Anda di halaman 1dari 9

Ester Parmanes/2224034

KERANGKA TERKAIT PERUNTUKAN


INDUSTRI
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
1. UNDANG- Ayat (1)
UNDANG Industri adalah seluruh bentuk
REPUBLIK ekonomi yang mengelola
INDONESIA bahan baku dan / atau
NOMOR 3 memanfaatkan sumber daya
I Pasal 1
TAHUN 2014 industry sehingga
TENTANG menghasilkan barang yang
PERINDUSTRIAN mempunyai nilai tambah atau
manfaat lebih tinggai termasuk
jasa industri.
Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional
Ayat 3
a. Potensi sumber daya
III Pasal 8
Industri daerah
b. RTRWP
c. RTRWKab
d. RTRWKota
IV Pasal 12 KEBIJAKAN INDUSTRI
NASIONAL

Ayat (1)
Kebijakan Industri Nasional
merupakan arah dan Tindakan
untuk melaksanakan Rencana
Induk Pengembangan Industri
Nasional
Ayat 2 Kebijakan Industri
Nasional
a. Sasaran pembangunan
Industri
b. Fokus pengembangan
idnustri
c. Tahapan capaian
pembangunan industry
d. Pengembangan sumber
daya industri
e. Pengembangan Sapras
f. Pengembangan
perwilayahaan Insudtri
g. Fasilitas fiscal dan
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
nono fiscal
Ayat (3)
jangka waktu 5 tahun
Perwilayahan Industri
Ayat (1)
a. Rencana Tata Ruang
Wilayah
b. Pendayagunaan potensi
sumber daya wilayah
secara nasional
c. Peningkatan daya saing
Industri berlandaskan
keunggulan sumber
daya yang dimiliki
daerah
d. Peningkatan nilai
tambah sepanjang
rantai nilai.
V Pasal 14
Ayat (3) dimaksud pada ayat 2
a. Pengembangan
wilayah pusat
pertumbuhan Industri
pengembangan
Kawasan peruntukan
Industri
b. Pengembangan
Kawasan Industri
c. Pengembangan sentra
Industri Kecil dan
Industri menengah

Ayat (4) menjelaskan bahwa


diatur oleh Peratuan
Pemerintah.
2 PERATURAN I Pasal 1 Ayat (1)
PEMERINTAH Industri adalah kegiatan
REPUBLIK ekonomi yang mengolah
INDONESIA bahan mentah, bahan baku,
NOMOR 24 barang setengah jadi, dan/atau
TAHUN 2009 brang jadi menjadi barang
TENTANG dengan nilai yang lebih tinggi
KAWASAN untuk penggunaannya
INDUSTRI termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan

Ayat (5)
Kawasan Peruntukan Industri
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
adalah bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan
Industri berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pembangunan Kawasan
Industri bertujuan untuk:
a. Mengendalikan
pemanfaatan ruang;
b. Meningkatkan upaya
pembangunan Industri
yang berwawasan
lingkungan;
c. Mempercepat
pertumbuhan Industri
di daerah;
Pasal 2
d. Meningkatkan daya
saing Industri;
e. Meningkatkan daya
saing investasi; dan
f. Memberikan kepastian
lokasi dalam
perencanaan dan
pembangunan
infrastruktur, yang
terkoordinasi antar
sektor terkait.
II PEMBANGUNAN,
PENGATURAN,
PEMBINAAN, DAN
PENGEMBANGAN
PASAL 3 KAWASAN INDUSTRI
1. RTRWN
2. RTRWP
3. RTRWKab
4. RTRWKota
PASAL 7 Ayat (1)
Perusahaan Industri yang akan
menjalankan Industri setelah
Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku, wajib berlokasi di
Kawasan Industri.

Ayat (2)
Kewajiban berlokasi di
Kawasan Industri sebagaimana
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi:
a. Perusahaan Industri
yang menggunakan
bahan baku dan/atau
proses produksinya
memerlukan lokasi
khusus.
b. Industri mikro, kecil,
dan menengah.
c. Perusahaan Industri
yang akan menjalankan
Industri dan berlokasi
di daerah
kabupaten/kota yang
belum memiliki
Kawasan Industri atau
yang telah memiliki
Kawasan Industri
namun seluruh
kaveling industri dalam
kawasan industrinya
telah habis.

