RENCANA PROGRAM
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2010 – 2014
BAB VI
RENCANA PROGRAM
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN 2010 – 2014
Dalam rangka meningkatkan mutu SDM Indonesia untuk menghadapi
tantangan globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-
2025 Pemerintah telah mencanangkan untuk meningkatkan kualitas, relevansi,
daya saing Bangsa ini agar seimbang dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Program pembangunan pendidikan nasional tahun 2010-2014 mengacu pada
RPJM 2010-2014 dalam rangka Peningkatan Akses Masyarakat terhadap
pendidikan yang berkualitas. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) selaku badan yang melakukan perencanaan nasional sudah
menuangkan program-program Depdiknas ke dalam Rencana Pembangunan
Pendidikan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang dilaksanakan melalui 14
Program, yang terdiri atas 10 program pada fungsi pendidikan dan 4 program
pada fungsi pelayanan umum dan fungsi perlindungan sosial.
Sepuluh program pada fungsi pendidikan adalah program pendidikan anak usia
dini, program wajar pendidikan dasar 9 tahun, program pendidikan menengah,
program pendidikan tinggi, program peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan, program pendidikan nonformal, program manajemen pelayanan
pendidikan, program penelitian dan pengembangan pendidikan, program
penelitian dan pengembangan iptek, dan program pengembangan budaya baca
dan pembinaan perpustakaan.
Empat program pada fungsi pelayanan umum dan fungsi perlindungan sosial,
yaitu program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara,
program pengelolaan sumber daya manusia aparatur, program peningkatan
sarana prasarana aparatur, dan program penguatan kelembagaan
pengarusutamaan gender dan anak.
Program pembangunan Departemen Pendidikan Nasional 2010-2014 diarahkan
untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan pada tahun 2014, yaitu (1)
Perluasan dan Pemerataan Akses PAUD Berkesetaraan Gender di Semua
Provinsi, Kabupaten dan Kota; (2) Perluasan dan Pemerataan Akses
Pendidikan Dasar Universal Bermutu dan Berkesetaraan Gender dan
memenuhi kebutuhan perjenis kelainan anak di Semua Provinsi, Kabupaten
dan Kota; (3) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Menengah
Bermutu dan Berkesetaraan Jender dan Relevan dengan Kebutuhan
Masyarakat, di Semua Provinsi, Kabupaten dan Kota; (4) Perluasan dan
Pemerataan Akses Pendidikan Tinggi Bermutu, Berdaya Saing Internasional,
Berkesetaraan Jender dan Relevan dengan Kebutuhan Bangsa dan Negara; (5)
Penguatan Tata Kelola, Sistem Pengendalian Manajemen dan Sistem
Pengawasan Intern. Pengaitan program dan kegiatan pokok Depdiknas dengan
58
program dalam RPJMN Bappenas dapat dilihat pada tabel …..
59
9. Pengembangan Budaya 12. Pemanfaatan TIK sebagai sarana/media pembelajaran jarak jauh
Baca dan Pembinaan 26. Pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan
Perpustakaan 27. Peningkatan SPI berkoordinasi dengan BPKP dan BPK
10. Program Penelitian dan 29. Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat perencanaan dan
Pengembangan Iptek penganggaran
11. Program Penguatan 30. Peningkatan kapasitas dan kompetensi managerial aparat
Kelembagaan Pengarus- utamaan 31. Peningkatan ketaatan pada peraturan perundang-undangan
Gender dan Anak 33. Peningkatan citra dan layanan publik
12. Peningkatan Pengawasan 34. Peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola pendidikan
dan Akuntabilitas Aparatur Negara 35. Pelaksanaan Inpres No.5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan
13. Program Pengelolaan KKN
Sumberdaya Manusia Aparatur 36. Intensifikasi tindakan-tindakan preventif oleh Itjen
14. Program Peningkatan 37. Intensifikasi dan ekstensifikasi pemeriksaan oleh Itjen, BPKP, dan BPK
Sarana dan Prasarana Aparatur 38. Penyelesaian tindak lanjut temuan-temuan pemeriksaan Itjen, BPKP, dan
Negara BPK
39. Pengembangan aplikasi SIM secara terintegrasi (Keuangan, Aset,
Kepegawaian, dan data lainnya)
Sumber: Bappenas, 2007 & Program Kebijakan Depdiknas, 2007
64
tersebut dapat mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
berinisiatif, kreatif, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik dan kematangan psikologisnya.
Ketiga, memperbaiki sarana dan bahan belajar, seperti
perpustakaan, laboratorium bahasa/IPA/matematika, alat peraga
pendidikan, buku teks pelajaran, dan buku non-teks, dan buku
bacaan lain yang relevan. Dengan mempertimbangkan pesatnya
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
Pemerintah akan terus mengembangan sistem informasi sekolah
berbasis TIK dan proses pembelajaran di sekolah berbasis TIK.
