Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ASESMEN DAN PELAKSANAAN MODIFIKASI

PERILAKU

“Penerapan Teknik Self Control & Self Management untuk


Mengurangi Perilaku Merokok Berlebihan”

Disusun Oleh
Muhammad Haekal Syahrian – 202010230311444
Modifikasi Perilaku Kelas H

Dosen Pengampu :

Retno Firdiyanti, M.Psi

Instruktur / Asisten Laboratorium :

Dyahluke Dwitanaya R.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2022

A. Latar Belakang
Merokok merupakan perilaku yang tidak asing dalam perilaku remaja pada era saat
ini. Selain memberikan kenikmatan pada para perokok kebiasaan merokok juga dapat
memberikan dampak yang buruk. Dalam rokok terdapat berbagai kandungan zat yang dapat
memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Ketika seseorang merokok, mereka
memiliki beberapa motivasi yang melatar belakanginya, yaitu menghilangkan kekecewaan,
mendapat pengakuan, dan menganggap perbuatannya tidak melanggar norma. Hal ini dapat
dibuktikan oleh perilaku merokok remaja yang cenderung tidak memperdulikan keberadaan
orang lain.
Merokok menjadi pembunuh nomor dua di dunia setelah hipertensi, hal ini karena
merokok membahayakan bagi semua organ tubuh manusia. Menurut statistik World Health
Organization (WHO), terdapat sekitar 1,3 miliar perokok di seluruh dunia, dan terdapat 5
juta orang yang meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan merokok. Ada
beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau
ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. Pada kebanyakan perokok, ikatan
psikologis dengan rokok dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara
mudah dan efektif. Rokok dibutuhkan sebagai alat keseimbangan. Seperti subjek S, dia
mengaku dalam sehari mengkonsumsi dua bungkus dalam sehari. Dia merasa bahwa tidak
dapat melakukan aktivitas dengan lancar bila tidak mengkonsumsi rokok dalam sehari.
Perilaku merokok ini terjadi awalnya ketika ia di bangku SMP, hal ini terjadi karena ia
seringkali melihat ayah dan beberapa orang di lingkungannya yang merokok sehingga tertarik
untuk mencobanya sendiri.
Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku merokok
berlebihan, salah satu cara paling efektif dari perilaku merokok adalah dengan melakukan
memodifikasi perilaku. Terdapat teknik yang dapat dilakukan yang berasal dari pendekatan
behavioral yaitu self management. Hartono dan Boy (Asrianti, 2016), menjelaskan bahwa
pendekatan behavioral secara langsung ditujukan untuk mengubah tingkah laku manusia dan
itu tercermin dalam cara-cara penggunaannya. Pada dasarnya, pendekatan behavioral
bertujuan menghilangkan kesulitan yang dihadapi dengan mengajari manusia cara atau
perilaku baru.
Dapat disimpulkan bahwa self management adalah suatu strategi yang dapat
digunakan individu untuk mengatur tingkah lakunya sendiri secara sadar untuk mengontrol
faktor-faktor tingkah laku yang ingin diubahnya. Kontrol diri adalah kemampuan individu
untuk memanipulasi tanggapannya sendiri secara sadar atau disengaja (Baumeister,
Bratslavsky, Muraven, & Tice, 1998; dalam Heckman, 2017)
. Pengendalian diri dapat membantu individu dalam mengatasi tugas yang berat,
misalnya menolak suatu godaan atau keinginan, penekanan emosional dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, self management dan self control dapat digunakan
untuk mengurangi perilaku-perilaku untuk menolak sebuah godaan. Oleh karena itu, dengan
menerapkan teknik ini diharapkan subjek S dapat menahan diri dan mengurangi perilaku
merokoknya.

B. Metode Asesmen
Metode asesmen yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi. Sebelum
melakukan wawancara, dilakukan penyusunan guide wawancara yang berisi beberapa
pertanyaan mengenai perilaku yang ingin diteliti.
A) Wawancara
Teknik metode wawancara terbagi menjadi dua, yaitu metode wawancara
tertutup dan terbuka. Metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara
terbuka. Wawancara terbuka adalah teknik wawancara yang memberikan
peluang kepada informan untuk menjawab lebih jelas lagi dibandingkan
dengan hanya iya dan tidak saja.

B) Observasi
Jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, karena observer
memiliki ciri-ciri khusus dari setiap perilaku yang ingin diamati. Selain itu
observer juga menggunakan observasi natural yang berarti observasi dilakukan
pada lingkungan alamiah subjek, tanpa memberikan manipulasi pada perilaku
subjek.

