A. ANAMNESIS
I. Definisi: pemeriksaan yang dilakukan dg wawancara
n Autoanamnesis: langsung ke pasien
n Aloanamnesis : semua keterangan diperoleh selain dari pasiennya sendiri
• Orang tua
• Wali
• Keterangan dari dokter yang merujuk
II. Teknik anamnesis
1. Ciptakan suasana kondusif agar orang tua atau pasien dapat mengemukakan
keadaan pasien dg spontan dan wajar à menyapa/memberi salam kepada
penderita/keluarga, memperkenalkan diri, meminta izin untuk melakukan
anamnesis dan memeriksa.
2. Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dg keadaan sosial,
ekonomi dan pendidikan, serta emosi orang yang diwawancara à jangan
memakai istilah yang mungkin tidak dimengerti oleh keluarga
3. Anamnesis dilakukan dg wawancara secara tatap muka
4. Keberhasilan anamnesis bergantung pada kepribadian, pengalaman dan
kebijakan pemeriksa
5. Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat
mungkin dihindari pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”
III. Langkah-langkah anamnesis
1. Identitas pasien
a. Jenis kelamin:
Guna: identitas dan penilaian data pemeriksaan klinis
b. Nama Orang tua
Guna: agar tidak keliru dengan orang lain
c. Alamat
Guna: agar dapat dihubungi, untuk kunjungan rumah, mempunyai arti
epidemiologis
d. Umur/pendidikan/pekerjaan Orang tua
Guna; identitas,,menggambarkan keakuratan data,dapat ditentukan pola
pendekatan anamnesis
e. Agama & suku bangsa
Guna: memantapkan identitas, berhubungan dengan perilaku tentang
kesehatan & penyakit
2. Keluhan utama dan keluhan tambahan
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
a. Disusun cerita yg kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat
keluhan sampai ia berobat
b. Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan,kepada siapa, obat
apa yg diberikan dan bagaimana hasilnya
c. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya
komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan
d. Lamanya keluhan berlangsung
e. Bagaimana sifat terjadinya gejala : mendadak; perlahan-lahan; terus-
menerus; berupa bangkitan-bangkitan atau serangan; hilang timbul;
apakah berhubungan dengan waktu (pagi, sore, malam)
f. Utk keluhan lokal, rinci lokalisasi dan sifatnya: menetap; menjalar;
menyebar; sifat penyebaran; berpindah-pindah
g. Berat ringannya keluhan dan perkembangannya: menetap; cenderung
bertambah berat; cenderung berkurang
h. Ada hal yang mendahului keluhan
i. Keluhan tersebut baru pertama atau keluhan berulang; bila berulang: rinci
intensitas; karakteristik sama atau beda dan interval keluhan
j. Apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekitar pasien yang
derita keluhan sama
k. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat pasien dalam kandungan ibu
• Keadaan kesehatan ibu selama hamil (ada penyakit dan apa upaya?)
• Kunjungan antenatal dan kepada siapa konsul?
• Obat yang diminum di TM I?
• Selama hamil ada infeksi?
6. Riwayat kelahiran
• TTL? Siapa yang menolong? Cara kelahiran (spontan, dll)? Bila tidak
spontan, indikasi dilakukan tindakan?
• Ada kehamilan ganda? Keadaan segera setelah lahir?
• Morbiditas pada hari pertama setelah lahir?
• Masa kehamilan (cukup bulan, dll)?
• BB dan PB saat lahir?
7. Riwayat makanan
• ASI : eksklusif? Cara pemberian (on demand kah)?
• PASI : Jenis dan merek? Takaran? Frekuensi? Jumlah pemberian utk tiap
umur tertentu?
• Makanan tambahan : sejak umur? Jenis dan jumlah? Jadwal pemberian?
8. Riwayat Imunisasi
9. Riwayat Tumbuh Kembang
• Riwayat pertumbuhan : BB/U, TB/U, dan BB/TB
• Riwayat perkembangan : balita tanya milestones perkembangan di bidang
motorik kasar, motorik halus, sosial-personal, bahasa-adaptif
: pada anak usia sekolah tanya prestasi belajar anak (duduk
di kelas berapa); ttg menars dan telars (pada ana
perempuan); umur saat tumbuh rabut pubik; ada atau
tidaknya kelainan tingkah laku dan emosi
Demam
: terjadi di malam hari? Berlangsung bbrpa hari? Apakah turun terus naik lagi?