Ayat (3)
Jenis Industri yang
memerlukan lokasi khusus,
serta industri mikro, kecil, dan
menengah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b ditetapkan oleh
Menteri.
Perusahaan Industri yang akan
melakukan perluasan dengan
menambah lahan melebihi
Pasal 8
ketersediaan lahan Kawasan
Peruntukan Industri, wajib
berlokasi di Kawasan Industri.
BAB X Pasal 30 Pada saat Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku:
a. Permohonan Izin
Usaha Kawasan
Industri yang diajukan
sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai
berlaku tetap diproses
berdasarkan peraturan
perundang-undangan
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
sebelum Peraturan
Pemerintah ini;
b. Perusahaan Industri
baru atau perluasan
usaha Industri yang
telah memperoleh
Persetujuan Prinsip
sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai
berlaku dapat tetap
berlokasi sesuai dengan
Persetujuan Prinsip
tersebut;
c. Perusahaan Kawasan
Industri yang telah
mendapatkan Izin
Usaha Kawasan
Industri sebelum
Peraturan Pemerintah
ini mulai berlaku, tetap
dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan
izin yang ditetapkan;
d. Beberapa Perusahaan
Industri yang telah
berada dalam satu
hamparan dengan luas
lahan keseluruhan
paling sedikit 20 (dua
puluh) hektar dan
berlokasi di dalam
Kawasan Peruntukan
Industri dapat
mengajukan
permohonan sebagai
Kawasan Industri.
PERATURAN I Pasal 1 Ayat (1)
PEMERINTAH Industri adalah seluruh bentuk
REPUBLIK kegiatan ekonomi yang
INDONESIA mengolah bahan baku dan/atau
NOMOR 142 memanfaatkan sumber daya
TAHUN 2015 industri sehingga
TENTANG menghasilkan barang yang
KAWASAN mempunyai nilai tambah atau
INDUSTRI manfaat lebih tinggi, termasuk
jasa industri

Ayat (3)
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
Kawasan Peruntukan Industri
adalah bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan
Industri berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 4 Kewenangan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 meliputi:
a. pengaturan,
pembinaan, dan
pengembangan
Kawasan Industri;
b. perencanaan
pembangunan
Kawasan Industri;
c. penyediaan
infrastruktur Kawasan
Industri;
d. prakarsa pembangunan
Kawasan Industri oleh
Pemerintah;
e. penetapan standar
Kawasan Industri;
f. penetapan pedoman
teknis pembangunan
Kawasan Industri;
g. fasilitasi penyelesaian
permasalahan terkait
pendirian dan
pengembangan
Kawasan Industri dapat
berupa tanah,
infrastruktur, air baku,
energi,
ketenagakerjaan, dan
perizinan;
h. penetapan suatu
Kawasan Industri
sebagai obyek vital
nasional sektor
Industri;
i. penetapan pedoman
referensi harga jual
atau sewa kaveling
dan/atau bangunan
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
Industri di Kawasan
Industri atas usul
Komite Kawasan
Industri; dan
j. pembentukan Komite
Kawasan Industri
III Ayat (1)
Kawasan Industri dapat
ditetapkan sebagai kawasan
strategis nasional.

Ayat (2)
Pasal 8
Penetapan Kawasan Industri
sebagai kawasan strategis
nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Ayat (1)
Pembangunan Kawasan
Industri dilakukan sesuai
dengan pedoman teknis
pembangunan Kawasan
Industri.

Ayat (2)
Pedoman teknis pembangunan
Kawasan Industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
Pasal 9 a. pemilihan lokasi;
b. perizinan;
c. pengadaan tanah;
d. pematangan tanah;
e. pembangunan
infrastruktur; dan
f. pengelolaan.

Ayat (3)
Pedoman teknis pembangunan
Kawasan Industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri
Pasal 10 Infrasruktur Kawasan Industri
Ayat (1)
Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangan masing-
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
masing menyediakan:
a. infrastruktur Industri; dan
b. infrastruktur penunjang.

Ayat (2)
Infrastruktur Industri
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a paling sedikit
meliputi:
a. jaringan energi dan
kelistrikan;
b. jaringan
telekomunikasi;
c. jaringan sumber daya
air dan jaminan
pasokan air baku;
Ayat (1)
Industri adalah seluruh bentuk
ekonomi yang mengelola
bahan baku dan / atau
memanfaatkan sumber daya
industry sehingga
menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau
manfaat lebih tinggai termasuk
jasa industri.
PERATURAN
Pasal 1
MENTERI Ayat (2)
PERINDUSTRIAN Kawasan Peruntukan Industri
REPUBLIK yang selanjutnya disingkat
INDONESIA KPI adalah bentangan lahan
NOMOR 30 yang diperuntukkan bagi
TAHUN 2020 I kegiatan Industri berdasarkan
TENTANG Rencana Tata Ruang Wilayah
KRITERIA yang ditetapkan sesuai dengan
TEKNIS ketentuan peraturan
KAWASAN perundang-undangan
PERUNTUKAN
INDUSTRI Peraturan Menteri ini
bertujuan: a. sebagai pedoman
bagi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dalam
menetapkan KPI dalam
Pasal 2 Rencana Tata Ruang; b. untuk
mendorong pemerataan
pembangunan perekonomian
melalui KPI; dan c. untuk
mempercepat penyebaran dan
N
PER - UU BAB PASAL ISI
O
pemerataan Industri ke seluruh
Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kriteria teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4
berupa:
a. memperhatikan kondisi
lahan dari aspek daya
dukung lahan, potensi
terhadap ancaman
bencana, dan topografi;
b. memperhatikan status
dan pola guna lahan
dari aspek pertanahan
dan penataan ruang;
c. memenuhi ketentuan
luas lahan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan;
d. mempunyai
Pasal 5
aksesibilitas yang dapat
mempermudah
pengangkutan bahan
baku dan logistik,
pergerakan tenaga
kerja, dan distribusi
hasil produksi;
e. terdapat sumber air
baku; dan
1. f. terdapat tempat
pembuangan air
limbah.

Anda mungkin juga menyukai