Anda di halaman 1dari 3

Teori Moralitas:

Hurlock (1999) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan individu
untuk belajar perperilaku moral, sehingga individu dikategorikan bermoral, yaitu:
a. Identifikasi
Identifikasi sebagai sumber belajar perilaku moral semakin penting,
karena individu cenderung untuk meniru perilaku orang yang
dianggapnya menarik atau orang yang dikaguminya. Biasanya imitasi dari
perilakutersebut biasanya tanpa disadari secara langsung.

b. Pendidikan
langsung Anak pertama-tama memberikan reaksi tertentu yang tepat dalam
situasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mematuhi aturan yang diberikan
orang tua dan orang lain yang berwenang. Apabila peraturan yang telah
diterima oleh anak dengan baik, kemungkinan besar anak-anak tidak
akan mengalami kesulitan untuk menerapkan peraturan-peraturan lain
yang ia temui.

c. Trial and error


Anak belajar untuk bersikap sesuai dengan apa yang diterima secara sosial
oleh masyarakat dengan coba ralat. Anak mencoba suatu pola perilaku
secara terus menerus hingga anak secara kebetulan dan bukan
direncanakan menemukn metode yang memberikan hasil yang
diinginkan.

Teori Adaptabel:
Menurut Mead mengembangkan model yang berguna mengenal proses
dimana diri manusia didefinisikan dalam 3 tahap:
Preparetory stage
Selama masa preparetory stage, anak – anak meniru orang yang ada di
sekitar mereka, terutama anggota keluarga dimana mereka terus berinteraksi.
Play stage
Simbol dengan sosialisasi. Selama masa play stage, mereka mulai berpura
– pura menjadi orang lain. Seperti seorang aktor yang menjadi karakter,
seorang anak menjadi dokter, orangtua, pahlawan, atau kapten kapal. Fakta
Mead mencatat bahwa aspek penting dalam play stage adalah permainan peran
asumsi mental dan perspektif orang lain dan merespons dari pandangan
tersebut.
Game stage
Pada tahap ketiga Mead, game stage, anak berusia 8 – 9 tahu tidak lagi
memainkan peran, tetapi mulai mempertimbangkan beberapa tugas dan
hubungan secara simultan. Pada titik perkembangan ini, anak – anak tidak
hanya menangkap posisi sosial mereka, tetapi juga orang – orang yang ada di
sekitar mereka. Mead menggunakan istilah generalized other yang mengacu
pada sikap, pandangan, dan ekspektasi masyarakat sebagai sebuah kesatuan
yang disertakan oleh seorang anak dalam sikap dan perilakunya. Konsep ini
bahwa saat beraksi, seorang individu mempertimbangkan keseluruhan
kelompok manusia.

Oleh karena itu pola parenting yang tepat dapat dijadikan sarana untuk
perkembangan moral
anak. Keluarga berfungsi mengembangkan moral anak yang dibentuk secara sosial
melalui
accepting, preserving, taking, exchanging dan biophilous (Alwisol, 2006)

Prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak:


I. Prinsip non-diskriminasi.
Pasal 2 Konvensi Hak Anak, yakni : “Negara-negara peserta akan
menghormati dan menjamin hak-hak yang diterapkan dalam konvensi ini bagi setiap
anak yang berada dalam wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk
apapun, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan
politik atau pandangan-pandangan lain, asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status
kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri
atau dari orang tua atau walinya yang sah”. (Ayat 1)

II. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child).
Yaitu bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau badan legislatif. Maka
dari itu, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama (Pasal
3 ayat 1).

III. Prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival
and development).
Yakni bahwa negara-negara peserta mengakui bahwa setiap anak memiliki
hak yang melekat atas kehidupan (Pasal 6 ayat 1). Disebutkan juga bahwa negara-
negara peserta akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan
perkembangan anak (Pasal 6 ayat 2).

IV. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child).
Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan
keputusan. Prinsip ini tertang dalam Pasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak, yaitu :
“Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang mempunyai pandangan
sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan pandanganpandangannya secara
bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan
dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak”.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.

Alwisol. (2006). Psikologi Kepribadian, Malang : UMM

Anda mungkin juga menyukai