DIMAS DWI RAHMATDANI - 032011033 - Metodelogi Penelitian Uts
DIMAS DWI RAHMATDANI - 032011033 - Metodelogi Penelitian Uts
Sekitar
Department Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Fakultas ilmu kesehatan dan teknologi , Binawan Universitas
Binawan , Jakarta Timur, Indonesia
a)
Penulis Karya Ilmiah: dimas.dwirahmatdani@student.binawan.ac.id
b
) putriwindalestari@binawan.ac.id
Abstrak Latar Belakang dan Alasan singkat .Limabah batu bara adalah sebuah limbah yang sangat berpengaruh besar
bagi kesehatan makhluk hidup bisa kita ambil contoh dari para pekerjanya dan masyarakat sekitar Apa itu limbah batu
bara?Adapun limbah batu bara yang dikeluarkan dari kategori B3 adalah limbah yang bersumber dari proses
pembakaran batu bara pada fasilitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau dari kegiatan lain yang menggunakan
teknologi selain stocker boiler dan/atau tungku industri. UNAIR NEWS – Limbah batu bara fly ash dan bottom ash
(FABA) tidak lagi terdaftar pada kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada peraturan
tersebut, FABA masuk dalam kategori limbah non-B3.Objektif. Mendapatakan informasi dari pekerja dan dari
pegawai yang bekerja di batu bara Desain Percobaan. Studi Observasi Pengaturan belajar.Oktober - Januari 2023
Kriteria Kelayakan kelayakan kesehatan pekerja di pekerjaan batu bara dan efek dari limbah batu bara Intervensi.
Setiap Pegawai kantor gedung yang terdampak akan diberikan beberapa pertanyaan mengenai pengaruhlimbah batu
bara baik untuk para pekerja maupun para masyarakat sekitar Hasil yang diharapkan. Dari penelitian ini akan
didapatkan rangkaian pertanyaan Dampak besar dari limbah batu bara para pekerja di industri limbah batu bara dan
msyarakat sekitar Participant timeline. Partisipan menandatangani persetujuan setelah penjelasan dan mengisi
kuesioner. Ukuran sampel. Dibutuhkan sekitar 60 partisipan untuk menjawab kuesioner. Penerimaan Partisipan.
Partisipan di rekomendasi kan oleh pemimpin pegawai kantor gedung
Kata kunci. Analisis Efek limbah batu baraPekerja , Kerugian Yang Ditimbulkan, Aktivitas Di Lapangan, Studi
Observasi
Informasi Administrasi . Pendaftaran Izin Etis. Akan diajukan ke komite etik Universitas Binawan Percobaan
Registrasi. Tidak dapat di aplikasikan. Versi Protokol. 0,1 draf awal sebelum menemui dosen pembimbing Funding.
Akan di ajukan ke penelitian dosen pemula oleh kemendikbud dikti. Peran dan Tanggung Jawab. DDR menghubungi
pimpinan perusahaan dan menyebarkan kuesioner , PWL membentuk kerjasama dengan pihak kantor perusahaan.
PENDAHULUAN
Pada pertambangan di Indonesia dalam dasawarsa ini cukup meningkat terutama pertambangan batubara
(1).Sungai yang selama ini menjadi andalan bagi warga untuk berbagai keperluan, kini semakin tercemar akibat
penambangan batu bara di bagian hulunya.(2). Air Sungai yang notabene menjadi satu-satunya sumber air
mineral untuk warga menimbulkan polemik yang diakibatkan oleh pencemaran yang terjadi. (3) tingkat
kekeruhan air mencapai 421 NTU (4). Limbah (Ginting, 2007) mengartikan sebagai buangan yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
(5) Debu batubara adalah material batubara yang terbentuk bubuk (powder), yang berasal dari hancuran batubara
ketika terjadi pemrosesannya (breaking, blending, transporting, and weathering), debu batubara juga dapat
meledak apabila terambang di udara sekitarnya. (6) Debu batubara berasal dari kegiatan penambangan yang
dilakukan oleh industri itu sendiri, akan lebih banyak menghasilkan debu apabila proses pemisahan (breaking)
secara kering melalui peledakan penggaruan (7) lebih lanjut menjelaskan beberap dampak kesehatan yang
disebabkan oleh debu batu bara, yaitu pneumokoniosis batubara (coal pneumokoniosis), bronkitis kronik, asma
kerja, dan chronic obstructive pulmonary disease (COPD). (8) Jenis penyakit pneumokoniosis batubara (coal
pneumokoniosis), bronkitis kronik, dan asma kerja adalah jenis penyakit yang diidap oleh penambang batubara.
Sedangkan COPD adalah penyakit yang menjangkiti masyarakat sekitar daerah penambangan. (9) Edmonton
(2010) menjelaskan bahwa COPD mengakibatkan dua jenis penyakit yang lebih spesifik yatu chronic bronchitis
dan emphysema. Gejala yang timbul dari penyakit ini adalah penurunan angka restriktif pada saat pemeriksaan
paru dan nafas yang terputus-putus juga pendek.(10) Penurunan fungsi paru timbul saat terjadi peningkatan
jumlah paparan batubara dalam tubuh, akan semakin bahaya apabila kebiasaan merokok dan gaya hidup tidak
sehat dijalankan oleh mereka yang menderita penyakit ini.(11) Penanganan yang tidak tepat bahkan kelalaian
dalam pengelolaan batubara akan menyebabkan peningkatan jumlah debu batubara setiap waktunya. (12)
Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak ditangani secara maksimal akan terus menganggu kesehatan masyarakat
di sekitar lokasi penambangan. Penanganan debu batubara bukan hanya menjadi tanggung jawab industri tetapi
juga pemerintah bersama masyarakat.(13)
Batubara adalah bahan bakar fosil, di mana di Indonesia tersedia cadangannya dalam jumlah yang cukup
melimpah dan diperkirakan mencapai 38,9 miliar ton. Dari jumlah tersebut sekitar 67 % tersebar di Sumatera,
32% di Kalimantan dan sisanya tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya.(14) Dengan kualitas batubara
yang baik dan dengan jumlah yang besar tersebut serta tingkat produksi saat ini, batubara dapat menjadi sumber
energi bagi Indonesia selama ratusan tahun.(15) Bahan bakar fosil (batubara) tetap saja merupakan sumber
pamasok utama, meskipun pilihan terhadap sumber daya energi telah meluas kepada sumber-sumber yang bersih
dan dapat diperbaharui, seperti tenaga surya, air, ombak dan panas bumi, namun begitupun pertumbuhan
pemakaian energi nuklir tidak dapat diharapkan karena tekanan masyarakat.
23 Produksi batubara pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 153 juta ton, sedangkan pemakaian dalam negeri
pada tahun tersebut adalah 108 juta ton, sedangkan sisanya 45 juta ton merupakan jumlah yang dapat diekspor.
(17) Dari pembakaran batubara dihasilkan sekitar 5% polutan padat yang berupa abu (fly ash dan bottom ash),
di mana sekitar 10- 20% adalah bottom ash dan sekitar 80-90% fly ash dari total abu yang dihasilkan. (18) Pada
tahun 1999, peranan batubara dalam penyediaan energi nasional baru mencapai sekitar 12% dan diperkirakan
pada tahun 2020 akan mencapai 39,6%. (19) Sebaliknya, peran BBM secara bertahap terus menurun, peran BBM
dalam penyediaan energi primer masih mencapai 68% pada tahun 1992/1993 dan pada tahun 2020 menjadi 37%.
(20) Tabel 1 berikut adalah perkiraan kontribusi batubara dalam energi pembangkit listrik dan energi campur
sampai dengan tahun 2020. Semakin meningkatnya pemakaian batubara, maka beban lingkungan juga akan
semakin berat dan perlu diantisipasi dengan pemakaian teknologi batubara bersih dan pemanfaatan secara
optimal dari limbah batubara (fly ash). (21) limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada
pembangkit tenaga listrik.(22) Ada tiga type pembakaran batubara pada industri listrik yaitu dry bottom boilers,
wet-bottom boilers dan cyclon furnace. (23) Apabila batubara dibakar dengan type dry bottom boiler, maka
kurang lebih 80% dari abu meninggalkan pembakaran sebagai fly ash dan masuk dalam corong gas.(24) Apabila
batubara dibakar dengan wet-bottom boiler sebanyak 50% dari abu tertinggal di pembakaran dan
50% lainnya masuk dalam corong gas. Pada cyclon furnace, di mana potongan batubara
digunakan sebagai bahan
bakar,.70-80 % dari abu tertahan sebagai boiler slag dan hanya 20-30% meninggalkan pembakaran sebagai dry
ash pada corong gas.(24) Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah
fly ash untuk keperluan bahan bangunan teknik sipil, namun hasil pemanfaatan tersebut belum dapat
dimasyarakatkan secara optimal, karena berdasarkan PP. No.85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), fly ash dan bottom ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan
oksida logam berat yang akan mengalami pelindihan secara alami dan mencemari lingkungan.(25) Yang
dimaksud dengan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.(26) Fly
ash kelas F dan kelas C keduanya dapat digunakan sebagai mineral filler untuk pengisi void dan memberikan
kontak point antara partikel agregat yang lebih besar pada campuran aspalt concrete.(27) Aplikasi ini digunakan
sebagai pengganti portland cement atau hydrated lime. Untuk penggunaan perkerasan aspal, fly ash harus
memenuhi spesifikasi filler mineral yang ada di ASTM. Sifat hydrophobic dari fly ash memberikan daya tahan
yang lebih baik untuk perkerasan dan tahan terhadap stripping. Fly ash juga dapat meningkatkan stiffness dari
matrix aspalt, meningkatkan daya tahan terhadap rutting dan meningkatkan durability campuran. (28) Stabilisasi
tanah dengan penambahan fly ash biasanya digunakan untuk tanah lunak, subgrade tanah kelempungan dibawah
jalan yang mengalami beban pengulangan (repeated loading).(29) Perbaikan tanah ini bisa menggunakan fly ash
kelas C maupun kelas F. Jika menggunakan fly ash kelas F diperlukan bahan tambahan kapur atau semen,
sedangkan jika menggunakan fly ash kelas C tidak diperlukan bahan tambahan semen atau kapur karena fly ash
kelas C mempunyai sifat self cementing. Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, kebutuhan batubara untuk listrik
pada tahun 2010 sebesar 47,7 juta ton dan untuk kebutuhan energi campur sebesar 58,5 juta ton, sehingga akan
dihasilkan fly ash dan bottom ash sebesar 5% x 58,5 juta ton per tahun, tidak termasuk fly ash dan bottom ash
hasil dari PLTU baru seperti di Rembang, Cilacap dll, serta dari industri yang baru. Berarti penghasilan fly ash
sekitar 15.000 ton per hari.(30) Pemanfaatan limbah batubara (fly ash) akan sangat membantu program
pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan sekaligus sebagai bahan stabilisasi tanah untuk konstruksi
jalan, pada tanah-tanah yang secara teknis bermasalah maupun keperluan lain dibidang teknik sipil. Walaupun
fly ash dapat digunakan dalam bentuk kering atau basah, fly ash biasanya di simpan dalam kondisi kering.(31)
Kira-kira 15 sampai 30 % air dapat ditambahkan pada fly ash.(32) Berikut dibahas kontribusi fly ash pada