Batuk
3. Mencret
a. Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus gastrointestinalis atau
keluhan penyerta penyakit lain
b. Apakah mencret berlangsung akut atau kronik
c. Frekuensi defekasi sehari
d. Banyaknya feses setiap buang air besar
e. Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah
f. Warna feses( hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul)
g. Baunya ( busuk, anyir),
h. Selain rasa mulas,tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan lain yang
menyertai mencret mis: muntah, sesak napas, kejang, gangguan kesadaran,
kencing berkurang, lemas, lecet didubur, dubur keluar dsb
Mencret: kronik/akut?
: frekuensi; konsitensi tinja, warna dan bau tinja; ada lendir dan darah?
4. Muntah
a. Pada keluhan muntah perlu diketahui sejak umur berapa keluhan muntah
mulai berlangsung.
b. Hal-hal yang perlu diteliti:
• Berapa kali frekuensi muntah
• Sifat muntah: ( proyektil atau dengan keluhan nausea lebih dahulu)
• Berapa banyak muntahan
• Jenis muntahan dan warnanya
• Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum
• Apkah muntahnya berhubungan dg perubahan posisi dari berbaring
ke duduk.
• Keluhan lain yang sering menyertai : perut kembung, konstipasi,atau
mencret, demam, batuk spasmodik dll
Muntah
5. Kejang
a. Kapan kejang terjadi : pertama kali atau berulang
b. Frekuensi kejang
c. Sifat kejang : klonik , tonik, umum atau fokal
d. Lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu kejang
dan pasca kejang.
e. Gejala lain yang menyertai: demam, muntah, lumpuh, penurunan
kesadaran, atau kemunduran kepandaian
Kejang
Sesak napas
: keluhan berulang? Dengan berapa bantal tidur? Apakah anak terlihat lebih
cepat lelah dari anak sebayanya? Sesak setelah aktivitas?
Edema
Sianosis
Ikterus
: perlu tahu hari keberapa ikterus muncul disertai dengan pemfis dan pem. Lab
(kadar bilirubin serum)?
Perdarahan
: ada trauma? Pas gosok gigi berdarah spotan? Masukin sesuatu ke hidung?
B. MENCUCI TANGAN
1. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada anak
2. Langkah-langkah:
C. PEMERIKSAAN FISIK
Dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum
a. Kesan keadaan sakit
Ø Terlihat tampak sakit ringan, sedang, berat
Ø Perhatikan fasies pasien (ekspresi wajah); cth. Fasies kolerika ditandai dengan mata
cekung dan kring serta muka yang layu
Ø Posisi pasien; datang dengan duduk, naik kursi roda, dll
b. Kesadaran
Ø Kompos mentis: sadar sepenuhnya
Ø Apatis: sadar tapi acuh tak acuh
Ø Somnolens : mengantuk,tdk respons thd stimulus ringan, respons thd
stimulus agak keras
Ø Sopor: tdk ada respons thd stimulus ringan/sedang, refleks cahaya masih
positif
Ø Koma: tdk ada respon thd semua stimulus, refleks cahaya negatif
Ø Delirium : kesadaran menurun serta kacau, biasanya disorientasi, iritatif
dan salah persepsi
Berdasarkan glasgow coma scale:
c. Status gizi
Ø Inspeksi : proporsi dan posisi tubuh
Ø Palpasi : periksa keadaan tebal jaringan lemak subkutan dan
keadaan otot
Ø Dilengkapi dengan data antropometrik dan hasil pemeriksaan lab
2. Tanda vital:
a. Nadi:
Ø Perabaan nadi dg ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan, sedang ibu jari berada
di bagian dorsal tangan anak
Ø Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit
penuh
frekuensi, irama, isi, kualitas, ekualitas
• dilakukan pada ke4 ekstremitas
Laju (denyut/menit)
Umur Istirahat Istirahat (tidur) Aktif/demam
(bangun)
Baru lahir 100-180 80-160
I minggu – 3 bulan 100 - 220 80 – 220
3 bulan – 2 tahun 80 - 150 70 – 120 Sampai 220
2 tahun – 10 tahun 70 - 110 60 – 90
>10 tahun 55 - 90 50 - 90
• Irama = N teratur ; disritmia ( denyut nadi terasa lebih cepat pada waktu
inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi)
• Kualitas nadi = N cukup
• Ekualitas nadi = N teraba sama di ke4 ekstremitas
b. TD
Ø Posisi : berbaring telentang dg lengan lurus disamping badan atau duduk dg
lengan bawah diletakkan diatas meja c lengan berada setinggi jantung
Ø Cara:
• Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dg batas bawah
+ 3 cm dari siku atau lipat lutut
• Dg cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis
pedis tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30 mmHg
lagi.
• Sambil mendengar dg stetoskop pada a.brakialis ( di fossa cubiti) atau
a.poplitea ( di fosa poplitea), kosongkan manometer perlahan dg
kecepatan 2-3 cm tiap detik.
• Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi korotkoff
Ø Bunyi korotkoff :
o I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahan
o II: seperti K I tetapi disertai bunyi desis
o III: seperti K II tetapi lebih keras
o IV: bunyi tiba-tiba melemah
o V : bunyi menghilang
Ø Tekanan sistolik:
o Saat mulai terdengar bunyi K I
o Normal: dilengan < 10-15 mmHg dari tungkai ( kecuali bayi < 1th)
Ø Tekanan diastolik:
o Saat mulai terdengar bunyi K IV
o Pada bayi & anak bersamaan/hampir sama dg menghilangnya bunyi
K V.
o Bila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hsl
pemeriksaan ditulis keduanya,mis: 100/70/40 mmHg
Ø Catat keadaan pasien saat diukur (duduk, berbaring tenang, tidur)
Usia Sistolik (2SD) mmHg Diastolik (2SD) mmHg
Neonatus 80 (16) 45 (15)
6 – 12 bulan 90 (30) 60 (10)
1 – 5 tahun 95 (25) 65 (20)
5 – 10 tahun 100 (15) 60 (10)
10 – 15 tahun 115 (17) 60 (10)
c. Pernapasan
Cara: inspeksi, palpasi dan auskultasi
Nilai normal menurut WHO:
Ø < 2 bulan : <60 x/menit
Ø 2 bulan-12 bulan: < 50 x/menit
Ø 1-5 tahun: < 40 x/menit
Ø 6-8 tahun: < 30 x/menit
• Laju pernapasan (per menit)
• Irama atau keteraturan
• Kedalaman
• Tipe atau pola pernapasan : N bayi abdominal
d. Suhu tubuh
3. Data antropometrik :
a) Berat Badan (BB)
Interpretasi :
1. BB/U dipetakan pada kurva BB
• BB < sentil ke 10 : defisit
• BB > sentil ke 90 : kelebihan
2. BB/U dibadingkan dengan acuan standar, dalam persentase
• >120% : gizi lebih
• 80 – 120% : gizi baik
• 60 – 80% : tanpa edema : gizi buruk
: dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor)
• <60% : gizi buruk : tanpa edema (marasmus)
BB/TB = (BB terukur saat itu)/(BB standar sesuai utk TB terukur) x 100%
Interpretasi :
• >120% : obesitas
• 110 – 120% : overweight
• 90 – 110% : normal
• 70 – 90% : gizi kurang
• <70% : gizi baik
d) Lingkar lengan atas (LILA)
• Untuk umur 1-5 tahun
o <12,5 cm : gizi buruk (merah)
o 12,5 – 13,5 cm : gizi kurang (kuning)
o >13,5 cm : gizi baik (hijau)
• Dikaitkan dengan umur sesuai baku standar
o 85 – 100% : gizi baik (N)
o 70 – 85% : gizi kurang
o <70% : gizi buruk
• Bila umur tidak tahu, LILA/TB
o >86% : gizi baik (N)
o 80 – 85% : borderline / KKP I
o 75 – 80% : gizi kurang / KKP II
o <75% : gizi buruk / KKP III
e) Tebal lipatan kulit
Dapat menunjukkan status gizi dan komposis tubuh, serta cadangan energi
f) Lingkaran kepala, lingkaran dada, dan lingkaran perut
o LK : dipengaruhi oleh status gizi sampe anak usia 36 bulan
Interpretasi :
1. LK < sentil ke 5 atau <-2SB = mikrosefali dan mungkin malnutrisi kronik pada
masa intrauterin atau masa bayi
2. LK > sentil ke 95 atau ? +2SB = makrosefali
o LD : diperiksa pada bayi baru lahir sampai kunjungan usia 2 tahun
: pada bayi baru lahir lingkar dada <2cm dari LK
: diukur pake pita pengukur meligkari setinggi puting susu
o LP : dilakukan pada LP terbesar, umunya di umbilikus
Keadaan khusus
1. Kulit
a. Warna
b. Efloresensi yang ada: papula,makula, eritem, vesikel dll
c. Sianosis
d. Ikterus
• Paling jelas disklera,kulit serta selaput lendir
• Bilirubin indirek: kuning terang
• Bilirubin direks kuning kehijauan
• Bedakan dg karotenemia : kuning di telapak tangan/kaki, tdk pada sklera
e. Pucat
• Paling baik dinilai pada telapak tangan/kaki, kuku, mukosa mulut dan
konjungtiva
Kulit
a) Warna
1) Sianosis : tampak bila kadar hemoglobin reduksi >5 g/dL
: sianosis sentral : oleh penyakit paru atau jantung
: sianosis tepi : hanya di kapiler (kedinginan, dehidrasi, renjatan)
2) Ikterus : terlihat bila kadar bilirubin > 5mg/dL (neonatus) atau > 2mg/dL (anak)
3) Hemangioma : lesi rata, difus, warna merah muda – biru gelap, bakal tambah jelas
kalau anak nangis; LOKASI paling sering di pangkal hidung, kelopak mata atas, bibir
atas, dan leher
4) Ekzema : pada DA, DK, atau Dermatitis Numularis
5) Pucat : paling baik dinilai di telapak tangan/kaki, kuku, mukosa mulut dan
konjungtiva
6) Purpura : bisa pada infeksi (sepsis, meningokoksemia, endokarditis), peny.
