DAFTAR ISI
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
1
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
3.2 Pemetaan kondisi dan status pemenuhan perempuan dan kelompok rentan
3.3.2 Hasil Koordinasi dengan Dinas Sosial dan Posko Ramah Perempuan dan
Anak DPPKBP3A Kabupaten Cianjur
Bab IV Penutup
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
2
1.1 Latar Belakang
Gambar 3
Peta tingkat guncangan (shakemap) dari gempa utama (mainshock) Mw 5.6
Isu gender menjadi penting dalam penanggulangan bencana. Kekerasan Berbasis Gender
(KBG) adalah masalah global (1 dari 3 perempuan) dan nasional, 1 dari 4 perempuan usia 15-64
tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual yang dilakukan oleh pasangan dan selain
pasangan (SPHPN, 2021), 3 dari 5 anak dan remaja perempuan dan laki-laki pernah alami kekerasan
seksual sepanjang hidupnya (SNPHAR 2018). Alasan lain isu gender penting dalam penanggulangan
bencana adalah perempuan dan laki-laki memiliki kebutuhan berbeda. Ada kebutuhan praktis
dan strategis yang harus dipenuhi. Perubahan peran gender sejalan usia dan waktu.
Perempuandan laki-laki memiliki masalah berbeda. Perbedaan usia, status ekonomi,
pernikahan, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kebutuhan dan kesempatan yang
berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan, antara anak laki-laki dan anak perempuan,
antara lansia laki-laki dan lansia perempuan. Banyak pihak melakukan intervensi kebutuhan
khusus untuk perempuan, namun sedikit terlewatkan memperhatikan kebutuhan laki-laki.
b. Tujuan :
Tabel 1
Administrasi Kabupaten Cianjur
Bagian Administrasi
Utara Kabupaten Bogor dan Purwakarta
Selatan Samudra Indonesia
Barat Sukabumi
Timur Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan dokumen Kabuopaten Cinajur dalam angka tahun
2020, jumlah penduduknya sebanyak 2.506.682 jiwa terpilah dalam jenis kelamin lai laki sebanyak
1.285.980 dan perempuan sebanyak 1.22.702. Bertambah sebanyak 29.122 jiwa dibandingkan
jumlah penduudk tahun 2020.
Pada masa sekarang ini masalah peluang kerja adalah, sulitnya mencari lapangan pekerjaan
yang berdampak pada masalah sosial dimana terjadi pengangguran, depresi, bahkan tingginya
tingkat kemiskinan. Eksistensi para pekerja atau buruh untuk saat ini sering muncul kepermukaan,
karena mereka menuntut atas haknya. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, mereka yang
tidak memiliki pekerjaan dan sudah bekerja dengan mendapatkan upah yang minim termotivasi
untuk bekerja ke luar negeri atau disebut PMI (Pekerja Migran Indonesia). Faktor-faktor pendorong
(push factor): 1) menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian
di wilayah pedesaan yang makin menyempit). 2) alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
Adapun faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah: 1) adanya harapan akan memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup. 2) adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan
yang lebih baik (Zuldin, 2003: 77-78)
Berdasarkan data dari Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Provinsi
Jawa Barat menduudki peringkat ke 4 setelah Jawa Timur (24%), Jawa Tengan ( 22%), NTB (16%)
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
7
dan Jawa Barat 16%). Dan Kabupaten Cianjur adalah Kabupaten di urutan ke empat penyuplai
tenaga kerja indonesia (TKI) setelah kabupaten Indramayu, Cirebon dan Subang. Mayoritas warga
yang menjadi pekerja di luar negeri menggunakan visa ziarah yang membuat pekerja tersebut
menghadapi masalah, terutama kesulitan saat dipulangkan.
