Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

TB PARU

DISUSUN OLEH :
DEWI YUANITA
2022086026004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
A. Deskripsi Kasus
Pasien Tn. Z umur 33 tahun masuk Rumah Sakit melalui IGD pada tanggal 1 April 2022,
diagnosa masuk TB paru klinis . pasien di rawat di ruang infeksi
B. Pengkajian Keperawatan
1. Data Demografi
Nama Pasien (Inisial) : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 33 Tahun
Alamat : Doyo Baru
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan :-
Tanggal Masuk : 1 April 2022
Tanggal pengkajian : 2 April 2022
Diagnose Masuk : TB paru Klinis
Diagnosa Medis : TB paru lama lesi luas + HIV

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : sesak nafas
b. Riwayat keluhan utama : pasien masuk di igd tgl 1 april 2022 dengan keluahn
sesak nafas, nyeri kepala disertai dengan mual muntah kadang tidak bisa buka mata.

c. Riwayat penyakit keluarga : asma dan sakit jantung

d. Psikososial/ ekonomi : status belum menikah, tinggal bersama di rumah milik


keluarga dan tidak kooperatif

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Sakit berat, Kesadaran : Compos Mentis
2) Status Gizi :
TB = 170 cm BB :44 kg IMT: 15,22 kg/m²

1
3) Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg Nadi : 90 x/mnt SaO₂ : 94%
Suhu : 36 °C RR : 52 x/mnt
4) SkalaNyeri

P: proses penyakit
Q: seperti berdenyut
R:kepala menyebar seluruh area kepala
S: 6 NRS
T: selama 30 menit

b. Pemeriksaan head to toe


1) Kulit
Kulit bersih warna coklat , tidak ada edema, tidak ada lesi
2) Kepala
Pasien mengatakan nyeri kepala, P: proses penyakit, Q:seperti berdenyut, R:
menyebar diarea kepala, S: 6 NRS, T: 30 mnt, Bentuk mesocephal, bentuk
simetis,rambut dan kulit kepala bersih.
3) Mata :
Konjungtiva anemis, rabun, menggunakan alat bantu kaca mata.
4) Leher
Tidak ada benjolan , tidak ada lesi / luka
5) Telinga
Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
6) Hidung
Tidak ada gangguan penciuman
5) Dada
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris , tidak ada lesi/luka
b) Auskultasi
Vesikuler
c) Perkusi

2
Sonor
d) Palpasi
tidak ada benjolan , nyeri tekan tidak ada
6) Punggung
7) Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit coklat, simetris, tidak ada kemerahan dan
kekuningan, post op apendisitis, dan pemasangan colostomy
b) Auskultasi
Bising usus 20x/menit.
c) Perkusi
Terdengar redup, tidak ada hepatomegali
d) Palpasi
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
8) Panggul
Tidak ada nyeri panggul
9) Anus dan Rectum
Tidak ada lesi/luka, tidak ada edema.
10) Genetalia
Pasien mengatakan genetalianya bersih, tidak keluar sekret yang
Berlebihan, BAB dan BAK mandiri

3
Norton scale :
Item Skor Hari 1
Kondisi Fisik Umun
 Baik 4 1
 Lumayan 3
 Buruk 2
 Sangat Buruk 1
Kesadaran 4
 Kompos Mentis 4
 Apatis 3
 Konfus/Soporis 2
 Stupor/Koma 1
Aktivitas
 Dapat Berpindah 1
 Berjalan Dengan 4
Bantuan 3
 Terbatas di Kursi 2
 Terbatas di Tempa 1
Tidur
Mobilitas 2
 Bergerak Bebas 4
3
 Sedikit Terbatas
2
 Sangat Terbatas
1
 Tak Bisa Bergerak 1
Inkontinensia
 Tidak Ngompol 4
 Kadang – Kadang 3
 Sering Inkontinensia 2
Urine 1
 Sering Inkontinensia
Alvi dan Urine

