Anda di halaman 1dari 27

SKILL LAB 1

ALLOANAMNESIS DAN HETEROANAMNESIS KELUHAN PADA ANAK

Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubah-ubah,
pembentukan jaringan, ukuran kepala, tubuh serta anggota tubuh lain seperti tangan dan kaki
yang membesar, peningkatan yang drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk
mengendalikan otot-otot yang besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial, pemikiran
dan bahasa, serta munculnya kepribadian. Terbukanya proses-proses tersebut dan interaksinya
tergantung pada kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan sosialnya.
Pengertian tentang perkembangan tidak hanya memungkinkan pencarian awal tentang
penyimpangan-penyimpangan, tetapi juga menolong orangtua memahami hasil pengamatan
mereka terhadap anak mereka. Informasi riwayat seringkali diperoleh dari orangtua dan anak
apabila anak sudah bisa memberikan informasi verbal mengenai gejala yang dialaminya.
Sebagai contoh, anak usia 24 bulan yang mengalami radang tenggorokan seringkali tidak
mengeluh namun orangtua dapat mengamatinya ketika anak mengalami kesulitan menelan
ludah, menolak makanan padat dan menghembuskan nafas yang berbau. Seiring dengan
perkembangan anak, anak akan bisa mendefinisikan sakit yang dideritanya dengan bahasa
verbal tetapi pengamatan orangtua dapat menunjukkan sebab akibat penyakit yang diderita
seorang anak, misalnya anak usia 4 tahun yang mengalami infeksi saluran kencing dapat
teramati oleh orangtuanya ketika anak memegang perut dan mengalami perubahan frekuensi
kencing meskipun anak hanya mengatakan bahwa sakit perut.
Sikap dan posisi pada saat dilakukan anamnesis cukup penting sehingga kita bisa
mengamati interaksi orangtua dan anak. Anak akan mudah teramati bila dia dalam posisi yang
nyaman, misalnya di pangku atau digendong dan sebagai seorang pemeriksa juga bisa
berinteraksi dengan anak sehingga anak tidak takut dan rewel.

Anamnesis
Anamnesis bisa dilakukan baik dengan anak yang sakit (alloanamnesis) maupun kepada
orangtua atau keluarga yang datang membawa serta anak tersebut (heteroanamnesis).
Anamnesis pada tahap ini meliputi banyak aspek, mulai dari riwayat neonatus sampai riwayat
perkembangan dan pertumbuhan anak sekarang. Riwayat neonatus harus mendeteksi penyakit
yang menimbulkan kecacatan dengan tindakan pencegahan segera atau setelah pengobatan
(misalnya asfiksia), mengantisipasi keadaan-keadaan yang nantinya menjadi penting di
kemudian hari) dan menemukan kemungkinan faktor penyebab yang dapat menjelaskan
keadaan patologis. Riwayat perinatal harus meliputi data demografi dan sosial (status sosio-
ekonomi, umur, ras), penyakit medis yang dulu pernah terjadi pada anak dan keluarga
(gangguan kardiopulmonal, penyakit infeksi, gangguan genetik, dll), masalah-masalah
reproduktif ibu sebelumnya (kelahiran mati, prematuritas, dll), kejadian-kejadian yang terjadi
pada kehamilan (perdarahan per vaginam, obat-obatan, penyakit akut, keadaan ketuban, dll)
dan uraian mengenai kelahiran (lamanya, presentasi janin, ada tidaknya kegawatdaruratan, dll)
dan persalinan (seksio sesaria, penggunaan anastesi atau sedasi, penggunaan forsef, Apgar
skor, dan penanganan anak segera setelah lahir).
Seorang dokter dalam anamnesis seharusnya mengajukan pertanyaan umum yang
bersifat terbuka sehingga memungkinkan orangtua atau anak dapat menjelaskan secara nyaman
keadaan anak tersebut. Misalnya : “ Bagaimana keadaan anak ibu ?”“Bagaimana kondisimu
sekarang ?”. Selain keluhan utama dan keluhan penyerta, riwayat perkembangan dan
pertumbuhan juga harus dipertanyakan. Pertanyaan mengenai pemberian makanan dan diet dan
hubungan keluarga dan hubungan sosial anak juga harus dipertanyakan. Untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara normal, anak butuh dukungan dan bantuan dari orangtua beserta
lingkungannya.