Berdasarkan data pengaduan PMI per Bulan Oktober 2022 negara dengan pengaduan
tertinggi adalah Saudi Arabia ada 48 pengaduan. Dan total pengaduan per Bulan Oktober sebanyak
145 pengaduan, Provinsi dengan pengaduan tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak 52
pengaduan, Kabupaten Cianjur menempati urutan kedua tingkat permalahan buruh migran
Indonesia setelah Kabupaten Indramyu. Jika dilihat dari persoalan secara nasional Kabupaten
Cianjur berada di urutan ke 4 dengn tingkat pengaduan tertinggi setelah Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Malang ( BP2MI, November 2022 ).
Lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang, perbukitan
bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara gunung api Gede. Wilayah ini secara
umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api,
lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami
pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak
(unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. Selain itu pada
morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami
pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
8
curah hujan tinggi. Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme
sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar
aktif. Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya dan
lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri.
Gambar 2
Peta Pusat gempa Cianjur
Gempabumi yang terjadi di daerah Cianjur ini termasuk jenis gempa tektonik kerak dangkal
(shallow crustal earthquake) dengan tipe mainshock-aftershocks, yaitu gempabumi utama yang
kemudian diikuti oleh serangkaian gempabumi susulan (Mogi, 1963). Berdasarkan sebaran
episenter dan hiposenter hasil relokasi (Gambar 2), gempabumi ini sangat menarik, dimana
gempa utama (mainshock) berlokasi di arah utara Sesar Cimandiri segmen Rajamandala,
sementara gempa-gempa susulannya (aftershocks) berada di sebelah Timur Laut relatif
terhadap gempa utama.
Mekanisme fokus gempa utama Mw 5.6 ini menunjukkan sesar geser mengiri (sinistral
strike-slip fault) pada arah Barat Daya-Timur Laut yang mirip dengan dominasi pergerakan dari
Sesar Cimandiri segmen Rajamandala. Jika kita melihat sebaran episeter gempa-gempa susulan
hasil relokasi pada Gambar 2, cluster (kumpulan) gempabumi susulan tersebut berarah Barat
Daya-Timur Laut pada jarak sekitar 15 km sebelah utara dari Sesar Cimandiri segmen
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
9
Rajamandala. Berdasarkan mekanisme fokus gempa utama dan sebaran hiposenter hasil
relokasi, Menurut informasi Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi, 2022 yang telah
membuat interpretasi sesar penyebab gempa Mw 5.6 dan area sesarnya (garis putus-putus
warna biru dan kotak putus-putus warna biru pada Gambar 2 bagian bawah) yang merupakan
sesar geser mengiri dan memiliki dip ke arah Barat Laut. Untuk interpretasi lebih lanjut
diperlukan validasi dari lapangan dan data pendukung lainnya. (Kelompok Kerja Sesar Aktif
dan Katalog Gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta, 21
November 2022)
Luas wilayah dan perkembangan penduduk Kecamatan Saluyu tahun 2022 adalah sebagai berikut :