Keempat, mempersiapkan lulusan SMP/SMPLB/SMP Khusus
(SMPKh)/MTs/Paket B yang tidak dapat melanjutkan ke pendidikan
menengah dengan mengembangkan pendidikan kecakapan hidup
(keterampilan praktis dan keterampilan khusus). Program ini
penting mengingat wajib belajar belum dapat diteruskan hingga
pendidikan menengah karena keterbatasan dana pemerintah.
Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup merupakan langkah
antisipasi terhadap ancaman lulusan SMP/SMPLB/SMP Khusus
(SMPKh)/MTs/Paket B yang tidak dapat melanjutkan.
Kelima, mengembangkan sekolah unggul. Depdiknas menargetkan
pada tahun 2014 paling tidak satu SD dan satu SMP pada masing-
masing kabupaten/kota sudah dirintis menjadi sekolah
berkeunggulan lokal. Target yang sama juga diberlakukan untuk
sekolah bertaraf internasional. Untuk meningkatkan kecakapan
berbahasa pada jenjang SMP, Depdiknas mengembangkan
program dwi bahasa (bilingual) dengan sasaran ??? sekolah hingga
tahun 2014.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik
Depdiknas terus mengembangkan kapasitas Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah dalam rangka memberdayakan partisipasi
masyarakat ikut bertanggungjawab mengelola pendidikan dasar.
Berfungsinya kedua lembaga tersebut secara optimal memperkuat
pelaksanaan prinsip good governance dan akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan. Pengembangan kapasitas juga
dilakukan terhadap para pengurus sekolah atau satuan pendidikan
Nonformal. Kegiatan ini merupakan bagian dari penerapan otonomi
satuan pendidikan atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan
Manajemen Berbasis Masyarakat (MBM) secara maksimal.
Pengembangan EMIS (Education Management Information
Systems) dilakukan untuk menunjang keberhasilan dalam
mengukur sejumlah indikator pendidikan. EMIS juga berguna untuk
memetakan SD/SMP atau satuan pendidikan lain yang masuk
dalam kategori sekolah di atas standar nasional pendidikan (SNP),
sesuai dengan SNP, atau di bawah SNP. Selain itu, EMIS juga
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas data dan
informasi pendidikan. Hal ini sangat kondusif bagi pelaksanaan
fungsi komunikasi publik untuk mengembangkan citra yang positif.
65
3. Pendidikan Menengah
Program ini bertujuan meningkatkan akses dan pemerataan layanan
pendidikan menengah yang bermutu dan terjangkau bagi semua
penduduk. Pendidikan yang diselenggarakan adalah SMA/SMALB/SMA
Khusus (SMAKh), SMK, MA, Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan
Paket C. Program pendidikan menengah untuk mengantisipasi
meningkatnya lulusan SMP/SMPLB/SMP Khusus (SMPKh)/MTs/Paket B
sebagai dampak positif pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun. Selain itu, program ini juga berbentuk penguatan
pendidikan vokasional baik melalui sekolah/madrasah umum,
sekolah/madrasah kejuruan, maupun pendidikan non-formal, dengan
tujuan mempersiapkan lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi untuk lebih siap masuk dunia kerja.
a. Keluasan dan Kemerataan Akses
Berbagai program berikut dilakukan Depdiknas untuk melaksanakan
Keluasan dan Kemerataan Akses pendidikan menengah.
Pertama, memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
Program ini dilakukan dalam bentuk pembangunan Unit Sekolah Baru
(USB), Ruang Kelas Baru (RKB), laboratorium, perpustakaan, serta
penyediaan buku teks pelajaran, buku non-teks, dan bacaan lainnya.
Depdiknas akan mendorong swasta untuk mendirikan USB SMK, USB
SLB/SKh dengan tetap memperhatikan standar nasional pendidikan.
Kedua, menyediakan pendidik dan tenaga kependidikan yang lebih
merata, bermutu, serta menyediakan biaya operasional pendidikan
dan beasiswa kepada anak yang kurang beruntung tetapi berprestasi.
Ketiga, untuk daerah-daerah yang mampu mencapai Angka
Partisipasi Murni (APM) SMP/sederajat di atas 95% dan bermutu,
pemerintah mendorong daerah-daerah tersebut proaktif melakukan
inisiasi dan fasilitasi pendidikan universal 12 tahun dalam rangka
memperluas partisipasi pendidikan menengah. Depdiknas
menargetkan pada tahun 2014 sekurang-kurangnya satu
kabupaten/kota setiap provinsi melakukan perintisan pendidikan
universal 12 tahun.
Keempat, mengembangkan model layanan alternatif. Program ini
akan dilakukan khusus untuk daerah terpencil, daerah pedalaman,
dan daerah tertinggal, serta untuk kelompok/masyarakat
termarginalkan seperti anak jalanan, anak lembaga pemasyarakatan,
anak pelacur dan pelacur anak, dan sekaligus sebagai fasilitas untuk
menampung lulusan SMP di daerah tersebut. Perluasan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilaksanakan dengan
menggunakan berbagai bentuk SMK, yaitu SMK besar di kawasan
industri, SMK di pesantren atau institusi sejenis, SMK di daerah
perbatasan/pemekaran, SMK di daerah terpencil dan perdesaan. Di
samping itu pemerintah akan terus mengembangkan sekolah layanan
khusus dan sekolah inklusif.
