Anda di halaman 1dari 7

Latihan

Oleh : I Gusti Ayu Agung Krisna Sudewi

1. Usia peserta didik yang saya harap bisa ajarkan nanti


Usia peserta didik jenjang Sekolah Menengah Atas yaitu antara 15-17 tahun

2. Daftar karakteristik anak berdasarkan teori :


A. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah sebuah proses genetik
yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem saraf, semakin usia
bertambah maka susunan sel sarafnya semakin kompleks sehingga kemampuannya pun
turut meningkat. Tahap perkembangan intelektual perkembangan kongnitif merupakan
pertumbuhan berpikir logis dari masa bayi hingga dewasa, menurut Piaget
perkembangan kognitif berlangsung melalui 4 tahap yaitu: (1) Tahap sensori motor pada
usia 0 – 1,5 tahun, (2) Tahap pra-operasional pada usia 1,5 – 6 tahun, (3) Tahap
operasional konrit pada usia 6-12 tahun, (4) Tahap operasional formal pada usia 12
tahun keatas.

Sesuai dengan usia yang saya harap dapat ajarkan yaitu usia 15 tahun, maka
termasuk kedalam tahap operasional formal. Pada tahap ini dikenal juga dengan masa
remaja. Remaja berpikir dengan cara lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik. Pada
periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk
operasi yang lebih kompleks. Kemajuan pada anak selama periode ini adalah ia tidak
perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit.

Karakteristik anak yang dimiliki pada usia ini antara lain :


1) Anak sudah memiliki kemampuan menggunakan logikanya untuk menyelesaikan
permasalahan
2) Menarik kesimpulan dari informasi yang didapatnya
3) Merencanakan masa depannya
4) Memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak
5) Mampu memiliki self-reflection
6) Mebayangkan peran orang dewasa
7) Kritis dalam mempertanyakan sesuatu yang ingin diketahui
8) Memiliki kemampuan menganalisa lebih dalam

B. Teori Perkembangan Sosial-Emosional Bronfenbrenner


Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner berfokus pada
konteks sosial yang mempengaruhi kehidupan individu sehingga turut mempengaruhi
perkembangan mereka. Bronfenbrenner mengungkapkan bahwa individu akan
dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang berasal dari interaksi interpersonal
terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima sistem tersebut adalah
mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.

1) Mikrosistem adalah interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama antara
individu dengan lingkungannya, seperti keluarga, rekan sebaya, sekolah, dan
lingkungan. Mikrosistem ini sangat berhubungan dengan jenis pola asuh anak
dirumah. Bagaimana cara orang-orang dalam lingkungan tersebut berinteraksi
dengan anak akan mempengaruhi bagaiman anak tersebut tumbuh. Sistem ini
memberikan pengaruh besar pada perkembangan karakter individu terutama
pada anak usia dini sampai remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga
menjadi agen penting dalam membentuk karakter anak. Seperti pada anak yang
tumbuh di lingkungan keluarga kurang harmonis atau terilbat dengan pergaulan
yang tidak baik maka hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak.
2) Mesosistem melibatkan hubungan antara mikrosistem. Mesosistem merupakan
sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan melibatkan hubungan antara
pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, dan antara keluarga dan rekan
sebaya. Contohnya murid yang diberi kesempatan lebih banyak untuk
berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah itu di rumah atau di kelas,
menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang lebih baik.
3) Eksosistem bekerja ketika terjadi pengalaman dalam sistem pengaturan lain
(peserta didik tidak memiliki peran aktif) mempengaruhi apa yang peserta didik
dan guru dalam konteks langsung, namun dampak yang ditimbulkan dari sistem
tersebut memberikan pengaruh pada perkembangan karakter anak. Sebagai
contoh, ketika guru memiliki masalah dirumah tangganya hal itu terbawa sampai
ke belajar peserta didiknya dan mengajar dengan tidak sungguh-sungguh, atau
karena adanya kondisi kemiskinan dalam keluarga, anak terpaksa harus bekerja
untuk mencari uang dan tidak melanjutkan sekolah.
4) Makrosistem melibatkan budaya yang lebih luas. Budaya adalah istilah yang sangat
luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam perkembangan
anak. Seperti pada anak yang keadaan ekonominya tidak baik akan mengalami
perkembangan yang berbeda dari anak yang keadaan ekonominya baik.
5) Kronosistem meliputi kondisi sosio historis perkembangan siswa. Dimana dalam
sistem ini mencakup keseluruhan sistem dari waktu ke waktu sehingga dapat
mempengaruhi perkembangan karakter anak. Seperti perkembangan zaman yang
diiringi perkembangan teknologi seperti gadget, akan menjadikan anak
menggunakan gadget sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dari pendidikan
maupun hiburan. Sistem ini juga dapat memberikan dampak pada anak karena
suatu peristiwa secara fisiologis pada individu seperti kematian.

