman mengenai distribusi dan kualitas
fasilitas serta aksesibilitas di berbagai kecamatan.

Sebelum menghitung analisis standarisasi, terlebih dahulu dilakukan


perhitungan data jumlah wilayah, jumlah wilayah yang memiliki fasilitas,
minimum, maksimum, standar deviasi dan bobot. Kemudian dilakukan
analisis standarisasi

3.1.5 Hirearki

Dalam menghitung analisis hirarki, terlebih dalulu melakukan


perhitungan indeks, jumlah jenis fasilitas, standar deviasi dan rata-rata yang
nantinya itu digunakan untuk menentukan hirarki di setiap kecamatan. Tabel
tersebut menyajikan data terkait beberapa kecamatan, termasuk luas daerah,
jumlah penduduk, jarak dari kecamatan ke ibukota, indeks aksesibilitas, jumlah
fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi), serta kondisi
infrastruktur seperti jalan arteri, kolektor, terminal, dan stasiun.
Berikut adalah beberapa interpretasi dari tabel tersebut:
1. Kecamatan dengan Luas Daerah Terbesar : Kecamatan Lowokwaru
memiliki luas daerah terbesar, yaitu 22,6 km2.
2. Jumlah Penduduk Terbanyak : Kedungkandang adalah kecamatan dengan
jumlah penduduk tertinggi, mencapai 208.075 orang.
4. Aksesibilitas dan Jarak ke Ibukota : Kecamatan Sukun memiliki nilai
indeks aksesibilitas tertinggi (0,2), sedangkan Kedungkandang memiliki
jarak ke ibukota terjauh (7 km).
5. Fasilitas Pendidikan : Kecamatan Klojen memiliki jumlah perguruan
tinggi tertinggi (2,38) dan memiliki semua jenis fasilitas pendidikan.
Sebaliknya, Sukun memiliki jumlah SD dan SMP yang nol.
6. Infrastruktur Jalan : Kecamatan Lowokwaru memiliki jalan arteri primer
dan kolektor primer tertinggi, sementara Klojen memiliki nilai tertinggi
untuk jalan arteri sekunder.
7. Terminal dan Stasiun : Kecamatan Blimbing memiliki terminal tipe A dan
stasiun, sedangkan beberapa kecamatan lain tidak memiliki fasilitas
tersebut.
8. Hirarki : Terdapat kolom "Hirarki" yang menunjukkan tingkat hirarki
suatu kecamatan. Kecamatan Klojen memiliki hirarki tertinggi (Hirarki
1), sementara Kedungkandang dan Sukun memiliki hirarki 3.
Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
interaksi antar variabel dan mendapatkan wawasan yang lebih mendalam
mengenai karakteristik dan kondisi kecamatan.

Dapat dilihat bahwa tabel di atas merupakan hasil perhitungan analisis


dari data eksisting, dengan mencari data jumlah wilayah, jumlah wilayah yang
memiliki fasilitas, minimum, maksimum, standar deviasi dan bobot.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam bab penutup makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Analisis Skalogram merupakan
suatu pendekatan yang efektif untuk mengevaluasi kemampuan suatu daerah dalam
menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Melalui langkah-langkah analisis yang terinci,
metode ini mampu mengidentifikasi pusat pertumbuhan, menetapkan hierarki pusat-pusat
pertumbuhan, dan menggambarkan aktivitas pelayanan di suatu wilayah. Studi kasus pada
kecamatan di Kota Malang, Jawa Timur, memberikan contoh penerapan Analisis Skalogram
dengan fokus pada jarak ke ibukota dan jumlah fasilitas sosial dan ekonomi. Hasil analisis
menyediakan informasi berharga untuk perumusan kebijakan pertumbuhan wilayah,
peningkatan pemahaman ekonomi regional, serta pemahaman yang lebih baik tentang distribusi
fasilitas dan hirarki kecamatan. Dengan demikian, Analisis Skalogram tidak hanya
menyediakan pandangan tentang struktur wilayah, tetapi juga memberikan landasan kuat bagi
perencanaan pertumbuhan yang berkelanjutan dan efisien. Analisis ini dapat menjadi alat yang
sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam mengoptimalkan
pelayanan dan pertumbuhan wilayah secara holistik.

Anda mungkin juga menyukai