Anda di halaman 1dari 3

Masa Depan Tidak Bergantung Pada Nilai

Ray merupakan seorang siswa kelas 12 di Sekolah Menengah Atas yang berada di
Jakarta. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang berakreditas tinggi dan lumayan
favorit. Orang-orang berpikir bahwa Ray merupakan siswa yang pandai dan
berprestasi karena bisa masuk ke sekolah tersebut. Pada aslinya, Ray merupakan
murid yang biasa saja dan bahkan sering berperingkat belakang.

Hari sudah mendekati masa Ujian Nasional, Ray pun sering mengurung dirinya di
kamar untuk belajar. Ray belajar dengan sungguh-sungguh karena ia ingin berhasil
dengan Ujian Nasional nya kali ini dan masuk ke Universitas yang ia impikan.

Ujian Nasional pun telah tiba, Ray sangat percaya diri dapat mengerjakan ujian
tersebut dengan mudah karena ia sudah belajar dengan serius. Saat membuka soal
nya, Ray pun terkaget karena merasa apa yang ia pelajari beberapa hari sebelumnya
tidak serumit seperti yang ia lihat saat ini, dan ia mengerjakan soal dengan pasrah dan
berharap semoga ada soal yang seperti ia pelajari tempo hari lalu.

Hari demi hari pun berlalu, Ray berhasil melalui hari hari terberatnya, yaitu saat
Ujian Nasional. Sekarang saatnya masa-masa paling menegangkan tiba, nilai dari
hasil dari Ujian Nasional akan diumumkan hari ini. Ray dan ibunya pun pergi ke
sekolah untuk melihat pengumuman tersebut. Betapa kaget dan kecewanya Ray saat
melihat nilai-nilainya yang terpampang. Ia sudah belajar dengan sungguh-sungguh
tapi ternyata takdir mengkhianatinya. Ia mendapatkan NEM 27/40 yang mana itu
tergolong nilai yang buruk. Perasaan Ray saat ini sungguh campur aduk, ia merasa
sedih, kecewa, dan juga malu dengan nilainya tersebut sampai-sampai ia tidak berani
melihat kearah ibunya. Banyak dari temannya dan ada juga gurunya yang mengejek
NEM Ray dan mengatakan bahwa Ray tidak akan masuk Universitas impiannya
dengan NEM tersebut, bahkan ada yang sampai mengatakan Ray tidak mempunyai
masa depan karena NEM nya sangat kecil untuk ukuran sekolah mereka. Ibu Ray pun
langsung memeluk Ray dan berkata; “tidak apa-apa nak, ibu tahu kamu sudah
berusaha dengan keras kemarin. Ibu senang karena Ray sudah mau berusaha,
walaupun ternyata hasilnya tidak sesuai, ya?”. Ray menangis dalam diam dipelukan
ibunya. Ray tetap saja merasa bersalah karena tidak bisa membanggakan ibunya
dengan nilai yang ia peroleh meskipun sang ibu berkata ia tidak kecewa.

Ray masih merasa sangat terpukul sehingga saat tiba di rumah ia langsung
mengurung dirinya di kamar dan menangis tersedu-sedu. Sudah berhari-hari Ray
mengurung dirinya di dalam kamar, orangtua nya pun khawatir bukan main dan
berkali-kali mencoba untuk mengajak Ray berbicara tetapi tidak kunjung mendapat
jawaban. Sementara Ray di dalam sana masih dalam suasana berkabungnya. Ia
melihat teman-teman nya sharing tentang perkuliahan atau saling bertanya ingin
mendaftar kuliah di mana, ia sangat sedih karena tidak bisa mendaptkan Universitas
Negeri yang diinginkannya dan ortuanya juga tidak mampu jika ia harus berkuliah di
Universitas Swasta. Ray merasa seperti ia tidak mempunyai masa depan karena tidak
berkuliah seperti teman-temannya.

Ditengah-tengah tangisannya, ia melihat canvas dan peralatan lukisnya lain yang ia


simpan di samping lemarinya. Lelah karena sudah berhari-hari menangis, Ray pun
memtuskan untuk melakukan hobi lamanya, yaitu melukis. Dari kecil Ray memang
sudah hobi melukis, banyak juga dari hasil lukisannya yang ia pajang karena ia
merasa sangat puas dengan hasillukisannya tersebut. Tetapi karena menjelang ujian
kemarin, Ray jadi tidak pernah melukis lagi dan belajar untuk Ujian Nasional nya.