C) Teknik pencatatan
Adapun teknik pencatatan yang digunakan yaitu teknik anecdotal record.
Menurut Rahayu & Ardani (dalam Ni’matuzahroh & Prasetyaningrum, 2016)
teknik anecdotal record adalah pencatatan mengenai perilaku atau respon
verbal yang dapat dilakukan setiap saat ketika dilakukan. Selain itu, digunakan
juga behavioral checklist yang berarti merupakan suatu metode
dalam observasi yang mampu memberikan keterangan
mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di
observasi dengan memberikan tanda cek (√) jika perilaku
yang diobservasi muncul (Herdiansyah, 2010: dalam
Karmalia, 2022).

Asesmen dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan


pertama menggunakan metode asesmen wawancara, sedangkan pada
pertemuan kedua menggunakan metode asesmen wawancara dan observasi
anecdotal records dengan tujuan dapat melihat lebih jauh perilaku subjek.

No Hari/ Durasi Tempat Metode Metode Teknik


Tanggal Waktu Observasi Wawancara Pencatatan
Data

1 Senin, 7 60 menit Rumah Observasi Wawancara Anecdotal


November subjek sistematis terbuka record dan
2022 behavioral
checklist

2 Rabu, 9 60 menit Jokopi Observasi Wawancara Anecdotal


November sistematis terbuka record dan
2022 behavioral
checklist
No. Sesi Pertanyaan
1. Sesi 1 1. Apakah Anda mengkonsumsi rokok?
2. Apakah Anda mengkonsumsi rokok lebih dari 5 batang
perhari?
3. Aktivitas seperti apa yang memicu Anda untuk merokok?
4. Apakah Anda harus merokok di setiap waktu dalam satu
hari?
5. Apakah Anda merokok ketika berada di tempat umum?
6. Apa yang Anda rasakan setelah mengkonsumsi rokok?
7. Apa penyebab Anda merokok pada pertama kali?
2. Sesi 2 1. Pernahkah Anda mencoba untuk berhenti merokok?
a. Jika Ya, apa yang Anda yang rasakan ketika mencoba
untuk berhenti merokok?
2. Apakah Anda merasa lebih banyak mengkonsumsi rokok
pada saat sendiri atau di saat bersama teman-teman?
3. Apakah merokok membuat Anda merasakan sesuatu yang
tidak bisa digantikan oleh hal lain?
4. Apakah Anda sadar akan dampak negatif dari merokok?
5. Apakah Anda ingin berhenti merokok?
a. Jika Ya, apa yang membuat Anda berpikiran ingin
berhenti?

Target Perilaku Indikator


Perilaku merokok berlebihan 1. Subjek merokok di tempat umum
2. Subjek menghabiskan 1-5 batang dalam
waktu satu jam
3. Subjek gelisah ketika tidak menghisap rokok
4. Subjek merokok ketika bersama teman-
temannya
5. Subjek S merokok saat mengerjakan sesuatu
6. Subjek S merokok saat ia sedang sendiri
7. Subjek S merokok di dalam kamar

C. Hasil Asesmen
Hasil asesmen menunjukkan bahwa subjek merokok sehari lebih dari 20 batang
rokok. Ketika dilakukan observasi pada hari pertama, subjek mengonsumsi 5 batang rokok
dalam kurun waktu 1 jam. Bahkan jumlah rokok yang dikonsumsi bertambah ketika
subjek S sedang mengerjakan sesuatu. Saat subjek S berbicara dengan orang lain juga
dapat dipastikan bahwa ia harus mengobrol sembari merokok. Subjek S tidak peduli
mengenai tempat di mana ia berada, ia akan merokok di tempat yang ramai meskipun sepi.
Ketika dilakukan wawancara, subjek S mengaku bahwa ia mulai mengkonsumsi rokok
pada saat ia berada di bangku SMP, ia tertarik karena melihat ayahnya yang sering
merokok di hadapannya. Selain itu, subjek merasa bahwa ia harus merokok untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan teman-temannya. 