Keterangan : skor 9
Skor < 14 : Resiko tinggi (resiko
terjadinya ulkus decubitus tinggi)
Skor < 12 : Peningkatan
risiko 50x lebih besar
terjadinya ulkus decubitus
Skor 12 – 13 :Resiko Sedang
Skor > 14 : Resiko Kecil

4
Tabel Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)
Penilaian status fungsional
No fungsi skor Uraian Nilai skor
Hari 1
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu 0
rangsang defekasi pencahar)
(BAB ) 1 Kadang-kadang tak terkendali
2 mandiri
2. Mengendalikan 0 Takterkendali/pakai kateter 2
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali
(BAK) ( 1x24jam)
2 Mandiri
3. membersihkan 0 Butuh pertolongan orang lain 0
diri(Cuci muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang 0
masuk dan lain
keluar(melepaskan, 1 Perlu pertolongan pada
memakai celana, beberapa kegiatan tetapi dapat
membersihkan, mengerjakan sendiri kegiatan
menyiram) yang lain
2 mandiri
5. makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong 1
makanan
2 mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa 1
duduk (2 orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu 2
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tidak mampu
1 Sebagaian dibantu (misal 1
mengancingkan baju)
2 mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 0
1 Butuh pertolongan
2 mandiri
10. mandi 0 Tergantung orang lain 0
1 Mandiri
Total skore 7
Tingkat ketergantungan berat
Paraf dan nama perawat

5
KETERANGAN:
20 : Mandiri
9-11 : Ketergantungan Sedang
12-19 : Ketergantungan ringan
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Risiko Jatuh
NO PENGKAJIAN SKALA Skoring
1 1
Hari
1. Riwayat jatuh: apakah pasien pernah Tidak 0 0
jatuh Ya 25
dalam 3 bulan terakhir?
2. Diagnosa sekunder: apakah pasien Tidak 0 15
memiliki Ya 15
lebih dari satu penyakit?
3. Alat Bantu jalan: 0
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di 30
sekitar
4. (kursi, lemari,
Terapi meja)
Intravena: apakah saat ini Tidak 0 20
pasien Ya 20
terpasang infus?
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 10
- Normal/ bed rest/ immobile 0
(tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ 20
diseret)
6. Status Mental 0
- Pasien menyadari kondisi dirinya 0
- Pasien mengalami keterbatasan daya 15
ingat
Total Nilai 45

Keterangan
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

6
Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan
Kimia darah
gds 126 140 Mg/dl
Fungsi ginjal
ureum 51 10-50 Mg/dl
kreatinin 0,75 L(<1,3)P(<1,1) Mg/dl
elektrolit
natrium 126 136-145 mmol/l
Kalium 4,5 3,5-5,1 Mmol/l
Klorida 101 97-111 Mmol/l
Analisa Gas Darah
PH 7,463 7,35-7,45
SO2 94,7 95-98 %
PO2 68,0 80,0-100,0 mmHg
CtO2 18,9 15,8-22,3 Ml/dl
PCO2 26,2 35,0-45,0 mmHg
CtCO2 19,8 23-27 Mmol/l
HCO3 18,9 22-26 Mmol/l
BE -5,0 -2 s/d +2 Mmol/l
Imunoserologi
(penanda infeksi
TORCH)
Anti TOXO IgG 234 <8 IU/ml
Anti TOXO IgM 0,08 <0,65 COL
Anti CMV IgG 56 <6 IU/ml
Anti CMV IgM 0,05 <0,9 COL
Anti Ruella IgM 0 <14 IU/mol
Prokalsitonin 1,75 <0,05 Mg/ml
Hematologi
WBC 13,5 4,00-10,0
RBC 5,33 4,00-6,00
PLT 415 150-400
PCT 0,00 0,15-0,50
P-LCR 13,0-43,0

