PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan sangat
mudah menular, dapat menular lewat batuk dan bersin. Demam yang tinggi,
batuk dan atau pilek dan atau mata merah, dan rash (bercak merah pada
kulit muncul pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh setelah demam ; diawali
dari muka, lalu menyeluruh, berlangsung selama 4 - 7 hari, dan kadang juga
Lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh dunia pada
imunisasi campak dan upaya-upaya lain yang telah dilakukan, sehingga pada
tahun 2014 kematian oleh karena campak menurun menjadi 115.000 per
tahun, dan diperkirakan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.4
5,1 per 100.000 penduduk), terjadi 8 kasus kematian disebabkan oleh campak
yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan
Kalimantan Timur, (CFR campak : 0,06 %).5 Tahun 2015 tercatat 8.185 kasus
campak (IR campak : 3,2 per 100.000 penduduk), terjadi 1 kasus kematian
disebabkan oleh campak berasal dari Provinsi Jambi (CFR campak : 0,01 %).6
Tahun 2016 tercatat 12.681 kasus campak (IR campak : 5,0 per 100.000
1
penduduk), terjadi 1 kasus kematian karena campak yang berasal dari
Provinsi Jawa Barat, (CFR campak : 0,01 %).7 Tahun 2017 tercatat 14.640
kasus campak (IR campak : 5,6 per 100.000 penduduk), terjadi 14 kasus
kematian disebabkan oleh campak yang berasal dari Provinsi Bali dan
Lampung (CFR campak : 0,09 %).8 Tahun 2018 tercatat 8.429 kasus campak
(IR campak : 3,2 per 100.000 penduduk), tidak ada kematian oleh campak
dan 16 – 43 % adalah rubella pasti. Sejak tahun 2010 sampai 2015, perkiraan
kasus campak sebanyak 23.164 kasus, dan kasus rubella sebanyak 30.463
kasus. Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka
fluktuatif, dari tahun 2014 sebanyak 725 kasus campak (IR campak : 1,9 per
sebanyak 2.268 kasus campak (IR campak : 5,8 per 100.000 penduduk),12 dan
tahun 2016 sebanyak 3.765 kasus campak (IR campak : 9,6 per 100.000
penduduk),13 tahun 2017 kasus campak masih tinggi, tetapi sudah mengalami
penurunan dari tahun 2016 yaitu sebanyak 3.547 kasus campak (IR campak :
2
9,0 per 100.000 penduduk),8 dan tahun 2018 mengalami penurunan yaitu
sebanyak 401 kasus campak (IR campak : 1,0 per 100.000 penduduk).9
arahan kepada program secara efektif dan efisien. Dengan dilakukan upaya
terhadap kejadian luar biasa (SKD-KLB) terhadap kasus campak. Hal ini
kecenderungan kenaikan atau peningkatan kasus campak. Selain dari pada itu
3
pemeriksaan serum sebanyak 14 kasus (53,85 %), dan konfirmasi
per 100.000 penduduk), 1 kasus (7,14 %) positif rubella (IR rubella : 0,004
per 100.000 penduduk), dan 3 kasus negatif campak maupun rubella (21,42
penduduk), 9 kasus (47,37 %) positif rubella (IR rubella : 0,003 per 100.000
7 kasus (58,33 %) positif campak (IR campak : 0,003 per 100.000 penduduk),
kasus (65,91 %) positif campak (IR campak : 0,20 per 100.000 penduduk), 14
kasus (15,91 %) positif rubella (IR rubella : 0,005 per 100.000 penduduk),
dan 16 kasus (18,18 %) negatif campak maupun rubella.18 Tahun 2018 terjadi
sebanyak 7 kasus (50 %), dan hasil pemeriksaan laboratorium semua kasus
(100 %) negatif campak maupun rubella.19 Hal ini disebabkan karena ada
4
Berdasarkan data laporan C1 rutin di Dinas Kesehatan Kota Kediri lima
tahun terakhir (tahun 2014 - 2018) di atas, capaian program CBMS (kasus
hal ini masih jauh di bawah target yang seharusnya yaitu sebesar ≥ 80 %.