Depdiknas mengusahakan target Angka Partisipasi Sekolah (APS)
pendidikan menengah akan mencapai ??? % atau sebesar ??? juta
66
orang pada tahun 2014, naik dari ??? % pada tahun 2009. APK
SMA/SMALB/SMAKh/MA/SMK/Paket C yang pada tahun 2009
sebesar ??? % akan ditingkatkan menjadi 85% pada tahun 2014.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja menengah di berbagai
sektor, pemerintah akan meningkatkan jumlah peserta didik SMK
yang diproyeksikan naik secara signifikan sampai dengan tahun 2014
dengan pembiayaan yang cukup.
b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan menengah
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan berikut.
Pertama, mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi, bahan
ajar, model pembelajaran, dan sistem penilaian menuju standar
nasional dan internasional. Pada jenjang pendidikan menengah, porsi
penekanan muatan kecakapan dasar (basic learning contents)
menurun, sementara muatan akademik dan keterampilan hidup
meningkat. termasuk dalam hal ini peningkatan kemampuan
berdasarkan keunggulan lokal.
Kedua, mengembangkan mutu buku pendidikan dan meningkatkan
sistem penilaian perbukuan.
Ketiga, dalam rangka meningkatkan pendidikan kecakapan hidup,
Depdiknas melaksanakan kegiatan yang mendukung tumbuhnya
pribadi siswa yang berjiwa kewirausahaan, kepemimpinan, beretika,
serta memiliki apresiasi terhadap estetika dan lingkungan hidup.
Keempat, guna mendorong siswa-siswa berprestasi, pemerintah juga
akan melaksanakan program pembinaan dan fasilitasi untuk
mempersiapkan anak-anak yang berprestasi istimewa mengikuti
kompetisi-kompetisi nasional dan internasional. Sedangkan siswa
SMK berprestasi didorong mengikuti Lomba Kompetensi Siswa (LKS)
tingkat nasional, Asian Skill Competition (ASC) tingkat regional, dan
World Skill Competition (WSC) tingkat internasional. Bagi siswa SLB
yang memiliki keberbakatan dalam bidang olah raga maupun seni
didorong untuk ikut dalam kompetensi internasional khusus seperti
deaflympic, paralympic dan speciallympic.
68
Pertama, memberikan bantuan pembiayaan untuk kelompok
masyarakat yang miskin tetapi potensial. Bentuknya berupa: (a)
program beasiswa (scholarship) dengan target penerima yang
bervariasi dari aspek-aspek kemampuan ekonomi, gender, bakat
khusus, dan sebagainya; (b) program pinjaman dana lunak; (c)
program voucher yang membebaskan beberapa jenis biaya
pendidikan, yang variasinya terus dikembangkan sesuai kebutuhan.
Kedua, membangun kemitraan antara Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) dengan sekolah. Hal ini untuk memperluas
kapasitas dalam menghasilkan guru yang dapat mencukupi
kebutuhan jumlah dan mutu, khususnya untuk menunjang
keberhasilan program Wajar Dikdas dan program perluasan
jalur/jenjang/jenis pendidikan lainnya.
Ketiga, mengembangkan pembelajaran jarak jauh (distance
learning), dengan proyek percontohan pada empat perguruan tinggi
hingga tahun 2014, yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas
Negeri Riau (UNRI), Universitas Udayana (UDAYANA), dan
Universitas Hasanuddin (UNHAS). Diseminasi proyek ini akan
dikembangkan pada sejumlah perguruan tinggi lain.
Keluasan dan kemerataan akses pendidikan tinggi menargetkan
pencapaian jumlah mahasiswa sebesar ??? juta orang pada tahun
2014. Sementara APK PT diharapkan meningkat dari ??? % pada
tahun 2009, menjadi 25 % pada tahun 2014.
b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi akan
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan berikut.
Pertama, meningkatkan pelayanan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran efektif. Pada
kelompok mata kuliah iman dan takwa serta akhlak mulia
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi keimanan sehingga
peserta didik memiliki ketakwaan personal dan sosial. Pada
kelompok mata kuliah iptek dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi pemanfaatan iptek dan pengembangannya. Pada
kelompok mata kuliah estetika dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas estetis dan humanisme. Sedangkan pada kelompok mata
kuliah kepribadian dimaksudkan untuk mencerahkan kesadaran
kepribadian. Semua kelompok mata kuliah tersebut diintegrasikan
dalam proses pembelajaran.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik
Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan
tinggi (PT) dilaksanakan melalui penyusunan perangkat hukum
operasional untuk mencapai status badan hukum PT sebagai bentuk
otonomi yang optimal, akuntabel, dan bersifat nirlaba.
