Anda di halaman 1dari 10

A.

PELAKSANAAN TES KESEHATAN

1. Persyaratan Dokumen Kesehatan


Peserta wajib membawa dan menyerahkan dokumen kesehatan sebagai berikut:
a. Menunjukkan sertifikat vaksin Covid-19 pada aplikasi Peduli Lindungi atau hasil print
out sertifikat vaksin covid-19 minimal sampai dengan vaksin ke 2 (dua)
b. Apabila peserta belum vaksin covid-19 atau baru 1 (satu) kali vaksin covid-19, maka
wajib melampirkan hasil PCR negatif maksimal H-2 minggu
c. Surat Pernyataan Tidak Menderita Penyakit Kronis yang telah ditandatangani di atas
materai Rp10.000,-

2. Uraian Pelaksanaan Tes kesehatan:


a. Dokter pada tim kesehatan sebisa mungkin disesuaikan dengan jenis kelamin
peserta, namun jika tidak dimungkinkan dapat didampingi oleh pihak lain yang
memiliki jenis kelamin yang sama.
b. Tes Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
c. Seluruh panitia yang bertugas dipastikan sudah melakukan vaksin booster covid-19
dan/atau penyintas covid-19
d. Petugas Administrasi mengisi daftar hadir, menyiapkan dan mengecek peralatan
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tes kesehatan.
e. Peserta melakukan pemeriksaan kesehatan dengan penguji dan asisten penguji
kesehatan yaitu dokter dan paramedis.
f. Paramedis melakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tekanan darah,
nadi, visus, dan screening HIV kepada peserta.
g. Paramedis memasukkan hasil pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tekanan
darah, nadi, visus, dan screening HIV ke aplikasi.
h. Apabila terdapat hasil tes positif pada screening HIV, maka paramedis
menunjukkan hasil tersebut pada dokter untuk konfirmasi lebih lanjut.
i. Peserta menyerahkan Surat Pernyataan Tidak Menderita Penyakit Kronis, dan hasil
rontgen yang masih berlaku kepada dokter.
j. Dokter menyimpan dokumen kesehatan tersebut sebagai arsip peserta dan
diserahkan kepada panitia.
k. Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan dan memberikan rekomendasi kepada
peserta apakah dapat melanjutkan Tes Kebugaran atau tidak pada aplikasi TKK.
l. Jika telah selesai melaksanakan pemeriksaan kesehatan, Dokter mencetak
Formulir-TKK.01 dan menyerahkannya kepada peserta untuk disampaikan kepada
petugas penghubung.
m. Petugas penghubung memeriksa Formulir-TKK.01 dan urutan peserta yang
direkomendasikan melanjutkan Tes Kebugaran, kemudian mengelompokkan
peserta ujian yang direkomendasikan dengan jumlah anggota satu grup paling
banyak 10 (sepuluh) orang sesuai protokol kesehatan atau mendampingi peserta
keluar ruangan bagi peserta yang tidak direkomendasikan melanjutkan Tes
Kebugaran.
n. Daftar peserta yang dapat melanjutkan Tes Kebugaran dapat diakses oleh Asisten
Penguji Kebugaran pada aplikasi TKK.

3. Objek Pemeriksaan Kesehatan


a. Objek yang diperiksa oleh Paramedis:
1. Suhu Tubuh
2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
3. Tekanan Darah
4. Denyut Nadi
5. Visus
6. Screening HIV (hanya melakukan tes, tidak menginput nilai pada aplikasi)
b. Objek yang diperiksa oleh Dokter:
1. Jantung
2. Paru-paru
3. Perut
4. Hati dan Limpa
5. Hernia 
6. Anggota Gerak
7. Haemorhoid
8. Sikap dan keluhan sewaktu pemeriksaan
9. Screening HIV
10. Kelenjar Getah Bening
11. Buta warna
12. Varises
13. Kulit
14. Gigi dan mulut
15. Telinga, hidung, telinga (THT)
16. Visus dan kelainan mata