Dari semua kasus yang diperiksa serum dalam lima tahun terakhir (tahun
secara laboratorium yang cukup signifikan pada tahun 2017 yaitu sebanyak
58 kasus campak pasti secara laboratorium dari tahun sebelumnya yaitu tahun
kerjanya.20
yang memadai baik dalam jenis, jumlah maupun fungsi dan kompetensinya
sesuai standar yang ditetapkan, dan tersedia tepat waktu pada saat akan
akan dilaksanakan.21
5
Manajemen sumber daya dan mutu merupakan satu kesatuan sistem
pengelolaan Puskesmas yang tidak terpisah satu dengan lainnya, yang harus
semua peristiwa yang terkait dengan penyakit tidak menular maupun penyakit
setiap kasus suspect campak yang terlaporkan dari Puskesmas, Rumah Sakit,
6
mencari kasus tambahan. Setelah sampel didapatkan kemudian sesegera
(SE) Puskesmas dilakukan melalui pertemuan rutin dengan tiap satu bulan
informasi tentang program CBMS. Evaluasi juga dilakukan pada awal tahun
7
Puskesmas Kota Kediri. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti ; belum
sehingga jika ada kasus suspect campak terlambat bergerak karena harus
mencari partner untuk turun ke lapangan. Keadaan ini tidak bisa mendapatkan
kasus campak pasti secara laboratorium, dan berpotensi menjadi kejadian luar
biasa (KLB) campak yang lebih luas dan lebih sulit untuk ditanggulangi.
B. Perumusan Masalah
Fatality Rate (CFR) campak lima tahun terakhir antara 0,01 – 0,06 %, di
Jawa Timur angka kesakitan campak juga masih tinggi, dan Incidence Rate
campak lima tahun terakhir antara 1,9 – 9,6 per 100.000 penduduk, dengan
peningkatan kasus pada tahun 2015 dan 2016. Di Kota Kediri angka kejadian
8
kasus campak meningkat cukup signifikan pada tahun 2017 sebanyak 58
penduduk.
arahan kepada program secara efektif dan efisien. Dengan dilakukan upaya
(tahun 2014 - 2018) yaitu antara 36,35 % – 53,85 %, hal ini menunjukkan
bahwa suspect campak yang sudah dicatat dan dilaporkan pada laporan C1
Kediri.. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti ; belum adanya
9
campak terlambat dilaporkan dan periode pengambilan sampel juga terlewat.
sehingga jika ada kasus suspect campak terlambat bergerak karena harus
mencari partner untuk turun ke lapangan. Keadaan ini tidak bisa mendapatkan
kasus campak pasti secara laboratorium, dan berpotensi menjadi kejadian luar
biasa (KLB) campak yang lebih luas dan lebih sulit untuk ditanggulangi.
1. Masalah Umum
2. Masalah Khusus
Kediri ?
10
b. Bagaimanakah pemangku kebijakan dan penanggung jawab program
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
11
b. Menganalisis pelaksanaan fungsi manajemen pada tahap
D. Manfaat Penelitiannya
12
4. Bagi Masyarakat
5. Bagi Penelitinya
Kota Kediri.
E. Keaslian Penelitiannya
13
3. Bilqis Elfira Penilaian Atribut Deskriptif Atribut surveilans Atribut kesederhanaan,
Maharani, Surveilans Campak campak tidak sederhana.
Arief Berdasarkan (kesederhanaan, Atribut fleksibilitas
Hargono, Persepsi Petugas fleksibilitas, CBMS, tidak fleksibel.
2014. Surveilans kualitas data, Fleksibilitas EWARS,
Puskesmas di akseptabilitas, sudah fleksibel.