Salah satu manfaat yang akan diperoleh dengan model badan
hukum pendidikan adalah terbangunnya kelembagaan yang lebih
kondusif untuk menciptakan keterbukaan pengelolaan, sehingga
69
menjadi lebih transparan dan akuntabel. Kondisi ini akan
mengembangkan citra yang lebih positif di masyarakat, dalam
rangka mendorong peningkatan partisipasi mereka melalui
pembiayaan, kontrol, dan pengelolaan.
Peningkatan kapasitas perguruan tinggi dilakukan melalui berbagai
program hibah yang diselenggarakan pemerintah, seperti Program
Hibah Kompetisi, Program Kemitraan, Hibah Penelitian, dan Pusat
Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional (P3AI).
Peningkatan kapasitas pengelolaan juga akan ditunjang dengan
penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
5. Pendidikan Non Formal
Program ini diarahkan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat yang belum sekolah, tidak pernah sekolah atau buta aksara,
putus sekolah, dan kelompok masyarakat lain yang kebutuhan
pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui jalur pendidikan formal.
Dengan demikian, pendidikan Nonformal dapat berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mewujudkan pendidikan sepanjang hayat.
Program Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) yang
dikembangkan terdiri atas: pendidikan kesetaraan, pendidikan
keaksaraan, peningkatan pembinaan kursus dan pelatihan, pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan pemberdayaan perempuan, peningkatan
budaya baca masyarakat, serta penguatan dan revitalisasi unit
pelaksana teknis pusat dan daerah (yaitu Balai Pengembangan
Pendidikan Non Formal dan Informal atau BP-PNFI, Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar atau BPKB, dan Sanggar Kegiatan
Belajar atau SKB) sebagai tempat pengembangan model program PNFI.
Di samping itu, PNFI juga akan melaksanakan berbagai komitmen dunia
seperti pendidikan untuk semua (education for all), pengarusutamaan
gender (gender mainstreaming), serta perawatan dan pendidikan bagi
anak-anak yang tergolong tidak beruntung.
a. Keluasan dan Kemerataan Akses
Keluasan dan kemerataan akses PNFI dilaksanakan melalui
Pendidikan kesetaraan yang diarahkan pada anak usia Wajar Dikdas
Sembilan Tahun melalui Paket A (setara SD) dan Paket B (setara
SMP), serta pengembangan pendidikan menengah melalui Paket C
(setara SMA). Pengembangan pendidikan kesetaraan dilakukan
melalui pembukaan kelompok-kelompok belajar pada sasaran yang
terfokus, yaitu pada daerah yang APK-nya sangat rendah. Hingga
tahun 2014, target Paket A untuk siswa putus SD kelas 4 sampai
dengan 6 sebanyak kurang lebih ??? % dari jumlah drop out (DO)
SD. Target Paket B akan menjangkau sekitar ???% dari lulusan SD
yang tidak melanjutkan dan ???% dari anak-anak yang putus SMP.
Sedangkan target Paket C akan menjangkau sekitar ??% atau ???
orang dari lulusan SMP yang tidak melanjutkan dan ???% dari anak-
anak yang putus SMA.
70
Pendidikan keaksaraan dilaksanakan untuk meningkatkan akses dan
kualitas pendidikan keaksaraan fungsional bagi penduduk buta
aksara, dengan prioritas pada daerah yang menjadi kantong-kantong
buta aksara. Target pada tahun 2014 adalah menurunnya prosentase
penduduk buta aksara dari 5% pada tahun 2009 menjadi 3% pada
akhir tahun 2014, atau secara kuantitas target yang akan dijangkau
sekitar ??? juta orang (usia 15 tahun ke atas).
Pembinaan pendidikan kecakapan hidup dan kursus bertujuan
mengembangkan keterampilan, kecakapan, dan profesionalitas
warga belajar untuk bekerja dan/atau berusaha secara mandiri, serta
dapat mengembangkan kapasitas kelembagaan kursus dan pelatihan
agar memiliki daya saing internasional.
Depdiknas juga akan menyediakan sarana dan prasarana, serta
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kependidikan PNF yang
bermutu. Selain itu, Depdiknas juga mendorong partisipasi
masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan Nonformal melalui
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan perintisan Pusat
Sumber Belajar (PSB). Selain itu, akan menyediakan biaya
operasional yang diberikan kepada warga belajar yang kurang
beruntung, baik laki-laki maupun perempuan. Pemberian biaya
operasional dapat dilakukan melalui kegiatan magang,
penyelenggaraan kursus yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat, atau beasiswa.