4. Cara Pemeriksaan Kesehatan


a. Suhu Tubuh
1. Tujuan Pemeriksaan: untuk mengetahui suhu tubuh
2. Organ yang diperiksa: dahi/ telinga/ axilla (ketiak)
3. Cara Pemeriksaan:
a. Dahi: menggunakan termometer dahi infrared non kontak, sensor
inframerah diarahkan pada area dahi.
b. Telinga: menggunakan termometer tympani, mengarahkan sensor
inframerah tepat pada lubang telinga.
c. Axilla: menggunakan termometer raksa, tempatkan ujung termometer ke
tengah ketiak (tepatnya menunjuk ke atas ke arah kepala) dan pastikan
lengan mendekap di dekat tubuh.
4. Penilaian hasil pemeriksaan: 
Kondisi Kategori
Suhu <37,3 C A
≥37,3 C s.d. 38,5 C
dengan hasil antigen covid-19 dinyatakan negatif dan tidak dicurigai A
mempunyai penyakit
≥37,3 C s.d. 38,5 C
E
dengan hasil antigen covid-19 dinyatakan positif
>38,5 C E

b. Indeks Massa Tubuh (IMT)/ Body Mass Index (BMI)


1. Tujuan pemeriksaan: Untuk mengetahui IMT
2. Alat yang digunakan: Alat pengukur tinggi badan dan alat timbangan berat
badan.
3. Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk Indonesia (Kemenkes, 2014)
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan x Tinggi Badan (m)
4. Penilaian hasil pemeriksaan untuk IMT dikategorikan menjadi:
a. Normal dinyatakan KATEGORI A 
b. Kurus ringan dinyatakan KATEGORI A
c. Kurus berat dinyatakan KATEGORI B
d. Gemuk ringan dinyatakan KATEGORI C
e. Gemuk berat dinyatakan E

c. Tekanan Darah
1. Tujuan pemeriksaan: Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan
peredaran darah dan kemampuan pompa jantung.
2. Organ yang diperiksa: Tekanan pada pembuluh darah di lokasi pada lengan
kanan atau kiri bagian atas.
3. Alat yang digunakan:
a. Tensimeter air raksa/ tensimeter digital
b. Stetoskop
4. Cara pemeriksaan:
a. Peserta duduk dengan tenang dan santai.
b. Alat tensimeter dipasang pada lengan kanan/ kiri bagian atas dari peserta
c. Penguji kesehatan melakukan Palpasi (perabaan dan penekanan pada lipatan
lengan peserta untuk penentuan peletakan stetoskop pada bagian tersebut).
d. Tensimeter dipompa sambil melakukan pemeriksaan dengan alat stetoskop.
5. Penilaian hasil pemeriksaan (berdasarkan klasifikasi hipertensi dari JNC VIII):
No
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
.
1 Hipotensi  <90 <60
2 Normotensi <120 <80
3 Prehipertensi  >120-139 >80-89
4 Hipertensi  >140 >90
a. Normotensi dinyatakan KATEGORI A
b. Prehipertensi dinyatakan KATEGORI B
c. Hipotensi dinyatakan KATEGORI B
d. Hipertensi dinyatakan KATEGORI E

d. Nadi 
1. Tujuan Pemeriksaan: Mengetahui denyut nadi (frekuensi dan kekuatan) dan
menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler.
2. Organ yang diperiksa: Arteri pergelangan tangan/arteri pada siku bagian dalam
3. Alat yang digunakan: Stopwatch atau jam tangan
4. Cara Pemeriksaan:
a. Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
b. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
c. Periksa denyut nadi/arteri dengan menggunakan ujung jari telunjuk,
tentukan frekuensi permenit dan kekuatan denyutan
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Normal 60-100 x/menit dinyatakan sehat, KATEGORI A
b. Kurang dari normal (Bradikardi) kurang dari 60x/menit:  Ditoleransi dengan
melakukan aktifitas fisik seperti, sit-up atau push-up bila terjadi perubahan ke arah
normal dinyatakan KATEGORI A, bila tidak terjadi perubahan ke arah normal
dinyatakan KATEGORI C
c. Lebih dari normal (Takikardi) lebih dari 100x/menit tetapi bila:
1. Nadi teratur, kurang dari 120x/menit, dan tidak terdapat
kecenderungan tekanan darah tinggi, dinyatakan KATEGORI B.
2. Nadi   kurang   dari   120x/menit   dan   denyut   tidak   teratur  
disertai kecenderungan Hipertensi dinyatakan KATEGORI E.
d. Takikardi>120x/menit dan tidak memenuhi kriteria dinyatakan KATEGORI E.

e. Visus dan kelainan mata


1. Tujuan pemeriksaan: Untuk mengetahui kemampuan peserta untuk melihat atau
membaca pada jarak tertentu.
2. Organ yang diperiksa: Mata.
3. Alat yang digunakan: Snellen chart (papan huruf dengan ukuran semakin
mengecil) dan lensa koreksi.
4. Cara pemeriksaan:
a. Peserta ujian duduk atau berdiri dalam keadaan tenang.
b. Peserta ujian diminta melihat huruf dan angka yang terdapat pada snellen
chart mulai dari huruf terbesar dengan satu mata ditutup.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Visus ≥ 20/30 masih bisa ditoleransi dengan kaca mata dinyatakan
KATEGORI A
b. Myopia (mata minus):
1. bila minus 0,5 – 3 dioptri dinyatakan KATEGORI A
2. bila minus di atas 3 dioptri dinyatakan KATEGORI C
6. Penyakit/Kelainan mata seperti juling, katarak, conyunctivitis acute (belekan),
salah satu mata tidak berfungsi, dinyatakan KATEGORI B.

f. Screening HIV
1. Tujuan Pemeriksaan: Untuk mendeteksi infeksi HIV pada tubuh
2. Organ yang diperiksa: Sampel darah
3. Alat yang digunakan: Rapid tes antibody untuk HIV
4. Cara Pemeriksaan: Pengambilan darah dari ujung hari (langkah-langkah
pemeriksaan mengikuti petunjuk penggunaan produk)
5. Penilaian Hasil Pemeriksaan: 
a. Hasil rapid tes negatif dinyatakan KATEGORI A.
b. Hasil rapid tes positif dinyatakan KATEGORI E.
6. Hasil tes screening HIV peserta yang dinyatakan positif disimpan paramedis
untuk dikonfirmasi oleh dokter pemeriksa (informasi terbatas/rahasia, tidak
diberitahukan kepada peserta).

g. Jantung
1. Tujuan Pemeriksaan: Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ada
tidaknya kelainan struktur jaringan dalam jantung.
2. Organ yang diperiksa: Dada pada bagian kiri bawah.
3. Alat yang digunakan: Stetoskop
4. Cara pemeriksaan: Dengan cara pengamatan, perabaan, penekanan dan
pengetokan dengan jari tangan terhadap bagian dada di sekitar letak jantung
dan dengan menggunakan alat stetoskop untuk mengetahui apakah terdapat
pulsasi (denyutan, debaran) yang nampak di daerah dada dan untuk mengetahui
bunyi jantung (lokalisasi, intensitas, kualitas dan bunyi yang lain dari jantung).
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Normal dinyatakan KATEGORI A.
b. Irama jantung tidak teratur atau tambahan bunyi jantung (Istirahatkan 5-10
menit kemudian uji ulang) apabila masih ada kelainan tersebut dan atau
mengganggu aktivitas seperti berlari, dinyatakan KATEGORI E.

h. Paru-paru
1. Tujuan pemeriksaan: Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ada
tidaknya kelainan struktur jaringan dalam paru-paru.
2. Organ yang diperiksa: Dada pada bagian kanan dan kiri atas
3. Alat yang digunakan: Stetoskop
4. Cara pemeriksaan: Dengan cara pengamatan, perabaan, penekanan dan
pengetokan dengan jari tangan terhadap bagian dada di sekitar letak paru–paru
dan dengan menggunakan alat stetoskop, untuk mengetahui atau menilai
apakah ritme pernafasan normal atau tidak, getaran suaranya dan bunyi
nafasnya.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Normal dinyatakan KATEGORI A.
b. Ada kelainan (Ronchi, Wheezing) ringan dinyatakan KATEGORI C, tetapi
kalau berat (frekuensi pernapasan >20/menit) dinyatakan KATEGORI E.