1 Sukamulya 669,00
2 Panyusuhan 510,59
3 Mekarjaya 319,08
4 Sukaluyu 668,01
5 Selajambe 288,98
6 Tanjungsari 432,96
7 Babakansari 439,79
8 Sukasirna 439,69
9 Sindangraja 446,88
10 Hegarmanah 309,51
JUMLAH 4.542,49
PERTAMBAHAN PENDUDUK
JUMLAH JUMLAH PENDUDUK AWAL JUMLAH PENDUDUK AKHIR
NO DESA LAHIR MATI DATANG PERGI
KK
L P JUMLAH L P L P L P L P L P JUMLAH
1 MEKARJAYA 11 14 9 14 82 92 8 11 241
2 PANYUSUHAN 7 5 64 69 74 99 18 17 353
4 BABAKANSARI 5 25 13 51 27 61 94 3 10 289
5 SUKAMULYA 1 4 12 18 29 59 81 7 11 2 224
9 HEGARMANAH 12 10 9 7 63 40 12 26 179
JUMLAH 6 15 140 132 334 348 1094 931 184 156 13 3353
Tabel 5
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
16
DATA JUMLAH PENGUNGSI DAMPAK BENCANA ALAM DI 4 WILAYAH INTERVENSI
KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR
PER TANGGAL 05 DESEMBER 2022
L P L P L P L P L P P
1 SUKAMULYA 1 4 12 18 29 59 81 7 11 2 224
YAPPIKA_ActionAid bekerja sama dengan Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, Save
The Childern, DKBP3A Kabupaten Cianjur, UNPFA melakukan Kaji Cepat Risiko Kekerasan
Berbasis Gender pasca bencana gempa bumi Cianjur yang dilakukan dalam tahapan yaitu
1. Persiapan dilakukan sejak 3 hari setelah gempa (21 November 2022) dari tanggal 24 hingga 27
November 2022 (untuk koordinasi, persiapan instrumen, protokol, perekrutan dan pelatihan
enumerator, penentuan titik pengungsian, persiapan aplikasi, )
2. Tahap I pengambilan data dilakukan selama 6 hari pada tanggal 28 November hingga 3
Desember 2022 dan pengolahan data selama 3 hari tanggal 3-5 Desember 2022. Di tahap I
cakupan asesmen pada 5 Kecamatan yaitu Cugenang, Cianjur, Pacet, Warungkondang,
Gekbrong, 30 titik pengungsian dan 42 wawancara/FGD dengan ketua kamp, kelompok
perempuan dan penyedia layanan KBG.
3. Tahap II penambahan cakupan wilayah di 11 kecamatan yang terimbas gempa dan menjadi
wilayah penyangga bagi pengungsi yaitu Kec Sukaresmi, Kec Cipanas, Kec Mande, Kec.
Cikalong kulon, Kec. Sukaluyu, Kec. Karangtengah, Kec. Ciranjang, Kec. Bojong Picung, Kec.
Haurwangi, Kec. Cilaku, Kec. Cibeber.
Desa Sukamulya terbagi dalam 4 Dusun, 10 RW dan 35 RT, masing-masing sebagai berikut :
RW 001 ( Dusun gempol ) terdiri dari RW 001, RW 002, RW.003
RW 002 ( Dusun Pasir Nangka ) terdiri dari RW 001, RW 002,RW 003
RW 003 ( Dusun Pajagan ) terdiri dari RW 007, RW 008
RW 004 ( Dusun Parungbedil) terdiri dari RW 009, RW 010
Gambar 5
Pasca bencana gempa cianjur dengan kekuatam M 5.6 , Desa Sukamulya banyak menerima
pengungsi dari kecamatan luar seperti dari Cugenang, Cianjur, Warung Kondang, Cilaku,
Cipaku Surupan dan Cibeber. Jumlah keseluruhan pengungsi di Desa Sukamulya sebanyak
224 terdiri dari 1 bayi, 17 balita, 47 anak anak, 139 dewasa, 18 lansia dan 2 ibu hamil.
Gambar 6
Peta Desa Tanjungsari
Pasca bencana gempa cianjur dengan kekuatam M 5.6 , Desa Tanjungsari banyak
menerima pengungsi dari kecamatan luar seperti dari Cugenang, Warung Kondang, Pacet,
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
20
Limbang sari, dan Cianjur,. Jumlah keseluruhan pengungsi di Desa Tanjungsari sebanyak 419
terdiri dari 56 balita, 76 anak anak, 245 dewasa, 62 lansia dan 4 ibu hamil.