Perdarahan (purpura trombositik idiopatik, purpura trombositopenik
amegakariositik, leukemia), peny. Dengan kecenderungan perdarahan lainnya (DBD)
7) Eritema 10) Vesikula 13) Nodul subkutan
8) Makula 11) Pustula 14) Edema
9) Papula 12) Ulkus 15) Miliaria (radang kulit akibat obs. Sal. keringat)
b) Turgor Kulit
• Diperiksa di kulit abdomen dengan dicubit
• N = kulit kembali tidak lebih dari 2 detik
c) Kelembaban kulit
d) Tekstur kulit
2. Kelenjar getah bening:
a. Yang diperiksa
• KGB oksipital
• KGB retroaurikuler
• KGB servikal anterior
• KGB inguinal
b. Rinci
• Ukuran, bentuk, mobilitas, tanda radang
• KGB teraba sampai 3 mm : normal
• KGB di servikal/inguinal < 1cm : normal
• KGB tak teraba : agamaglobulinemia ?
3. Kepala
a. Bentuk kepala
b. Ubun-ubun: menutup/belum, cekung/rata/membonjol
c. Mata lihat: bercak bitot, isokor/tidak, reflek cahaya, injeksi konjungtiva/silier,
sekret mata, air mata, mata cekung/tidak, konjungtiva: anemis/tidak
d. Mulut: trismus, sianosis, rhagaden, mukosa mulut/bibir kering/tidak
e. Lidah: deviasi/tidak, atropi papil/tidak
f. Faring: perhatikan dinding posterior ( hiperemia,edema,abses,post nasal drip )
g. Tonsil : nyatakan besarnya dlm To,T1,T2,T3
4. Leher
Tortikolis: kel posisi kepala miring kesatu sisi dan terputar kesisi lain akibat
pemendekan m.sterno kleidomastoideus
Ukur tekanan vena yugularis:
Posisi pasien telentang dg dada dan kepala diangkat 15-30 derajat
Lihat batas atas distensi vena yugularis,bila perlu dg mengosongkan terlebih dulu
dg menekan bag.kranial vena dan mengurut kearah kaudal,kemudian dilepas
5. Dada
a. Inspeksi
• Dinding dada
• Bentuk dan besar dada
• Simetri dada dalam keadaan statis /dinamis
• Gerakan dada pada pernapasan
• Bentuk dada
Ø Pektus ekskavatum
Sternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam terutama inspirasi
Ø Pektus karinatum
Sternum menonjol biasanya disertai depresi vertikal kostokondral
Ø Barrel chest
Dada berbentuk bulat seperti tong
Sternum terdorong kearah depan dg iga-iga horizontal
6. Paru
a. Inspeksi : cukup pada waktu inspeksi dada
b. Palpasi
• Letakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan
punggung
• Tentukan:
Ø Simetri/asimetri toraks, benjolan, bagian nyeri dan pembesaran KGB di
aksila, fosa sup dan intraklavikularis
Ø Fremitus suara
i. Mudah dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang bisa
diajak bicara ( suruh katakan tujuh puluh tujuh)
ii. N = teraba getaran yang sama pada kedua telapak tangan di kedua
sisi dada dan punggung
iii. Meninggi/meningkat bila ada konsolidasi (cth. pneumonia
iv. Berkurang/menurun bila ada obstruksi jalan napas (cth.atelektasis,
efusi pleura, tumor)
Ø Krepitasi subkutis ( terdapatnya udara dibawah jaringan kulit)
Perhatikan luasnya krepitasi dan apakah daerahnya meluas, menetap,
berkurang?