7
PemerikaanPenunjang:

Hasil radiologi :
Klinis : TB paru suspek HIV
Kesan :
- TB paru lama aktif lesi luas
- Cor dalam batas normal
Foto Thorax AP (asimetris, inspirasi kurang)
- Tampak bercak infiltrat tersebar pada lapang atas atau kedua paru disertai garis – garis fibrosa
yang meretraksi hilus
- Cor kesan normal, aorta normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang – tulang intake
- Jaringan lunak sekitar kesan baik
Terapi medikasi : maxilive /12 jam / oral, vit C 2 tab/12 jam/oral, triple adult /24 jam /oral,
nystatin drop/8 jam/oral, Cavit D3 tab/24 jam/oral

C. Analisa Data

Data Fokus Analisa Masalah Diagnosa


Ds klien mengatakan Gangguan Gangguan
-sesak nafas Micobkterium
tuberculosis pertukaran gas pertukaran gas b.d
-mata kabur
Do klien nampak ketidakseimbangan
-ku sakit berat, kes.
Droplet infeksion ventilasi – perfusi
Cm
-TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 120 x/mnt Menempel di jaringan
RR: 52 x/mnt paru
SB: 36 °C
Spo₂ : 94%
Terjadi proses
-PCO2 menurun (26,2
peradangan
mmHg)
-PH meningkat
(7,463) tumbuh dan berkembang
-PO2 menurun (68,0

8
mmHg) di sitoplasma makrofag
-pucat atau anemis
-oksigen dgn NRM 12
lpm
-Kesan : sarang primer/efek
primer
- TB paru lama aktif
lesi luas menyebar ke organ lain

pertahanan primer tidak


adekuat

kerusakaan membrane
alveolus

alveolus menalami
kosolidasi dan eksudasi

gangguan pertukaran gas

Ds klien mengatakan Micobkterium Nyeri akut Nyeri akut b.d


tuberculosis
-nyeri kepala disertai agen pecendera
mual muntah kadang fisiologi
Droplet infeksion
tidak bisa membuka (inflamasi)
mata
invasi melalui saluran
Do klien nampak pernnafasan
-ku berat, kes cm
- P: proses penyakit Terjadi proses
Q: seperti berdenyut peradangan
R:kepala menyebar
seluruh area kepala
tumbuh dan berkembang
S: 6 NRS di sitoplasma makrofag
T: selama 30 menit
- TTV: produksi mediator nyeri
TD: 130/90 mmHg meningkat
N: 120 x/mnt
RR: 52 x/mnt
SB: 36 °C nosiseptor terangsang
Spo₂ : 94%
nyeri akut

9
Ds klien mengatakan microbakterium Defisit nutrisi Ketidakmampuan
tuberculosis
-nyeri kepala disertai menelan makanan
mual dan muntah invasi melalui saluran
pernafasan
Do klien nampak
-ku berat, kes cm menempel di paru
-BB: 44 kg, Imt : alveolus
15,22 kg/m²
proses inflamasi
-lemah
-pucat / anemis lesi primer menimbulkan
kerusakan jaringan
-pemasangan
produksi secret
colostomy
meningkat

meningkatkan rangsang
batuk

secret terdorong ke mulut

mempengaruhi pusat
sensasi di hipotalamus

anoreksia

defisit nutris
Ds klien mengatakan TBC aktif Intoleransi Intoleransi
-sesak nafas Efek gastrointestinal trak aktifitas aktifitas b.d
Do klien nampak Anoreksia ketidakseimbangan
-ku sakit berat, kes cm antar suplai O² dan
-lemah asupan nurtisi adekuat kebutuhan
-bartel indek skor 7 oksigen.
(resiko ketergantungan cadangan energi menurun
berat)
- TTV: kelemahan
TD: 130/90 mmHg
N: 120 x/mnt
intoleran aktivitas
RR: 52 x/mnt
SB: 36 °C
Spo₂ : 94%

10
Ds klien mengatakan TB paru Resiko jatuh Resiko jatuh b.d
-penglihatan kabur gangguan
Do klien nampak proses inflamasi penglihatan
-lemah, konjungtiva
anemia, sklera ikterik produksi mediator nyeri
meningkat
-menggunakan alat
bantu kaca mata
nosiseptor terangsang

nyeri akut

Defisit sensorik
(penglihatan kabur)