I. Identitas
Pencatatan identitas penting untuk mencari faktor risiko penyakit dan menghindari
kekeliruan dengan orang lain, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
alamat, umur orang tua, pendidikan dan pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
1. Nama
Pada bayi belum mempunyai nama, cantumkan nama orangtua/ibu bayi dibelakangnya,
contoh: By. Ny. Aminah
2. Umur
Pada neonatus dalam hari, bila perlu dalam jam (pada bayi baru lahir)
3. Jenis Kelamin
4. Nama orang tua
5. Alamat. Alamat harus jelas dan lengkap.
6. Umur, Pendidikan dan Pekerjaan orang tua
Selain sebagai tambahan identitas, dengan informasi pendidikan dan pekerjaan
orangtua, dapat sebagai informasi hubungan sakit dengan faktor risiko dari data tersebut.
7. Agama dan suku bangsa
Perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering dihubungkan dengan
agama dan suku bangsa.

II. Riwaya Penyakit


- Keluhan Utama: keluhan yang membawa anak berobat.
- Riwayat Perjalanan Penyakit.
 Kronologis
 Terinci dan jelas
 Umumnya mencakup: lamanya, bagaimana terjadinya: akut, kronisatau pelan pelan
 Lokalisasi, sifatnya, penyebaran
 Berat/ringannya
 Terdapat hal-hal yang mendahuluinya
 Keluhan baru atau lama
 Keluarga dengan keluhan yang sama
 Upaya yang telah dilakukan
Demam : Lamanya
Karateristik
Tipe (remiten, intermiten atau kontinu)
Tingginya demam
Penanganan yang sudah dilakukan di rumah
Gejala yang menyertai: kejang, menggigil, dan lain-lain
Batuk : Lamanya
Sifat (spasmodik, kering, produktif).
Dahaknya (kental, warna, bau, darah)
Ada pemicu batuk/tidak
Terus-menerus atau membaik di waktu tertentu
Keluhan lain yang menyertainya (sesak napas, sianosis, mengi).
Mencret : Frekwensi, konsistensi, jumlah, warna, bau, ada darah/lendir.
Gejala yang menyertai.
Kejang : Frekwensi, lamanya, tipe, kesadaran
Gejala yang menyertai.
Muntah : Lamanya, frekwensi, sifatnya (menyemprot/tidak)
Gejala yang menyertai.
Edema : Saat mulainya, tempat, penjalarannya.
Piting atau non piting.
Sesak napas :
Sejak kapan
Tiba-tiba/pelan-pelan
Membaik/tidak dengan perubahan posisi tubuh
Pemicu/aktivitas yang memperberat keluhan
Sesak terus-menerus atau membaik di waktu tertentu
Gejala yang menyertai.
Sianosis : Central atau perifer
Aktivitas yang menyertai
Gejala lain yang menyertai.
Ikterus : Patologis atau fisiologis (baca kriteria patologis dan fisiologis terutama
pada bayi baru lahir)
Derajat ikterus
Saat timbulnya
Penyakit penyerta.

III. Riwayat Kehamilan


- Riwayat kehamilan sekarang :
Tanyakan keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Berapa kali ibu melakukan
kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal tersebut (dukun, bidan, dokter
umum atau dokter spesialis). Apakah ibu mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, adakah
perdarahan, demam, keputihan, obat yang pernah diminum, dan kebiasaan ibu (merokok,
minum alkohol dll)
- Riwayat kehamilan - kehamilan sebelumnya :
Ditanyakan tentang apakah kehamilan sebelumnya sehat, apakah pernah abortus,
apakah ada riwayat lahir mati, apakah ada riwayat bayi lahir dengan kelainan kongenital

IV. Riwayat Kelahiran


- Cukup bulan, kurang bulan atau lebih bulan
- Penolong, cara kelahiran, air ketuban (jernih atau tidak, campur meconium atau tidak,
jumlahnya)
- Nilai apgar (langsung menangis atau tidak), berat, panjang, lingkar kepala
- Tanda infeksi intrapartum
- Keadaan setelah lahir: langasung rawat gabung atau tidak, dengan tindakan tertentu
atau tidak
- Riwayat perawatan intensif

V. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan : Berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada.
(bisa diminta memperlihatkan KMS)
Perkembangan : Ditelaah secara rinci
- Milestone (Motorik kasar, motoric halus, bahasa, sosial)

VI. Riwayat Imunisasi.


- Imunisasi dasar, tambahan (beserta usia saat imunisasi)
- Tempat pelaksanaan
- Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

VII. Riwayat Makanan.


- ASI/PASI
- Kualitas dan kuantitas.

VIII. Riwayat Penyakit Yang Pernah diderita.


- Hubungan dengan penyakit sekarang.
- Ada reaksi alergi obat/makanan.

IX. Riwayat Keluarga dan penyakit keluarga


- Data keluarga
- Silsilah keluarga
- Data perumahan
- Penyakit yang diderita anggota keluarga (didapat/keturunan)
Check List Anamnesis Keluhan Kesehatan Bayi dan Anak
No. ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2

Aspek Komunikasi
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Mendengarkan secara aktif
3. Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih relevan
4. Menggunakan bahasa yang dipahami pasien
5. Mempertahankan kontak mata dengan pasien
6. Menunjukkan empati
Aspek Anamnesis
1. Identitas
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Nama orang tua
- Alamat
- Umur orang tua
- Pendidikan
- Pekerjaan orang tua
- Agama
- Suku
2. Menanyakan keluhan utama
3. Menggali riwayat penyakit sekarang
a. Onset
b. Frekuensi
c. Sifat munculnya keluhan
d. Durasi
e. Sifat sakit
f. Lokasi
g. Hubungan dengan fungsi fisiologis
h. Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari
i. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
4. Menggali riwayat penyakit dahulu
a. Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya
b. Penyakit lain yang pernah diderita
5. Riwayat keluarga
 Anamnesis tentang keluarga
 Anamnesis penyakit
6. Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem)
7 Riwayat kehamilan ibu
8 Riwayat kelahiran
9 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
10 Riwayat imunisasi
11 Riwayat makanan
12 Membuat resume anamnesis
TOTAL
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar
2 = dilakukan dengan benar
SKILL LAB 2
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan


secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Ada tiga
jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan, berupa :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi
kurang/buruk/obes/gizi lebih dan mikro/makrosefali
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan seperti gangguan motoric kasar dan halus), gangguan
daya lihat, gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, misalnya gangguan mental emosional,
autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, dan lain-lain.

I. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


A. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
 Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk.
 Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita.
 Pengukuran Berat Badan (BB)
Menggunakan timbangan bayi :
- Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur dua tahun atau
selama anak masih bisa berbaring atau duduk dengan tenang.
- Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan ke angka 0 (nol).
- Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
- Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
- Lihat jarum timbangan sampaiberhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
- Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
ditengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri. Kondisi ini kurang
akurat, timbang lagi saat bayi tenang.
Menggunakan timbangan injak :
- Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan ke angka 0 (nol)
- Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
- Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
- Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
ditengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
 Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
Cara mengukur dengan posisi berbaring :
- Sebaiknya dilakukan oleh dua orang.
- Bayi dibaringkan pada alas yang datar.
- Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0 (nol).
- Petugas pertama memegang kepala bayi dengan kedua tangan agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
- Petugas kedua menekan lutut bayi dengan tangan kiri agar lurus, dan tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki dan membaca angka di tepi luar
pengukur.

Cara mengukur dengan posisi berdiri :


- Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
- Berdiri tegak menghadap ke depan.
- Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
- Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
- Baca angka pada batas tersebut.
Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyrakat, 2002)
- Ukur tinggi/panjang badan dan timbang berat badan anak.
- Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran.
- Pilih kolom berat badan sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang
terdekat dengan berat badan anak.
- Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka Standar Deviasi (SD).

Interpretasi :
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang
Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih
Contoh : Seorang anak laki-laki dengan panjang badan 71 Cm dan berat badan 6,8
Kg. Pada kolom panjang badan anak laki-laki 71 Cm, apabila ditarik garis
lurus ke kiri ternyata berat badan 6,8 Kg terletak pada kolom 6,0 – 6,9 Kg;
Kolom < -2 SD s/d -3 SD.
Interpretasinya : anak kurus

B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LK)


 Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
 Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan
setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran
dilakukan setiap enam bulan, pengecualian pada anak yang didapatkan kelainan
pada lingkar kepala.
 Cara mengukur lingkaran kepala :
- Alat pengukur di lingkaran pada kepala anak melewati dahi yang paling
menonjol di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol,
tarik agak kencang.
- Baca angka pada pertemuan dengan angka 0 (nol).
- Tanyakan tanggal lahir anak, hitung umur anak.
- Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
- Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.

 Interpretasi :
- Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam ”jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak normal.
- Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar ”jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak tidak normal.
- Lingkaran kepala anak tidak normal ada dua, yaitu makrosefali bila berada di
atas ”jalur hijau” dan mikrosefali bila berada di bawah ”jalur hijau”.
 Intervensi : Bila ditemukan makrosefali maupun mikrosefali segera dirujuk ke
Rumah Sakit.

II. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan


A. Skrining/pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembanagan (KPSP)
 Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
 Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skring
tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skring
KPSP pada umur 9 bulan. Apabila orangtua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skring
maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skring terdekat.
 Cara menggunakan KPSP :
- Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
- Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan.
- Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
- Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, catat jawaban tersebut pada
formulir.
 Interpretasi hasil KPSP :
- Hitunglah berapa jumlah jawaban ya :
Jawaban ya, bila orangtua menjawab : anak bisa atau pernah atau sering atau
kadang-kadang melakukannya.
Jawaban tidak, bila orangtua menjawab : anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau orangtua tidak tahu.
- Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
- Jumlah jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
- Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
- Untuk jawaban tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
 Intervensi :
- Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
* Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
* Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
* Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
* Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak
dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU),
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
* Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24
sampai 72 bulan.
- Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :
* Beri petunjuk pada ibu agar mellakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
*Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
* Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
* Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
* Jika hasil KPSP ulang jawaban ’ya’ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P)
- Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut
: rujuk ke Rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).

B. Tes Daya Dengar (TDD)


- Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak.
- Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap
6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan petugas terlatih lainnya
- Alat/sarana yang diperlukan adalah:
* Instrumen TDD menurut umur anak.
* Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.
* Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
- Cara melakukan TDD :
@ Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
@ Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
@ Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
* Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Tidak usah
ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
* Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu, berurutan.
* Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak.
* Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam satu bulan terakhir.
* Jawaban TIDAK jika menurut orangtua/pengasuh anak tidak pernah, tidak
tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
@ Pada anak umur 24 bulan atau lebih :
* Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk
dikerjakan anak
* Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/perngasuh.
* Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
* Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
@ Interpretasi:
* Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
* Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayio/balita atau status/catatan medik
anak, jenis kelamin.
@ Intervensi:
 Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
 Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
C. Tes Daya Lihat (TDL)
- Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
- Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36
sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenasga kesehatan, guru TK, tenaga
PADU dan petugas terlatih lainnya.
- Alat/sarana yang diperlukan adalah :
* Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
* Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
* Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
* Alat penunjuk.
- Cara melakukan tes daya lihat :
* Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
* Gantung poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
* Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “E”.
* Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
* Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan
kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada
poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya.
Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
* Selanjtnya, anak diminta untuk menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
* Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris keempat atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
* Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang dipegangnya
dengan huruf “E” pada poster.
* Ulangi pemeriksaan tersebutpada mata satunya dengan cara yang sama.
* Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
disediakan:
Mata kanan : ……….. Mata kiri : ………..
- Interpretasi :
Anak prasekolah pada umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster “E”. bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster
“E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan
arah “E” pada baris ketiga yang dfitunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak
mengalami gangguan daya lihat.
- Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak dating lagi
untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat
melihat samapai baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan
kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami
gangguan (kanan, kiri atau keduanya)

III. Deteksi Dini Penyimpangan Mental emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya
akan lebioh sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
- Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72
bulan
- Checklist autis anak prasekolah (Checlist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan
- Formulir deteksi dini Gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas

A. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Pra Sekolah


- Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah
mental emosional pada anak pra sekolah.
- Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrining/pemeriksaan perkembangan anak.
- Alat yang digunakan adalah KMEE.
- Cara melakukan :
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMEE kepada orangtua/pengasuh anak.
 Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA
- Interpretasi :
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional.
- Intervensi :
 Bila jawaban YA hanya satu :
@ Lakukan konseling kepada orangtua menggunakan Buku Pedoman Pola
Asuh yang Mendukung Perkembangan Anak
@ Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
 Bila jawaban YA ditemukan dua atau lebih : Rujuk ke RS yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai
informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.

B. Deteksi Dini Autis pada Anak Pra Sekolah


 Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18
bulan sampai 36 bulan.
 Jadwal deteksi dini autid pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, pengelola
pendidikan. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah
ini :
* keterlambatan berbicara
* gangguan komunikasi/interaksi sosial
* perilaku yang berulang-ulang
 Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers), yaitu :
* Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/pengasuh anak. Pertanyaan
diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua untuk tidak
ragu-ragu atau takut menjawab.
* Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT.
 Cara menggunakan CHAT
* Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada CHAT kepada orangtua/pengasuh anak.
* Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada CHAT
* Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.
 Interpretasi :
* Risiko tinggi menderita autis : bila jawaban TIDAK pada pertanyaan A5, A7,
B2, B3, dan B4
* Risiko rendah menderita autis : bila jawaban TIDAK pada pertanyaan A7 dan
B4
* Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban TIDAK jumlahnya
3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8-A9, B1, B5
* Anak dalam batas normal : bila tidak termasuk dalam kategori 1,2 dan 3
 Intervensi :
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan,
rujuk ke Rumah Sakit yang emmiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak.
C. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada
Anak Pra Sekolah
- Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan
dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
- Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orangtua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
pengola pendidikan. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di
bawah ini :
 Anak tidak bisa duduk tenang
 Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
 Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif
- Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale). Formulir ini terdiri
dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua/pengasuh anak/guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
- Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
 Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh
anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
 Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal
ketika di rumah, sekolah, pasar, dll), setiap saat dan ketika anak dengan siapa
saja.
 Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
- Interpretasi :
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan ”bobot nilai” berikut ini dan
jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
 Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
 Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
 Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada nak
 Nilai 3 : ajika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
- Intervensi :
 Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut.
 Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat
dengan anka (orangtua, pengasuh, guru, dll).
Cheklist Penilaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang
No Keterangan Nilai
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan keluhan (bila ada)
3. Menjelaskan prosedur wawancara dan menanyakan anggota
keluarga yang sehari-hari dekat dengan anak untuk diwawancara
4. Menginterpretasikan hasil pertumbuhan anak (BB per PB/TB dan
JK)
5. Memilih secara tepat KPSP yang digunakan untuk wawancara
6. Melakukan wawancara disesuaikan dengan KPSP
7. Menyimpulkan hasil wawancara sesuai KPSP
8. Merencanakan tindak lanjut kepada anggota keluarga
SKILL LAB 3
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

Pendahuluan
Masa neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada bayi yang sedang
menyempurnakan banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ektrauterin.
Bayi tidak lagi tergantung pada sirkulasi ibu melalui plasenta, fungsi paru neonatus diaktifkan
untuk mencukupi pertukaran oksigen dan karbondioksida melalui pernapasannya sendiri. Bayi
baru lahir juga mulai memfungsikan saluran cerna untuk mengabsorbsi makanan, ginjal untuk
mengeksresikan bahan yang harus dibuang dan mempertahankan hemostasis kimia, hati untuk
menetralisir dan mengeksresikan bahan-bahan toksik, dan sistem imunologi untuk
melindunginya dari infeksi.
Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin sesudah
persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin terjadi saat bayi lahir.

Pemeriksaan Segera Setelah Lahir


Pemeriksaan Nilai Apgar
Pemeriksaan dilakukan pada menit pertama dan selanjutnya dilakukan penilaian kembali
pada menit kelima. Pemeriksaan ini penting untuk menilai apakah ada depresi pada sistem
sirkulasi dan respirasi.

Tabel 1. Nilai Apgar


Tanda 0 1 2 Jumlah

Frekuensi Tidak ada <100 >100


DJ

Usaha Tidak ada Lambat, menangis lemah Menangis kuat


napas

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif

Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, tangan Kemerahan seluruh


seluruh tubuh dan kaki biru tubuh

Keterangan :
1. Frekuensi jantung. Dinilai dengan meletakkan stetoskop di dada tempat detak jantung
terdengar paling kuat dan dihitung selama 1 menit penuh
2. Usaha nafas. Dinilai dengan mendengar tangis bayi
3. Tonus otot. Dinilai dengan melihat pergerakan ekstremitas
4. Refleks terhadap rangsangan. Dinilai atas dasar respon terhadap rangsangan. 0 berarti
tidak ada respon terhadap stimulasi, 1 berarti wajah meringis saat distimulasi, 2 berarti
meringis, menarik, batuk, atau bersin saat distimulasi
5. Warna kulit. Dinilai apakah kemerahan, pucat atau biru seluruh tubuh atau hanya sebagian
tubuh.
Penilaian pada menit pertama segera setelah lahir memberikan petunjuk derajat asfiksia
dan pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Neonatus yang beradaptasi dengan baik
mempunyai nilai apgar 7-10, Nilai 4 -6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan – sedang,
sedangkan nilai 0-3 menunjukkan adanya asfiksia berat. Penilaian diulang setelah 5 menit dan
nilai ini mempunyai nilai prognosis karena berkorelasi dengan morbiditas dan mortalitas.
Setelah pemeriksaan nilai apgar, pemeriksaan segera setelah lahir yang perlu dilakukan
antara lain:
A. Gerak pernafasan simetris atau tidak, apakah ada takipne atau bradipne, retraksi,
pernafasan cuping hidung dan lain-lain
B. Abdomen. Apakah abdomen cekung (Hernia diafragmatika), cembung (obsruksi
saluran pencernaan dan ada/tidaknya tumor.
C. Tali pusat. Dilihat kesegarannya, jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena), ada
perdarahan atau tidak.
D. Anus. Apakah paten/tidak dengan memasukkan termometer/kateter ke dalam anus
E. Penentuan jenis kelamin
F. Pemeriksaan ada / tidak kelainan bawaan
G. Pemeriksaan plasenta dan cairan amnion. Diperiksa berat plaenta serta mencari ada
tidaknya kelainan seperti perkapuran,nekrosis dan lain-lain. Jumlah cairan amnion
perlu diukur apakah hidramnion (>2000 ml) atau oligohidramnion (< 500 ml)

Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam keadaan stabil yaitu 1
sampai 6 jam setelah pemeriksaan pertama. Dilakukan secara sistematik dan terinci.
Pemeriksaan lanjutan terdiri dari pemeriksaan keadaan umum dan dilanjutkan pemeriksaan
organ secara terinci. Bila neonatus dalam keadaan tenang, didahulukan pemeriksaan yang
mempergunakan stetoskop.
Keadaan Umum
1. Warna Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada
ujung-ujung jari. Bila sianosis seluruh tubuh dipikirkan kemungkinan kelainan jantung
bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Kulit pucat terdapat pada anemia atau asfiksia
berat. Kulit kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi didalam darah atau pewarnaan
mekonium. Warna kuning kearah jingga menunjukkan kenaikkan bilirubin indirek,
sedangkan kenaikan bilirubin direk warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang berkulit
gelap ikterus lebih baik diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit bewarna, dalam keadaan
normal dapat terlihat warna kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Monggolian
spots.
2. Keaktifan
Dinilai dengan melihat posisi dan pergerakan tungkai serta lengannya. Pada neonatus
cukup bulan yang sehat posisi ekstremitas adalah fleksi dan gerakan tungkai serta
lengannya aktif dan simetris. Bila asimetri pikirkan kelumpuhan atau patah tulang. Bila
diam saja, kemungkinan terdapat depresi SSP atau akibat obat-obatan/infeksi.
3. Tangis Bayi
Apakah melengking, lemah atau merintih. Tangisan melengking menunjukkan bayi
dengan kelainan neurologik sedangkan lemah dan merintih terdapat pada bayi dengan
kesukaran bernafas.
4. Wajah Neonatus
Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang spesifik misalnya sindroma
down.
5. Keadaan gizi
Keadaan gizi dinilai dari berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, tebal
lapisan subkutan, serta kerutan pada kulit.
6. Usia Kehamilan
Mengetahui usia kehamilan sangat penting untuk mengetahui kategori neonatus
apakah, kecil, sesuai atau besar untuk masa kehamilan. Dapat dinilai dengan menghitung
dari hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai masa kelahiran atau dengan pemeriksaan
USG.
7. Suhu
Suhu tubuh diukur dari aksila. Suhu 35°C dapat terdapat pada neonatus, dan akan
naik bila dihangatkan dengan lampu atau dibedong. Suhu yang meninggi bisa terjadi karena
dehidrasi, gangguan serebral, infeksi atau kenaikan suhu lingkungan, demikan pula bila
suhu turun.

Pemeriksaan Sistematik
a. Kulit
Apakah ada verniks kaseosa, edema, lanugo, ptekie atau ekimosis, tumor (ukuran,
bentuk,konsistensi dan warnanya), kelainan bawaan pada kulit, turgor kulit, milia (bintik
putih kekuningan) dan miliaria kristalina (retensi keringat)
b. Kepala
Pada kelahiran normal sering terlihat tulang kepala tumpang tindih karena molding
dan akan normal kembali setelah beberapa hari, sehingga sutura, ubun-ubun besar dan kecil
mudah teraba. Pada ubun-ubun diperiksa ukuran dan ketegangannya.
Perhatikan terdapatnya kelainan karena trauma jalan lahir, seperti kaput
suksedaneum, hematoma sefal dan perdarahan subaponeurotik. Kaput suksedaneum adalah
edema kulit kepala lunak tidak berfluktuasi, batas tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan
akan hilang dalam beberapa hari. Hematoma sefal tidak terlihat pada hari pertama ,
biasanya pada hari kedua;konsistensi lunak, berfluktuasi dengan batas tegas pada tepi
tulang tengkorak. Akan menghilang sempurna 2-6 bulan.Perdarahan subaponeurotik terjadi
akibat pecahnya vena-vena jaringan luar dengan sinus-sinus didalam tengkorak. Batasnya
tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak asimetris, teraba fluktuasi dan edema.
Apakah ada kelainan bawaan, anensefali, mikrosefali, makrosefali dan lain-lain.
Pemeriksaan transiluminasi dalam kamar gelap dapat dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan hidrosefalus. Telinga dilihat ada kelainan/tidak. Pada telinga tidak jarang
ditemukan papilloma praaurikula. Membrana timpani mudah dilihat dengan otoskop,
biasanya tampak suram. Hidung sering tersumbat oleh mukus. Perhatikan kemungkinan
adanya atresia koana. Pada mulut diperhatikan kemungkinan adanya kelainan kongenital
labiognato-palatoskizis. Pipi tampak tebal karena akumulasi lemak yaitu Sucking pads,
sedangkan tenggorokan bayi sukar dilihat. Penting juga untuk dilakukan pemeriksaan
bentuk kepala.
c. Leher
Leher bayi tampak relatif pendek.Perhatikan kemungkinan adanya goiter, higroma
kistik dan perdarahan m.sternokleidomastoideus. Perhatikan pula adanya webbed neck
yang terdapat pada kelainan kongenital yaitu sindroma turner.
d. Dada
Inspeksi
Perhatikan bentuk dada neonatus,biasanya seperti tong. Pada respirasi normal dinding
dada bergerak bersama dengan dinding perut,selain itu dilihat apakah ada retraksi/tidak,
gerakan simetris atau tidak bila tidak kemungkinan pneumotoraks, paresis diafragma atau
hernia diafragmatika. Frekuensi nafas neonatus normal berkisar 40-60 permenit,dihitung
selama satu menit penuh, karena sering terjadi Periodic brathing yaitu pola pernafasan
neonatus terutama prematur ditandai dengan penghentian pernafasan yang berlangsung
kurang dari 20 detik dan terjadi secara berkala.
Perhatikan kelenjar payudara, baik pada wanita maupun laki-laki kadang-kadang
tampak membesar dan sering disertai sekresi air susu akibat pengaruh hormon ibu. Luas
aerola dan tebal jaringan dipakai untuk menilai usia kehamilan neonatus.
Palpasi
Dengan palpasi dapat diketahui adanya fraktur klavikula serta menentukan iktus
kordis.
Perkusi
Jarang dilakukan pada neonatus. Dapat memberi informasi adanya kelainan paru
misalnya : pneumothorax, atelektasis, hernia diafragmatika dll.
Auskultasi
Frekeunsi jantung dihitung selama 1 menit, normalnya adalah 100-160 permenit.
Bising jantung sering terdengar pada neonatus. Bunyi nafas adalah bronkovesikular, sura
ronki kadang-kadang terdengar pada inspirasi yang panjang. Bila bising usus terdengar
didaerah dada menunjukkan terjadinya hernia diafragmatika.
e. Abdomen
Inspeksi
Lihat dinding perut, abdomen neonatus biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan
dinding dada. Perut yang cekung difikirkan kemungkinan hernia diafragmatika, sedang
perut membuncit mungkin disebabkan oleh hepatomegali, megakolon kongenital, atau
massa. Bila perut kembung kemungkinan enterokolitis, perforasi usus atau ileus.
Perhatikan adanya kelainan seperti omfalokel, ekstrofia vesikalis atau gastroskisis.
Umbilikus juga dilihat apakah ada kelainan atau tidak.
Auskultasi
Dalam keadaan normal suara peristaltik terdengar sebagai suara yang intensitasnya
rendah dan terdengar 10-30 detik. Nada peristaltik meninggi (nyaring) pada obstruksi
traktus gastrointestinalis (metalik sound), frekuensi akan bertambah pada gastroenteritis,
serta berkurang atau menghilang pada peritonitis atau ileus paralitik
Palpasi
Dalam keadaan normal kadang kadang hati teraba 2-3 cm dibawah arkus costa kanan.
Limfa juga sering teraba 1 cm dibawah arkus kosta. Ginjal kanan dapat diraba pada posisi
bayi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar terjadi relaksasi otot-otot dinding perut.
Tangan kanan diletakkan dibawah dada kanan, dan jari-jari yang berada diatas perut
ditekankan untuk meraba ginjal. Untuk ginjal kiri diraba dengan tangan kiri.Batas ginjal
mudah teraba, setinggi umbilikus diantara garis tengah dan tepi abdomen. Bagian ginjal
yang teraba biasanya sekitar 2-3 cm.
Perkusi
Cara perkusi abdomen sama dengan cara perkusi pada anak, hanya penekanan jari
lebih ringan dan lebih perlahan. Perkusi normal adalah bunyi timfani pada seluruh
permukaan abdomen, kecuali didaerah hati dan limfa.
f. Genitalia eksterna
Pada bayi perempuan dilihat labia minora. Pada bayi cukup bulan labia minora
tertutup labia mayora.Selain itu dilihat lubang uretra dan lubang vagina. Pada bayi laki-
laki, dilihat ukuran penis (p 3-4 cm, L 1-1,3 cm), apakah ada fimosis, epispadia atau
hipospadia. Keadaan skrotum, ada tidaknya hidrokel, turun tidaknya testis dan ada tidaknya
kelainan lain.
g. Anus
Diperiksa ada tidaknya atresia ani, fistula dan pengeluaran mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya terjadi 24 jam pertama. Bila lebih dari 48 jam belum keluar dipikirkan
kemungkinkan meconium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
h. Tulang belakang dan ekstremitas
Neonatus dalam keadaan tengkurap, kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang
tulang belakang untuk mencari kemungkinan adanya skoliosis, sinus pilonidalis atau spina
bifida. Ekstremitas diperiksa simetris/tidak, kelumpuhan ada/tidak, tonus otot, dislokasi
dan adanya kelainan bawaan.

Ukuran Antropometrik
Neonatus cukup bulan yang sesuai usia kehamilan mempunyai ukuran berat badan 2500-
4000 gram, Panjang badan 45-54 cm, Lingkaran kepala 33-37 cm dan biasanya 2 cm lebih
Menghitung besar dari lingkaran dada.
BB dan TB Cara mengukur lingkar kepala adalah dengan mengukur lingkaran kepala terbesar,
di atas aja dengan meletakkan pita melingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan
bagian belakang kepala yang paling menonjol (protuberansia oksipitalis).
Cara mengukur lingkar dada. Pita diletakkan mengelilingi dada melalui puting susu
dalam keadaan ekspirasi maksimal.

Pemeriksaan Neurologis
Tonus otot, pergerakan ekstremitas dan tangisan bayi dapat memberi gambaran mengenai
keadaan neurologik neonatus. Pemeriksaan khusus adalah menilai refleks.
Refleks Moro
Ditimbulkan dengan menarik kain tempat tidur bayi dan bayi akan meperlihatkan gerakan
seperti memeluk. Ada tidaknya refleks ini dapat memberi keterangan mengenai keadaan SSP.
Normal refleks moro akan menghilang pada umur 5 bulan.
Plantar reflex dan grasp reflex
Berupa gerakan fleksi jari-jari kaki dan tangan, ditimbulkan dengan meletakkan sesuatu
pada telapak kaki dan tangan.
Sucking reflex (Refleks menghisap)
Diperiksa dengan memasukkan jari kemulut bayi, bayi akan mengisap jari tersebut.
Rooting reflex (Refleks mencari)
Refleks mencari akan timbul bila pada bayi yang lapar diletakkan sesuatu disekitar
mulutnya, maka bayi akan mencari dan menghisapnya.
rooting dulu baru sucking, pakai handscoon

Laporan akhir : Nama, umur, jenis kelamin


Check List PEMERIKSAAN NEONATUS
Skor
No Asfek yang Dinilai
0 1 2
Pemeriksaan segera setelah lahir: APGAR SCORE
• Frekuensi denyut jantung
• Usaha bernapas
1
• Tonus otot
• Refleks
• Warna kulit
Pemeriksaan lanjutan :
• Keadaan umum
• Warna kulit
• Keaktifan
2 • Tangis bayi
• Wajah neonatus
• Keadaan gizi
• Usia kehamilan ibu
• Suhu
Pemeriksaan sistematik :

• Kulit

3 • Kepala dan leher

• Dada : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

• Abdomen : Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
• Organ genitalia
• Anus
• Tulang belakang dan ekstremitas
• Antropometrik
Pemeriksaan Neurologis :
• Refleks Moro.
4 • Plantar reflex dan grasp reflex.
• Sucking reflex
• Rooting reflex.
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tetapi tidak benar
2 = dilakukan dengan benar

Anda mungkin juga menyukai