c. Perkusi
Dapat dilakukan dg 2 cara
Ø Langsung
Ø Tidak langsung
Suara perkusi
Ø Normal: sonor
Ø Abnormal : hipersonor/ redup
Ø Suara perkusi berkurang : redup atau pekak
Daerah pekak hati
Ø Setinggi iga ke6 garis aksilaris media kanan
Ø Pekak hati menunjukkan peranjakan dg gerakan pernapasan yakni
menurun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi
Ø Peranjakan berkisar antara 1-2 sela iga, sulit diperiksa pada anak < 2 th
Ø Pekak hati meninggi : hepatomegali, massa intra abd, atelektasis, kolaps
paru kanan
Ø Pekak hati menurun pada asma/emfisema paru
• Dilakukan dari supraklavikula ke bawah (selang 1 iga), dibandingkan kiri dan kanan
• Bunyi N = sonor
• Bunyi abnormal : hipersonor/ timpani : bila ada udara dalam paru atau pleura bertambah
(cth. Emfisema, pneumotoraks)
: redup/pekak : ada konsolidasi jar. Paura dan cairan dalam rongga pleura (cth. Tumor)
d. Auskultasi
Ø Deteksi suara napas dasar dan tambahan
Ø Dilakukan diseluruh dada dan punggung
Ø Stetoskop sebaiknya ditekan dg cukup kuat pada sela iga
Ø Dimulai dari atas kebawah dan bandingkan kanan dan kiri dada
Ø Suara napas dasar
• Vesikuler :
Terjadi karena udara masuk dan keluar melalui jalan napas
Saat inspirasi lebih keras dan lebih panjang
Terdengar seperti membunyikan ‘ffff’ dan’wwww’
• Bronkial
Terdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih keras
Dapat disamakan dg bunyi ‘khkhkhkh’
• Amforik
Menyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosong
Terdengar pada caverne
Ø Suara napas tambahan
• Ronki basah( rales)
Suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yg
terjadi karena cairan dlm jln napas dilalui udara
RBH : dari duktus alveolus, bronkiolus, bronkus halus
RBS : dari bronkus kecil atau sedang
RBK: dari bronkus diluar jaringan paru
RB nyaring: berarti nyata benar terdengar karena suara disalurkan melalui
benda padat ( infiltrat/konsolidasi), karena melalui media normal ( tdk
ada infiltrat/konsolidasi)
RB tak nyaring suara ronki disalur
• Ronki kering ( rhonchi)
Suara kontinu yg terjadi karena udara melalui jalan nafas yang sempit
Lebih jelas terdengar pada ekspirasi
Jenis ronki kering yang terdengar lebih musikal atau sonor
• Wheezing ( mengi )
Sering terdengar fase ekspirasi
Mengi fase inspirasi : obstruksi sal. napas atas
Mengi fase ekspirasi : obstruksi sal.napas bawah( asma, bronkiolitis)
• Krepitasi
Suara membukanya alveoli
Normal dibelakang bawah dan samping pada inspirasi dalam
Patologis : pada pneumonia
• Pleural friction rub
Bunyi gesekan pleura
Suara gesekan kasar seolah-olah dekat telinga
Paling jelas akhir inspirasi
Biasanya terdengar di bagian bawah belakang paru
Auskultasi :
a) Ronki basah (rales) : suara napas tambahan berupa vibrasi yang terputus – putus akibat
getara karena cairan dalam jalan napas dilalui oleh udara
- Ronki basah halus (duktus alveols, bronkiolus, bronkus halus)
- Ronki basah sedang (bronkus kecil dan sedang)
o Ronki basah nyaring : terdapat infiltrat atau konsolidasi (padat)
o Ronki basah tidak nyaring : suara lewat media normal (tidak ada infiltrat)
- Ronki basah kasar (dari bronkus di luar jar. Paru)
b) Ronki kering : suara kontinu yang terjadi karena udara lewat sal. Napas yang menyempit,
bisa karena f. Intraluminar (spasme bronkus, edema) atau f. Ekstraluminar (tumor)
c) Wheezing (mengi) : jenis ronki kering yang terdengar lebh musikal
: pada fase eks. : obs. Jalan napas bag. Atas (edema laring, benda asing)
: pada fase ins. : obs. Jalan napas bag. Bawah (asma, bronkiolitis)
d) Krepitasi : suara membukanya alveoli (pada penumonia lobaris)
7. Jantung
a. Inspeksi: Denyut apeks dan aktivitas ventrikel
Ø Denyut apeks/ Iktus kordis:
Bayi/anak kecil: ICS IV linea midclavicularis kiri, sedikit lateral