2.5.4Desa Selajambe
Desa Selajambe berasal dari sebuah nama kampung atau dusun selajambe karena pasca pamekaran
dari Desa Induk yaitu Desa Selajambe, kantor Pemerintahannya terletak di kampung atau dusun
Selajambe pada Tahun 1914 dibawah Pimpinan Kep atau Kampung atau Dusun Selajambe itu sendiri
berasal dari nama kampung. Ini dibuktikan dengan surat-surat tanah/girik/akta dengan segel cap
macan .Produk tersebut sampai dengan Tahun 1960 yang mencatumkan Kampung Kawung Sari yang
sekarang dengan nama Selajambe. Luas tanah kas desa 183.300Ha. Batas wilayah Desa Selajambe
adalah
Sebelah Utara Berbatasar desa Sukasirna
Sebelah Selatan Beroatasaan desa tanjungsari
Sebelah barat berbatasan degan kecamatan Karangtengah
Sebelah timur Berbatasan dengan Hegarmanah
Jumlah Penduduk Desa Selajambe sebanyak 8.378 orang, terbsdi di Dusun I 1641 Dusun II 1793,
Dusun III 2403, Dusun IV 2541 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) Dusun I 536 Dusun II
577 Dusun III 721Dusun IV 681LKK.
Pasca bencana gempa cianjur dengan kekuatam M 5.6 , Desa Selajambe banyak menerima
pengungsi dari kecamatan luar seperti dari Cugenang,, Warung Kondang, Cianjur. Jumlah
keseluruhan pengungsi di Desa Selajambe sebanyak 381 terdiri dari 2 bayi, 15 balita, 96 anak anak,
225 dewasa, 41 lansia dan 1 ibu hamil dan terdapat 2 disabilitas intelektual yang berada di tenda
pengungsian dan di rumah warga.
d. Desa Tanjungsari dengan jumlah pengungsi sebanyak 419 pengungsi dilakukan Focus
Grup Discussion sebanyak 6 kali bersama perempuan dewasa di kampung T anjungsari,
kampung Tanjung, Kampung Bintinu, kampung Kebon Kalapa dan kampung kulon
kulon, Focus Grup Discussion sebanyak 3 kali bersama remaja perempuan di kampung
Tanjungsari, kampung Tanjung, kampung, kampung Kebon Kalapa, serta Focus Grup
Discussion sebanyak 2 kali bersama kepala kamp di kampung Tanjungsari dan
Kampung Bintinu.
3.1.2 Pemetaan Kondisi Dan Status Pemenuhan Perempuan Dan Kelompok Rentan
a. Pemetaan Kondisi Kelompok Rentan
Kelompok rentan adalah masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam menikmati kehidupan
yang layak. Faktor aksesibilitas terhadap sumber sumber pemenuhan kesejahteraan sosial
merupakan salah satu hal, baik sebagai penyebab juga menjadi akibat, sehingga perlu memetakan
jumlah dan kondisi kelompok rentan secara tepat dan partisipatif untuk menentukan kegiatan
dalam rangka penanganan untuk membantu kelompok rentan ini.
Dari hasil kaji cepat ini didapat hasil terkait dengan jumlah kelompok rentan sebanyak 333 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 5
Kelompok Rentan di Pengungsian Kecamatan Sukaluyu
No Jenis Kerentanan Jumlah Lokasi
Laki Laki Perempuan Total
1 Bayi 6 11 16 Desa Selajambe, Desa
Sukasirna, Desa
Sukamulya,
2 Balita 54 51 105 Desa Selajambe, Desa
Sukasirna, Desa
Sukamulya, Desa
Tanjungsari
3 Perempuan 407 407 Desa Selajambe, Desa
Sukasirna, Desa
Sukamulya, Desa
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
23
Tanjungsari
4 Lansia 116 69 185 Desa Selajambe, Desa
Sukasirna, Desa
Sukamulya, Desa
Tanjungsari
5 Hamil 13 13 Desa Selajambe, Desa
Sukasirna, Desa
Sukamulya, Desa
Tanjungsari
6 Disabilitas 4 4 Desa Selajambe, Desa
Sukasirna
Sumber: Hasil Rapid Gender Assesmen, Diolah
Tabel 6
Pemetaan Kondisi Kelompok Rentan di Pengungsian Kecamatan Sukaluyu
No Jenis Kerentanan Kondisi