Teori ekologi perkembangan mengkaji tentang hubungan timbal balik atau


interaksi antara anak dengan lingkungannya, sistem-sistem tersebut memiliki pengaruh
dan kontribusi yang besar dalam pembentukan karakter anak. Setiap sistem ini tidak
dapat dihindari untuk berinteraksi dan saling mempengaruhi aspek kehidupan seorang
anak. Imlpikasi teori ekologi perkembangan dapat dilakukan melalui perkembangan
karakter, karena itu melalui pendidikan karakter anak akan dapat berperilaku baik sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku.
C. Teori Perkembangan Sosial-Emosional Erikson
Teori Erik Erikson menyajikan pandangan perkembangan kehidupan masyarakat
secara bertahap (rentang hidup). Terdapat delapan tahap perkembangan yang
terungkap ketika manusia melalui rentang kehidupannya. Setiap individu berjuang
melakukan pencarian identitas diri dalam tiap tahap kehidupan. Hal ini dikarenakan
identitas merupakan pengertian dan penerimaan, baik untuk diri sendiri maupun
masyarakat. Terdapat beberapa tahapan perkembangan yang diungkapkan ketika
manusia melalui rentang kehidupannya diantaranya: Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs
Ketidakpercayaan), Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu), Initiative
vs Guilt (Inisiatif vs Rasa bersalah), Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas),
Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas), Intimacy vs Isolation
(Intimasi vs Isolasi), Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi), Integrity vs
Desperate (Integritas vs Putus asa).

Berdasarkan teori sosial-emosional Erikson karakteristik peserta didik usia 15


tahun berada pada tahap Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas).
Tahap ini terjadi pada usia remaja rentang usia 13-20 tahun. Di tahap ini, individu mulai
mencari tahu siapa mereka, mengenai apa yang mereka mau, dan dimana mereka hidup
nantinya. Di tahap ini, para remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan status
dewasa. Remaja perlu diizinkan untuk mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk
mencapai identitas yang sehat. Jika mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang
berbeda dan gagal untuk mengukir jalan yang positif di masa depan, mereka akan tetap
bingung mengenai identitas mereka. Karakteristik yang dimiliki anak pada tahap ini
adalah :
1) Mulai menerima dirinya sendiri dan menyadari sifat yang melekat pada dirinya
2) Berusaha mencari jati dirinya
3) Mencari makna dari dirinya
4) Memikirkan kemana akan menuju
5) Memiliki keinginan untuk mengontrol kehidupannya sendiri
3. Daftar karakteristik terkait pengalaman masa kecil saya

Teori Perkembangan Karakteristik

Kognitif Jean Piaget Karakteristik saya pada saat remaja yaitu pada
usia 15 tahun, saya berada pada tahap
operasional formal menurut teori
perkembangan kognitif Jean Piaget. Pada saat
itu saya mulai bisa menyimpulkan informasi-
informasi yang saya dapatkan,dan mulai
berpikir untuk merencanakan masa depan
saya. Saya pada saat itu juga mulai bisa
melakukan refleksi diri ketika saya melakukan
kesalahan terhadap teman ataupun orang tua.