Ray mulai melukis lagi setelah sekian lama dan menuangkan semua perasaan sedih
dan kecewa nya dalam canvas tersebut. Ia membuat beberapa lukisan yang warnanya
mayoritas hitam dan bertemakan gelap berkabung. Ray mempotret lukisan tersebut
dan mengunggahnya di akun Instagram miliknya. Hari esoknya pun semangat Ray
sedikit demi sedikit mulai kembali, ia kembali membuat lukisan untuk
mengembalikan semangat hidupnya lagi karena dengan melukis ternyata ia merasa
lebih bersemangat dan merasa hidup. Hari demi hari telah ia lalui dengan aktivitas
nya yang kebanyakan melukis. Semakin hari kondisi Ray semakin membaik, ia sudah
berdamai dengan masalah nya yang tidak bisa berkuliah, dan ia juga sudah mau
keluar dari kamar dan berbicara dengan orangtuanya. Setelah berbincang lama
dengan orangtuanya dan mendapatkan dukungan untuk melanjutkan hobi melukis nya
dari orangtuanya, Ray pun kembali ke kamar dan mengecek ponselnya. Betapa
terkejutnya Ray karena notifikasi Instagram nya mendadak ramai karena lukisan nya
yang ia unggah beberapa hari yang lalu. Padahal lukisan-lukisan yang sebelumnya ia
unggah tidak pernah seramai ini. Banyak yang mendapatkan perasaan sedihnya yang
ia sampaikan lewat lukisan ketika melihat lukisan tersebut. Kolom komentar nya pun
rata-rata bertuliskan “apakah kamu baik-baik saja?, aku merasa lukisan ini sangat
dalam dan tersirat kesedihan serta keputusasa-an.Ray membacakan komentar nya satu
per-satu. Ray juga membuka fitur pesan Instagram nya dan semakin terkejut karena ia
mendapatkan pesan dari seniman favoritnya yang berisi ajakan untuk bertemu karena
sang seniman ternyata sangat menyukai karya-karya nya yang ia unggah.
Ray langsung memberi tahu orangtuanya tentang kabar Bahagia serta mengejutkan
tersebut. Orangtua nya juga sama terkejutnya dengan Ray dan tidak menyangka
bahwa selama ini anaknya berbakat dalam bidang melukis.

Hari yang sangat mendebarkan dan ditunggu-tunggu, Ray bertemu dengan seniman
favoritnya. Ia sudah bersemangat sejak pagi dan buru-buru berpamitan kepada
orangtua nya karena ia takut terlambat. Sampai di tempatnya, ia bertemu dengan sang
seniman yang selama ini tidak pernah ia bayangkan akan bertemu. Ia juga
berbincang-bincang banyak dengan sang seniman. Seniman tersebut menawarkan
Ray untuk bekerja sama karena gaya lukisan mereka lumayan mirip dan sang
seniman merasa cocok dengan lukisan-lukisan yang Ray punya, dan tentu saja Ray
langsung menerima tawaran tersebut dengan perasaan senang dan haru. Ia sangat
tidak menyangka akan bekerja sama dengan seniman idolanya.

Dua tahun berlalu, Ray kini sukses menjadi seorang seniman berbakat dan menjual
beberapa karyanya dengan harga yang fantastis. Tangga lonjakan nya dimulai Ketika
ia bekerja sama dengan sang seniman. Setelah itu Ray jadi banyak mendapatkan
tawaran-tawaran lainnya dan bahkan sekarang ia berencana untuk membuat pameran
lukisan miliknya sendiri. Ia berhasil membanggakan orangtua nya dengan jalan yang
lain selain melalui nilai. Ray juga berhasil membuktikan kepada orang-orang yang
dahulu mengejeknya dan berkata bahwa ia tidak punya masa depan karena NEM nya
yang kecil, bahwa sekarang ia bisa sukses dengan jalan nya sendiri.

Nilai tidak menjadi tolak ukur sukses atau tidaknya seseorang. Banyak jalan untuk
mencapai kesuksesan. Orang yang tidak mendapatkan nilai bagus juga bisa sukses,
seperti Ray yang sukses dengan jalannya sendiri.

TAMAT

Nama : Salma Syahidah Aldini


Kelas : XI IPA 3
Tugas PAS Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai