Anda di halaman 1dari 44

Nama : Mahdalena

Nim : 18.035

Kelas : IIB

Sop tindakan yang sering dilakukan di ruang keperawatan anak, seperti :

1) Prosedur pemeriksaan fisik pada anak ( boleh bentuk rangkuman )


ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK
A. ANAMNESIS
1) Definisi: pemeriksaan yang dilakukan dg wawancara
a) Autoanamnesis: langsung ke pasien
b) Aloanamnesis : semua keterangan diperoleh selain dari
pasiennya sendiri
c) Orang tua
d) Wali
e) Keterangan dari dokter yang merujuk
2) Teknik anamnesis
1) Ciptakan suasana kondusif agar orang tua atau pasien dapat
mengemukakan keadaan pasien dg spontan dan wajar
2) menyapa/memberi salam kepada penderita/keluarga,
memperkenalkan diri, meminta izin untuk melakukan anamnesis
dan memeriksa.
3) Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dg
keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan, serta emosi orang yang
diwawancara
4) jangan memakai istilah yang mungkin tidak dimengerti oleh
keluarga
5) Anamnesis dilakukan dg wawancara secara tatap muka
6) Keberhasilan anamnesis bergantung pada kepribadian,
pengalaman dan kebijakan pemeriksa
7) Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak
sugestif dan sedapat mungkin dihindari pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”
B. Langkah-langkah anamnesis
1) Identitas pasien
a) Jenis kelamin: Guna: identitas dan penilaian data pemeriksaan
klinis
b) Nama Orang tua Guna: agar tidak keliru dengan orang lain
c) Alamat Guna: agar dapat dihubungi, untuk kunjungan rumah,
mempunyai arti epidemiologis
d) Umur/pendidikan/pekerjaan Orang tua Guna;
identitas,,menggambarkan keakuratan data,dapat ditentukan pola
pendekatan anamnesis
e) Agama & suku bangsa Guna: memantapkan identitas,
berhubungan dengan perilaku tentang kesehatan & penyakit
2) Keluhan utama dan keluhan tambahan
3) Riwayat perjalanan penyakit sekarang
a) Disusun cerita yg kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum
terdapat keluhan sampai ia berobat
b) Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan,kepada
siapa, obat apa yg diberikan dan bagaimana hasilnya
c) Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan
terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan
4) Riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat pasien dalam kandungan ibu
6) Riwayat kelahiran
7) Riwayat makanan, imunisasi, riwayat TK & keluarga
C. Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala
1) Lamanya keluhan berlangsung
2) Bagaimana sifat terjadinya gejala: Mendadak/perlahan-lahan/terus
menerus/berupa bangkitan/hilang timbul/berhubungan dg waktu
3) Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya:
4) Menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebarannya/berpindah
5) Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya Menetap/cenderung
bertambah berat/cenderung berkurang
6) Terdapatnya hal yg mendahului keluhan
7) Apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang
8) Apakah ada saudara atau tetangga menderita yg sama
9) Upaya yang telah dilakukan
D. Beberapa keluhan yang sering ditemukan:
1) Demam. Yang perlu ditanyakan:
a) Lama demam
b) Apakah timbulnya mendadak, remiten,intermitten,kontinu
c) Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung
beberapa hari kemudian menurun lalu naik lagi dsb
d) Apakah pasien menggigil, kejang, kesadaran menurun, meracau,
menggigau, mencret, muntah, sesak nafas, terdapatnya
manifestasi perdarahan
2) Batuk
a) Berapa lama
b) Apakah batuk sering berulang atau kambuh
c) Sifat batuk: spasmodik, kering atau produktif/banyak dahak
d) Dirinci sifat dahaknya: kekentalan,warna, bau serta adanya darah
pada dahak
e) Keluhan lain yg menyertai batuk: sesak napas, mengi,
berkeringat pd malam hari, sianosis, berat badan menurun,
apakah pasien memerlukan perubahan posisi, muntah dsb
f) Terdapatnya orang disekitar pasien yang juga batuk dapat
memberi petunjuk diagnosis.
3) Mencret
a) Keluhan mencret sering menyertai gangguan traktus
gastrointestinalis atau keluhan penyerta penyakit lain
b) Apakah mencret berlangsung akut atau kronik
c) Frekuensi defekasi sehari
d) Banyaknya feses setiap buang air besar
e) Konsistensi feses, apakah disertai lendir atau darah
f) Warna feses( hitam,hijau,kuning,putih seperti dempul)
g) Baunya ( busuk, anyir),
h) Selain rasa mulas,tenesmus atau kolik perlu ditanyakan keluhan
lain yang menyertai mencret mis: muntah, sesak napas, kejang,
gangguan kesadaran, kencing berkurang, lemas, lecet didubur,
dubur keluar dsb
4) Muntah
a) Pada keluhan muntah perlu diketahui sejak umur berapa keluhan
muntah mulai berlangsung.
Hal-hal yang perlu diteliti:
 Berapa kali frekuensi muntah
 Sifat muntah: ( proyektil atau dengan keluhan nausea lebih
dahulu)
 Berapa banyak muntahan
 Jenis muntahan dan warnanya
 Apakah muntahnya terjadi setelah makan/minum
 Apakah muntahnya berhubungan dg perubahan posisi dari
berbaring ke duduk.
 Keluhan lain yang sering menyertai : perut kembung,
konstipasi,atau mencret, demam, batuk spasmodik dll
5) Kejang
a) Kapan kejang terjadi : pertama kali atau berulang
b) Frekuensi kejang
c) Sifat kejang : klonik , tonik, umum atau fokal
d) Lama serangan, interval antara dua serangan, kesadaran pada
waktu kejang dan pasca kejang.
e) Gejala lain yang menyertai: demam, muntah, lumpuh, penurunan
kesadaran, atau kemunduran kepandaian
f) Sesak Napas
g) Keluhan sesak napas sering berhubungan dg penyakit saluran
napas dan penyakit kardiovaskular
h) Diteliti saat keluhan sesak napas timbul, apakah baru pertama
kali atau berulang-ulang
i) Berapa bantal anak tidur
j) Apakah sesak napas timbul setelah aktivitas (disebut toleransi
latihan: pada bayi ditanyakan bagaimana sibayi minum susu atau
menetek)
k) Keluhan lain yang menyertai sesak napas ialah batuk, mengi,
perut membesar, pernah sakit sendi yang berpindah, demam,
sakit dada, sianosis dan apakah ada riwayat tersedak
E. PE,ERIKSAAN FISIK

Persiapan Persiapan alat :


