Sop tindakan yang sering dilakukan di ruang keperawatan anak, seperti :
1) Prosedur pemeriksaan fisik pada anak ( boleh bentuk rangkuman )
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK A. ANAMNESIS 1) Definisi: pemeriksaan yang dilakukan dg wawancara a) Autoanamnesis: langsung ke pasien b) Aloanamnesis : semua keterangan diperoleh selain dari pasiennya sendiri c) Orang tua d) Wali e) Keterangan dari dokter yang merujuk 2) Teknik anamnesis 1) Ciptakan suasana kondusif agar orang tua atau pasien dapat mengemukakan keadaan pasien dg spontan dan wajar 2) menyapa/memberi salam kepada penderita/keluarga, memperkenalkan diri, meminta izin untuk melakukan anamnesis dan memeriksa. 3) Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dg keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan, serta emosi orang yang diwawancara 4) jangan memakai istilah yang mungkin tidak dimengerti oleh keluarga 5) Anamnesis dilakukan dg wawancara secara tatap muka 6) Keberhasilan anamnesis bergantung pada kepribadian, pengalaman dan kebijakan pemeriksa 7) Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat mungkin dihindari pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak” B. Langkah-langkah anamnesis 1) Identitas pasien a) Jenis kelamin: Guna: identitas dan penilaian data pemeriksaan klinis b) Nama Orang tua Guna: agar tidak keliru dengan orang lain c) Alamat Guna: agar dapat dihubungi, untuk kunjungan rumah, mempunyai arti epidemiologis d) Umur/pendidikan/pekerjaan Orang tua Guna; identitas,,menggambarkan keakuratan data,dapat ditentukan pola pendekatan anamnesis e) Agama & suku bangsa Guna: memantapkan identitas, berhubungan dengan perilaku tentang kesehatan & penyakit 2) Keluhan utama dan keluhan tambahan 3) Riwayat perjalanan penyakit sekarang a) Disusun cerita yg kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia berobat b) Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan,kepada siapa, obat apa yg diberikan dan bagaimana hasilnya c) Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan 4) Riwayat penyakit dahulu 5) Riwayat pasien dalam kandungan ibu 6) Riwayat kelahiran 7) Riwayat makanan, imunisasi, riwayat TK & keluarga C. Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala 1) Lamanya keluhan berlangsung 2) Bagaimana sifat terjadinya gejala: Mendadak/perlahan-lahan/terus menerus/berupa bangkitan/hilang timbul/berhubungan dg waktu 3) Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya: 4) Menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebarannya/berpindah 5) Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya Menetap/cenderung bertambah berat/cenderung berkurang 6) Terdapatnya hal yg mendahului keluhan 7) Apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang 8) Apakah ada saudara atau tetangga menderita yg sama 9) Upaya yang telah dilakukan D. Beberapa keluhan yang sering ditemukan: 1) Demam. Yang perlu ditanyakan: a) Lama demam b) Apakah timbulnya mendadak, remiten,intermitten,kontinu c) Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung beberapa hari kemudian menurun lalu naik lagi dsb d) Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun, meracau, menggigau, mencret, muntah, sesak nafas, terdapatnya manifestasi perdarahan 2) Batuk a) Berapa lama b) Apakah batuk sering berulang atau kambuh c) Sifat batuk: spasmodik, kering atau produktif/banyak dahak d) Dirinci sifat dahaknya: kekentalan,warna, bau serta adanya darah pada dahak e) Keluhan lain yg menyertai batuk: sesak napas, mengi, berkeringat pd malam hari, sianosis, berat badan menurun, apakah pasien memerlukan perubahan posisi, muntah dsb f) Terdapatnya orang disekitar pasien yang juga batuk dapat memberi petunjuk diagnosis. 3) Mencret a) Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus gastrointestinalis atau keluhan penyerta penyakit lain b) Apakah mencret berlangsung akut atau kronik c) Frekuensi defekasi sehari d) Banyaknya feses setiap buang air besar e) Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah f) Warna feses( hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul) g) Baunya ( busuk, anyir), h) Selain rasa mulas,tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan lain yang menyertai mencret mis: muntah, sesak napas, kejang, gangguan kesadaran, kencing berkurang, lemas, lecet didubur, dubur keluar dsb 4) Muntah a) Pada keluhan muntah perlu diketahui sejak umur berapa keluhan muntah mulai berlangsung. Hal-hal yang perlu diteliti: Berapa kali frekuensi muntah Sifat muntah: ( proyektil atau dengan keluhan nausea lebih dahulu) Berapa banyak muntahan Jenis muntahan dan warnanya Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum Apakah muntahnya berhubungan dg perubahan posisi dari berbaring ke duduk. Keluhan lain yang sering menyertai : perut kembung, konstipasi,atau mencret, demam, batuk spasmodik dll 5) Kejang a) Kapan kejang terjadi : pertama kali atau berulang b) Frekuensi kejang c) Sifat kejang : klonik , tonik, umum atau fokal d) Lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu kejang dan pasca kejang. e) Gejala lain yang menyertai: demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran, atau kemunduran kepandaian f) Sesak Napas g) Keluhan sesak napas sering berhubungan dg penyakit saluran napas dan penyakit kardiovaskular h) Diteliti saat keluhan sesak napas timbul, apakah baru pertama kali atau berulang-ulang i) Berapa bantal anak tidur j) Apakah sesak napas timbul setelah aktivitas (disebut toleransi latihan: pada bayi ditanyakan bagaimana sibayi minum susu atau menetek) k) Keluhan lain yang menyertai sesak napas ialah batuk, mengi, perut membesar, pernah sakit sendi yang berpindah, demam, sakit dada, sianosis dan apakah ada riwayat tersedak E. PE,ERIKSAAN FISIK
Persiapan Persiapan alat :
1. Bengkok 2. Setetoskop 3. Garputala bak streril kecil 4. Tongue spatel 5. Materan 6. Kassa/tissue 7. Stop watch/jam tangan 8. Pen light 9. Reflek hammer 10. Oerlak dan alas 11. Otoskope 12. Specculum hidung 13. Snellen chart 14. Tes penciuman, minyak kayuputih, alkohol, kopi 15. Tes perasa : gula, garam, kopi Persiapan pasien 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada anak/orang tua 2. Mengatur posisi anak Persiapan lingkungan 1. Pengaturan ruangan/ tempat 2. Menutup sampiran untuk menjaga privacy anak Penataksanaan 1. Kulit : warna, tekstur, tugor, pigmentasi, temperatur, lesi, kelembaban, edema 2. Kuku : warna, bentuk dan keadaan kuku, CRT, clubbing fingers 3. Kepala a) Rambut : warna, kualitas, ketebalan, distribusi, kelembaban b) Kulit kepala : ketombe, seborrhea, pembengkakan, benjolan, lesi c) Bentuk kepala : simetris, ukur lingkar kepala pada anak <1 tahun 4. Wajah : simetris, pembengkakan, lesi 5. Mata a) Alis : norma : ada diatas kedua mata, bergerak, simetris, warna, distribusi, lesi, rontok. b) Bulu mata : warna, kondisi/distrusi, posisi, peradangan (hordeolum) c) Kelopak mata : warna, edema, lesi, posisi, ectropion, entropion d) Bola mata : posisi ( dalam/cekung, menonjol/ exopthalmus, tenggelam/enopthalmus) e) Conjungtiva : warna ( N : merah muda, lembab, bercahaya, ada pembuluh darah kecil-kecil, jernih), peradangan f) Sclera : warna ( N: putih dan jernih ), benda asing, discharge, lesi g) Cornea dan iris : abrasi, kejernihan, ( normal : licin dan transparan, sensitivitas kornea ( test nervous V) h) Pupil : bentuk ( n:bulat), kesamaan ukuran, warna (gelap,keruh dan tidak berwarna, katarak), refleks pupil terhadap cahaya, consensual reaction, refleks akomodai, kelenjar air mata i) Ketajaman penglihatan : snelle chart/ gambar j) Lapang pandang 6. Hidung a) Struktur luar : ukuran, bentuk nares, simetris ( lurus tidaknya septum hidung ), disharge, edema b) Struktur dalam : membaran mukosa warna ( N: merah muda), inflamasi, alergi, septum ( N:di tengah-tengah), warna, eksudat, edema pilip, epistaksis c) Passage udara ( menutupi lubang ) d) Palpasi sinus e) Penciuman 7. Telinga a) Struktur luar : warna, lesi, strumen, ukuran telinga, membran tympani ( warna: abu-abu tua, intact: tidak ada perforasi/tidak tembus cahaya), disharge, bau, edema tulang mastoid b) Pendengaran : tes rine, tes webber, detik jam tangan, gesekan kertas,dan bisikan suara 8. Mulut dan pharing dan laring a) Bibir : warna, simetris, kelembabakan, lesi ulkus b) Mukosa : warna, lembaban, lesi c) Gigi : carries, letak, posisi d) Gusi : warna, edema, retracsi, pendarahan, lesi e) Lidah : warna, posisi ukuran f) Pharynx : mukosa membran, adanya edema, faring , uvula, tonsis g) Bau mulut h) Refleks : GAG refleks, refleks menelan 9. Laring : obtruksi laring 10. Leher : adanya tekanan vena jugularis, ada tidaknya massa dalam leher, kulit leher, ROM, trachea, kelenjar tyroid, kelenjar getah bening 11. Dada : a) Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas atau tidak, b) Palpasi : adanya penonjolan, pembengkakan c) Pemerikdaan payudara : kaji ukuran, bentuk, lesi adanya benjolan, pembengkakan, 12. Paru-paru a) Inspeksi : kesimetrisan pengembangan apru, diameter antero-posterior, dan tramsversal, kelainan tulang belakang : lordosis, kiposis, dan skoliosis b) Palpasi : pengembangan dada, adanya nyeri tekan, masa, peradangan, kesimetrisan ekspansi paru, tactil/vocal vremitus c) Perkusi : batas anterior dan posterior d) Auskultasi : bunyi paru, suara nafas tambahan 13. Jantung a) Inspeksi : area perikordial b) Palpasi : area aorta, area pulmonal, area trikuspid, area apikal c) Perkusi : batas jantung d) Auskultasi : bunyi jantung, bunyi tambahan, murmur 14. Abdomen a) Inspeksi : kulit, umbilikus, bentuk, simetrisan, pembesaran organ, adanya massa, adanya pulsasi b) Palpasi : adanya massa dan nyeri tekan, palpasi hepar, palpasi limfa, palpasi ginjal c) Auskultasi : bising usus, desiran aeota, arteri renalis, arteri iliaka, arteri femoralis, friction rubs d) Perkusi : timpani 15. Ekstermitas atas bawah a) Inspeksi : kulit, pembengkakan, simetrisan, kuku, polidaktil, sindatili, pesequinovarus/vagus b) Palpasi : edema, capilary refill time (CRT) c) Refleks biseps, trisep, patela, babinski 16. Genetalia wanita dan pria a) Genetalia wanita Inspeksi : epispadia, labia, klitolis, orifisium uretra, introitus vaginan, keluaran/sekret Palpasi : adanya pembesaran atau nyeri tekan b) Genetalia pria Penis Inspeksi : perkembangan penis, prepusium, adanya fimosis, gland penis, metaus uretra, adanta hipopadia 17. Anus dan rectum a) Inspeksi : jaringan perineal, atresia ani b) Palpasi : kulit sekitar 18. Bersihkan alat dan cuci tangan 19. Rapihkan pasien dan beri posisi nyaman 20. Dokumentasikan hasil tindakan 2) Prosedur pemeriksaan TTV pada anak
Pengertian Tanda-tanda vital adalah ukuran dari berbagai
fisiologi statistik, sering diambil oleh profesional kesehatan, dalam rangka untuk menilai fungsi tubuh yang paling dasar Tujuan Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien Persiapan alat 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral, rektal) 2. buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, air bersih 3. Bengkok 4. Tissue 5. Jam tangan berdetik 6. Tensimeter 7. Stetoskop 8. Pena dan buku catatan 9. Sarung tangan 10. Vaselin dalam tempatnya (pelumas) Periapan pasien dan 1. Memberikan informasi tentang tindakan lingkungan yang akan dilakukan 2. Menyiapkan pasien dalam keadaan istirahat/rileks 3. Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman 4. Berika privasi pada klien Prosedur dan pelaksanaan 1. Pengukuran suhu 2. Nadi 3. Pernafasan 4. Tekanan darah Mengukur suhu aksila 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat kedekat pasien 3. Menjeaskan prosedur kepada pasien 4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang) 5. Minta pasien membuka lengan baju (kalau perlu dibantu) 6. Bila ketiak basah keringkan dengan tisu 7. Ambil termometer dari tempat nya (bila termometer dilarutan desinfektan ambil dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan arah memutar, kemudian masukkan ke air bersih dan bersihkan dengan tisu) 8. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35° C 9. Letakkan termmeter tepat pada lengan aksial pasien, lengan pasien fleksi di atas dada 10. Tunggu sampai 5-10 menit kemudian angkat, bersihkan dan baca hasilnya 11. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien 12. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu ke posisi yang nyaman 13. Masukkan dalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan gerakan sirkuler, masukkan ke larutan desinfektan bersihkan dengan tisu kemudian masukkan ke air bersih dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan gerakkan sirkuler 14. Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan termometer dalam tempatnya 15. Mencuci tangan 16. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan Mengukur suhu oral 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat kedekat pasien 3. Menjeaskan prosedur kepada pasien 4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang) 5. Ambil termometer dari tempat nya (bila termometer dilarutan desinfektan ambil dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan arah memutar, kemudian masukkan ke air bersih dan bersihkan dengan tisu) 6. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35° C 7. Minta paien membuka mulut nya, dengan perlahan letakkan termometer dibawah lidah 8. Minta pasien mengatupkan bibirnya 9. Tunggu sampai3-5 menit kemudian angkat, bersihkan dan baca hasilnya 10. Menginformasikan hasilnya ke pasien 11. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu posisi yang nyaman 12. Masukkan ke dalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan gerakan sirkuler, masukkan ke larutan desinfektan bersihkan dengan tisu kemudian masukkan ke air bersih dan bersihkan dengan tisu dari pangkal ke reservoir dengan gerakkan sirkuler 13. Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan termometer dalam tempatnya 14. Mencuci tangan 15. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan Mengukur suhu rektal 1. Mengukur Suhu Rektal 2. Mencuci tangan 3. Membawa alat-alat kedekat pasien 4. Menjelaskan prosedur pada pasien 5. Menutup gorden/pintu ruangan 6. Memakai sarung tangan 7. Membantu pasien dalam posisi sim’s (pasien anakdapat berbaring tengkurap) 8. Minta pasien menurunkan pakaian bawah sampai dibawah gluteal (kalau perlu dibantu) 9. Membuka panta sampai pelepasan tampak dari luar, bila pelepasan tampak kotor bersihkan dengan tisu Ambil termometer dari tempatnya 10. Cek termometer pastikan suhunya dibawah 35 C 11. Mengolesi vaselin/ lubrikasi pada ujung termometer (2,5-4cm untuk dewasa dan 1,5-2,5 cm untuk bayi/anak) 12. Dengan tangan kiri tak dominan meninggikan bokong atas pasien 13. Masukkan termometer ke dalam rektal secara perlahan (bila terasa ada tahanan segera tarik termometer) 14. Pegang termometer 15. Tunggu 2-3 menit kemudian angkat, bersihkan dan baca hasilnya 16. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien 17. Merapikan kembali pakaian pasien dan membantu ke posisi yang nyaman 18. Masukkan kedalam larutan sabun bersihkan dengan tisu dari pangkal ke rervoir dengan gerakan sirkuler, masukan ke larutan desinfektan bersihkan dengan tisu dengan gerakan sirkuler kemudian masukkan ke air bersih kan dengan tisu dari pangkal ke rervoir dengan gerakan sirkuler 19. Menurunkan air raksa sampai reservoir kemudian masukkan termometer dalam tempatnya 20. Melepas sarung tangan 21. Mencucci tangan 22. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan Mengukur denyut nadi 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat kedekat pasien 3. Menjelaskan prosedur kepada pasien 4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang) 5. Meraba / menentukan letak arteri/ denyut nadi yang akan dihitung 6. Memeriksa denyut nadi dengan cara meletakkan ujung jari, jari tengan, dan jari manis diatas arteri yang akan dihitung 7. Bila denyut nadi sudah terba teratur, pegang jam tangan dengan penunjuk detik pada tangan yang lain 8. Menghitung denyut nadi selama ¼ menit (bila nadi teratur) hasilnya dikalikan 4, jika nadi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh 9. Merapikan pasien kembali dan membantu pasien ke posisi yang nyaman 10. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberi tahu pasien tindakan sudah selesai 11. Mencuci tangan 12. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan Mengukur pernafasan 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat kedekat pasien 3. Menjelaskan prosedur kepada pasien 4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/terlentang) 5. Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks 6. Mengobservasi satu siklus pernafasan lengkap kemudian mulai menghitung frekuensi pernafasan dan memperhatikan kedalaman, irama, serta karakter pernafasan selama 30 detik hasilnya dikalikan 2 bila pernafasan teraturtapi jika pernafasan tidak teratur atau pasien bayi/anak kecil hitung selama satu menit penuh 7. Mengatur kembali posisi pasien yang nyaman 8. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai 9. Mencuci tangan 10. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatan Mengukut tekanan darah 1. Mencuci tangan 2. Membawa alat-alat kedekat pasien 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pada pasien 4. Mendesinfeksi gagang stetoskop yang akan ditempelkan ke telinga dan juga mendesinfeksi diafragma stetoskop 5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin 6. Meletakkan tensimeter dsamping atas lengan pasien 7. Meminta/membantu pasien menggulung/membuka lengan baju yang akan diperiksa 8. Memasang manset pada lengan atas kira- kira 2,5cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu kuat) dan dan panah pada maset sejaja dengan arteri brakhialis 9. Meraba arteri brakhialis dengan jari tengan dan telunjuk 10. Memakai stetoskop diafragma stetoskop diatau arteri brakhialis dang memegangnya dengan ibu jari atau beberapa jari 11. Menutup klep/skrup pompa balon dengan memutar searah jarum jam dan membuka kunci air raksa jika menggunakan tensi air raksa 12. Memompa 30 mmHg diatas titik pulsasi hilang 13. Membuka skrup pelan-pelan (air raksa turun kira-kira 2-3 mmHg/detik) 14. Mendengarkan denga seksama sambil membaca skala air raksa dimana suara denyut arteri terdengar pertama sampai menghilang (denyut pertama adalah tekanan sistolik dan denyut terakhir adalah suara tekanan diasstolik) 15. Mengempeskan dengan cepat setelah suara denyut tidak terdengar sampai air raksa pada angka nol (jika ingin mengulang pemeriksaan tunggu kira-lira 2 menit) 16. Membuka manset, digulung/dilipat yang rapi kemudian manset ditempatkan pada tempatnya, air rakasa dikunci, tensimeter ditutup 17. Mengatur kembali posisi pasien 18. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan memberitahu bahwa tindakan sudah selesai 19. Mencuci tangan 20. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku catatanpada telinga, meletakkan bagian Evaluasi 1. Rapikan dan bereskan alat 2. Sampaikan hasil pengukuran tanda-tanda vital pasien 3. Posisikan pasien pada posisi yang nyama 3) Prosedur pemasangan infus pada anak
Pengertian Prosedur pemberian cairan melalui infus
dengan memasukkan cairan melalui intravenadengan bantuan set infus, yang bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dansebagai tindakan pengobatan serta pemberian makan. Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit 2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan pengobatan Alat dan bahan 1. tandar infus. 2. Set infuse 3. Cairan sesuai kebutuhan pasien. 4. Jarum infus/abocath dengan ukuran yang sesuai 5. Perlak/Alas. 6. Torniket/pembendung. 7. Kapas alkohol 70% 8. Plester. 9. Gunting. 10. Kasa steril. 11. SpalakSarung tangan. Prosedur kerja 1. perawat cuci tangan 2. Menggantungkan cairan infus pada standar infus 3. Membersihkan karet penutup botol cairan infus atau membuka tutup botol cairan infus 4. Menusukkan set infus ke dalam botol cairan infus kemudian ruang tetesan di isi setengah 5. Set/selang infus di isi cairan dan dikeluarkan udaranya 6. menentukan lokasi yang akan dipasang infus lalu memakai hand scoon 7. melakukan pembendungan daerah yang akan di pasang infus 8. mencuci hamakan daerah/lokasi yang akan di pasang infus kemudian menusukkan wing needlee/abokat ke dalam vena sedalam mungkin 9. buka pembendung dan sambungkan wing needle dengan selang infus dan pengatur tetesan dibuka 10. memperhatikan ada/tidaknya pembengkakan 11. daerah yang ditusuk diberi betadin dan ditutup dengan kasa steril kemudian wing needle ditempelkan dengan plester 12. pasang spalk/bidai dan dibalut dengan kasa gulung. Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai instruksi 13. merapikan bayi/anak dan alat yang digunakan 14. mencatat tanggal, jam pemberian cairan dan macam cairan 15. mengobservasi reaksi bayi/anak Tahap terminasi 1. Evaluasi perasaan klien 2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Bereskan alat-alat 5. Cuci tangan Dokumentasi 1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan 4) Prosedur inhalasi pada anak
Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat
menggunakan nebulator Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan 2. Melonggarkan jalan nafas Prosedur persiapan alat 1. Set nebulizer dan bahan 2. Obat bronkodilator 3. Bengkok 1 buah 4. Tissue 5. Spuit 5 cc 6. Aquades Tahap prainteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat Tahap orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien Tahap kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mengatur pasien dalam posisi duduk 3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer 4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran 5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik 6. Memasukkan obat sesuai dosis 7. Memasang masker pada pasien 8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis 9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue Tahap terminasi Melakukan evaluasi tindakan 1. Berpamitan dengan pasien/keluarga 2. Membereskan alat 3. Mencuci tangan 4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan Dokumentasi 1. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
5) Prosedur fisoterapi dada dan postural drainase pada anak
Pengertian 1. Fisioterapi Dada adalah tindakan yang
dilakukan pada klien yang mengalamiretensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada ini meliputirangkaian : Postural drainase, perkusi dan vibrasi. 2. Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan secret itu sendiri.Penumpukan secret dapat terjadi pada berbagai lokasi maka, posturaldrainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan posisi yangterdapat kelainannya 3. Perkusi dada merupakan energy mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru dengan tujuan melepaskan atau melonggarkansecret yang tertahan. Daerah klavikulas, vertebra, scapula dan daerah iga bawah harus dihindari. 4. Vibrasi dilakukan bersamaan dengan perkusi, yaitu dengan melakukankompresi dada menggerakan secret ke jalan nafas yang besar yangdilakukan pada saat klien mengeluarkan nafas atau puncak inspirasi dandilanjutkan sampai akhir Tujuan 1. Membantu membersihkan sekret 2. Mencegah penumpukan sekret 3. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot$otot pernafasan 4. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret 5. Pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun 6. Klien dapat bernafas bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup Indikasi 1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada : a) Pasien yang memakai ventilator b) Pasien yang melakukan tirah baring yang lama c) Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkoektasis d) Pasien dengan batuk yang tidak efektif 2. Mobilisasi sekret yang tertahan : a) Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret b) Pasien dengan abses paruc.Pasien dengan pneumonia c) .Pasien dengan post operatif d) Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelanatau batuk Kontra indikasi 1. Tension pneumothorax 2. Hemoptisis 3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipertensi, hipotensi, infrak miokard akut, dan aritmia 4. Edema paru 5. Efusi pleura yang luas 6. Trauma thorax Waktu Dilakukan 2 kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih daro 40 menit, tiap satu posisi 3-10 menit. Dilakukan sebelum makan atau 1-2 jam sesudah makan Persiapan alat 1. Bantal 2 atau 3 buah 2. Tissue 3. Bengkok 4. Segelas air hangat 5. Handuk 6. STetoskop 7. Sketse 8. Handsood 9. Masker Prosedur tindakan 1. dentifikasi pasien 2. Salam terapeutik 3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan 4. Dekatkan alat 5. Jaga privasi klien bila diperlukan 6. Mencuci tangan 7. Menggunakan handscoon 8. Membantu membuka pakaian klien sesuai kebutuhan 9. Ajarkan pasien teknik nafas dalam Anjurkan pasien untuk nafas dalam melalui hidung secara perlahan sampaidada mengembang dan terlihat kontraksi di otot antar tulang iga sertaanjurkan pasien untuk menghembuskan nafas melalui mulut (bentuk bibir seperti akan bersiul) POSTURAL DRAINASE 10. Pilih area yang terdapat sekret dengan stetoskop disemua bagian paru 11. Dengarkan suara nafas (rales atau ronchi) untuk menentukan lokasi penumpukan secret dengan menganjurkan klien untuk tarik nafas danmenghembuskannya secara perlahan-lahan 12. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat Letakkan bantal sebagai penyangga 13. Minta klien untuk mempertahankan posisi selama 10-15 menit Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas area yang di drainase PERKUSI 14. Menutup area yang akan di perkusi dengan menggunakan handuk 15. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan lambat untuk meningkatkanrelaksasi 16. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk 17. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secaracepat menepuk dada 18. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1- 2 menit, jangan pada areayang mudah cedera VIBRASI 19. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi 20. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat mulut (pursed lip breathing) 21. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan, dan gunakanhampir semua tumit tangan, getarkan tangan, gerakkan ke arah bawah. hentikan getaran saat klien inspirasi 22. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang. 23. Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk efektif. Anjurkan pasien untuk menarik nafas panjang;teknik nafas dalam melaluihidung dan hembuskan melalui mulut. Lakukan sebanyak 3 kali. Anjurkan pasien untuk menahan nafas dalam pada teknik nafas dalam terakhir lalu batukkan. 24. Tampung sekresi dalam sputum pot. Jika klien tidak dapat mengeluarkan sekretnya maka lakukan suction 25. Membersihkan mulut klien dengan tissue 26. Istirahatkan klien, minta klien minum sedikit air hangat 27. Ulangi pengkajian pada dada klien di semua lapang paru. Jika masihterdapat sekret, maka ulangi lagi prosedur. 28. Rapikan alat dan pasien 29. Mencuci tangan 6) Prosedur pemasangan NGT pada adak
Pengertian 1. NGT adalah kependekan dari Nasogastric
tube. alat ini adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu: Dewasa ukurannya 16-18 Fr Anak-anak ukurannya 12-14 Fr Bayi ukuran 6 Fr Indikasi pemasangan Indikasi pemasangan NGT Indikasi pasien NGT yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut: 1. Pasien tidak sadar 2. Pasien Karena kesulitan menelan 3. Pasien yang keracunan 4. Pasien yang muntah darah 5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut Tujuan pemasangan NGT Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut: 1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan 2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar 3. Untuk melakukan kumbah lambung pada pasien keracunan 4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung Kontraindikasi 1. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga pemasangan NGT hidung atau esophagus 2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal Persiapan alat 1. baki dan alas 2. NGT sesuai kebutuhan (bayi no. 5-8 dan anak no. 10-14) 3. Spuit 10-20 cc 4. Serbet makan 5. Kain alas 6. Nierbeken 7. Plester dan gunting 8. Makanan cair yang hangat sesuai kebutuhan 9. Air matang dalam tempatnya 10. Obat yang telah dicairkan (bila perlu ) Prosedur 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien 2. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga 4. Perawat mencuci tangan 5. Anak diatur dalam posisi semi fowler. Pada anak yang gelisah bila tidak ada orang lain yang membantu pasang restrain, pada bayi di bedong 6. Meningkatkan kemampuan klien untuk menelan 7. Meletakkan kain alas di bawah kepala bayi/anak 8. Pemasangan selang dapat menyebabkan keluarnya air mata atau muntah 9. Serbet makan dipasang di atas dada. Nierbeken diletakkan disamping pipi 10. Agar tidak mengotori pakaian klien. Pemasangan selang dapat menyebabkan keluarnya air mata 11. Lubang hidung dibersihkan 12. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan : a) Metode tradisional Untuk jarak dari puncak lubang hidung ke dalam telinga bawah dan ke prosesus xipoideus di sternum b) Metode Hanson Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Slang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional 13. Beri tanda pada panjang slang yang sudah diukur dengan menggunakan plester 14. Oleskan jeli pada NGT 15. Pelumasan menurunkan friksi antar membrane mukosa dengan selang 16. Memasukkan pipa lambung ke dalam salah satu lubang hidung sampai batas yang telah ditentukan 17. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan, putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk dimasukkan. 18. Meminimalkan ketidaknyamanan akibat pemasangan NGT. Dengan memasukkan selang dengan cara memutar dan sedikit menarik, ujung selang akan mudah masuk ke faring. 19. Memeriksa ketepatan pipa masuk ke dalam lambung dengan cara: a) Menghisap cairan lambung dengan spuit b) Mendengarkan melalui stetoskop sementara melalui pipa dimasukkan udara 2-3 cc dengan spuit c) Mencegah selang masuk ke system pernafasan 20. Menambatkan pipa lambung dengan plester 21. Spuit dipasang pada pangkal pipa kemudian udara di hisap kembali 22. Beri kenyamanan pada anak selama pemberian makan 23. Memberi kenyamanan akan mengurangi kecemasan. 24. Tuangkan sedikit air matang (2-5 cc) di susul dengan makanan cair melalui pinggir spuit 25. Bila makanan cair sudah habis, tuangkan lagi sedikit air matang 26. Setelah selesai memberi makan, posisikan anak dalam keadaan semi fowler dan miringkan ke kanan selama setengah jam. Pada bayi, setelah pemberian makanan melalui pipa, bayi diangkat dan punggungnya di tepuk-tepuk kemudian dibaringkan miring 27. Meminimalisir terjadinya muntah 28. Alat-alat dibersihkan, dirapikan dan dikembalikan ke tempat semula. 29. Perawat mencuci tangan 30. Catat macam dan jumlah makanan cair yang diberikan 31. Observasi keadaan umum selanjutnya
7) Prosedur pemberian makan melalui selang NGT pada anak
Pengertian Memberikan makan cair melalui selang
lambung (enteral) adalah proses memberikan melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung. Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien 2. Mempertahankan fungsi usus 3. Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna 4. Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan 5. Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna Dilakukan pada 1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar 2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya klien dengan gangguan jiwa 3. Klien yang muntah terus-menerus 4. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat 5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature Indikator 1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan 2. Identifikasi bising usus yang tidak normal ataupun tidak ada 3. Tinggikan kepala pada saat pemberian makanan untuk menghindari aspirasi dan muntah 4. Tinggikan kepala 1 jam setelah pemberian makanan 5. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat dan diduga aspirasi, nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke dokter 6. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak boleh > 600cc) dan usahakan mulut lebih kering. Kontraindikasi 1. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak 2. Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi) Prosedur 1. Menerangkan prosedur pada klien 2. Mencuci Tangan dan Memasang sarung tangan (Hanscoen) 3. Klien tetap dalam posisi semi fowler tinggi atau dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30° atau lebih selama 30 menit setelah memberikan makan melalui selang 4. Cek ketepatan selang di lambung, dengan cara: Buka klem NGT atau spuit NGT dan masukkan selang ke dalam gelas berisi air. Posisi tepay jika tidak ada gelembung udara Buka klem dan lakukan pengisapan/ aspirasi cairan lambung dengan menggunakan spuit NG. Cek cairan lambung dengan menggunakan strip indikator pH. Posisi tepat jika pH < 6. Buka klem dan cek dengan menggunakan stetoskop. Masukkan 30 cc udara dalam spuit NGT dan masukkan ke dalam lambung dengan gerakan cepat. Posisi tepat jika terdengar suara udara yang dimasukkan (seperti gelembung udara yang pecah) 5. Setelah yakin bahwa selang masuk ke lambung, Klem selang NGT selama pengisian makanan cair ke dalam spuit. 6. Melalui corong masukkan air matang atau air teh sekurang-kurangnya 15 cc. Pada tahap permulaan, corong dimiringkan dan tuangkan makanan melalui pinggirnya. Setelah penuh, corong ditegakkan kembali. 7. Klem dibuka perlahan-lahan 8. Alirkan makanan cair dengan perlahan. Atur kecepatan dengan cara meninggikan spuit. Jika klien merasa tidak nyaman dengan lambungnya, klem selang NGT beberapa menit 9. Jika makanan cair akan habis, isi kembali (jangan biarkan udara masuk ke lambung) 10. Bila klien harus minum obat, obat harus dilarutkan dan diberikan sebelum makanan habis. 11. Setelah makanan habis, selang dibilas dengan air masak. Kemudian pangkal selang segera di klem. 12. Rapikan Klien, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula. 13. Mendokumentasikan prosedur: Catat jumlah dan jenis makanan, pastikan letak selang, patensi selang, respon klien terhadap makanan dan adanya efek merugikan 14. Cuci tangan Hal-hal yang perlu 1. Identifikasi bising usus yang tidak normal diperhatikan pada saat ataupun tidak ada melakukan prosedur 2. Tinggikan kepala pada saat pemberian tindakan makanan untuk menghindari aspirasi dan muntah 3. Tinggikan kepala 1 jam setelah pemberian makanan 4. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat dan diduga aspirasi, nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke dokter 5. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak boleh > 600cc) dan usahakan mulut lebih kering.
8) Prosedur pemeriksaan skintest pada anak
Pengertian Pemberian obat secara intracutan ialah
pemberian obat dengan caramemasukkan obat kedalam permukaan kulit. lokasi utama yg banyak digunakan untuk melakukan suntikan intrakutan yaitu bagian atas dari lengan bawah Tujuan Pemberian obat dengan intracutan: 1. Membantu menentukan diagnosa pada penyakit tertentu (contohnya tuberculin tes). 2. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai dengan program pengobatan/prosedur. 3. Memperlancar proses pengobatan & menghindari kesalahan dalam pemberian obat. 4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test). Persiapan alat 1. sarung tangan sekali pakai 2. buku catatan pemberian obat 3. kapas alkohol 4. obat yg sesuai 5. spuit 1 ml dengan uk.25,26,atau 27, panjang jarum ¼ samapi 5/8 inci 6. bak spuit 7. baki obat 8. pulpen atau spido Prosedur kerja 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan. 3. Bebaskan daerah yg akan disuntik, apabila memakai baju lengan panjang buka & ke ataskan. 4. Pasang perlak atau pengalas tepat di bawah bagian yg disuntik. 5. Ambil obat buat tes alergi selanjutnya larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan pelarut) selanjutnya ambil 0,5 cc & encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, & sletakan pada bak injeksi atau tempat steril. 6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yg akan dilakukan penyuntikan. 7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yg akan disuntik. 8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 5º – 15º dengan permukaan kulit. 9. Suntikan obat kedalam kulit hingga terjadi gelembung. 10. Tarik spuit & tidak boleh dilakukan masase. Terminasi 1. Melakukan evaluasi dari hasil tindakanyang telah dilakukan 2. Melakukan kontrak untuk kegiatan/tindakan yang akan datang 3. Berpamitan dengan klien 4. Membereskan/merapihkan alat-alat yang telah digunakan ketika tindakan 5. Mencuci tangan 6. Mencatat/mendokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan
9) Perawatan pemberian obat injek pada anak
Pengertian Suatu prosedur atau tindakan menyuntikkan
obat ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena. tujuan Mempercepat penyerapan obat ke dalam tubuh dan Untuk pemeriksaan diagnostik misalnya zat kontras Persiapan alat 1. Bak injeksi steril di alasi dengan kasa steril 2. Surflo / Abocath no. 24, no. 26 3. Spuit disposable ( 2,5 cc ) 4. Kapas alkohol 70 % atau alkohol swab 5. Obat injeksi yang di perlukan 6. Buku injeksi 7. Bengkok 8. Alas / perlak 9. Handshoen Persiapan pasien 1. Ibu / keluarga pasien diberitahu terlebih dahulu dan mengisi serta 2. menandatangani informed consent 3. Bayi di bawa ke meja tindakan 4. Posisi bayi di atur senyaman mungkin Prosedur 1. Petugas cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 2. Alat-alat dan obat di siapkan dan di bawa ke dekat pasien 3. Mencocokkan nama pasien sesuai di buku injeksi 4. Mengambil obat, membaca etiket dan mencocokkan dengan program yang 5. telah di tulis di buku injeksi 6. Bila obat flacon di oplos dengan aqua, jarum disendirikan kemudian obat 7. disedot dengan spuit sesuai dengan kebutuhan dan di letakkan di 8. bak injeksi. 9. Memasang alas / perlak kecil di bawah lengan / kaki yang akan di pasang 10. surflo / abocath. 11. Lakukan desinfeksi pada daerah ( vena ) yang akan di tusuk, lalu kulit 12. diregangkan, dengan lubang jarum menghadap ke atas sejajar dengan vena, 13. jarum di tusukan ke dalam vena secara pelan-pelan dan hati-hati. 14. Bila jarum surflo sudah masuk dengan benar yang di tandai dengan keluarnya 15. darah, kemudian sambung dengan in stopper dan fiksasi dengan plester yang 16. sebelumnya ditutup dengan tegaderm, setelah itu pasang spalk. 17. Kemudian masukkan obat ke dalam spuit sesuai kebutuhan dan keluarkan 18. udara ( bila ada ). 19. Kemudian obat di masukan sesuai kebutuhan secara perlahan-lahan kemudian 20. di spoel dengan aquades steril 21. Sisa obat di simpan di kulkas dan di tulis setiap 1 cc berapa miligram. 22. Observasi reaksi obat 23. Bayi dirapikan dan di kembalikan ke box bayi 24. Alat-alat di bereskan 25. Semua tindakan yang sudah di lakukan di dokumentasikan
10) Prosedur pengambilan spesimen darah, feses dan urun pada anak
Pengertian Suatu cara pengambilan darah pada pembuluh
darah vena (mediana cubiti) yang cukup besar, jelas dan letaknya superfacial. Tujuan Untuk kebutuhan pemeriksaan imunologi, hematologi, dan kimia darah. Alat 1. Tabung vaccum 2. Holder 3. Pembendung /torniquet 4. Jarum/needle vaccum tainer 5. Plester obat 6. Label nama 7. Kapas alcohol 70 % Prosedur kerja 1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan 2. Memasang jarum/needle pada holder dengan erat 3. Mencocokkan data pasien dengan lembar permintaan yang di bawah 4. Di pilih bagian vena median cubital atau chepalic dan melakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena. 5. Pasang tornikuet pada lengan pasien kira- kira 10 cm pada lipatan siku 6. Tempat yang akan di tusuk di bersihkan dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai kering 7. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan kiri supaya vena tidak bergerak 8. Menusuk bagian vena dengan lubang jarum / needle menghadap ke atas 9. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian positerio tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung 10. Tornikuet / karet pembendung di lepas dan pasien di minta membuka kepalan tangannya sementara darah mengalir kemudian di tunggu sampai darah berhenti mengalir 11. Letakkan kapas alkohol di tempat jarum dan segera lepaskan / di cabut jarum 12. Pasien di minta menekan kapas selama beberapa menit sebelum di tempel plaster 13. Tabung yang berisi darah di beri etiket 14. Needle / jarum yang telah di pakai di buang ke limbah medis. Pengertian Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan saluran urine,tetapijuga mengenai hal berbagai organ dalam tubuh kita seperti hati, saluran empedu, pancreas, cortex, dan adrenal. Tujuan Untuk kebutuhan pemeriksaan urinalisa dan kimia kesehatan(Narkoba). Alat dan bahan 1. Pot Urine yang bermulut lebar 2. Label 3. Spidol Prosedur 1. Menyiapkan pot urine yang bersih dan kering 2. Memberikan etiket pada pot urine 3. Memberikan penjelasan kepada pasien cara menampung urinenya 4. Pot urine yang sudah di beri etiket di berikan kepada pasien 5. Memperhatikan keadaan atau kondisi urine dan volume urine Cara Pengambilan urine tengah ( mistrim ) 1. Di jelaskan pada pasien untuk mengambil urine tengah 2. Urine pertama di buang 3. Urine tengah di tampung 4. Urine yang terakhir keluar di tampung. Sputum, dahak atau riak adalah secret yang batukkan dan berasal dari bronchi.Sebaiknya sebelum mengambil sampel sputum ini penderita diminta agar bisa berkumur terlebih dahulu sebelum mengeluarkan sputumnya. Sputum bisanya diambil dengan cara SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu), yaitu: 1. Sewaktu Samopel pertama kali diambil pada saat pasien pertama kali datang ke laboratorium untuk pemeriksaan. 2. Pagi Petugas memberikan wadah bermulut lebar dengan tutupnya dan digunakan untuk menampung sputum pagi (sputum yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari). 3. Sewaktu Saat pasien mengantarkan sputum paginya, pasien diberikan lagi wadah untuk menampung sputum sewaktunya. Jika dari ketiga sampel terdapat 2 sampel wadah yang positif maka pasien bisa dinyatakan positif namun jika hanya satu sampel saja yang positif maka itu tidak berarti positif. Tujuan Untuk kebutuhan pemeriksaan bakteriologi. Alat dan bahan 1. Pot sampel feces yang bermulut lebar (±6cm) 2. Label 3. Spidol prosedur 1. Di siapkan pot sempel sputum yang bersih dan kering 2. Di berikan etiket / label pot sampel sputum 3. Memberikan penjelasan kepada pasien cara menampung ataupengambil bagian sputum yang bagus untuk diperiksa 4. Pot sampel sputum yang sudah di beri etiket / label di berikan kepada pasien 5. Di perhatikan keadaan atau kondisi dari sampel sputum tersebut
11) Prosedur perawatan stoma pada anak
Pengertian Serangkaian tindakan melepas kantung stoma
lama, merawat stoma dan kulit peristoma serta mengaplikasikan kantung stoma baru Tujuan 1. Menjaga kebersihan pasien 2. Mencegah terjadinya infeksi 3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma 4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya Indikasi Pasca operasi pembuatan stoma. Setiap kali wafer telah bocor/ terlepas dari kulit pasien. Sesuai jadwal penggantian wafer dan kantung stoma (setelah 3 – 7 hari pemakaian) Persiapan alat 1. Kantong kolostomi sesuai kebutuhan 2. Kapas 3. Bedpan/pispot 4. Pola ukuran stoma (stoma measuring guide) 5. Zink salep 6. Waslap 7. Air hangat 8. sarung tangan 9. Kasa kering 10. Bengkok/piala ginjal 11. Perlak dan pengalasnya/ underpad 12. Kantong plastic 13. Tempat sampah 14. Air hangat atau air mengalir atau NaCl 0,9% 15. Gunting bengkok (curve scissor) 16. Pensil atau Spidol OHP / permanen dan plastik transparan 17. Convacare Remover wipe 18. Tail Closure (penjepit kantung stoma) 19. Pispot (bedpan) + tutupnya (jika perlu) Prosedur A. Pra Interaksi 1. Mengecek dokumentasi/data klien 2. mencuci tangan 3. menyiapkan alat B. Orientasi 1. Memberi salam dan memperkenalkan diri 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 3. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya Tahap kerja 1. Mengatur posisi tidur klien (supinasi). 2. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien (menutup korden, jendela, pintu memasang penyekat tempat tidur (k/p), mempersilahkan keluarga untuk menunggu diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien dll) 3. Meletakkan perlak dan pengalasnya di sebelah kanan/ kiri klien sesuai letak stoma 4. Meletakkan bengkok, dan kom berisi kapas dan cairan NaCl 0,9% / air hangat di atas perlak dan didekatkan ke tubuh klien. 5. Membuka set kolostomi. 6. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan 7. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, bau & jumlah) jika diperlukan untuk pemeriksaan. 8. Membuka kantong kolostomi yang terpasang pada tubuh klien dengan sangat hati-hati dan tangan kiri menekan kulit klien. 9. jika tipe kantong kolostomi drainable, buka klem buang feses ke pispot. Dan buang kantong kolostomi ke tampat sampah / plastik sampah. 10. Tutup stoma dengan kassa steril 11. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan sabun dan air hangat dengan menggunakan waslap. 12. Membersihkan stoma dan sisa feces/produk stoma dengan kapas NaCI 0,9% dengan sangat hati-hati (hindari perdarahan). 13. Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kassa/tisue. 14. Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma. 15. Berikan zink salep di sekitar stoma. 16. Mengukur stoma dan gambar pola stoma pada plastic penutup kantong dengan menggunakan spidol, kemudian gambar pola pada bagian yang adesif pada kantong stoma kemudian gunting sesuai ukuran stoma. 17. Membuka salah satu sisi perekat kantong kolostomi dan menempelkan dengan tepat dengan menghindari udara masuk kantong kolostomi. 18. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi Vertical/ horizontal/ miring sesuai kebutuhan kilen (sesuaikan dengan aktivitas klien). 19. Klem kantong kolostomi jika menggunakan tipe drainable pounch Terminasi 1. Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan 2. memberikan reinforcement positif pada klien 3. Merapikan dan kembalikan alat 4. Mencuci tangan 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan Evaluasi 1. Kulit sekitar stoma klien bebas dari iritasi, lecet dan infeksi 6. Base plate dan kantung tetap utuh dan melekat, tanpa kebocoran selama 3-7 hari. 7. Sistem pengantungan tetap kedap bau selama 3-7 hari. 8. Klien secara bertahap berperan aktif dalam aplikasi base plate dan kantung stoma. Dokumentasi Catat jam, hari, tanggal, serta respon pasien setelah dilakukan tindakan stoma care