pemakaian portland cement, batu bata, beton ringan, material konstruksi jalan, material pekerjaan tanah,
campuran grouting, stabilisasi tanah untuk konstruksi jalan maupun stabilisasi tanah untuk tanah-tanah yang
bermasalah di Indonesia.(33) Fly ash digunakan untuk pengganti portland cement pada beton karena mempunyai
sifat pozzolanic.(34) Sebagai pozzoland sangat besar meningkatkan strength, durabilitas dari beton.(35)
Penggunaan fly ash dapat dikatakan sebagai faktor kunci pada pemeliharaan beton tersebut.(36) Penggunaan fly
ash sebagai pengganti sebagian berat semen pada umumnya terbatas pada fly ash kelas F.(37) Fly ash tersebut
dapat menggantikan semen sampai 30% berat semen yang dipergunakan dan dapat menambah daya tahan dan
ketahanan terhadap bahan kimia.(38) Baru baru ini telah dikembangkan penggunaan penggantian portland
cement dengan prosentase volume fly ash yang tinggi (50%) pada perencanaan campuran beton, bahkan untuk
”Roller Compacted Concrete Dam” penggantian tersebut mencapai 70 % telah dicapai dengan Pozzocrete (fly
ash yang diproses) pada ”The Ghatghar Dam Project” di Maharashtra India.29 Fly ash juga dapat meningkatkan
workability dari semen dengan berkurangnya pemakaian air.(39) Produksi semen dunia pada tahun 2010
diperkirakan mencapai 2 milyard ton, di mana penggantian dengan fly ash dapat mengurangi emisi gas carbon
secara dramatis.(40) Batu bata dari ash telah digunakan untuk konstruksi rumah di Windhoek, Nambia sejak
tahun 1970, akan tetapi batu bata tersebut akan cenderung untuk gagal atau menghasilkan bentuk yang tidak
teratur.(41) Hal ini terjadi ketika batu bata tersebut kontak dengan air dan reaksi kimia yang terjadi menyebabkan
batu bata tersebut memuai.(42) Pada Mei 2007, Henry Liu pensiunan Insinyur Sipil dari Amerika mengumumkan
bahwa dia menemukan sesuatu yang baru terdiri dari fly ash dan air.(43) Dipadatkan pada 4000 psi dan diperam
24 jam pada temperatur 668°C steam bath, kemudian dikeraskan dengan bahan air entrainment, batu bata
berakhir untuk lebih dari 100 freeze-thaw cycle.(44) Metode pembuatan batu bata ini dapat dikatakan menghemat
energi, mengurangi polusi mercuri dan biayanya 20% lebih hemat dari pembuatan batu bata tradisional dari
lempung.(45) Batu bata dari fly ash kelas C dan di press dengan mesin Baldwin Hydraulic dapat dilihat
menunjukkan bermacam bentuk dan warna batu bata dari fly ash.(46) Beton ringan dapat diproduksi langsung
di tempat proyek, menggunakan peralatan dan mould seperti beton konvensional. Density yang
direkomendasikan 1.000 kg /m³ (kering oven) Tipikal campuran untuk menghasilkan 1 m3 dengan density 1.000
kg/m³.(47) Fly ash kelas F dan kelas C keduanya dapat digunakan sebagai mineral filler untuk pengisi void dan
memberikan kontak point antara partikel agregat yang lebih besar pada campuran aspalt concrete.(48) Aplikasi
ini digunakan sebagai pengganti portland cement atau hydrated lime.(49) Untuk penggunaan perkerasan aspal,
fly ash harus memenuhi spesifikasi filler mineral yang ada di ASTM.(50)
Dari uraian latar belakang diatas maka permasalahan dari penelitian ini adalah “Dampak Limbah Batu Bara
Dilingkungan Masyarakat Sekitar”
Studi dilakukan di Kontruksi Pembangkit listrik dan perizinan sedang diajukan. Studi
dilakukan dari bulan Desember 2022-Januari 2023
INKLUS
Alat yang di gunakan a. Helm (Safety Helmet)
b. Sepatu Kerja (Safety Shoes)
c. Pelindung Mata (Safety glass)
a. Pelindung Tangan
b. Masker
Persyaratan peserta
EKLUSI
Persyaratan Utama
Penelitian bersifat sukarela dan memiliki persetujuan dari relawan maupun wali.