1 Bayi Ada 16 bayi yang salah satunya bukan dari pengungsi
tetapi merupakan warga desa Selajambe yang baru lahir
saat gempa terjadi, dan ketika gempa bayi tersebut jatuh
sehingga kepanya ada benjolan besar dan sudah dioperasi
akan tetapi masih harus ada pemerikasaan rutin, 9 bayi
yang lain merupakan pengungsi yang ada di desa
Sukasirna dan Desa Selajambe dan desa sukasirna dengan
kondisi sebagian besar mengalami semacam biang keringat
karena perubahan cuaca dari daerah asal yang dingin ke
daerah pengungsian yang sedikit panas. Dan pemeriksaan
rutin dari keehatan belum rutin dilakukan selama
mengungsi 2 minggu rata rata baru sekali kedatangan tim
medis
2 Balita Jumlah balita sebanyak 105 tersebar di 4 wilayah intervnsi
dan sebagian mengalami gatal gatal pada kulit dan tidak
ada kesempatan untuk sekolah karena saat ini belum ada
sekolah darurat baik di tenda maupun di tenpat
LAPORAN KAJI CEPAT RISIKO
KEKERASAN BERBASIS GENDER (KBG)
PASCA BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN CIANJUR
24
pengungsian mandiri dan di rumah warga/saudara serta
ketersediaan makanan khusus balita masih belum
maksimal karena makanan yang terima disamakan dengan
penyintas umum ( dewasa ) dan kalau pun ada
ketersediaanya terbatas sehingga sering kekurangan
3 Perempuan 407 Perempuan terdirin dari perempuan remaja dan
perempuan dewasa kondisi saat ini trauma, tidak berjalan
dan susah berbicara, yang biasa berdagang jenuh karena
tidak ada aktifitas, karena rumah hancur banyak pakaian
dalam yang tidak bisa dipakai lagi demikian juga dengan
alat alat khusus wanita saat datang bulan
4 Lansia Dari 185 pengungsi lansia belum mendapatkan makanan
yang sesuai dengan usianya karena masih disamakan
dengan penyintas umum (dewasa ) ditambah masih trauma
sehingga belum mau makan, dan belum mau tidur di dalam
rumah, jika dikunjungi oleh orang suka menangis dan
susah diajak komunikasi
5 Ibu Hamil Dari 13 ibu hamil belum mendapatkan pemeriksaan khusus
dan rutin bagi ibu hamil termasuk vitamin dan makanan
untuk ibu hami di prngungsian. Ada ibu hamil yang
kondisi matanya merah karena terkena kotoransaat gempa
dan hingga saat ini matanya masih merah dan belum ada
pengobatan dari tim medis
6 Disabilitas Disabilitas yang ada adalah disabilitas netra, disabilitas
intelektual dan disabiltas fisik. Dari 1 disabilitas netra
belum mempunyai alat karena kakinya tertimpa bangunan
saat gempa sehingga tidak bia berjalan, untuk disabilitas
fisik sebenarnya tidak perlu alat bantu akan tetapi akan ada
indikasi akan menjadi calon disabilitas fisk yang
bertambah karena kakinya susah berjalan karena tertimpa
matrial bangunan rumah saat gempa. Untuk disabilitas
intelektual di usia remaja kondisnya belum dapat
No Bentuk Hasil
Penilaian
1 Aksesibilitas Perempuan baik dewasa maupun remaja hanya sebagian kecil yang
mempunyai akses terhadap layanan yang diberikan seperti tidak
adanya ruang gerak yang aman bagi perempuan diantarnya tidak
adanya ruang untuk ganti baju, ruang untuk menyusui, ruang untuk
bercerita/berdiskusi yang aman. Belumm adanya layanan khusu
bagi perempuan baik itu kesehatan ( reproduksi, pemeriksaan ibu
hamil), belum ada layanan dukungan sosial, belum adanya ruang
aman bagi anak anak, belum madanya pemenuhan pendidikan bagi
anak anak, toilet yang masih bersatu dengan laki laki bahkan tidak
ada kuncinya