Resiko jatuh
Ds mengatakan TBC aktif Defisit perawatan Defisit perawatan
-lemah diri diri b.d kelemahan
Do nampak Efek gastrointestinal trak
-pucat / anemis Anoreksia
-mandi dengan dibantu
-mengenakan pakaian asupan nurtisi adekuat
dengan dibantu
-pindah ke posisi cadangan energi menurun
duduk dibantu
kelemahan

Penurunan kekuatan otot


ektremitas

Kemampuan aktivitas
menurun (ADL)

11
Defisit perawatan diri
Ds klien mengatakan TB Paru Resiko infeksi Resiko infeksi d.d
- efek prosedur
Do klien nampak Prosedur pembedahan invasif
-ku lemah
-pemasangan insisi bedah

colostomy
-leukosit meningkat diskontuinitas jaringan
13,33
port de entry bakteri
-Toxo IgG 234
-Toxo TgM 0,08
resiko infeksi
-gerakan sangat
terbatas.

D.Diagnosa Keperawatan

12
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi (inflamasi)
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
4. Intoleran aktifitas b.d ketidakseimbangan antar suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
5. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
6. Resiko jatuh dibuktikan dengan gangguan penglihatan
7. Defisit perawatan diri b.d kelemahan

E. Intervensi Keperawatan

No Diangnosa Luaran dan Intervensi Rasional


Keperawatan kriteria hasil
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1. Mengetahui suplai oksigen
gas b.d 3x 24 jam Observasi dalam tubuh sesuai dengan
ketidakseimbangan pertukaran gas 1. Monitor saturasi kebutuhan
ventilasi – perfusi d.d meningkat oksigen 2. Untuk mengetahui kadar ph
Ds mengatakan sesak dengan kriteria 2. Monitor AGD dalam darah dan kebutuhan
nafas hasil : 3. Monitor hasil x-ray co2 dalam tubuh normal
Do nampak -dispnea menurun thoraks atau tidak
-ku sakit berat, kes cm (5) Terapeutik 3. Mengevaluasi adanya
-oksigen NRM 12 lpm -penglihatan 4. Atur interval infeksi pada paru atau
-pucat /anemis kabur menurun pemantauan respirasi kelainan lain yang dapat
-PCO₂ 26,2 mmHg (5) sesuai kondisi pasien menyebabkan keluhan
(rendah) -PCO2 membaik 5. Dokumentasi hasil pasien.
-PO₂ 68,0 mmHg -PO2 membaik pemantauan 4. Agar dapat menilai
(rendah) -PH membaik Edukasi pemantauan terhadap
-PH 7,463 (tinggi) -Pola nafas 6. Jelaskan tujuan dan respirasi dalam jangka
-BE -5,0 Mmol/I membaik prosedur pemantauan waktu sesuai dengan kondisi
-frekuensi nafas 7. Informasikan hasil klien.
membaik (5) pemantauan 5. Mencatat hasil pemantauan
agar dapat dievaluasi
perkembangannya.
6. Mengetahui tentang kondisi
dengan jelas
7. Agar dapat mengetahui
perkembangan klien.
Terapi oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan 1. Untuk mengetahui oksigen
aliran oksigen dalam keadaan normal atau
2. Monitor tanda – tanda