If applicable, eligibility criteria for study centres and individuals who will perform the interventions (eg,
surgeons, psychotherapists).
Interventions for each group with sufficient detail to allow replication, including how
and when they will be administered.
peserta yang sesuai persyaratan (tanpa riwayat penyakit, dan tidak memiliki keluhan tentang
lingkungan dari perusahaan batubara dan tidak memiliki phobia) dilakukan survey lapangan di tempat
daerah yang terdampak dari lingkungan batubara dan memberikan pengetahuan tentang pencegahan ,
setelah itu dilakukan metode deskriptif yakni penelitian yang memaparkan pemecahan masalah aktual
berdasarkan data. Objek penelitian tentang keluhan masyarakat
Criteria for discontinuing or modifying allocated interventions for a given trial participant
(eg, drug dose change in response to harms, participant request, or improving/worsening
disease).
Jika ada kejadian luar biasa, kerusakan alat, atau kejadian tidak diinginkan maka penelitian dapat dihentikan
Strategies to improve adherence to intervention protocols, and any procedures for monitoring
adherence (eg, drug return, laboratory tests).
Memberikan Bimbingan untuk Masyarakat sebelum diijinkan Melihat Tempat kerja yang dapat
menimbulkan sumber potensi yang dapat menyebabkan penyakit di lingkungan batubara
Relevant concomitant care and interventions that are permitted or prohibited during the trial.
Peserta
1. Peserta Mematuhi
peraturan yang
berlaku selama di
lapangan
Primary, secondary, and other outcomes, including the specific measurement variable (eg,
systolic blood pressure), analysis metric (eg, change from baseline, final value, time to event),
method of aggregation (eg, median, proportion), and time point for each outcome
Explanation of the clinical relevance of chosen efficacy and harm outcomes is strongly recommended.
4. E.meningkatkan pengetahuan pekerja dan masyarakat tentang criteria dan peraturan tentang
bahaya batubara di tempat kerja yang berlaku di Indonesia dan negara lain
5. Tujuan, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
ns (including any run-ins and washouts), assessments, and visits for participants.
Setiap masyarakat mendapat rangkaian pertanyaan mengenai keluhan dan dampak dari
limbah yang di sebabkan perusahaan batubara
Strategies for achieving adequate participant enrolment to reach target sample size
Method of generating the allocation sequence (eg, computer-generated random numbers), and
list of any factors for stratification.
To reduce predictability of a random sequence, details of any planned restriction (eg, blocking) should
be provided in a separate document that is unavailable to those who enrol participants or
assign interventions.
Who will generate the allocation sequence, who will enrol participants, and who will
assign participants to interventions.
how If blinded, circumstances under which unblinding is permissible, and procedure for
revealing a participant’s allocated intervention during the trial.
Karena untuk penelitian ini peserta hanya dilakukan untuk pengambilan data kadar debu batu bara dengan
menggunakan portable high volume air jadi tidak terlalu diperlukan melakukan pembutaan (blinding), karna
blinding untuk mencegah terjadinya hal hal yang memihak.
ACKNOWLEDGEMENT
Acknowledgement to whoever helps your study. Funding body should be acknowledged.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. atas ridhonya saya dapat
menyelesaikan penyusunan hasil penilitian karya ilmiah
Karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan di Program Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Universitas Binawan. butuh usaha yang sangat keras dalam penyelesaian pengerjaan
karya ilmiah ini. Namun, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling saya yang
mendukung dan membantu. Terima kasih saya sampaikan kepada:
Tuhan Yang maha esa dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan kekuatan bagi
penulis dalam menyelesaikan studi ini
Kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk perhatian,
kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan
penulis dalam menyelesaikan studi ini
1. Dr. Ir. Illah Sailah, M.S. Selaku Rektor Universitas Binawan.
2. Yunita Sari Purba, SST.K3, M.A selaku Dekan Program Studi K3 Universitas Binawan.
3. Ir. H. Bambang Sulistyo P, MKKK selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan berbagai pengalaman kepada penulis.
4. Dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah Bapak Dr Renan Prasta
Jenie, STP, MT. yang telah membantu membuat template untuk studi ini
5. Segenap Dosen Program yang telah mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah
Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Tuhan yang maha esa dan
akhirnya saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan ilmu yang
saya miliki. Untuk itu saya dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi membangun laporan penelitian ini
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Tuhan yang maha esa dan akhirnya saya
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu
saya dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
membangun laporan penelitian ini.
Financial and other competing interests for principal investigators for the overall trial and each
study site.
Terima kasih juga untuk seluruh peserta yang telah ikut berpastisipasi dalam penelitian ini.
Semoga dengan penelitian ini bisa menambah pengetahuan baru dan membantu dalam analisis
pengaruh tingkat kebisingan di liingkungan masyarakat yang terdampak dari suara tingkat
kebsiingan yang di sebabkan oleh proyek kontruksi pembangunan pembangki lsitrik dengan ini
menjadi lebih baik dalam mengetahui lebih awal tingkat kebisingan,
1. Masnellyarti Hilman, Deputi III Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Peningkatan
Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan, dalam Penjelasan “Risiko
lingkungannya dicegah melalui amdal”, di Jakarta, diakses pada situs www.ME-
Indonesia.Com, Penjelasan.
3. YUB Internal Report (Unpublished), Laporan Mulpihak Berasan Air Bengkulu dalam
Memperinga Hari Air Sedunia di Hotel Nala Sea Side, Bengkulu: Yayasan Ulayat
Bengkulu, 2011.
4. Nephelometric Turbidity Unit. Satuan NTU dipergunakan untuk menggambarkan ngkat
kekeruhan air. Nephelometris dimaksudkan pada cara kerja alat pengukurnya,
nephelometer mengukur seberapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh parkel
tersuspensi yang terdapat di dalam air.
5. Perdana Ginting. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung:
Yrama Widya.
10-13) Edmonton. 2010. Coal Dust at The Work Site. New York: Work Safe Alberta.
14-18) Acar, Y.B., and El-Tahir, E.A., (1986) :" Low strain dynamic properties of
artificially cemented sand ", J. Geotech. Engrg. Div. ASCE. Vol. 112, No. 11, pp 1001-
1015
19-21) Balasubramanian, A. S., Bergado, D. T., Buensucero Jr, B. R., Yang, W.C., (1989):
"Strength and deformation characteristic of lime-treated soft clays", Geotechnical
Engineering, Vol. 20, pp
23.) Senior, C., Granite, E., Linak, W., & Seames, W. (2020). Chemistry of Trace Inorganic
Elements in Coal Combustion Systems: A Century of Discovery. Energy & fuels : an
American Chemical Society journal, 34(12), 15141–15168.
25.) Senior, C., Granite, E., Linak, W., & Seames, W. (2020). Chemistry of Trace Inorganic
Elements in Coal Combustion Systems: A Century of Discovery.
26.) Clough, G.W., Sitar, N., et al, (1981):” Cemented sands under static loading”,
Journal of Geotechnical Engineering Division, Proceedings of the American Society
of Civil Engineers, ASCE, Vol.107, No. GT6, pp. 799-817.
27.) Clough, G.W., Kuck, W.M., Kasali, G., (1979):" Silicate stabilized sands", Journal of
Geotechnical Engineering Division ASCE, Vol. 105, No. GT 1, pp 65-82.
28.) George, K.P, Soil Stabilization Field Trial, Interim Report 1, Depertment of Civil
Engineering University of Mississippi,2001
29.) Clough, G.W., Kuck, W.M., Kasali, G., (1979):" Silicate stabilized sands", Journal of
Geotechnical Engineering Division ASCE, Vol. 105, No. GT 1, pp 65-82.