Anak usia > 3 th: ICS V sedikit medial L midclavicularis kiri
Ø Aktivitas ventrikel:
Pembesaran ventrikel kiri apeningkatan aktv ventrikel kiri ( left
ventricular lift/left ventricular thrust)
Apeks jantung kebawah dan lateral
Biasanya disertai denyut apeks yang lebih kuat
Pembesaran ventrikel kanan apeningkatan aktv ventrikel kanan ( right
ventricular heave )
Apeks jantung tetap pada tempatnya yang normal
Teraba peningkatan aktv. Ventrikel kanan di parasternal kiri bawah serta
epigastrium
b. Palpasi
Detak pulmonal
Ø Normal :BJ II tidak teraba
Hipertensi pulmonal: BJ II mengerasadapat diraba di sela iga 2 tepi kiri
sternum
(disebut detak pulmonal/pulmonary tapping)
Ø Penyebab Hipertensi pulmonal :
PJB pirau kiri kekanan yang besar
Stenosis mitral rematik
Kor pulmonale
Getaran bising/ thrill
Ø Thrill adalah getaran pada dinding dada yang terjadi akibat bising jantung
yang keras
Ø Perabaan : ujung jari 2 dan 3 atau telapak tangan dengan palpasi ringan
Ø Thrill menandakan ada bising jantung yang keras (derajat 4/6 atau lebih )
Ø Tempat getaran: pungtum maksimum bising
Ø Dapat diraba pada fase sistolik dan diastolic
b. Perkusi
Pada anak besar: informasi besarnya jantung (terutama pada kardiomegali yang
nyata )
Pada bayi dan anak kecil perkusi sulit dilakukan, informasi dapat menyesatkan
c. Auskultasi
Ø Sistematik: mulai dari apeksa tepi kiri sternum bawaha bergeser keatas
sepanjang tepi kiri sternuma sepanjang tepi kanan sternum adaerah infra
dan supraklavikula kiri dan kanan alekuk suprasternal adaerah karotis
kanan dan kiri
Ø Yang harus diperhatikan: frekuensi, irama jantung, bunyi jantung dan bising/
murmur
8. Abdomen
Pada bayi & anak kecil pemeriksaan abdomen seringkali didahulukan dari bagian
tubuh lain
Pada pemeriksaan abdomen palpasi paling berperan. Tetapi auskultasi
dilakukan lebih dulu (agar interpretasi auskultasi tidak salah karena setiap
manipulasi abdomen akan mengubah bunyi peristaltik usus). Hasil pemeriksaan
selain dinyatakan dengan kata atau angka, dianjurkan untuk digambarkan secara
skematis
a. Inspeksi
Permukaan abdomen (datar, cembung,cekung), kelainan-kelainan seperti:
hernia umbilikalis, dll), efloresensi, dilatasi vena
b. Auskultasi
Ø Bising ususàNormal : suara peristaltik terdengar sbg suara dg intensitas
rendah dan terdengar tiap 10-30 dtk Bising usus meningkat : obstruksi
(bunyi metalik). Bising usus berkurang/hilang : peritonitis/ileus
c. Perkusi
a) Hati
• Ukuran hati, konsitensi, tepi, permukaan dan terdapatnya nyeri tekan
b) Limpa
• Besarnya limpa diukur menurut cara Schuffner
• Limpa yang membesar sampai umbilikus (Schuffner IV), lipat paha (Schuffner
VIII)
c) Ginjal
• Dengan ballotement
• N = tidak teraba
d) Vesica urinaria
e) Massa intraabdominal
• Ukuran, konsistensi, tepi, permukaan, pulsasi, fluktuasi, nyeri tekan, mobilitas
serta hubungannya dengan alat sekitarnya
f) Anus dan rektum
• Dilakukan pada pasien sakit perut yang mengarah ke gawat perut (abdomen
akut)
• Evaluasi turunnya testis, biasanya kalau belum turun, bisa turun spontan atau
didorong di kanalis inguinalis (tipe retraktil)
• Pertumbuhan testis yang cepat pada umur 9 – 14 tahun yang disertai dengan
penipisan skrotum dan perubahan warnyanya jadi kemerahan
• Tanda seks sekunder : rambut pubik N muncul usia 13,5±1,2 tahun
9. Ekstremitas
Lihat adanya deformitas, edema tungkai (pitting/ non pitting), edema pada
persendian,
Telapak tanganàpucat/tidak, jari tabuh dll
Tulang belakang
Ø bruzinski 2
fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
Ø kernig
fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi
tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
Kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut
sehingga membentuk sudut 135°.