2 Partisipasi Belum adanya remaja perempuan yang terlibat langsung pada saat
pendistribusian bantuan, hanya sebagian kecil dari perempuan
yang menjadi koordinator kamp, karena adanya anggapan hal
tersebut adalah tugas dari laki laki
3 Kontrol Masih banyak dilakukan pernikahan anak dengan alasan
menghindari pergaulan bebas sehingga ketika sudah sekolah diusia
17 tahun lebih baik dinikahkan saja. Belum dipahaminya
kekerasan berbasis gender sehingga merasa apa dialami
merupakan bagian dari tugas perempuan
3.2.2 Hasil koordinasi dengan Dinas Sosial dan DP2KBP3A Kabupaten Cianjur
a. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Cianjur
Pada Tanggal tanggal 6 Desember 2022 Tim Kaji Cepat antara YAPPIKA_ActionAid dan
mitra PPSW Pasoendan Digdaya bertemu dengan Kepala Dinas Sosial kabupateb Cianjur. Di
dalam koordinasi tersebut dilakukan pembahasan terkait
1. Laporan Kegiatan kaji cepat yang telah dilakukan, yauti Rapid Gender Assesemen dan
Rapid Gender based Violence
2. Alasan pemilihan Kecamatan Sukaluyu menjadi wilayah intervensi
3. Penyampaian hasil sementara kaji cepat
Dari hasil penyampaian tersebut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Cianjur menyambut baik
apa yang sudah dilakukan oleh YAPPIKA_ActionAid bersama PPSW Pasoendan Digdaya
karena selama ini LSM yang ada bukan mau membantu akan tetapi hanya sekedar ingin
mendapatkan sesuatu (Uang). Harapan dari Kepala Dinas Sosial adalah adanya data
pengungsu By Name By Address ( BNBA ) yang dapat sebagai acuan dalam pendampingan
kedepanya.
B. Tantangan
1. Adanya informasi pendataan rumah rusak oleh pemerintah untuk mendapatkan dana
kompensasi sehingga bebrapa hari tidak bisa ditemui
2. Adanya anggapan ketika disurvei pasti akan dapat bantuan
4.1 Kesimpulan
Dari hasil kaji cepat yang dilakukan baik itu RGA maupaun RGBv dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Kebutuhan kelompok rentan masih sangat minim tercukupi
2. Belum adanya ruang yang aman bagi perempuan untuk dapat bebas bergerak seperti
belum adanya ruang menyusui, ruang untuk berganti pakaian, ruang yang aman untuk
berdiskusi dengan perempuan yang lain serta belum adanya ruang aman bagi anak
anak
3. Adanya trauma yang mendalam dari penyintas sehingga membuat penyintas susah
berjalan, susah berbicara, sering kaget dengan adanya suara suara keras, takut tidur di
dalam ruangan
4. Belum dipahaminya tentang kekerasan berbasis gender oleh perempuan baik dewas
maupun remaja
4.2 Rekomendasi
1. Menindaklanjuti adanya kaji cepat ini perlu dilakukan pemantapan strategi dan
mekanisme penyaluran bantuan agar tepat sasaran dan sampai di lokasi pengungsian
2. Material bantuan dapat mempertimbangkan hasil kaji cepat sehingga merupakan
barang yang memang dibutuhkan oleh penyintas. Baik kebutuhan makanan maupun
non makanan untuk kelompok rentan, yautu :
No Jenis Kerentanan Kebutuhan
1 Bayi Pakaian bayi, alat alat bayi, makanan bayi, pemeriksaan kesehatan
2 Balita termasuk anak Makanan balita, alat sekolah, Layanan Dasar Psikososial, pemeriksaan
anak kesehatan
3 Perempuan Digniti kit, higine kit, pakaian dalam, dana tunai, Layanan Dasar
Psikososial
4 Lansia Makanan lansia, selimut, pemeriksaan kesehatan, Layamam Dasar
3. Perlu dilakukanya Layanan Dasar psikosial (LDP) agara penyintas dapat berkurang
trauma yang dialaminya
4. Kebutuhan pengenalan terkait kekerasan berbasis gender kepada penyintas