30.) George, K.P, Soil Stabilization Field Trial, Interim Report 1, Depertment of Civil
Engineering University of Mississippi,2001
31.) Henry Liu, Use o Fly Ash to Make Bricks, Question & Answer, 2007
33.) Huang, J.T., (1994):”The effects of density and cementation on cemented sand”, PhD
Thesis, University of Sydey, Australia
34.) Herni Khaerunisa, (2003-2007): “Toksisitas Abu Terbang dan Abu dasar Limbah PLTU
Batubara yang berada di Sumatera dan Kalimantan secara Biologi”, Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara
35.) Indraratna, B., Balasubramaniam, A.S., Khan, M.J., (1995) :” Effect of Fly ash
with lime and cement on the behaviour of a soft clay”, Quarterly of Journal of
Engineering Geology 28, pp 131-142.
38.) Naik, T. R. and Singh, S.S., (1997):” Flowable slurry containing founadry sands”, J. of
Materials in Civil Engineering, ASCE, Vol.9, No.2, pp. 93-102.
40.) Peraturan Pemerintah No 85. tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
42.) Suyartono, (2004):” Hidup dengan Batubara (Dari Kebijakan hingga Pemanfaatan), No:
001/IX/2001, ISBN: 979-96649-0-X
43.) Toll, D.G., Malandraki (1993) :"Triaxial testing of a weakly bonded soil", Geotechnical
Engineering of Hard Soils-Soft Rocks, Anagnostopoulos et al. (eds), Balkema,
Rotterdam, ISBN 90 5410 3442, pp 817-823.
44.) Wardani, SPR (1999):” Behaviour of Cement Stabilized Subgrade Subject to Cyclic
Loading, PhD Thesis, The University of New South Wales, Australia.
45.) Jannah, M., Abdullah, R., & Murad, M. (2015). Identifikasi Bahaya, Penilaian
Resiko, dan Pengendalian Resiko Pada Aktivitas Tambang Batubara di PT. KIM
Kabupaten Muaro Bungo, Provinsi Jambi. Bina Tambang, 2(1), 258-270.
46.) Arif, M., & mardiah Syahri, I. (2014). Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan
Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain Di Pertambangan Batubara
x Tahun 2014. Lingkungan dan Keselamatan Kerja, 3(3), 14528.
49.) Sultan, M., Putra, E. R., & Farjam, H. (2021). PERSEPSI KARYAWAN
TERHADAP SISTEM PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DAN POTENSI
BAHAYA DI PERTAMBANGAN BATUBARA PT. PUTRA KAJANG
KALIMANTAN TIMUR.
Jurnal Sehat Mandiri, 16(1), 18-28.
50.) Permana, M. I. (2016). IDENTIFIKASI BAHAYA PADA UNIT COAL MILL PT. SEMEN
INDONESIA TBK. PLANT TUBAN DENGAN METODE HAZARD OPERABILITY
STUDY DAN CAUSE–CONSEQUENCE ANALYSIS (Doctoral dissertation,
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA)
Dimas Dwi Rahmatdani lahir di Jakarta, Indonesia pada tahun 2002.
Pada tahun 2020 telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah
atas di SMK Mahadhika 4 Jakarta Timur. Penulis sedang menjalani
program studi vokasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Universitas
Binawan. Minat penelitian beliau Dampak Limbah Batu Bara
Dilingkungan Masyarakat Sekitar. OrcidID: 0000-0001-7459-2916,
Email: dimas.dwirahmatdani@student.binawan.ac.id
Sejak 2015 hingga saat ini menjadi dosen di Prodi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Universitas Binawan. Tahun 2018-2020 menjabat
sebagai Kepala Unit Penelitian di LPPM Universitas Binawan. Tahun
2021 hingga saat ini menjawab sebagai Kepala Bagian Akademik
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Teknologi. Beliau telah menerima
beberapa hibah penelitian DIKTI, serta mempublikasikan hasil
penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat di jurnal
terakreditasi. Bidang keilmuan dan bidang riset beliau adalah
kesehatan masyarakat, epidemiologi dan K3.
OrcidID: 0000-0002-9697-1252,
Email:
winda@binawan.ac.id