13
hipoventilasi terisi penuh
Terapeutik 2. Sumbatan pada jalan nafas
3. Bersihkan secret pada merupakan sumber utama
mulut , hidung, dan gangguan pertukaran gas
trakea 3. Menghambat atau
4. Pertahankan menggaggu sirkulasi
kepatenan jalan nafas oksigen dalam jaringan.
5. Berikan oksigen 4. Mempertahankan jalan
tambahan nafas tetap dalam kondisi
Edukasi paten atau tanpa hambatan.
6. Ajarkan pasien dan 5. Dapat mencegah
keluarga cara terburuknya hipoksia.
menggunakan 6. Agar dapat dilakukan secara
oksigen di rumah mandiri di rumah bila terjadi
Kolaborasi gangguan pertukaran gas
7. Kolaborasi penentuan 7. Pemberian sesuai kondisi
dosis oksigen klien.
2. Nyeri akut b.d agen Setelah Manajemen nyeri 1. Untuk mempermudah
pencedera fisiologi dilakukana melakukan intervensi yang
Manajemen nyeri
(inflamasi) d.d intervensi akan dilakukan
Observasi
Ds mengatakan nyeri keperawatan 1x24 2. Mengetahui tingkat nyeri
1. Identifikasi
kepala disertai mual jam tingkat nyeri 3. Satu satunya indicator bila
karakteristik, durasi,
muntah kadang tidak menurun dengan klien tidak dapat
frekuensi, kualitas
bisa membuka mata. kriteria hasil: mengatakan secara verbal
dan intensitas nyeri
Do nampak -keluhan nyeri 4. Meyakinkan klien untuk
2. Identifikasi
-ku berat, kes CM menurun mendapatkan perawatan
skala nyeri
-tidak kooperatif -frekuensi nadi yang intensif
3. Observasi reaksi
-skala nyeri 6 NRS membaik 5. Menigkatkanistirahat
non verbal dari
seperti berdenyut -nyeri terkontrol mengarahkanKembali
ketidaknyaman an.
-P: proses inflamasi meningkat perhatian dan
Terapeutik
-Q: seperti berdenyut -kemampuan meningkatkan koping
4. Gunakan Teknik
-R:kepala menyebar ke menggunakan 6. Meredakan
komunikasi
seluruh area kepala Teknik non- ketidaknyamanan dan
terapeutik untuk
-S: 6 NRS farmakologis mengurangi energi
mengetahui
-T: 5-10 menit meningkat sehingga
pengalaman
- TTV: Td : 130/90 -gerakan terbatas
nyeri
mmHg, N: 120 x/mnt, menurun meningkatkan kemampuan
5. Berikan Teknik
P: 52 x/mnt, SB: 36°c, -kelemahan fisik koping
nonfarmakologi
SaO₂: 94 % menurun 7. Menigkatkan istirahat
untuk mengurangi
Mengarahkan Kembali
nyeri
perhatian dan
6. Kontrol
meningkatkan koping
lingkungan yang
8. Analgesic dapat membantu
dapat
mengurangi nyeri dengan
mempengaruhi
menghambat proses
nyeri seperti
transduksi yaitu mengurangi
suhu ruangan,

14
pencahayaan, nyeri.
dan kebisingan
Edukasi
7. Ajarkan Teknik
nonfarmakolog i
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
analgetik

1. Mengetahui tingkat nyeri


yang untuk menentukan
Pemberian Analgesik jenis obat analgetic yang
Observasi sesuai.
1. Identifikasi 2. Mencegah terjadinya alergi
karakteristik nyeri pada obat analgesic
(mis. Pencetus, 3. Mengetahui keadaan umum
pereda, kualitas, klien untuk menentukan
lokasi, intensitas ) intervensi yang tepat.
2. Identifikasi Riwayat 4. Mempermudah pemberian
alergi obat obat injeksi
3. Monitor tanda – tanda 5. Mengetahui perkembangan
vital sebelum dan terhadap efek dari obat
sesudah pemberian analgesic
analgesic. 6. Mengetahui indikasi
Terapeutik pemberian obat dan manfaat
4. Pertimbangkan obat analgesic.
penggunaan infus 7. Mengetahui jenis obat
kontinu atau bolus analgesic dan dosis serta
opioid cara pemberiannya.
5. Dokumentasi respon
terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
6. Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic.