Sosial-Emosional Bronfenbrenner Pengalaman saya pada usia 15 tahun,


perkembangan saya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan rumah dan sekolah. Di rumah saya
mendapat pendidikan dari orang tua saya
yang mendukung perkembangan sosial saya
kearah yang positif, dan di lingkungan sekolah
dari interaksi bersama teman sebaya
berperan dalam perkembangan sosial-
emosional saya, saya menjalin hubungan yang
baik dengan keluarga dan teman sebaya serta
guru di sekolah.

Sosial-Emosional Erikson Pada saat saya berusia 15 tahun, menurut


teori sosial-emosional Erikson saya memasuki
tahap Identity vs Role Confusion (Identitas vs
Kebingungan identitas). Pada saat itu saya
sempat mengalami Role Confusion dimana
saya mengalami kebingungan untuk
menentukan kemana arah masa depan yang
akan saya tuju, saya belum memiliki jati diri
dan makna didalam diri saya. Namun saya
bersyukur karena adanya dorongan dan
motivasi dari orang terdekat saya yaitu
keluarga dan teman sehingga saya mulai
menemukan arah tujuan hidup saya.

4. Perbandingan Kedua Daftar Karakterisitik


Jika dibandingkan dengan karakteristik anak pada usia tersebut saya sudah
berkembang sesuai dengan perkembangan kognitif dan sosial-emosional yang dikemukakan
oleh para ahli, namu saya sempat mengalami hambatan dalam tahap perkembangan, yaitu
pada perkembangan sosial-emosional menurut Erikson dimana saya sempat mengalami
krisis identitas dan bingung dalam memilih arah tujuan hidup saya pada saat itu. Namun hal
itu dapat teratasi berkat dukungan dari keluarga dan teman terdekat yang memberikan
dorongan dan motivasi kepada saya saat itu.

a. Cara Anak Mengembangkan Fungsi Kognitif dan Sosial-Emosional


Dalam mengembangkan fungsi kognitifnya anak dapat mengasah kemampuan
berpikirnya dengan bacak membaca buku, berdiskusi dengan teman, mengerjakan tugas-
tugas berbasis proyek, dan berpikir matang seblum mengambil keputusan. Dalam
pengembangan fungsi kognitif ini, anak perlu juga bantuan dari orang sekitar seperti orang
tua dan dan teman dengan menciptakan lingkungan yang menghargai ide dan pemikiran
mandiri anak, melibatkan anak dalam diskusi tentang perwistiwa terkini dan meminta
mereka mempertimbangkan solusi yang dimiliki untuk masalah tersebut, membantu anak
dalam mempertimbangkan kembali kesalahan yang dimilikinya.
Pengembangan fungsi sosial-emosionalnya dapat dilakukan dengan berada di
lingkungan yang memberikan dampak positif terhdap anak, berinteraksi dengan baik
kepada orang tua, teman, dan guru di sekolah, merencanakan tujuan yang akan diambil
kedepannya, merencanakan keinginan yang ingin dicapai, menaruh respek terhadap diri
sendiri dan orang lain, serta dapat merespon frustasi (kekecewaan) secara wajar atau
dengan cara yang positif dan berusaha untuk mencari solusi dengan cara yang benar.

b. Penyesuaian yang Dibutuhkan Agar Anak bisa Berinteraksi Secara Efektif


Penyesuaian yang dibutuhkan agar dapat berinteraksi secara efektif dengan anak
adalah sebagai berikut :
1) Membentuk komunikasi yang harmonis antara siswa dan guru, guru diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan peserta didik sehingga peserta didik merasa aman, nyaman
dan lebih terbuka
2) Menyesuaikan kondisi sosial peserta didik dengan lingkungannya, ini perlu dilakukan
agar peserta didik mampu berinteraksi dan berkomunikasi sesuai dengan
perkembangan sosialnya saat ini.
3) Memahami posisi peserta didik, guru harus mampu melihat sudut pandang peserta didik
dan mau mendengarkan pendapat peserta didik sehingga peserta didik akan merasa
lebih dihargai dan komunikasi dapat terjadi secara dua arah.

Anda mungkin juga menyukai