Pengembangan budaya baca diselenggarakan di berbagai kegiatan
pembelajaran, dengan target ??? Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
pada tahun 2014.
b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
Dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing PNFI,
Depdiknas akan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
Pertama, di bidang pendidikan kesetaraan, strategi yang dilakukan
antara lain: pengembangan standar penyelenggaraan pendidikan
kesetaraan; pengorganisasian kurikulum pendidikan kesetaraan
secara tematis; perumusan substansi bahan ajar yang menekankan
pendekatan kecakapan hidup (life skills); pengembangan model
pembelajaran yang bersifat induktif, kesetaraan unggulan, serta
penerapan sistem ujian kompetensi (bukan academic test) dan tes
penempatan; dan pelaksanaan ujian nasional oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Kedua, untuk menurunkan angka buta aksara dan mengembangkan
keaksaraan fungsional, strategi yang dilakukan antara lain,
mengembangkan standar keaksaraan; dan melakukan standardisasi,
assessment, pendataan, serta pemberian insentif untuk
mempercepat pemberantasan buta aksara sesuai target dan sasaran
tahunan yang telah ditetapkan.
Ketiga, terkait program pendidikan kecakapan hidup dan kursus,
strategi yang dilakukan antara lain pengembangan dan penetapan
standar nasional kursus; pelaksanaan evaluasi pendidikan;
pelaksanaan penjaminan mutu melalui proses analisa yang
71
sistematis terhadap hasil evaluasi; pelaksanaan akreditasi lembaga
dan/atau program dalam 5 tahun sekali yang mengacu pada SNP;
peningkatan kerja sama dengan dunia usaha/kerja dalam rangka
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi; dan penataan
perizinan pendirian kursus dan satuan lainnya dengan
memeransertakan organisasi profesi terkait. Sampai dengan tahun
2014, ditargetkan jumlah peserta pendidikan kecakapan hidup
berusia lebih dari 15 tahun mencapai ??? % atau ??? juta orang.
Keempat, pengembangan format dan kualitas program PNFI,
sehingga bisa diterima sebagai pengganti kegiatan dan program di
satuan pendidikan formal.
Kelima, pengembangan model PNFI unggulan. Kegiatan ini untuk
mengembangkan model-model unggulan dan model kompetitif PNFI
dalam PAUD, kesetaraan, keaksaraan, program budaya baca, dan
kecakapan hidup.
Keenam, penyediaan materi pendidikan, sarana dan prasarana,
serta media pembelajaran, alat peraga pendidikan, buku pelajaran,
buku bacaan, serta materi pelajaran yang memanfaatkan TIK (radio,
televisi, komputer, dan internet).
Ketujuh, pengembangan sertifikasi yang menyangkut sertifikasi
lembaga kursus dan pelatihan, maupun pendidikan
keterampilan/kecakapan hidup yang berstandar nasional dan/atau
internasional. Pengembangan sertifikasi ini diharapkan memiliki civil
effect bagi peningkatan mutu dan daya saing serta produktivitas
kerja lulusan kursus dan pelatihan.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik
Prinsip fundamental dari penyelenggaraan pendidikan Nonformal
adalah partisipasi aktif masyarakat, maka pencitraan kelembagaan
yang transparan dan akuntabel menjadi kebutuhan mutlak yang
harus dapat dipenuhi oleh setiap penyelenggara pendidikan
Nonformal. Keberhasilan penyelenggaraan PNFI yang efektif, efisien,
dan akuntabel, menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat
penyelenggara PNFI dan pemerintah daerah setempat.
Penyelenggaraan PNFI lebih banyak melibatkan partisipasi
masyarakat, pemerintah pusat berperan memberikan fasilitasi dan
pengendalian dalam penjaminan mutu. Beberapa langkah pemerintah
(Depdiknas) dalam meningkatkan tata kelola, akuntabilitas, dan citra
penyelenggaraan PNFI adalah sebagai berikut.
Pertama, penataan dan pengembangan sistem pendataan dan
informasi manajemen untuk mendukung pengelolaan dan koordinasi
PNFI baik di tingkat pusat, daerah, pengelola dan penyelenggara
PNFI, maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas data dan
informasi mengenai PNFI.
Kedua, pengembangan kapasitas diberikan kepada pengelola dan
penyelenggara PNFI di semua tingkatan, baik di pusat maupun
daerah (BP-PNFI, BPKB, SKB, dan PKBM). Sampai dengan tahun
72
2014, Ditjen PNFI dan 6 (enam) BP-PNFI ditargetkan meraih sertifikat
ISO 9001:2000.
Ketiga, advokasi, sosialisasi, dan fasilitasi dilaksanakan dengan
memberikan informasi, kampanye, dan bantuan dalam rangka
meningkatkan dan memperluas partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan PNFI yang efektif dan akuntabel.
6. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK)
bertujuan meningkatkan kecukupan jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK), kemampuan akademik, kemampuan melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan dan pembelajaran pada
setiap satuan pendidikan.
a. Keluasan dan Kemerataan Akses
Keluasan dan kemerataan akses, dilakukan melalui pengadaan guru
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Untuk
meningkatkan daya tarik penempatan guru di daerah-daerah sulit,
perlu dipikirkan skenario insentif bagi guru-guru tersebut. Selain itu,
perlu dilakukan program upgrading bagi guru-guru SD/SDLB/SD
Khusus (SDKh)/MI yang sudah ada agar mereka memiliki kesempatan
untuk mengajar di SMP/SMPLB/SMP Khusus (SMPKh) atau sekolah-
sekolah layanan khusus pada SMP khusus. Sasaran yang akan
dicapai dalam lima tahun ke depan adalah rasio peserta didik per
pendidik dan tenaga kependidikan relatif merata pada setiap
kabupaten/kota, dan akan diupayakan tercapainya standar nasional.