D. Analisis Hasil Asesmen (Font TNR 14 Bold)


Dari hasil asesmen yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa subjek S mengkonsumsi
rokok tidak dalam jumlah yang wajar, karena ia menghabiskan 5 batang rokok dalam
kurun waktu satu jam. Bahkan, subjek S akan mengonsumsi lebih banyak rokok ketika ia
sedang mengerjakan sesuatu yang membutuhkan fokus lebih. Hal ini terbukti ketika
dilakukan observasi subjek S menghabiskan lebih dari 7 batang rokok dalam kurun waktu
satu jam. 
Berdasarkan kasus subjek S dapat dilihat melalui model behavioral, di mana pemicu
perilaku merokok subjek S terbagi menjadi dua yaitu pemicu eksternal dan juga internal.
Dalam belajar dengan asosiasi juga disebut dalam klasik pengkondisian, rangsangan yang
awalnya netral bisa menjadi pemicu untuk merokok sebagai hasil dari asosiasi diulang
antara stimuli dan penggunaan rokok. Pemicu eksternal bagi seorang individu yang
merokok adalah objek dalam lingkungan, pengaturan dan lokasi, atau orang- orang
tertentu misalnya, orang- orang yang menggunakan dengan teratur, dan pemicu internal
mereka adalah pikiran, emosi, atau fisiologis. Maka, dalam kasus ini dapat digunakan
teknik self control untuk membantu individu yang bermasalah dalam mengembangkan
keterampilan yang dapat digunakan untuk merubah perilaku mereka. Ellis mengemukakan
empat tahapan self-control yang harus dilakukan individu ketika ia mengalami konflik,
yaitu:
A) Memikirkan konsekuensi yang akan dihadapi ketika melakukan sebuah tindakan
B) Melakukan percakapan batin
C) Berdebat dengan diri sendiri
D) Memperhitungkan efek dari tiga langkah sebelumnya.

Sesi Antecedent Behavior Consequences

Sebelum Modifikasi Subjek S gelisah saat Subjek S Subjek S tidak dapat


Perilaku tidak menghisap mengkonsumsi rokok menangani
rokok kegelisahannya untuk
tidak mengkonsumsi
rokok
Daftar Pustaka

Heckman, B. W., MacQueen, D. A., Marquinez, N. S., MacKillop, J., Bickel, W. K., &

Brandon, T. H. (2017a). Self-control depletion and nicotine deprivation as precipitants of

smoking cessation failure: A human laboratory model. Journal of Consulting and

Clinical Psychology, 85(4), 381–396. https://doi.org/10.1037/ccp0000197

Jian-Ping Hu, Xin-Ping Zhao, Xiao-Zhi Ma, Yi Wang, & Li-Jun Zheng. (2014). Effects of

cigarette smoke on aerobic capacity and serum MDA content and SOD activity of

animal. International Journal of Clinical and Experimental Medicine, 7(11), 4461–4465.

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25550969/

Karmalia, Y. (2022). Penanganan Bullying di SD Negeri 007 Teluk Sungka Kecamatan

Gaung Anak Serka Kabupaten Indragiri Hilir. Al-Afkar: Jurnal Keislaman & Peradaban,

10(2), 1-12. https://doi.org/10.32520/afkar.v10i2.433

Ni’matuzahroh, Susanti Prasetyaningrum. 2018. Observasi: Teori dan Aplikasi dalam

Psikologi. UMM Press. Malang.

Rukmy, A. A., Dwirahayu, Y., & Andayani, S. (2018). PENGARUH KONTROL DIRI

TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA di Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Health Sciences Journal, 2(2), 57.

https://doi.org/10.24269/hsj.v2i2.159
Lampiran (Font TNR 14 Bold)
Beberapa lampiran yang perlu disertakan dalam laporan asesmen hingga laporan intervensi
adalah:
● Informed consent asesmen
● Lembar pencatatan observasi dan wawancara: Pencatatan durasi, frekuensi, atau
intensitas perilaku

1) Pertemuan pertama
No Target Indikator Perilaku
Perilaku Muncul

1 Perilaku 1. Subjek S merokok di tempat umum ✓


merokok
yang
2. Subjek menghabiskan 1-5 batang dalam ✓
berlebihan
waktu satu jam

3. Subjek gelisah ketika tidak menghisap ✓


rokok

4. Subjek merokok ketika bersama teman- ✓


temannya

5. Subjek S merokok saat mengerjakan ✓


sesuatu

6. Subjek S merokok saat ia sedang sendiri ✓

7. Subjek S merokok di dalam kamar ✓

2) Pertemuan Kedua
No Target Indikator Perilaku
Perilaku Muncul

1 Perilaku 1. Subjek S merokok di tempat ✓


merokok umum
yang
berlebihan 2. Subjek menghabiskan 1-5 batang ✓
dalam waktu satu jam

3. Subjek gelisah ketika tidak ✓


menghisap rokok

4. Subjek merokok ketika bersama ✓


teman-temannya
5. Subjek S merokok saat ✓
mengerjakan sesuatu

6. Subjek S merokok saat ia sedang ✓


sendiri

7. Subjek S merokok di dalam kamar ✓

Anda mungkin juga menyukai