Kernig sign (+) bila tungkai bawah tidak dapat diekstensikan sampai
135°
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
A. Refleks superfisial
a) Refleks dinding abdomen
b) Refleks kremaster
B. Refleks tendon dalam
• Akan meninggi pada lesi upper motor neuron
• Diperiksa pada tendon biseps, triseps, patela dan achilles
C. Refleks patologis
a) Refleks babinski c) Refleks hoffmann e) Klonus patela
b) Refleks oppenheim d) Klonus pergelangan kaki
D. Tanda rangsang meningeal
a) Kaku kuduk
b) Brudzinski I (neck sign)
c) Brudzinski II (contralateral leg sign)
E. Tanda tetani (Tanda Chvovsteck)
• Diperiksa dengan melakuka ketukan di depan telinga, daerah keluarnya N. VII,
dengan jari atau pengetuk refleks
• (+) = ada kontraksi sebaagian atau seluruh otot yang dipersarafi oleh N. Fasialis
ipsilateral
F. Uji kekuatan dan tonus otot
• Interpretasi = antara angka 5 sampai 0
G. Uji sensibilitas
a) Uji sentuhan c) Uji perasaan vibrasi e) Uji koordinasi
b) Uji rasa nyeri d) Uji posisi
Pemeriksaan saraf otak
a) N. Olfaktorius (N.I)
• Uji sensasi bau
b) N. Optikus (N.II)
• Uji ketajaman penglihatan
• Pemeriksaan funduskopi
c) N. Okulomotorius, troklearis, abdusen (N. III, IV, VI)
• Uji gerakan bola mata
• Uji akomodasi
• Uji diplopia
d) N. Trigeminus (N. V)
• Uji perasaan (sensasi)
e) N. Fasialis (N. VII)
• Uji pengecap
• Menggerakan wajah (tersenyum, bersiul, dll)
f) N. Akustikus (N.VIII)
• Uji ketajaman pendegaran
g) N. Glossofaringeus (N.IX)
• Untuk menilai kelainan yang timbul: hilangnya refleks muntah
: disfagia ringan
: hilang sensasi pengecap
: deviasi uvula ke sisi yang sehat
: hilang sensasi pada faring, tonsil, tenggorok bag. Atas dan lidah bag.
Belakang
: hilangnya konstriksi ddg post faring ketika mengeluarkan suara “ah”
: hipersalivasi
h) N. Vagus (N. X)
i) N. Aksesorius (N. XI)
• Uji kemampuan utk angkat bahu dan memutar kepala melawan tahanan
j) N. Hipoglosus (N. XII)
• Uji menilai kekuatan lidah
a) Pertumbuhan testis
• Rata – rata dimulai pada umur 11,5 tahun (9,5 – 13,5 tahun)
• Pengukuran testis dengan orkidometer Prader
b) Pacu tumbuh
• Rata – rata mulai sekitar 13 tahun (10 – 16 tahun)
• Berakhir sekitar 16 tahun (13,5 – 17,5 tahun)
c) Pertumbuhan penis, rambut pubi, rambut ketiak, dan janggut
a) Pacu tumbuh
• Didahului tanda seks sekunder
• Dimulai sekitar umur 9,5 tahun dan berakhir sekitar 15 tahun
b) Pertumbuhan payudara
c) Rambut pubik dan rambut ketiak
• Mulai sekitar umur 11 tahun
d) Genitalia eksterna
e) Haid
• Tahap akhir pubertas
Untuk menilai sejauh mana seorang anak aatau remaja sudah tumbuh, maka perlu diperhitungkan :
a) Pubertas prekoks
• Pria : satu atau lebih gejala mulai sebelum umur 9 tahun
• Wanita : sebelum umur 8 tahun
• Dapat bersifat :
o Lengkap (komplet) : jika tanda pubertas tumbuh lengkap
o Inkomplet : hanya sebagian
b) Pubertas terlambat
• Belum mulai pada umur 14 tahun (LK) dan 13 tahun (PR)
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
1. Saat lahir
a. Penilaian adaptasi neonatus
• Dilakukan saat menit pertama lahir
• Diulangi setelah 5 menit kemudian utk evaluasi apakah resusitasi sudah adekuat
NILAI APGAR
Tanda 0 1 2
Laju jantung - <100 ³100
Usaha bernapas - Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstermitas fleksi Gerakan aktif
sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
biru/pucat ekstremitas biru kemerahan
Interpretasi :
10 – 7 = beradaptasi baik
6 – 4 = asfiksia ringan – sedang
3 – 0 = asfiksia berat
b. Mencari kelainan kongenital
• Penggunaan obat teratogenik, radiasi, infeksi virus saat TM I?
• Kelainan bawaan keluarga?
• Penyakit ibu = DM, asma bronkial?
a) Cairan amnion
1. Polihidramnion = >2000 ml; pada bayi obstruksi tr. Intestinalis bag. Atas, anesefalus,
dari ibu DM atau eklamsia
2. Oligohidramnion = <500 ml; agenesis renal bilateral atau sindrom Potter; pes
equionavarus pada eks. Bawah
b) Plasenta
• Perkapuran, nekrosis?
• Satu atau dua korion? (kembar identik atau tidak)
c) Tali pusat
• Segar?
• Ada simpul?
• Potongan tali pusat rapi? Ada 1 V dan 2 A?