Sementara itu, dalam lima tahun mendatang akan dilakukan
pengangkatan pengawas yang tepat sasaran.
Pemerintah juga akan mengangkat guru baru untuk mengatasi
kekurangan guru. Hal ini sebagai pengganti guru yang akan pensiun,
dan dalam rangka perluasan akses untuk penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun, serta perluasan akses pendidikan
menengah umum dan kejuruan. Mengingat sasaran pendidikan Non-
formal di desa-desa cukup tinggi, perlu diangkat guru PNFI/tutor purna
waktu untuk desa-desa terpencil dan/atau desa-desa yang
konsentrasi sasaran PNFI-nya besar. Untuk mendukung tugas penilik,
selain dari pengangkatan guru PNFI secara bertahap, diperlukan juga
tenaga lapangan dikmas (TLD) tidak tetap, dengan rasio satu TLD
setiap lima desa. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan PNFI,
secara bertahap jumlah pamong belajar ditingkatkan kurang lebih ???
orang pada tahun 2014 sehingga mencapai standar nasional
pendidikan.
b. Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan
Peningkatan mutu, relevansi, dan saya saing PTK akan dilaksanakan
melalui penyusunan rencana pengembangan mutu PTK;
pengembangan sistem dan pelaksanaan penilaian kinerja,
kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan PTK ;
penyelenggaraan sertifikasi PTK; pengembangan dan pembinaan
73
profesi dan karier PTK; pengembangan sistem serta peningkatan
kualifikasi dan kompetensi PTK melalui pemetaan kompetensi secara
periodik, pendidikan berkelanjutan untuk mencapai standar
kompetensi yang ditunjukkan oleh hasil uji kompetensi, dan
penghitungan angka kredit sebagai tenaga fungsional; peningkatan
kompetensi PTK menuju benchmark regional dan internasional;
pengembangan sistem dan pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan; pemanfaatan hasil akreditasi pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan non-formal; pengembangan kemitraan
dengan LPTK dan instansi/organisasi terkait dengan pendidikan pra-
jabatan (pre-service) dan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (in-
service training) bagi PTK; pemanfaatan TIK (seperti radio, televisi,
komputer dan internet) dalam pendidikan untuk peningkatan
kompetensi guru dan pamong belajar dalam pembelajaran; dan
pengembangan kapasitas sumberdaya PTK pada Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (P4TK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP), BP-PNFI, BPKB, dan SKB.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik
Usaha-usaha untuk meningkatkan tata kelola, akuntabilitas, dan citra
publik dalam pengelolaan PTK adalah: Penyusunan kebijakan
pengelolaan PTK dan kebijakan pengelolaan satuan kerja;
Pengembangan sistem dan pelaporan kinerja satuan kerja di
lingkungan Ditjen PMPTK; Sosialisasi dan komunikasi kebijakan dan
program PMPTK; Pengembangan sistem dan pengelolaan PTK
(termasuk tutor, pemong, pamong belajar PNF) secara transparan dan
akuntabel; Fasilitasi bantuan perlindungan hukum bagi PTK,
penyelesaian secara tuntas masalah guru bantu dan tenaga lapangan
dikmas (TLD); dan sosialisasi UU Guru dan Dosen serta penyiapan
rancangan peraturan perundang-undangan turunannya.
7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas lembaga-
lembaga di pusat dan daerah, mengembangkan mekanisme tata kelola,
meningkatkan koordinasi antartingkat pemerintahan, mengembangkan
kebijakan, melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan pembangunan
pendidikan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pendidikan. Selain itu juga untuk mengembangkan dan
menerapkan sistem pengawasan pembangunan pendidikan, termasuk
sistem tindak lanjut temuan hasil pengawasan terhadap setiap kegiatan
pembangunan pendidikan maupun pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi pendidikan. Program ini diharapkan dapat menyempurnakan
manajemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan
desentralisasi pengelolaan pendidikan.