i. Perut
1. Tujuan pemeriksaan:
a. Untuk mengetahui atau menemukan kelainan organ di dalam rongga perut
yang tidak diketahui oleh orang yang bersangkutan, seperti adanya
pembesaran organ dalam rongga perut.
b. Kelainan   yang   terdapat   pada   organ   di   dalam   rongga   perut   itu  
dapat mempengaruhi kemampuan dan kecepatan gerak kegiatan fisik
seseorang.
2. Organ yang diperiksa: Usus, hati, ginjal dan saluran kencing.
3. Alat yang digunakan: Stetoskop.
4. Cara pemeriksaan:
a. Pemeriksaan usus:
1. Penekanan dengan tangan atau pengetokan dengan jari tangan
terhadap bagian luar perut dan pelepasan tekanan, untuk mengetahui
apakah terjadi rasa nyeri yang dialami peserta (nyeri tekan, nyeri
lepas atau nyeri ketok).
2. Pemeriksaan perut dengan alat stetoskop untuk mengetahui suara
bising usus meninggi atau tidak dan suara pembuluh darah.
b. Pemeriksaan hati: Dengan cara perabaan, penekanan dan pengetokan
dengan jari tangan bagian perut yang berdekatan dengan letak hati, untuk
mengetahui apakah terjadi pembesaran hati atau tidak, terjadi rasa nyeri
tekan atau tidak.
c. Pemeriksaan ginjal dan saluran kencing:
1. Dengan cara perabaan, penekanan dan pengetokan dengan jari
tangan terhadap bagian perut sekitar saluran kencing dan kandung
kemih, untuk mengetahui apakah ada rasa nyeri tekan pada daerah
sekitar saluran kencing dan kandung kemih.
2. Dengan cara pengetokan dengan tangan yang terkepal terhadap
daerah sisi tulang punggung, apakah ada rasa nyeri ketok.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Normal dinyatakan KATEGORI A.
b. Ditemukan adanya peningkatan bising usus abnormal, regurgitasi pembuluh
darah, nyeri ketok ginjal dinyatakan KATEGORI B.
c. Ada tumor/ ada massa dinyatakan KATEGORI E.

j. Hati dan Limpa


1. Tujuan pemeriksaan: Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ada
tidaknya pembengkakan atau kelainan pada hati dan limpa.
2. Organ yang diperiksa: Perut kanan atas dan kiri atas.
3. Alat yang digunakan: Stetoskop
4. Cara pemeriksaan: Dengan cara perabaan, penekanan dan pengetokan dengan
jari tangan terhadap bagian perut kanan atas, untuk mengetahui apakah ada
rasa nyeri tekan dan pembesaran pada daerah sekitar diafragma atau perut
kanan atas.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Normal dinyatakan KATEGORI A.
b. Ada pembesaran dan nyeri dalam perabaan atau ditemukan benjolan
dinyatakan KATEGORI E.

k. Hernia
1. Tujuan pemeriksaan: Untuk memeriksa adanya dugaan hernia
2. Cara pemeriksaan: 
a. Hernia ingunalis: Pasien posisi berdiri, temukan cincin inguinal dari scrotum
kearah abdomen kemudian pasien mengedan, positif bila teraba tonjolan
b. Hernia umbilikalis: Pasien posisi berdiri, kemudian pasien mengedan.
Temukan cincin pada tonjolan umblikalis, positif bila teraba tonjolan
3. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Bila tidak ditemukan dugaan hernia/tubuh normal dinyatakan KATEGORI A.
b. Bila dapat kembali dengan sendirinya atau tonjolan dapat kembali spontan
(reversible) KATEGORI C.
c. Bila tidak dapat dikembalikan (irreversible) dinyatakan KATEGORI E.