3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen gangguan 1. Mengetahui kebutuhan


ketidakmampuan intervensi makan nutrisi klien
mengabsorbsi makanan keperawatan Observasi 2. Mengetahui berat badan
d.d selama 3x24 jam 1. Monitor asupan dan klien untuk melakukan

15
Berat badan menurun status nutrisi keluarnya makanan tindakan keperawtan
minimal 10 % di bawah meningkat dan cairan serta 3. Mengetahui bagaimanan
ideal,cepat kenyang dengan kriteria kebutuhan kalori. cara makan dan aktivitas
setelah makan, nafsu hasil: Terapeutik yang dapat dilakukan
makan menurun,bising -berat badan 2. Timbang berat badan pasien.
usus hiperaktif, diare, membaik secara rutin 4. diet sesuai dengan nutrisi
albumin menurun, otot -Indeks masa 3. Diskusikan perilaku yang dibutuhkan klien
mengunyah lemah. tubuh membaik makan dan jumlah 5. agar klien mampu
-keluhan nyeri aktivitas fisik yang menyelesaikan masalah
menurun sesuai. yang menyangkut perilaku
-frekuensi nadi Edukasi makan.
membaik 4. Ajarkan pengaturan 6. Kebutuhan nutrisi yang
-tekanan darah diet yang tepat dibutuhkan klien
membaik 5. Ajarkan ketrampilan
koping untuk
menyelesaikan
masalah perilaku
makan
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
target berat badan,
kebutuhan kalori dan
pilihan makanan.

1. Mengetahui penyebab
Manajemen
defisit nutrisi pada pasien
nutrisi Observasi
2. Untuk mengetahui berapa
1. Identif ikasi penyebab
banyak porsi makan yang
defisit nutrisi pada
di habiskan pasien
pasien
3. Mengevaluasi keefektifan/
2. Identif ikasi berapa
kebutuhan mengubah
porsi makan an yang
pemberian nutrisi
pasien habisk an
4. Mengetahui program
dalam sehari
diet yanag dianjurkan
Terapeutik
sesuai kebutuhan
3. timbang BB pasien
5. Merupakan sumber yang
Edukasi
efektif untuk
4. Ajarkan diet yang
mengidentifikasi kebutuhan
diprogramkan
kalori nutrisi
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi menentukan
diet
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi Mengidentifikasi dan
dibuktikan dengan : tindakan Observasi menurunkan resiko terserang
-efek prosedur invasif keperawatan 3x24 1. Monitor tanda dan organisme patogenik
16
(pemasangan jam tingkat gejala infeksi local 1. mengidentifikasi tanda dan
coloskopi)) infeksi menurun dan sistemik gejala infeksi untuk
-efek samping insersi dengan kriteria Terapeutik menentukan tindakan yang
prosedur operasi (post hasil 2. Batasi jumlah akan dilakukan
op apendeisitis) -nyeri menurun pengunjung 2. mengurangi transmisi
-kerusakan 3. Cuci tangan sebelum pathogen melalui
-kerusakan integritas jaringan menurun dan sesudah kontak pengunjung
kulit -penurunan BB dengan pasien 3. mencegah transmisi
-malnutrisi (imt: menurun 4. Pertahankan Teknik pathogen dari perawat ke
15,22kg/m² -leukosit aseptic pada pasein klien
-gerakan sangat terbatas membaik beresiko tinggi 4. mengurangi transmisi
-leukosit : 13,8 -kadar sel T4 Edukasi bakteri atau virus yang
-ketidakadekuatan meningkat 5. Jelaskan tanda dan masuk ke dalam luka klien
pertahanan tubuh -kadar sel T8 gejala infeksi 5. agar mengetahui gejala
sekunder meningkat 6. Ajarkan cara mencuci infeksi agar dapat dilakukan
-AIDS (HIV) tangan yang benar pencegahan secara mandiri
-toxo IgG 234 IU/ml 7. Anjurkan 6. dengan cara 6 langkah benar
(tinggi) meningkatkan asupan 7. meningkatkan imunitas
-toxo IgM 0,08 COL nutrisi klien
(rendah) 8. Anjurkan 8. mencegah kekurangan
meningkatkan asupan cairan yang dapat
cairan menyebabkan terjadinya
Kolaborasi infeksi pada luka
9. Kolabirasi Pemberian 9. jika diperlukan imunisasi
imunisasi , jika perlu untuk pencegahan infeksi .