Dalam rangka pengembangan sistem pengawasan, perlu dilakukan
perbaikan pelayanan kepada masyarakat dengan meningkatkan
transparansi agar terhindar dari citra aparat atas praktek-praktek
pelayanan yang berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (sesuai
dengan Instruksi Presiden atau Inpres No.5 Tahun 2004). Selama ini
74
masyarakat mempunyai persepsi sangat kuat bahwa sumber Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) terbesar berada di instansi pelayanan
masyarakat. Perbaikan manajemen pelayanan pendidikan itu akan
dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan berikut:
Pertama, sesuai dengan UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, perlu
penataan kembali urusan wajib dan urusan tambahan pengelolaan
bidang pendidikan di dinas provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu
perlu disusun model organisasi dinas provinsi dan dinas kabupaten/kota
sebagai acuan dalam penataan kelembagaan di daerah, agar
pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan dapat
tercapai. Sejalan dengan demokratisasi, partisipasi dan kontrol
masyarakat terhadap pemerintah akan semakin besar, sehingga
diperlukan keterbukaan dari birokrasi. Untuk mencegah terjadinya
kekeliruan persepsi atau kecurigaan masyarakat terhadap berbagai
kebijakan dan tindakan pelayanan, perlu dibentuk unit kerja pelayanan
yang mampu menampung dan mengakses aspirasi masyarakat dalam
pelaksanaan kebijakan pendidikan di daerah (dibentuk unit kerja
Hubungan Masyarakat). Sebagai mitra pemerintah, masyarakat juga
perlu diberikan penyuluhan, pembinaan, dan ajakan untuk berperan aktif
dalam perumusan pelayanan.
Kedua, peningkatan kapasitas aparat pemerintah yang menitikberatkan
pada dua aspek, yaitu: (1) perubahan mind-set, sikap mental, dan
perilaku sebagai pelayan masyarakat yang bebas KKN; (2) memberikan
kemampuan dan penguasaan terhadap tugasnya secara profesional dan
handal. Dalam usaha merubah mind-set, sikap mental dan perilaku
aparat, perlu dilakukan advokasi bahwa sebagai pelayan masyarakat
mereka dibiayai uang rakyat. Dengan demikian, semangat
profesionalisme atas dasar prinsip menerima dan memberi (take and
give) selalu melandasi kegiatan pelayanan sehari-hari. Selain itu, perlu
ditekankan pula bahwa dalam era modernisasi/globalisasi, cara berpikir
dan sikap-sikap feodalistis sudah tidak relevan lagi.
Ketiga, menciptakan sistem pelayanan yang murah, cepat, terbuka dan
menyenangkan. Indikator keberhasilan pelayanan adalah kepuasan
masyarakat atas pelayanan yang murah (bahkan gratis), cepat, terbuka,
ramah, dan kooperatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan
birokrasi dan penerapan prinsip-prinsip efisiensi menuju pelayanan yang
berorientasi pada ”kepuasan pelanggan”.
Keempat, menciptakan sistem pengawasan efektif dan objektif yang
dapat mencegah praktik-praktik KKN. Sistem yang dimaksud harus
mencakup pula rencana tindak-lanjutnya yang secara nyata dan efektif
dapat dilaksanakan.
Kelima, meningkatkan Sistem Pengendalian Internal (SPI) berkoordinasi
dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kegiatan SPI dilakukan dengan
membangun sistem dan prosedur yang berbasis TIK. Juga dilakukan
perbaikan internal melalui penataan, pemantapan, penerapan secara
disiplin Standar Prosedur Operasional (SPO), serta meningkatkan
koordinasi dengan pihak eksternal seperti BPK, BPKP, dan Bawasda.
75
Keenam, pemberdayaan masyarakat untuk mendorong diciptakannya
pelayanan yang baik. Usaha ini dapat dilakukan dengan memberikan
peran tertentu kepada masyarakat dalam pengawasan dan perumusan
sistem pelayanan.
Ketujuh, pengembangan dan pemanfaatan TIK untuk mendukung
peningkatan peran dan fungsi pelayanan, dikembangkan untuk dua hal,
yaitu: (a) kebutuhan manajemen atas sistem pendataan dan informasi
yang akurat, up-to-date, dan mudah diakses; (b) kebutuhan masyarakat
atas data dan informasi pelayanan pendidikan.
Kedelapan, untuk menopang pengelolaan dokumen yang efisien, perlu
ditata kembali sistem serta mekanisme inventarisasi dan dokumentasi
sarana, prasarana, dan aset pendidikan. Termasuk pula pengelolaan
dokumen dan arsip Depdiknas yang saat ini menghadapi kesulitan.
Kegiatan ini memanfaatkan peran TIK yang dapat mentransformasikan
pendataan dan kearsipan konvensional ke sistem digital.
Kesembilan, meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengelola
pendidikan untuk menjawab gejala penurunan kapasitas dan kompetensi
pengelola pendidikan dalam era desentralisasi pendidikan. Sehubungan
dengan itu, perlu dilakukan pelatihan-pelatihan yang melibatkan aparat
pengelola pendidikan di daerah.
8. Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan dan menyosialisasikan
konsepsi pembaruan sistem pendidikan nasional seiring dengan
perkembangan dan persaingan di era globalisasi; melakukan penelitian
kebijakan di tingkat makro, mengembangkannya pada tingkat mikro,
serta mengembangkan inovasi pendidikan agar hasilnya dapat menjadi
acuan bagi pengembangan kebijakan dan atau program pembangunan
pendidikan; mengembangkan model-model kurikulum yang relevan dan
layanan profesional pengembangan kurikulum di tingkat satuan
pendidikan; mengembangkan dan mengimplementasikan sistem
pendataan berbasis teknologi informasi yang efisien dan efektif sebagai
landasan perumusan kebijakan pendidikan; mengembangkan sistem
penilaian dan pengendalian mutu pendidikan nasional; meningkatkan
intensitas dan kualitas kerjasama nasional dan internasional di bidang
pendidikan yang berdasarkan kesetaraan dan mengarah kepada
peningkatan kualitas pendidikan nasional; memfasilitasi berbagai
lembaga independen di lingkungan Depdiknas yang berkaitan dengan
SNP dan akreditasi; meningkatkan kompetensi SDM dalam penelitian
dan pengembangan serta pendataan. Program ini dilaksanakan untuk
mewujudkan variabel indikator pembangunan pendidikan nasional
sebagai berikut.
a. Keluasan dan Kemerataan Akses
Kegiatan utama penelitian dan pengembangan pendidikan yang
akan dilaksanakan dalam rangka menunjang perluasan dan
pemerataan pendidikan adalah penelitian biaya dan pendanaan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, bebas pungutan,
serta perluasan akses PAUD, Pendidikan Menengah, dan
Pendidikan Tinggi, termasuk inovasinya.
76
b. Peningkatan, Mutu, Relevansi, dan Daya Saing
Kegiatan utama penelitian dan pengembangan pendidikan yang
akan dilaksanakan dalam rangka menunjang peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan antara lain adalah: (1) layanan profesional
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan; (2) evaluasi
pendidikan nasional untuk penjaminan mutu pendidikan; (3) fasilitasi
penyelenggaraan pelaksanaan tugas badan-badan independen,
antara lain Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M),
BAN-PNFI, BAN-PT, dan BSNP; (4) pengembangan sistem penilaian
untuk berbagai kepentingan pendidikan.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik
Kegiatan utama penelitian dan pengembangan pendidikan yang
akan dilaksanakan dalam rangka menunjang peningkatan tata kelola,
akuntabilitas, dan pencitraan pendidikan antara lain adalah: (1)
Peningkatan sarana dan prasarana TIK tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/ kota, dan sekolah. (2) Penelitian dan inovasi tentang
pengelolaan SDM, prasarana dan sarana pendidikan sesuai SNP. (3)
Pengembangan jaringan litbang. (4) Peningkatan sistem manajemen
mutu. (5) Terselenggaranya berbagai polling untuk mengukur citra
Depdiknas. (6) Penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU)
BHP, RUU Bahasa, dan RUU Perbukuan, serta Peraturan
Pemerintah (PP) berkaitan dengan pendidikan. (7) Pengembangan
lembaga penilaian pada satuan pendidikan.
77
tahun 2014. Selain itu, program ini diarahkan pula untuk pengembangan
budaya baca, bahasa, sastra Indonesia dan daerah.
Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan
budaya baca dan perpustakaan antara lain: kampanye dan promosi
budaya baca melalui media masa dan cara-cara lainnya; perluasan dan
peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan dan TBM; pemantapan
sistem nasional perpustakaan dalam rangka mewujudkan sistem
perpustakaan yang memiliki kaitan fungsional dengan berbagai institusi
pendidikan; peningkatan sinergi antara perpustakaan nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dengan perpustakaan sekolah dan TBM; serta
pembinaan dan pengembangan bahasa untuk mendukung
berkembangnya budaya ilmiah, kreasi sastra, dan seni.
B. PROGRAM PENUNJANG (PROGRAM DALAM FUNGSI PELAYANAN
PEMERINTAHAN UMUM DAN FUNGSI PERLINDUNGAN SOSIAL)
Empat program pada fungsi pelayanan umum dan fungsi perlindungan
sosial, yaitu program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur
Negara, program peningkatan sarana prasarana aparatur Negara, program
pengelolaan sumber daya manusia aparatur, dan program penguatan
kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak.
1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengefektifkan sistem
pengawasan, audit kinerja dan keuangan, serta sistem akuntabilitas dalam
mewujudkan aparatur negara yang bersih, akuntabel, dan bebas KKN.
Berdasarkan kebijakan yang baru, penyusunan indikator kinerja unit
pengelola pendidikan didasarkan pada standar nasional pendidikan, yang
dilakukan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan yang efektif.
78
dan ekstensifikasi pemeriksaan oleh Itjen, BPKP, dan BPK. Intensifikasi
pemeriksaan oleh Itjen dilakukan melalui pengembangan metode audit dan
penggunaan TIK dalam pelaksanaan audit sedangkan ekstensifikasi
pemeriksaan dilakukan melalui penambahan sasaran pengawasan; dan i)
percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan Itjen,
BPKP, dan BPK, yang berindikasi korupsi dilimpahkan kepada aparat
penegak hukum (Kejaksaan, Kepolisian, dan KPK).
80