1. Bengkok
2. Setetoskop
3. Garputala bak streril kecil
4. Tongue spatel
5. Materan
6. Kassa/tissue
7. Stop watch/jam tangan
8. Pen light
9. Reflek hammer
10. Oerlak dan alas
11. Otoskope
12. Specculum hidung
13. Snellen chart
14. Tes penciuman, minyak kayuputih, alkohol,
kopi
15. Tes perasa : gula, garam, kopi
Persiapan pasien 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan
pada anak/orang tua
2. Mengatur posisi anak
Persiapan lingkungan 1. Pengaturan ruangan/ tempat
2. Menutup sampiran untuk menjaga privacy
anak
Penataksanaan 1. Kulit : warna, tekstur, tugor, pigmentasi,
temperatur, lesi, kelembaban, edema
2. Kuku : warna, bentuk dan keadaan kuku,
CRT, clubbing fingers
3. Kepala
a) Rambut : warna, kualitas, ketebalan,
distribusi, kelembaban
b) Kulit kepala : ketombe, seborrhea,
pembengkakan, benjolan, lesi
c) Bentuk kepala : simetris, ukur lingkar
kepala pada anak <1 tahun
4. Wajah : simetris, pembengkakan, lesi
5. Mata
a) Alis : norma : ada diatas kedua mata,
bergerak, simetris, warna, distribusi,
lesi, rontok.
b) Bulu mata : warna, kondisi/distrusi,
posisi, peradangan (hordeolum)
c) Kelopak mata : warna, edema, lesi,
posisi, ectropion, entropion
d) Bola mata : posisi ( dalam/cekung,
menonjol/ exopthalmus,
tenggelam/enopthalmus)
e) Conjungtiva : warna ( N : merah muda,
lembab, bercahaya, ada pembuluh
darah kecil-kecil, jernih), peradangan
f) Sclera : warna ( N: putih dan jernih ),
benda asing, discharge, lesi
g) Cornea dan iris : abrasi, kejernihan,
( normal : licin dan transparan,
sensitivitas kornea ( test nervous V)
h) Pupil : bentuk ( n:bulat), kesamaan
ukuran, warna (gelap,keruh dan tidak
berwarna, katarak), refleks pupil
terhadap cahaya, consensual reaction,
refleks akomodai, kelenjar air mata
i) Ketajaman penglihatan : snelle chart/
gambar
j) Lapang pandang
6. Hidung
a) Struktur luar : ukuran, bentuk nares,
simetris ( lurus tidaknya septum hidung
), disharge, edema
b) Struktur dalam : membaran mukosa
warna ( N: merah muda), inflamasi,
alergi, septum ( N:di tengah-tengah),
warna, eksudat, edema pilip, epistaksis
c) Passage udara ( menutupi lubang )
d) Palpasi sinus
e) Penciuman
7. Telinga
a) Struktur luar : warna, lesi, strumen,
ukuran telinga, membran tympani
( warna: abu-abu tua, intact: tidak ada
perforasi/tidak tembus cahaya),
disharge, bau, edema tulang mastoid
b) Pendengaran : tes rine, tes webber,
detik jam tangan, gesekan kertas,dan
bisikan suara
8. Mulut dan pharing dan laring
a) Bibir : warna, simetris, kelembabakan,
lesi ulkus
b) Mukosa : warna, lembaban, lesi
c) Gigi : carries, letak, posisi
d) Gusi : warna, edema, retracsi,
pendarahan, lesi
e) Lidah : warna, posisi ukuran
f) Pharynx : mukosa membran, adanya
edema, faring , uvula, tonsis
g) Bau mulut
h) Refleks : GAG refleks, refleks menelan
9. Laring : obtruksi laring
10. Leher : adanya tekanan vena jugularis, ada
tidaknya massa dalam leher, kulit leher,
ROM, trachea, kelenjar tyroid, kelenjar
getah bening
11. Dada :
a) Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan,
gerakan dada, adanya deformitas atau
tidak,
b) Palpasi : adanya penonjolan,
pembengkakan
c) Pemerikdaan payudara : kaji ukuran,
bentuk, lesi adanya benjolan,
pembengkakan,
12. Paru-paru
a) Inspeksi : kesimetrisan pengembangan
apru, diameter antero-posterior, dan
tramsversal, kelainan tulang belakang :
lordosis, kiposis, dan skoliosis
b) Palpasi : pengembangan dada, adanya
nyeri tekan, masa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi paru, tactil/vocal
vremitus
c) Perkusi : batas anterior dan posterior
d) Auskultasi : bunyi paru, suara nafas
tambahan
13. Jantung
a) Inspeksi : area perikordial
b) Palpasi : area aorta, area pulmonal,
area trikuspid, area apikal
c) Perkusi : batas jantung
d) Auskultasi : bunyi jantung, bunyi
tambahan, murmur
14. Abdomen
a) Inspeksi : kulit, umbilikus, bentuk,
simetrisan, pembesaran organ, adanya
massa, adanya pulsasi
b) Palpasi : adanya massa dan nyeri tekan,
palpasi hepar, palpasi limfa, palpasi
ginjal
c) Auskultasi : bising usus, desiran aeota,
arteri renalis, arteri iliaka, arteri
femoralis, friction rubs
d) Perkusi : timpani
15. Ekstermitas atas bawah
a) Inspeksi : kulit, pembengkakan,
simetrisan, kuku, polidaktil, sindatili,
pesequinovarus/vagus
b) Palpasi : edema, capilary refill time
(CRT)
c) Refleks biseps, trisep, patela, babinski
16. Genetalia wanita dan pria
a) Genetalia wanita
 Inspeksi : epispadia, labia, klitolis,
orifisium uretra, introitus vaginan,
keluaran/sekret
 Palpasi : adanya pembesaran atau
nyeri tekan
b) Genetalia pria
 Penis
Inspeksi : perkembangan penis,
prepusium, adanya fimosis, gland
penis, metaus uretra, adanta
hipopadia
17. Anus dan rectum
a) Inspeksi : jaringan perineal, atresia ani
b) Palpasi : kulit sekitar
18. Bersihkan alat dan cuci tangan
19. Rapihkan pasien dan beri posisi nyaman
20. Dokumentasikan hasil tindakan
2) Prosedur pemeriksaan TTV pada anak

Pengertian Tanda-tanda vital adalah ukuran dari berbagai


fisiologi statistik, sering diambil oleh
profesional kesehatan, dalam rangka untuk
menilai fungsi tubuh yang paling dasar
Tujuan Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang
dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk
memantau perkembangan pasien
Persiapan alat 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral,
rektal)
2. buah botol berisi larutan sabun,
desinfektan, air bersih
3. Bengkok
4. Tissue
5. Jam tangan berdetik
6. Tensimeter
7. Stetoskop
8. Pena dan buku catatan
9. Sarung tangan
10. Vaselin dalam tempatnya (pelumas)
Periapan pasien dan 1. Memberikan informasi tentang tindakan
lingkungan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan pasien dalam keadaan
istirahat/rileks
3. Menyiapkan lingkungan yang aman dan
nyaman
4. Berika privasi pada klien
Prosedur dan pelaksanaan 1. Pengukuran suhu
2. Nadi
3. Pernafasan
4. Tekanan darah
Mengukur suhu aksila 1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjeaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
(duduk/terlentang)
5. Minta pasien membuka lengan baju (kalau
perlu dibantu)
6. Bila ketiak basah keringkan dengan tisu
7. Ambil termometer dari tempat nya (bila
termometer dilarutan desinfektan ambil dan
bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan arah memutar, kemudian
masukkan ke air bersih dan bersihkan
dengan tisu)
8. Cek termometer pastikan suhunya dibawah
35° C
9. Letakkan termmeter tepat pada lengan
aksial pasien, lengan pasien fleksi di atas
dada
10. Tunggu sampai 5-10 menit kemudian
angkat, bersihkan dan baca hasilnya
11. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke
pasien
12. Merapikan kembali pakaian pasien dan
membantu ke posisi yang nyaman
13. Masukkan dalam larutan sabun bersihkan
dengan tisu dari pangkal ke reservoir
dengan gerakan sirkuler, masukkan ke
larutan desinfektan bersihkan dengan tisu
kemudian masukkan ke air bersih dan
bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan gerakkan sirkuler
14. Menurunkan air raksa sampai reservoir
kemudian masukkan termometer dalam
tempatnya
15. Mencuci tangan
16. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku
catatan
Mengukur suhu oral 1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjeaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
(duduk/terlentang)
5. Ambil termometer dari tempat nya (bila
termometer dilarutan desinfektan ambil dan
bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan arah memutar, kemudian
masukkan ke air bersih dan bersihkan
dengan tisu)
6. Cek termometer pastikan suhunya dibawah
35° C
7. Minta paien membuka mulut nya, dengan
perlahan letakkan termometer dibawah
lidah
8. Minta pasien mengatupkan bibirnya
9. Tunggu sampai3-5 menit kemudian angkat,
bersihkan dan baca hasilnya
10. Menginformasikan hasilnya ke pasien
11. Merapikan kembali pakaian pasien dan
membantu posisi yang nyaman
12. Masukkan ke dalam larutan sabun
bersihkan dengan tisu dari pangkal ke
reservoir dengan gerakan sirkuler,
masukkan ke larutan desinfektan bersihkan
dengan tisu kemudian masukkan ke air
bersih dan bersihkan dengan tisu dari
pangkal ke reservoir dengan gerakkan
sirkuler
13. Menurunkan air raksa sampai reservoir
kemudian masukkan termometer dalam
tempatnya
14. Mencuci tangan
15. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku
catatan
Mengukur suhu rektal 1. Mengukur Suhu Rektal
2. Mencuci tangan
3. Membawa alat-alat kedekat pasien
4. Menjelaskan prosedur pada pasien
5. Menutup gorden/pintu ruangan
6. Memakai sarung tangan
7. Membantu pasien dalam posisi sim’s
(pasien anakdapat berbaring tengkurap)
8. Minta pasien menurunkan pakaian bawah
sampai dibawah gluteal (kalau perlu
dibantu)
9. Membuka panta sampai pelepasan tampak
dari luar, bila pelepasan tampak kotor
bersihkan dengan tisu Ambil termometer
dari tempatnya
10. Cek termometer pastikan suhunya dibawah
35 C
11. Mengolesi vaselin/ lubrikasi pada ujung
termometer (2,5-4cm untuk dewasa dan
1,5-2,5 cm untuk bayi/anak)
12. Dengan tangan kiri tak dominan
meninggikan bokong atas pasien
13. Masukkan termometer ke dalam rektal
secara perlahan (bila terasa ada tahanan
segera tarik termometer)
14. Pegang termometer
15. Tunggu 2-3 menit kemudian angkat,
bersihkan dan baca hasilnya
16. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke
pasien
17. Merapikan kembali pakaian pasien dan
membantu ke posisi yang nyaman
18. Masukkan kedalam larutan sabun bersihkan
dengan tisu dari pangkal ke rervoir dengan
gerakan sirkuler, masukan ke larutan
desinfektan bersihkan dengan tisu dengan
gerakan sirkuler kemudian masukkan ke air
bersih kan dengan tisu dari pangkal ke
rervoir dengan gerakan sirkuler
19. Menurunkan air raksa sampai reservoir
kemudian masukkan termometer dalam
tempatnya
20. Melepas sarung tangan
21. Mencucci tangan
22. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku
catatan
Mengukur denyut nadi 1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
(duduk/terlentang)
5. Meraba / menentukan letak arteri/ denyut
nadi yang akan dihitung
6. Memeriksa denyut nadi dengan cara
meletakkan ujung jari, jari tengan, dan jari
manis diatas arteri yang akan dihitung
7. Bila denyut nadi sudah terba teratur,
pegang jam tangan dengan penunjuk detik
pada tangan yang lain
8. Menghitung denyut nadi selama ¼ menit
(bila nadi teratur) hasilnya dikalikan 4, jika
nadi tidak teratur hitung selama 1 menit
penuh
9. Merapikan pasien kembali dan membantu
pasien ke posisi yang nyaman
10. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke
pasien dan memberi tahu pasien tindakan
sudah selesai
11. Mencuci tangan
12. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku
catatan
Mengukur pernafasan 1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan prosedur kepada pasien
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
(duduk/terlentang)
5. Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks
6. Mengobservasi satu siklus pernafasan
lengkap kemudian mulai menghitung
frekuensi pernafasan dan memperhatikan
kedalaman, irama, serta karakter
pernafasan selama 30 detik hasilnya
dikalikan 2 bila pernafasan teraturtapi jika
pernafasan tidak teratur atau pasien
bayi/anak kecil hitung selama satu menit
penuh
7. Mengatur kembali posisi pasien yang
nyaman
8. Menginformasikan hasil pemeriksaan ke
pasien dan memberitahu bahwa tindakan
sudah selesai
9. Mencuci tangan
10. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku
catatan
Mengukut tekanan darah 1. Mencuci tangan
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pada
pasien
4. Mendesinfeksi gagang stetoskop yang akan
ditempelkan ke telinga dan juga
mendesinfeksi diafragma stetoskop
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
6. Meletakkan tensimeter dsamping atas
lengan pasien
7. Meminta/membantu pasien
menggulung/membuka lengan baju yang
akan diperiksa
8. Memasang manset pada lengan atas kira-
kira 2,5cm diatas fossa cubiti (jangan
terlalu kuat) dan dan panah pada maset
sejaja dengan arteri brakhialis
9. Meraba arteri brakhialis dengan jari tengan
dan telunjuk
10. Memakai stetoskop diafragma stetoskop
diatau arteri brakhialis dang memegangnya
dengan ibu jari atau beberapa jari
11. Menutup klep/skrup pompa balon dengan
memutar searah jarum jam dan membuka
kunci air raksa jika menggunakan tensi air
raksa
12. Memompa 30 mmHg diatas titik pulsasi
hilang
13. Membuka skrup pelan-pelan (air raksa
turun kira-kira 2-3 mmHg/detik)
14. Mendengarkan denga seksama sambil
membaca skala air raksa dimana suara
denyut arteri terdengar pertama sampai
menghilang (denyut pertama adalah
tekanan sistolik dan denyut terakhir adalah
suara tekanan diasstolik)
15. Mengempeskan dengan cepat setelah suara
denyut tidak terdengar sampai air raksa
pada angka nol (jika ingin mengulang
pemeriksaan tunggu kira-lira 2 menit)
16. Membuka manset, digulung/dilipat yang
rapi kemudian manset ditempatkan pada
tempatnya, air rakasa dikunci, tensimeter
ditutup
17. Mengatur kembali posisi pasien
18. Menginformasikan hasil pemeriksaan
kepada pasien dan memberitahu bahwa
tindakan sudah selesai
19. Mencuci tangan
20. Mencatat hasil pengukuran suhu pada buku
catatanpada telinga, meletakkan bagian
Evaluasi 1. Rapikan dan bereskan alat
2. Sampaikan hasil pengukuran tanda-tanda
vital pasien
3. Posisikan pasien pada posisi yang nyama
3) Prosedur pemasangan infus pada anak

Pengertian Prosedur pemberian cairan melalui infus


dengan memasukkan cairan melalui
intravenadengan bantuan set infus, yang
bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit dansebagai tindakan pengobatan serta
pemberian makan.
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit
2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pengobatan
Alat dan bahan 1. tandar infus.
2. Set infuse
3. Cairan sesuai kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/abocath dengan ukuran yang
sesuai
5. Perlak/Alas.
6. Torniket/pembendung.
7. Kapas alkohol 70%
8. Plester.
9. Gunting.
10. Kasa steril.
11. SpalakSarung tangan.
Prosedur kerja 1. perawat cuci tangan
2. Menggantungkan cairan infus pada standar
infus
3. Membersihkan karet penutup botol cairan
infus atau membuka tutup botol cairan
infus
4. Menusukkan set infus ke dalam botol
cairan infus kemudian ruang tetesan di isi
setengah
5. Set/selang infus di isi cairan dan
dikeluarkan udaranya
6. menentukan lokasi yang akan dipasang
infus lalu memakai hand scoon
7. melakukan pembendungan daerah yang
akan di pasang infus
8. mencuci hamakan daerah/lokasi yang akan
di pasang infus kemudian menusukkan
wing needlee/abokat ke dalam vena
sedalam mungkin
9. buka pembendung dan sambungkan wing
needle dengan selang infus dan pengatur
tetesan dibuka
10. memperhatikan ada/tidaknya
pembengkakan
11. daerah yang ditusuk diberi betadin dan
ditutup dengan kasa steril kemudian wing
needle ditempelkan dengan plester
12. pasang spalk/bidai dan dibalut dengan kasa
gulung. Mengatur tetesan dalam satu menit
sesuai instruksi
13. merapikan bayi/anak dan alat yang
digunakan
14. mencatat tanggal, jam pemberian cairan dan
macam cairan
15. mengobservasi reaksi bayi/anak
Tahap terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
4. Bereskan alat-alat
5. Cuci tangan
Dokumentasi 1. Catat hasil tindakan dalam catatan
keperawatan
4) Prosedur inhalasi pada anak

Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat


menggunakan nebulator
Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah
dikeluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas
Prosedur persiapan alat 1. Set nebulizer
dan bahan 2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
Tahap prainteraksi 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
Tahap kerja 1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja/troly di depan pasien
yang berisi set nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai
takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan
baik
6. Memasukkan obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta
pasien nafas dalam sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
Tahap terminasi Melakukan evaluasi tindakan
1. Berpamitan dengan pasien/keluarga
2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Dokumentasi 1. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

5) Prosedur fisoterapi dada dan postural drainase pada anak

Pengertian 1. Fisioterapi Dada adalah tindakan yang


dilakukan pada klien yang
mengalamiretensi sekresi dan gangguan
oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk
mengencerkan atau mengeluarkan sekresi.
Fisioterapi dada ini meliputirangkaian :
Postural drainase, perkusi dan vibrasi.
2. Postural drainase merupakan cara klasik
untuk mengeluarkan secret dari paru
dengan mempergunakan gaya berat dan
secret itu sendiri.Penumpukan secret dapat
terjadi pada berbagai lokasi maka,
posturaldrainase dilakukan pada berbagai
posisi disesuaikan dengan posisi
yangterdapat kelainannya
3. Perkusi dada merupakan energy mekanik
pada dada yang diteruskan pada saluran
nafas paru dengan tujuan melepaskan atau
melonggarkansecret yang tertahan. Daerah
klavikulas, vertebra, scapula dan daerah iga
bawah harus dihindari.
4. Vibrasi dilakukan bersamaan dengan
perkusi, yaitu dengan melakukankompresi
dada menggerakan secret ke jalan nafas
yang besar yangdilakukan pada saat klien
mengeluarkan nafas atau puncak inspirasi
dandilanjutkan sampai akhir
Tujuan 1. Membantu membersihkan sekret
2. Mencegah penumpukan sekret
3. Mengembalikan dan memelihara fungsi
otot$otot pernafasan
4. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret
5. Pengobatan dan pencegahan pada penyakit
paru obstruktif menahun
6. Klien dapat bernafas bebas dan tubuh
mendapatkan oksigen yang cukup
Indikasi 1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan
sekret yaitu pada :
a) Pasien yang memakai ventilator
b) Pasien yang melakukan tirah baring
yang lama
c) Pasien yang produksi sputum
meningkat seperti pada fibrosis kistik
atau bronkoektasis
d) Pasien dengan batuk yang tidak efektif
2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
a) Pasien dengan atelektasis yang
disebabkan oleh sekret
b) Pasien dengan abses paruc.Pasien
dengan pneumonia
c) .Pasien dengan post operatif
d) Pasien neurologi dengan kelemahan
umum dan gangguan menelanatau
batuk
Kontra indikasi 1. Tension pneumothorax
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti
hipertensi, hipotensi, infrak miokard akut,
dan aritmia
4. Edema paru
5. Efusi pleura yang luas
6. Trauma thorax
Waktu Dilakukan 2 kali sehari, bila dilakukan pada
beberapa posisi tidak lebih daro 40 menit, tiap
satu posisi 3-10 menit. Dilakukan sebelum
makan atau 1-2 jam sesudah makan
Persiapan alat 1. Bantal 2 atau 3 buah
2. Tissue
3. Bengkok
4. Segelas air hangat
5. Handuk
6. STetoskop
7. Sketse
8. Handsood
9. Masker
Prosedur tindakan 1. dentifikasi pasien
2. Salam terapeutik
3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
4. Dekatkan alat
5. Jaga privasi klien bila diperlukan
6. Mencuci tangan
7. Menggunakan handscoon
8. Membantu membuka pakaian klien sesuai
kebutuhan
9. Ajarkan pasien teknik nafas dalam
Anjurkan pasien untuk nafas dalam melalui
hidung secara perlahan sampaidada
mengembang dan terlihat kontraksi di otot
antar tulang iga sertaanjurkan pasien untuk
menghembuskan nafas melalui mulut
(bentuk bibir seperti akan bersiul)
POSTURAL DRAINASE
10. Pilih area yang terdapat sekret dengan
stetoskop disemua bagian paru
11. Dengarkan suara nafas (rales atau ronchi)
untuk menentukan lokasi penumpukan
secret dengan menganjurkan klien untuk
tarik nafas danmenghembuskannya secara
perlahan-lahan
12. Baringkan klien dalam posisi untuk
mendrainase area yang tersumbat
Letakkan bantal sebagai penyangga
13. Minta klien untuk mempertahankan posisi
selama 10-15 menit Selama dalam posisi
ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas
area yang di drainase
PERKUSI
14. Menutup area yang akan di perkusi dengan
menggunakan handuk
15. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan
lambat untuk meningkatkanrelaksasi
16. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi
membentuk mangkuk
17. Secara bergantian, lakukan fleksi dan
ekstensi pergelangan tangan secaracepat
menepuk dada
18. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-
2 menit, jangan pada areayang mudah
cedera
VIBRASI
19. Letakkan tangan, telapak tangan
menghadap ke bawah di area yang
didrainase, satu tangan di atas tangan yang
lain dengan jari-jari menempel bersama dan
ekstensi
20. Anjurkan klien inspirasi dalam dan
ekspirasi secara lambat lewat mulut (pursed
lip breathing)
21. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot
tangan dan lengan, dan gunakanhampir
semua tumit tangan, getarkan tangan,
gerakkan ke arah bawah. hentikan getaran
saat klien inspirasi
22. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi
pada segmen paru yang terserang.
23. Setelah drainase pada posisi pertama, minta
klien duduk dan batuk efektif. Anjurkan
pasien untuk menarik nafas panjang;teknik
nafas dalam melaluihidung dan hembuskan
melalui mulut. Lakukan sebanyak 3 kali.
Anjurkan pasien untuk menahan nafas
dalam pada teknik nafas dalam terakhir lalu
batukkan.
24. Tampung sekresi dalam sputum pot. Jika
klien tidak dapat mengeluarkan sekretnya
maka lakukan suction
25. Membersihkan mulut klien dengan tissue
26. Istirahatkan klien, minta klien minum
sedikit air hangat
27. Ulangi pengkajian pada dada klien di
semua lapang paru. Jika masihterdapat
sekret, maka ulangi lagi prosedur.
28. Rapikan alat dan pasien
29. Mencuci tangan
6) Prosedur pemasangan NGT pada adak

Pengertian 1. NGT adalah kependekan dari Nasogastric


tube. alat ini adalah alat yang digunakan
untuk memasukkan nutsrisi cair dengan
selang plasitic yang dipasang melalui
hidung sampai lambung. Ukuran NGT
diantaranya di bagi menjadi 3 kategori
yaitu:
 Dewasa ukurannya 16-18 Fr
 Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
 Bayi ukuran 6 Fr
Indikasi pemasangan Indikasi pemasangan NGT Indikasi pasien
NGT yang di pasang NGT adalah diantaranya
sebagai berikut:
1. Pasien tidak sadar
2. Pasien Karena kesulitan menelan
3. Pasien yang keracunan
4. Pasien yang muntah darah
5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau
mulut
Tujuan pemasangan NGT Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak
sadar dan pasien yang mengalami kesulitan
menelan
2. Mencegah terjadinya atropi
esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
3. Untuk melakukan kumbah lambung pada
pasien keracunan
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien
yang mengalami muntah darah atau
pendarahan pada lambung
Kontraindikasi 1. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga
pemasangan NGT hidung atau esophagus
2. Pasien yang mengalami cidera
serebrospinal
Persiapan alat 1. baki dan alas
2. NGT sesuai kebutuhan (bayi no. 5-8 dan
anak no. 10-14)
3. Spuit 10-20 cc
4. Serbet makan
5. Kain alas
6. Nierbeken
7. Plester dan gunting
8. Makanan cair yang hangat sesuai
kebutuhan
9. Air matang dalam tempatnya
10. Obat yang telah dicairkan (bila perlu )
Prosedur 1. Baca catatan keperawatan dan catatan
medis klien
2. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
kepada klien/keluarga
4. Perawat mencuci tangan
5. Anak diatur dalam posisi semi fowler. Pada
anak yang gelisah bila tidak ada orang lain
yang membantu pasang restrain, pada bayi
di bedong
6. Meningkatkan kemampuan klien untuk
menelan
7. Meletakkan kain alas di bawah kepala
bayi/anak
8. Pemasangan selang dapat menyebabkan
keluarnya air mata atau muntah
9. Serbet makan dipasang di atas dada.
Nierbeken diletakkan disamping pipi
10. Agar tidak mengotori pakaian klien.
Pemasangan selang dapat menyebabkan
keluarnya air mata
11. Lubang hidung dibersihkan
12. Mengukur panjang selang yang akan
dimasukkan dengan menggunakan :
a) Metode tradisional
Untuk jarak dari puncak lubang hidung
ke dalam telinga bawah dan ke
prosesus xipoideus di sternum
b) Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang
kemudian lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Slang yang akan
dimasukkan pertengahan antara 50 cm
dan tanda tradisional
13. Beri tanda pada panjang slang yang sudah
diukur dengan menggunakan plester
14. Oleskan jeli pada NGT
15. Pelumasan menurunkan friksi antar
membrane mukosa dengan selang
16. Memasukkan pipa lambung ke dalam salah
satu lubang hidung sampai batas yang telah
ditentukan
17. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang
rongga hidung. Jika terasa agak tertahan,
putarlah selang dan jangan dipaksakan
untuk dimasukkan.
18. Meminimalkan ketidaknyamanan akibat
pemasangan NGT. Dengan memasukkan
selang dengan cara memutar dan sedikit
menarik, ujung selang akan mudah masuk
ke faring.
19. Memeriksa ketepatan pipa masuk ke dalam
lambung dengan cara:
a) Menghisap cairan lambung dengan
spuit
b) Mendengarkan melalui stetoskop
sementara melalui pipa dimasukkan
udara 2-3 cc dengan spuit
c) Mencegah selang masuk ke system
pernafasan
20. Menambatkan pipa lambung dengan plester
21. Spuit dipasang pada pangkal pipa kemudian
udara di hisap kembali
22. Beri kenyamanan pada anak selama
pemberian makan
23. Memberi kenyamanan akan mengurangi
kecemasan.
24. Tuangkan sedikit air matang (2-5 cc) di
susul dengan makanan cair melalui pinggir
spuit
25. Bila makanan cair sudah habis, tuangkan
lagi sedikit air matang
26. Setelah selesai memberi makan, posisikan
anak dalam keadaan semi fowler dan
miringkan ke kanan selama setengah jam.
Pada bayi, setelah pemberian makanan
melalui pipa, bayi diangkat dan
punggungnya di tepuk-tepuk kemudian
dibaringkan miring
27. Meminimalisir terjadinya muntah
28. Alat-alat dibersihkan, dirapikan dan
dikembalikan ke tempat semula.
29. Perawat mencuci tangan
30. Catat macam dan jumlah makanan cair
yang diberikan
31. Observasi keadaan umum selanjutnya

7) Prosedur pemberian makan melalui selang NGT pada anak

Pengertian Memberikan makan cair melalui selang


lambung (enteral) adalah proses memberikan
melalui saluran cerna dengan menggunakan
selang NGT ke arah lambung.
Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
2. Mempertahankan fungsi usus
3. Mempertahankan integritas mucosa saluran
cerna
4. Memberikan obat-obatan dan makanan
langsung ke dalam saluran pencernaan
5. Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik
mukosa saluran cerna
Dilakukan pada 1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau
klien tidak sadar
2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan
sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
klien dengan gangguan jiwa
3. Klien yang muntah terus-menerus
4. Klien yang tidak dapat mempertahankan
nutrisi oral adekuat
5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), Premature, dismature
Indikator 1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat
melakukan Prosedur Tindakan
2. Identifikasi bising usus yang tidak normal
ataupun tidak ada
3. Tinggikan kepala pada saat pemberian
makanan untuk menghindari aspirasi dan
muntah
4. Tinggikan kepala 1 jam setelah pemberian
makanan
5. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat
dan diduga aspirasi, nutrisi enteral harus
langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke
dokter
6. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan
sering (tiap pemberian tidak boleh > 600cc)
dan usahakan mulut lebih kering.
Kontraindikasi 1. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar
tengkorak
2. Penderita operasi esofagus dan lambung
(sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
Prosedur 1. Menerangkan prosedur pada klien
2. Mencuci Tangan dan Memasang sarung
tangan (Hanscoen)
3. Klien tetap dalam posisi semi fowler tinggi
atau dengan kepala tempat tidur ditinggikan
30° atau lebih selama 30 menit setelah
memberikan makan melalui selang
4. Cek ketepatan selang di lambung, dengan
cara:
 Buka klem NGT atau spuit NGT dan
masukkan selang ke dalam gelas berisi
air. Posisi tepay jika tidak ada
gelembung udara
 Buka klem dan lakukan pengisapan/
aspirasi cairan lambung
dengan menggunakan spuit NG. Cek
cairan lambung dengan menggunakan
strip indikator pH. Posisi tepat jika pH
< 6.
 Buka klem dan cek dengan
menggunakan stetoskop. Masukkan 30
cc udara dalam spuit NGT dan
masukkan ke dalam lambung dengan
gerakan cepat. Posisi tepat jika
terdengar suara udara yang dimasukkan
(seperti gelembung udara yang pecah)
5. Setelah yakin  bahwa selang masuk ke
lambung, Klem selang NGT selama
pengisian makanan cair ke dalam spuit.
6. Melalui corong masukkan air matang atau
air teh sekurang-kurangnya 15 cc. Pada
tahap permulaan, corong dimiringkan dan
tuangkan makanan melalui pinggirnya.
Setelah penuh, corong ditegakkan kembali.
7. Klem dibuka perlahan-lahan
8. Alirkan makanan cair dengan perlahan.
Atur kecepatan dengan cara meninggikan
spuit. Jika klien merasa tidak nyaman
dengan lambungnya, klem selang NGT
beberapa menit
9. Jika makanan cair akan habis, isi kembali
(jangan biarkan udara masuk ke lambung)
10. Bila klien harus minum obat, obat harus
dilarutkan dan diberikan sebelum makanan
habis.
11. Setelah makanan habis, selang dibilas
dengan air masak. Kemudian pangkal
selang segera di klem.
12. Rapikan Klien, peralatan dibereskan dan
dikembalikan ke tempat semula.
13. Mendokumentasikan prosedur: Catat
jumlah dan jenis makanan, pastikan letak
selang, patensi selang, respon klien
terhadap makanan dan adanya efek
merugikan
14. Cuci tangan
Hal-hal yang perlu 1. Identifikasi bising usus yang tidak normal
diperhatikan pada saat ataupun tidak ada
melakukan prosedur 2. Tinggikan kepala pada saat pemberian
tindakan makanan untuk menghindari aspirasi dan
muntah
3. Tinggikan kepala 1 jam setelah pemberian
makanan
4. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat
dan diduga aspirasi, nutrisi enteral harus
langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke
dokter
5. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan
sering (tiap pemberian tidak boleh > 600cc)
dan usahakan mulut lebih kering.

8) Prosedur pemeriksaan skintest pada anak

Pengertian Pemberian obat secara intracutan ialah


pemberian obat dengan caramemasukkan obat
kedalam permukaan kulit. lokasi utama yg
banyak digunakan untuk melakukan suntikan
intrakutan yaitu bagian atas dari lengan bawah
Tujuan Pemberian obat dengan intracutan:
1. Membantu menentukan diagnosa pada
penyakit tertentu (contohnya tuberculin
tes).
2. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai
dengan program pengobatan/prosedur.
3. Memperlancar proses pengobatan &
menghindari kesalahan dalam pemberian
obat.
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat
( dengan skin test).
Persiapan alat 1. sarung tangan sekali pakai
2. buku catatan pemberian obat
3. kapas alkohol
4. obat yg sesuai
5. spuit 1 ml dengan uk.25,26,atau 27,
panjang jarum ¼ samapi 5/8 inci
6. bak spuit
7. baki obat
8. pulpen atau spido
Prosedur kerja 1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yg akan disuntik, apabila
memakai baju lengan panjang buka & ke
ataskan.
4. Pasang perlak atau pengalas tepat di bawah
bagian yg disuntik.
5. Ambil obat buat tes alergi selanjutnya
larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan
pelarut) selanjutnya ambil 0,5 cc &
encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, &
sletakan pada bak injeksi atau tempat steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada
daerah yg akan dilakukan penyuntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah
yg akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang
menghadap ke atas dengan sudut 5º – 15º
dengan permukaan kulit.
9. Suntikan obat kedalam kulit hingga terjadi
gelembung.
10. Tarik spuit & tidak boleh dilakukan
masase.
Terminasi 1. Melakukan evaluasi dari hasil tindakanyang
telah dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk
kegiatan/tindakan yang akan datang
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan/merapihkan alat-alat yang
telah digunakan ketika tindakan
5. Mencuci tangan
6. Mencatat/mendokumentasikan kegiatan
dalam lembar catatan

9) Perawatan pemberian obat injek pada anak

Pengertian Suatu prosedur atau tindakan menyuntikkan


obat ke dalam tubuh melalui pembuluh darah
vena.
tujuan Mempercepat penyerapan obat ke dalam tubuh
dan Untuk pemeriksaan diagnostik misalnya
zat kontras
Persiapan alat 1. Bak injeksi steril di alasi dengan kasa steril
2. Surflo / Abocath no. 24, no. 26
3. Spuit disposable ( 2,5 cc )
4. Kapas alkohol 70 % atau alkohol swab
5. Obat injeksi yang di perlukan
6. Buku injeksi
7. Bengkok
8. Alas / perlak
9. Handshoen
Persiapan pasien 1. Ibu / keluarga pasien diberitahu terlebih
dahulu dan mengisi serta
2. menandatangani informed consent
3. Bayi di bawa ke meja tindakan
4. Posisi bayi di atur senyaman mungkin
Prosedur 1. Petugas cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
2. Alat-alat dan obat di siapkan dan di bawa
ke dekat pasien
3. Mencocokkan nama pasien sesuai di buku
injeksi
4. Mengambil obat, membaca etiket dan
mencocokkan dengan program yang
5. telah di tulis di buku injeksi
6. Bila obat flacon di oplos dengan aqua,
jarum disendirikan kemudian obat
7. disedot dengan spuit sesuai dengan
kebutuhan dan di letakkan di
8. bak injeksi.
9. Memasang alas / perlak kecil di bawah
lengan / kaki yang akan di pasang
10. surflo / abocath.
11. Lakukan desinfeksi pada daerah ( vena )
yang akan di tusuk, lalu kulit
12. diregangkan, dengan lubang jarum
menghadap ke atas sejajar dengan vena,
13. jarum di tusukan ke dalam vena secara
pelan-pelan dan hati-hati.
14. Bila jarum surflo sudah masuk dengan
benar yang di tandai dengan keluarnya
15. darah, kemudian sambung dengan in
stopper dan fiksasi dengan plester yang
16. sebelumnya ditutup dengan tegaderm,
setelah itu pasang spalk.
17. Kemudian masukkan obat ke dalam spuit
sesuai kebutuhan dan keluarkan
18. udara ( bila ada ).
19. Kemudian obat di masukan sesuai
kebutuhan secara perlahan-lahan kemudian
20. di spoel dengan aquades steril
21. Sisa obat di simpan di kulkas dan di tulis
setiap 1 cc berapa miligram.
22. Observasi reaksi obat
23. Bayi dirapikan dan di kembalikan ke box
bayi
24. Alat-alat di bereskan
25. Semua tindakan yang sudah di lakukan di
dokumentasikan

10) Prosedur pengambilan spesimen darah, feses dan urun pada anak

Pengertian Suatu cara pengambilan darah pada pembuluh


darah vena (mediana cubiti) yang cukup besar,
jelas dan letaknya superfacial.
Tujuan Untuk kebutuhan pemeriksaan imunologi,
hematologi, dan kimia darah.
Alat 1. Tabung vaccum
2. Holder
3. Pembendung /torniquet
4. Jarum/needle vaccum tainer
5. Plester obat
6. Label nama
7. Kapas alcohol 70 %
Prosedur kerja 1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang
akan digunakan
2. Memasang jarum/needle pada holder
dengan erat
3. Mencocokkan data pasien dengan lembar
permintaan yang di bawah
4. Di pilih bagian vena median cubital atau
chepalic dan melakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena.
5. Pasang tornikuet pada lengan pasien kira-
kira 10 cm pada lipatan siku
6. Tempat yang akan di tusuk di bersihkan
dengan kapas alkohol 70% dan biarkan
sampai kering
7. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan
kiri supaya vena tidak bergerak
8. Menusuk bagian vena dengan lubang jarum
/ needle menghadap ke atas
9. Masukkan tabung ke dalam holder dan
dorong sehingga jarum bagian positerio
tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung
10. Tornikuet / karet pembendung di lepas dan
pasien di minta membuka kepalan
tangannya sementara darah mengalir
kemudian di tunggu sampai darah berhenti
mengalir
11. Letakkan kapas alkohol di tempat jarum
dan segera lepaskan / di cabut jarum
12. Pasien di minta menekan kapas selama
beberapa menit sebelum di tempel plaster
13. Tabung yang berisi darah di beri etiket
14. Needle / jarum yang telah di pakai di buang
ke limbah medis.
Pengertian Pemeriksaan urine tidak hanya dapat
memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan
saluran urine,tetapijuga mengenai hal berbagai
organ dalam tubuh kita seperti hati, saluran
empedu, pancreas, cortex, dan adrenal.
Tujuan Untuk kebutuhan pemeriksaan urinalisa dan
kimia kesehatan(Narkoba).
Alat dan bahan 1. Pot Urine yang bermulut lebar
2. Label
3. Spidol
Prosedur 1. Menyiapkan pot urine yang bersih dan
kering
2. Memberikan etiket pada pot urine
3. Memberikan penjelasan kepada pasien cara
menampung urinenya
4. Pot urine yang sudah di beri etiket di
berikan kepada pasien
5. Memperhatikan keadaan atau kondisi urine
dan volume urine
Cara Pengambilan urine tengah ( mistrim )
1. Di jelaskan pada pasien untuk mengambil
urine tengah
2. Urine pertama di buang
3. Urine tengah di tampung
4. Urine yang terakhir keluar di tampung.
Sputum, dahak atau riak adalah secret yang
batukkan dan berasal dari bronchi.Sebaiknya
sebelum mengambil sampel sputum ini
penderita diminta agar bisa berkumur terlebih
dahulu sebelum mengeluarkan sputumnya.
Sputum bisanya diambil dengan cara SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu), yaitu:
1. Sewaktu
Samopel pertama kali diambil pada saat
pasien pertama kali datang ke laboratorium
untuk pemeriksaan.
2. Pagi
Petugas memberikan wadah bermulut lebar
dengan tutupnya dan digunakan untuk
menampung sputum pagi (sputum yang
pertama kali dikeluarkan pada pagi hari).
3. Sewaktu
Saat pasien mengantarkan sputum paginya,
pasien diberikan lagi wadah untuk
menampung sputum sewaktunya.
Jika dari ketiga sampel terdapat 2 sampel
wadah yang positif maka pasien bisa
dinyatakan positif namun jika hanya satu
sampel saja yang positif maka itu tidak
berarti positif.
Tujuan Untuk kebutuhan pemeriksaan bakteriologi.
Alat dan bahan 1. Pot sampel feces yang bermulut lebar
(±6cm)
2. Label
3. Spidol
prosedur 1. Di siapkan pot sempel sputum yang bersih
dan kering
2. Di berikan etiket / label pot sampel sputum
3. Memberikan penjelasan kepada pasien cara
menampung ataupengambil bagian sputum
yang bagus untuk diperiksa
4. Pot sampel sputum yang sudah di beri
etiket / label di berikan kepada pasien
5. Di perhatikan keadaan atau kondisi dari
sampel sputum tersebut

11) Prosedur perawatan stoma pada anak

Pengertian Serangkaian tindakan melepas kantung stoma


lama, merawat stoma dan kulit peristoma serta
mengaplikasikan kantung stoma baru
Tujuan 1. Menjaga kebersihan pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan
lingkungannya
Indikasi Pasca operasi pembuatan stoma. Setiap kali
wafer telah bocor/ terlepas dari kulit pasien.
Sesuai jadwal penggantian wafer dan kantung
stoma (setelah 3 – 7 hari pemakaian)
Persiapan alat 1. Kantong kolostomi sesuai kebutuhan
2. Kapas
3. Bedpan/pispot
4. Pola ukuran stoma (stoma measuring guide)
5. Zink salep
6. Waslap
7. Air hangat
8. sarung tangan
9. Kasa kering
10. Bengkok/piala ginjal
11. Perlak dan pengalasnya/ underpad
12. Kantong plastic
13. Tempat sampah
14. Air hangat atau air mengalir atau NaCl
0,9%
15. Gunting bengkok (curve scissor)
16. Pensil atau Spidol OHP / permanen dan
plastik transparan
17. Convacare Remover wipe
18. Tail Closure (penjepit kantung stoma)
19. Pispot (bedpan) + tutupnya (jika perlu)
Prosedur A. Pra Interaksi
1. Mengecek dokumentasi/data klien
2. mencuci tangan
3. menyiapkan alat
B. Orientasi
1. Memberi salam dan memperkenalkan
diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
3. Memberi kesempatan pasien untuk
bertanya
Tahap kerja 1. Mengatur posisi tidur klien (supinasi).
2. Mengatur tempat tidur klien dan
lingkungan klien (menutup korden, jendela,
pintu memasang penyekat tempat tidur
(k/p), mempersilahkan keluarga untuk
menunggu diluar kecuali jika diperlukan
untuk belajar merawat kolostomi klien dll)
3. Meletakkan perlak dan pengalasnya di
sebelah kanan/ kiri klien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok, dan kom berisi kapas
dan cairan NaCl 0,9% / air hangat di atas
perlak dan didekatkan ke tubuh klien.
5. Membuka set kolostomi.
6. Perawat mencuci tangan dan memakai
sarung tangan
7. Mengobservasi produk stoma (warna,
konsistensi, bau & jumlah) jika diperlukan
untuk pemeriksaan.
8. Membuka kantong kolostomi yang
terpasang pada tubuh klien dengan sangat
hati-hati dan tangan kiri menekan kulit
klien.
9. jika tipe kantong kolostomi drainable, buka
klem buang feses ke pispot. Dan buang
kantong kolostomi ke tampat sampah /
plastik sampah.
10. Tutup stoma dengan kassa steril
11. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan
sabun dan air hangat dengan menggunakan
waslap.
12. Membersihkan stoma dan sisa feces/produk
stoma dengan kapas NaCI 0,9% dengan
sangat hati-hati (hindari perdarahan).
13. Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan
kassa/tisue.
14. Mengobservasi stoma dan kulit sekitar
stoma.
15. Berikan zink salep di sekitar stoma.
16. Mengukur stoma dan gambar pola stoma
pada plastic penutup kantong dengan
menggunakan spidol, kemudian gambar
pola pada bagian yang adesif pada kantong
stoma kemudian gunting sesuai ukuran
stoma.
17. Membuka salah satu sisi perekat kantong
kolostomi dan menempelkan dengan tepat
dengan menghindari udara masuk kantong
kolostomi.
18. Menempelkan kantong kolostomi dengan
posisi Vertical/ horizontal/ miring sesuai
kebutuhan kilen (sesuaikan dengan
aktivitas klien).
19. Klem kantong kolostomi jika menggunakan
tipe drainable pounch
Terminasi 1. Mengevaluasi tindakan yang baru saja
dilakukan
2. memberikan reinforcement positif pada
klien
3. Merapikan dan kembalikan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan Evaluasi 1. Kulit sekitar stoma
klien bebas dari iritasi, lecet dan infeksi
6. Base plate dan kantung tetap utuh dan
melekat, tanpa kebocoran selama 3-7 hari.
7. Sistem pengantungan tetap kedap bau
selama 3-7 hari.
8. Klien secara bertahap berperan aktif dalam
aplikasi base plate dan kantung stoma.
Dokumentasi Catat jam, hari, tanggal, serta
respon pasien setelah dilakukan tindakan
stoma care

Anda mungkin juga menyukai