Surabaya Sensitivitas, nilai Atribut kualitas data,
akseptabilitas data,
prediktif positif,
sensitivitas data, dan
kerepresentatifan
kerepresentatifan data,
ketepatan waktu rendah.
dan stabilitas) Atribut nilai prediktif
positif belum bisa
dihitung
Atribut ketepatan
waktu sudah sesuai.
Atribut stabilitas data,
tinggi.
4. Saleh Budi Gambaran Case Studi Pelaksanaan 109 kasus yang tercatat
Santoso, 2015 Base Measles Deskriptif program CBMS dalam CBMS,
Surveilance di dengan (Campak klinis 48 kasus (43,6 %)
Kabupaten Analisis yang diambil dan berhasil dikonfirmasi
Karawang Tahun Deskriptif diperiksa spesimen) laboratorium,
2014 24 kasus (48 %) positif
campak,
10 kasus (31 %) positif
rubella,
insiden komulatif kasus
campak sebesar 10
kasus / 1.000.000
penduduk,
discarded kasus
sebesar 4 /1.000.000
penduduk.
Distribusi kasus
campak positif pada
kelompok umur 1-4
tahun (45,8 %) dan
umur 5-9 tahun (37,5
%), kasus campak yang
tidak diimunisasi dan
tidak tahu status
imunisasinya adalah 70
%.
5. Irna Novianty, Gambaran Tren Epidemiologi Pelaksanaan CBMS Tahun 2013 sebanyak
Khilda Penyakit Campak di Deskriptif (Campak klinis 43 kasus (41,7 %) dari
fajriyati, Nur Puskesmas Wilayah yang diambil total 810 tersangka
annisa Fajri, Kerja Dinas spesimen), trend kasus campak.
Izza Suraya, Kesehatan Kota kasus campak Tahun 2014 sebanyak
2015 Tangerang Tahun 17 kasus (13,6 %) dari
2013 - 2015 total 561 tersangka
kasus campak.
Tahun 2015 sebanyak
14 kasus (8,2 %) dari
total 486 tersangka
kasus campak.
Terjadi penurunan
campak dalam kurun
waktu 2013 – 2015
sebesar 33,5 %
14
6. Nurul Pengembangan Action Basis data CBMS Masalah sistem
Kutsiyah, Basis Data Sistem Research, (input, proses, informasi surveilans
Chatarina Surveilans Campak pengembangan output) campak berbasis kasus
Umbul W., Berbasis Kasus atau basis data terdapat pada
Santi Martini, Case Based Measles sistem komponen input,
2016 Surveillance surveilans proses dan output.
(CBMS) di campak Informasi baru yang
dibutuhkan adalah
Kabupaten Sidoarjo
kecepatan penemuan
kasus, penderita di
rawat inap / tidak,
status imunisasi kasus,
status gizi kasus,
komplikasi yang
timbul, dan jumlah
populasi berisiko.
Basis data surveilans
campak cukup
bermanfaat dan mudah
dikerjakan oleh petugas
surveilans campak
Puskesmas di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Sidoarjo.
7. Risma Dian Evaluasi Sistem Analisis Sistem Surveilans Komponen input data,
Anggraini, Surveilans Campak Deskriptif Campak dan proses kegiatan
Chatarina di Dinas Kesehatan banyak ditemukan
Umbul W., Kabupaten kekurangan pada
Bambang W. Bangkalan pelaksanaan sistem
K., surveilans campak
2016 terutama di Puskesmas.
Atribut surveilans, seperti
kualitas sensitivitas, dan
stabilitas rendah
disebabkan sebagian
petugas surveilans tidak
mampu melaksanakan
analisis dan pengolahan
karena belum
mendapatkan pelatihan.
sebagai berikut :
15
campak, pengembangan basis data surveilans campak, dan evaluasi
dan action research pada kasus campak dan sistem surveilans campak.
spesimen), trend kasus campak, Basis data CBMS (input data, proses,
16
F. Ruang Lingkup
17