l. Anggota Gerak
1. Tujuan Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan anggota gerak tubuh dimaksudkan untuk mengetahui daya
gerak normal dari anggota tubuh melalui pembandingan secara proporsional
bentuk tubuh dan ukuran anggota gerak tubuh berdasarkan perhitungan
anatomi tubuh.
2. Untuk mengetahui refleks fisiologis peserta.
2. Organ yang diperiksa: Lengan, tungkai, jari-jari tangan dan kaki serta
persendian.
3. Alat yang digunakan: Palu refleks (reflex hammer)
4. Cara pemeriksaan:
1. Cara pemeriksaan anggota gerak
1. Dokter melakukan pengamatan dan perabaan serta penekanan
terhadap bentuk dan ukuran lengan.
2. Mengadakan perbandingan keadaan tubuh peserta Ujian
berdasarkan perhitungan anatomi tubuh.
3. Mengadakan pengamatan, perabaan dan penekanan terhadap
gerakan sendi normal (sudut anggota gerak tubuh yang berbentuk
normal), serta kekuatan otot normal.
b. Cara pemeriksaan refleks fisiologis: Peserta dalam posisi duduk pada saat
pemeriksaan refleks, palu refleks diketokkan pada bagian yang akan
diperiksa.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Sempurna/utuh, gangguan ringan yang tidak mengganggu gerakan untuk melakukan
kegiatan pada tangan seperti menulis, menembak dan pada    kaki seperti berjalan,
berlari dinyatakan KATEGORI A.
b. Bila tidak sempurna atau tidak utuh tetapi dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti poin nomor 1 dinyatakan KATEGORI B.
c. Bila tidak sempurna atau tidak utuh dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
kecuali dibantu oleh orang lain dinyatakan KATEGORI E.

m. Haemorhoid
1. Tujuan pemeriksaan: Pemeriksaan dilakukan jika ada dugaan kuat adanya
gangguan kesehatan pada anus.
2. Organ yang diperiksa: Dubur atau anus
3. Alat yang digunakan: Sarung Tangan
4. Cara pemeriksaan:
1. Melakukan wawancara dengan menanyakan apakah memiliki gejala atau
Riwayat, apakah memiliki gangguan dalam aktifitas, dsb.
2. Memeriksa adanya benjolan pada dubur/ anus bila dicurigai adanya
gangguan tersebut. Pemeriksaan benjolan pada dubur/anus dilaksanakan
oleh dokter didampingi oleh paramedis dan seyogyanya jenis kelamin
dokter/paramedis berjenis kelamin yang sama dengan peserta.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
1. Normal, dinyatakan KATEGORI A.
2. Ringan, dinyatakan KATEGORI C.
3. Sedang, dinyatakan KATEGORI D.
4. Berat, dinyatakan KATEGORI E.

n. Sikap dan keluhan sewaktu pemeriksaan


1. Tujuan pemeriksaan: Mengetahui perilaku seperti apatis, depresif, dan lain-lain
pada peserta ujian.
2. Cara pemeriksaan: Sikap dan perilaku dapat diketahui saat rangkaian
pelaksanaan Tes kesehatan berlangsung.
3. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Kooperatif dinyatakan KATEGORI A.
b. Gangguan perilaku (bipolar, apatis, agresif, depresif, dan bertingkah aneh)
dinyatakan KATEGORI E.

o. Kelenjar Getah Bening


1. Tujuan pemeriksaan: Pemeriksaan dilakukan jika ada dugaan kuat adanya
gangguan kesehatan pada kelenjar.
2. Organ yang diperiksa: Kelenjar
3. Cara pemeriksaan: Visual dan palpasi
4. Penilaian hasil pemeriksaan:
1. Normal, kelenjar tidak teraba dinyatakan KATEGORI A
2. Ada pembesaran kelenjar hanya satu lokasi dinyatakan KATEGORI B. 
3. Dugaan TBC kelenjar, dinyatakan KATEGORI C
4. Ada pembesaran kelenjar di beberapa lokasi dinyatakan KATEGORI D.

p. Buta warna
1. Tujuan pemeriksaan: Untuk mendeteksi ketidakmampuan peserta membedakan
warna dasar atau warna antara.  
2. Organ yang diperiksa: Mata.
3. Alat yang digunakan: Buku Ishihara
4. Cara pemeriksaan:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Meletakan buku ishihara test pada tempat dengan pencahayaan yang cukup.
c. Meminta peserta diminta mendeteksi angka atau alur yang terdapat dalam buku.
5. Penilaian Hasil Pemeriksaan:
a. Normal apabila semua angka dan alur berhasil terdeteksi, KATEGORI A 
b. Buta Warna Parsial/sebagian bila hanya sebagian angka dan alur terdeteksi Buta
Warna Total bila semua angka dan alur tidak terdeteksi, kecuali halaman pertama,
KATEGORI B.

q. Varises
1. Tujuan Pemeriksaan: Mendiagnosa adanya varises.
2. Organ yang diperiksa: Paha dan tungkai
3. Cara Pemeriksaan:
a. Peserta Ujian dalam posisi berdiri
b. Raba pada posisi paha dan tungkai, jika terdapat varises maka akan teraba vena
yang melebar dan berkelok-kelok di bawah kulit.
4. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Tidak menimbulkan keluhan dan tidak terlalu jelas pelebaran pembuluh darah vena
(ringan sampai sedang) dinyatakan KATEGORI A
b. Sangat terlihat jelas dan berkelok-kelok, besar dan sering menimbulkan keluhan
berat dinyatakan KATEGORI C.

r. Kulit
1. Tujuan Pemeriksaan: Untuk mengetahui kesehatan pada kulit.
2. Organ yang diperiksa: Kulit
3. Cara Pemeriksaan:
a. Peserta Ujian berbaring atau berdiri dalam keadaan tenang:
b. Perhatikan corak kulit, warna keseluruhan, variasi warna dan tampilan umum
4. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Jaringan parut ringan, sedang, atau kelainan kulit lain (dermatitis, mycosis, impetigo)
yang tidak mengganggu fungsi alat tubuh, KATEGORI A
b. Jaringan parut berat yang tidak mengganggu fungsi alat tubuhnya dinyatakan
KATEGORI B
c. Kelainan kulit lain (seperti dermatitis, mycosis, impetigo) yang mengganggu fungsi
alat tubuh dinyatakan KATEGORI C.
d. Jaringan parut berat bila mengganggu fungsi alat tubuhnya, tato atau bekas tato
permanen, dan/atau bertindik pada bagian tubuh yang tersembunyi dinyatakan
KATEGORI D.
e. Memiliki tato atau bekas tato permanen dan/atau bertindik untuk laki-laki, bertindik
lebih dari satu pada bagian telinga untuk perempuan dan/atau pada bagian tubuh
selain yang dimaksud pada huruf d), selain untuk kepentingan agama maka
dinyatakan KATEGORI E.

s. Gigi dan mulut


1. Tujuan Pemeriksaan: Untuk menentukan oral higienis (kebersihan mulut) dan
keadaan gigi geligi secara umum.
2. Organ yang diperiksa: Rongga mulut, gigi geligi.
3. Alat yang digunakan: Senter.
4. Cara pemeriksaan: Pemeriksaan dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
tenggorokan untuk menilai kebersihan ronga mulut (stain, sisa makanan, debris)
dan menilai gigi geligi (carries bengkak, fistel).
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Gigi baik tanpa berlubang dan utuh dinyatakan KATEGORI A
b. Gigi terdapat kelainan, berlubang, gigi hilang, dan infeksi dinyatakan KATEGORI B
c. Apabila terdapat kelainan/ peradangan berat dinyatakan KATEGORI C
d. Riwayat Sumbing (schizis) dengan gangguan vokal dinyatakan KATEGORI C
e. Adanya kecurigaan keganasan dinyatakan KATEGORI E.

t. Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT)