• Ada mekonium yang nempel?
d) Berat lahir dan masa kehamilan
Banyak kelainan kongenital pada bayi prematur (2x) dan bayi KMK (10x)
e) Mulut
• Ada labio-gnato-platoskisis?
• Cek paten esofagus dengan masukin kateter lalu masukin udara dengar dengan
steto di lambung bunyi udara = paten ATAU dengan aspirasi mekonium
f) Anus
• Anus imperforata
g) Kelainan pada garis tengah
• Spina bifida, meningokel
h) Jenis kelamin
• Pembesaran klitoris atau hipo/epispadi?
A. Pemeriksaan umum
a) Warna kulit
• N= kemerahan
• Sianosis= PJB sianotik atau methemoglobinemia
• Pucat= anemia berat atau asfiksia palida
• Ikterus= kadar bilirubin tinggi dalam serum darah atau pewarnaa oleh
mekonium
• Mongolian spots= wana kebiran di punggung dan bokong
b) Keaktifan
• N posisi = fleksi
• N gerakan tungkai dan lengan = aktif dan simetris
c) Tangisan bayi
d) Wajah neonatus
e) Keadaan gizi
• Lihat BB dan PB sesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lap. Subkutan dan kerutan
pada kulit
f) Suhu
• N = 35,5 – 37,5 0C
a) Kulit
Aterm Preterm
• Ada verniks kaseosa • Lanugo (di punggung bayi)
• Tebal jar. Subkutan 0,25 – 0,5 cm
• Milia (40% bayi) di kulit hidung
dan pipi
Perhatikan :
• Ptekie atau ekimosis yang dapat disebabkan oleh sepsis, penyakit perdarahan,
trombositopenia
• Tumor = catat ukuran, bentk, konsistensi serta warna
• Kelainan bawaan dan turgor kulit
b) Kepala
Perhatikan :
c) Wajah
• Kelainan wajah akibat trauma lahir = laserasi, paresis n. Fasialis, patah tulang
zigomatikus
d) Telinga
e) Hidung
• Kalau bernapas lewat mulut kemungkinan ada obstruksi jalan napis oleh atresia
koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring
• Pernapasan cuping hidung = gangguan paru
f) Mulut
• Ada labio dan gnatoskisis?
• Ada gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari mulut) ?
• Bayi 2 bulan hipersalivasi = mungkin atresia esofagus dengan atau tanpa fistula
trakeo esofagus
g) Leher
h) Dada
• Inspeksi = bentuk dada seperti tong; respirasi N = dinding dada bergerak bersama
dengan dinding perut ;gerakan dinding dada simteris; laju napas N = 40 – 60
kali/menit dengan penghitungan dilakuakn 1 menit penuh karena sering ada
periodic breathing (adanya henti napas < 20 detik dan terjadi secara berkala)
• Palpasi = raba iktus kordis untuk menentukan posisi jantung
• Auskultasi = laju jantung N = 120 – 16- kali/menit dihitung selama 1 menit penuh
pake stetoskop; bunyi napas = bronkovesikular
i) Abdomen
• Hati teraba 2 – 3 cm di bawah arkus kosta dekstra
• Lien sering teraba 1 cm di bawah arkus kosta sinistra (masih ada hematopoiesis
ekstramedular)
• Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di atara garis tengah dan
tepi perut
j) Genitalia eksterna
Aterm Preterm
Perempuan Perempuan
• Labia minora tertutup labia • Labia minora belum tertutupi oleh
mayora labia mayora
Laki – laki Laki – laki
• Uk. Penis = 3-4 cm (pjg) dan 1-1,3 • Kriptokismus (testis belum turun)
cm (lebar) • Tidak ada rugae
• Skrotum besar dan banyak rugae
• Testis sudah turun
k) Anus
• Ada atresia ani?
• Mengetahui posisi anus karena terkadang fistula dianggap anus karena letaknya
• Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama; kalau 48 jam belum keluar
mngkin mekonium plug syndrome, megakolon, obstruksi sal. Penceranaan
l) Tulang belakang dan ekstremitas
• Utk periksa tlg blkg, bayi posisi terlungkup, tangan periksa raba sepanjang tlg
blkg (skolisosis, meningokel, spina bifida)
Perhatikan :
• Gerakan ekstremitas
• Tonus ekstremitas
• Posisi kedua kaki dan jari – jari tangan dan kaki
m) Ukuran antropometrik
Neonatus aterm :
• BB = 2500 – 4000 gram
• PB = 45-54 cm
• LK = 33 – 37 cm
• LD = 2 cm lebih kecil dari LK
• Perlu diukur panjang kepala-simfisis dan simfisis kaki untuk menilai proporsi
tubuh bayi agar dapat deteksi akondroplasia
Perhatikan :