Perawatan luka
Observasi 1. Untuk menentukan tindakan
1. Monitor karakteristik apa yang akan dilakukan
luka (mis, darinase, 2. Identifikasi tanda – tanda
warna, ukuran, bau). infeksi pada luka
2. Monitor tanda – tanda 3. Mengurangi rasa sakit
infeksi 4. Mencegah terkontaminasi
Terapeutik luka terdap rambut yang ada
3. Lepaskan plester dan di sekitar luka.
balutan secara 5. Mencegah terjadinya infeksi
perlahan pada luka
4. Cukur rambut di 6. Sesuai dengan jenis luka
sekitar daerah luka, 7. Menjaga luka agar tetap
jika perlu. bersih dan tidak cepat
5. Bersihkan dengan merembes lukanya.
cairan Nacl atau 8. Mencegah transmisi
pembersih nontoksik pathogen dari perawat ke
6. Berikan salep yang pasien.
sesuai ke kulit atau 9. Mengurangi penekanan
pada satu jaringan agar tidak

17
luka terjadi lesi/decubitus akibat
7. Pasang balutan sesuai tirah barung lama.
jenis luka 10. Meningkatkan proses
8. Pertahankan Teknik penyembuhan luka
steril saat melakukan 11. Mengetahui gejala infeksi
perawatan luka pada luka.
9. Jadwalkan perubahan 12. Mempercepat proses
posisi setiap 2 jam penyembuhan
atau sesuai kondidi 13. Agar dapat melakukan
pasein. perawatan luka secara
10. Berikan diet dengan mandiri di rumah .
kalori 30-35 14. Mengangkat jaringan mati
kkal/kgBB/hari dan yang menghambat proses
protein 1,25 -1,5 penumbuhan jaringan baru.
g/kgBB/hari 15. Mencegah infeksi pada luka
Edukasi
11. jelaskan tanda dan
gejala infeksi
12. ajurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein 13.
ajarkan prosedur
13. perawatan luka secara
mandiri
kolaborasi
14. kolaborasi pemberian
tindakan
debridement, bila
perlu
15. pemberian anibiotik
5. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajeman energi
ketidakseimbangan tindakan Observasi
antar suplai O₂ dan keperawatan 3x24 1. Monitor kelelahan
kebutuhan O₂ d.d jam toleransi fisik dan emosional
Ds mengatakan aktifitas Terapeutik
-sesak nafas meningkat 2. Sediakan lingkungan
Do nampak dengan kriteria yang nyaman dan
-sakit berat, kes cm hasik : rendah stimulus
-lemah -frekuensi nadi 3. Lakukan Latihan
-bartel index skor 7 meningkat (5) Gerakan rentang
(ketergantungan berat) -saturasi oksigen gerak pasif dan aktif
-TTV: Td : 130/90 meningkat (5) Kolaborasi
mmHg, N: 120 x/mnt, -kemudahan 4. Kolaborasi dengan
P: 52 x/mnt, SB: 36°c, dalam melakukan ahli gizi tentang
SaO₂: 94 % aktivitas sehari – carameningkatkan