1. Tujuan pemeriksaan: Untuk mengetahui kondisi kesehatan telinga yang
berpengaruh terhadap tingkat kemampuan pendengaran, kondisi kesehatan
hidung yang berpengaruh terhadap pernafasan dan kondisi kesehatan
tenggorokan yang berpengaruh terhadap artikulasi suara karena kelainan bentuk
langit-langit.
2. Organ yang diperiksa: Telinga, hidung dan tenggorokan.
3. Alat yang digunakan:
a. Ottoscope: untuk pemeriksaan kondisi kesehatan telinga.
b. Rhinoscope: untuk pemeriksaan kondisi kesehatan hidung.
c. Senter dan atau Tongue Spattel (Spatula Lidah/Sudip Lidah): untuk pemeriksaan
kondisi kesehatan tenggorokan.
4. Cara pemeriksaan
a. Pemeriksaan telinga: Dengan alat Ottoscope dilihat lubang telinga apakah terdapat
Serumen (kotoran di dalam telinga), sekret (cairan) dan diperhatikan apakah
keadaan gendang pendengar utuh atau tidak.
b. Pemeriksaan hidung:
1. Dengan perabaan dan penekanan bagian luar hidung diteliti apakah
terdapat tulang hidung yang rusak karena suatu penyakit.
2. Dengan Rhinoscope, diperiksa apakah dibagian dalam hidung
terdapat penyumbatan atau tidak.
c. Pemeriksaan tenggorokan: Dengan  senter  dan atau penekanan  pada 
lidah  (dengan  sudip  lidah)  maka dilakukan pemeriksaan farings, palatum
dan rongga mulut secara keseluruhan.
5. Penilaian hasil pemeriksaan:
a. Telinga
1. Normal, dinyatakan KATEGORI A.
2. Tuba katar (akibat flu), cerumen prop, otitis eksterna dinyatakan
KATEGORI B.
3. Otitis media baik akut maupun kronis, dinyatakan KATEGORI C.
4. Gendang telinga tidak utuh, dinyatakan KATEGORI C
b. Hidung
1. Normal dinyatakan KATEGORI A.
2. Dugaan kecurigaan keganasan dinyatakan KATEGORI E.
c. Tenggorokan
1. Normal maupun ada pembesaran dan peradangan pada tonsil yang
dapat ditoleransi dinyatakan KATEGORI A.
2. Ada pembesaran/peradangan berat pada tonsil dinyatakan
KATEGORI B.

B. KATEGORI HASIL TES KESEHATAN 

1. Kategori A (skor antara 80 - 90), apabila hasil tes kesehatan menunjukkan kondisi
semua organ tubuh yang diperiksa dalam batas normal menurut ilmu kedokteran.
2. Kategori B (skor antara 66 – 79), apabila salah satu item pengujian menunjukkan hasil
bahwa peserta memiliki catatan kesehatan ringan, dapat disembuhkan dengan cepat,
dan kemungkinan besar tidak mengganggu aktivitas ketika peserta menjadi mahasiswa
atau pegawai.
3. Kategori C (skor antara 56 – 65), apabila salah satu item pengujian menunjukkan hasil
bahwa peserta memiliki catatan kesehatan yang membutuhkan waktu penyembuhan
yang lama namun tidak mengganggu aktivitas ketika peserta menjadi mahasiswa atau
pegawai.
4. Kategori D (skor antara 0 - 55), apabila salah satu item pengujian menunjukkan hasil
bahwa peserta memiliki catatan kesehatan yang membutuhkan waktu penyembuhan
yang lama atau tidak bisa disembuhkan dan akan mengganggu aktivitas ketika peserta
menjadi mahasiswa atau pegawai.
5. Kategori E (skor minus 100 (-100)), apabila hasil pemeriksaan kesehatan dinyatakan
beresiko berat berdasarkan rekomendasi dokter serta terdapat hal-hal yang berkaitan
dengan persyaratan yang tidak dapat diberikan toleransi.

 Peserta yang memperoleh penilaian Kategori E pada salah satu objek kesehatan
berikut tidak dapat mengikuti tes kebugaran yaitu suhu tubuh, tekanan darah, nadi,
jantung, dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
 Peserta yang dinyatakan gagal dan tidak dapat mengikuti Tes Kesehatan dan
Kebugaran dicatat pada berita acara Tes Kesehatan dan Kebugaran.

Anda mungkin juga menyukai