18
hari meningkat asupan makanan
(5)
-keluhan Lelah Terapi aktivitas
menurun (5) Observasi
1. Identifkasi defisit
tingkat aktivitas
Terapeutik
2. Fasilitasi aktifitas
fisik rutin
(mis.ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri
3. Libatkan keluarga
dalam aktifitas
Edukasi
4. Jelaskan metode
aktifitas fisik sehari -
hari
5. Ajarkan cara
melakukan aktifitas
yang dipilih
Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
monitor program
aktifitas.
6. Resiko jatuh dibuktikan Setelah dilakukan Pencegahan jatuh 1. Mengetahui factor penyebab
dengan gangguan intervensi Observasi resiko jatuh
penglihatan, keperawatan 1. Identifikasi factor 2. Meminimalkan terjadinya
penggunaan alat bantu. selama 1x24 jam resiko jatuh resiko jatuh pada pasien
tingkat jatuh 2. Identifikasi resiko 3. Agar mempermudah
menurun dengan jatuh setidaknya menyiapkan ruagan agar
kriteria hasil: sekali setiap shift atau tidak terjadi jatuh
-kekuatan otot sesuia dengan 4. Mencegah terjadinya resiko
meningkat kebijakan institusi jatuh pada pasien
-kelemahan fisik Terapeutik 5. Memudahkan pasien untuk
meningkat 3. Orientasi ruangan memanggil perawata bila
-gerakan terbatas pada pasien dan ada yang dibutuhkan
menurun keluarga 6. Memiminalkan terjadinya
-nyeri menurun 4. Pastika roda tempat cedera pada pasien
tidur dan kursi roda 7. Mencegah resiko jatuh pada
selalu dalam kondisi pasien
terkunci
5. Dekatkan bel
pemanggil dalam

19
jangkauan pasien
Edukasi
6. Anjurkan memanggil
perawat bila
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
7. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin

Manajemen keselamatn
lingkungan 1. Mengetahui kebutuhan
Observasi keselamatn pasien
1. identifikasi kebutuhan 2. Mencegah atau menghindari
keselamatan (mis, bahaya yang dapat
kondisi fisik, fungsi mengancam klien
kognitif) 3. Mencegah resiko cedera
terpeutik atau trauma pada klien
2. hilangkan bahaya 4. Agar dapat diterapkan
keselamatan secara mandiri oleh
lingkungan (mis. individu, kelompok tentang
Fisik, biologi, dan bahaya lingkungan.
kimia)
3. sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
(peganggan tangan)
edukasi
4. ajarkan individu,
keluarga dan
kelompok resiko
tinggi bahaya
lingkungan.
7. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri 1. Mengetahui kebiasaan
b.d kelemahan d.d tindakan Observasi perawatan diri klien
Ds mengatakan lemah keperawatan 3x24 1. Identifikasi kebiasaan 2. Mengetahui seberapa bisa
Do nampak jam perawatan aktivitas perawatan klien untuk perawatan diri
-anemis/pucat diri meningkat diri 3. Meningkatkan koping klien
-tidak mampu mandi dengan kriteria 2. Monitor tingkat untuk melakukan perawatan
Tidak mampu hasil : kemandirian diri
mengenakan pakaian -kemampuan Terapeutik 4. Mempermudah melakukan
-tidak mampu berjalan mandi meningkat 3. Sediakan lingkungan perawatan diri
-tidak mampu -kemampuan yang terapeutik 5. Mendukung klien
berpindah mengenakan (mis.suasana hangat, melakukan perawatan diri.
pakaian rileks) 6. Melatih melakukan
meningkat 4. Siapkan keperluan perawatan diri secara

20
-kemampuan ke pribadi (mis.sikat bertahap sesuia kemampuan.
toilet gigi, sabun mandi
5. Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
Edukasi
6. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas).

Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Mahfuzhah, I. (2014). Gambaran Faktor Risiko Penderita Tb Paru Berdasarkan.


Gambaran Faktor Risiko Penderita Tb Paru Berdasarkan , 8.

Manurung, Santa. (2013). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan .


Jakarta : Salemba Media .
salsabellah. (2016). gambaran status Nutrisi Pada Pasien Tuberkulosisi Di Rumah Sakit
Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung JSK Volume 2 Nomer 2 Desember Tahun

21
2016 . Bandung .

santa, Manurung. (2013). asuhan keperawatan gangguan sistem pernafasan.


jakarta: trans info media.
WHO. (2013). Global Tuberculosis Report. Global Tuberculosis Report , 306.

PPNI(2018). Standar Dianosa Keperawatan Indonesia : Defisit dan Diagnosa


Keperawatan, Edisi I. Jakarta DPP PPNI
PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defisit dan kriteria hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta DPP PPNI
PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defisit dan kriteria hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta DPP PPNI

22

Anda mungkin juga menyukai