1, Juni 2013
Abstrak
Paradigma baru dalam Manajemen Sumber daya Manusia menganggap bahwa sumber daya manusia merupakan aset
organisasi (dikenal dengan human capital). Karena itu aset ini harus dikelola secara proaktif dan strategik. Manajemen
talenta merupakan implementasi dari strategi-strategi atau sistem-sitem yang terintegrasi untuk meningkatkan kondisi
lingkungan kerja dengan mengembangkan proses-proses dalam rekrutmen dan seleksi, pengembangan, pengikatan,
dan mempertahankan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan serta aptitude yang dibutuhkan organisasi di
masa ini dan akan datang. Tulisan ini menjelaskan bagaimana menerapkan strategi manajemen talenta sebagai strategi
untuk mengembangkan sumber daya aparatur di organisasi publik. Studi ini menunjukkan bahwa implementasi dari
manajemen talenta memerlukan tiga tahap. Pertama, mengidentifikasi pegawai yang termasuk dalam talent pool. Tahap
yang kedua adalah mengembangkan kelompok talenta dan kelompok yang lain. Dan yang ketiga adalah mempertahankan
talenta. Langkah-langkah tersebut merupakan satu kesatuan proses.
Abstract
The new paradigm in human resource management assume that human resource is an organization asset (known as
human capital). It implies that the asset must be strategically and proactivelly managed. Talent manangement is the
implementation of integrated strategy or systems designed to increase workplace performance by developing improved
processes in recruiting and selecting, developing, engaging and retaining human resource with the required skills and
aptitude to meet current and future organization needs. This article explains how to implement the talent management
strategy as one strategy to develop aparatus in public organization. This analysis proceeds that talent management
implementation needs three steps. First, to identify personel who will be placed in to talent pool. The second step is
developing talent and other groups. And the third step is retaining talent. Those steps demand an integrated process.
atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan dengan kata lain pengelolaan SDM dengan
faktor strategis, yang perlu dikelola, sehingga model-model tradisional mulai bergeser ke
perlu adanya manajemen pegawai negeri sipil. arah pengelolaan yang lebih modern yang
Berbicara tentang manajemen SDM dipandang lebih adaptif terhadap perubahan.
secara umum, telah terjadi pergeseran Pada tataran birokrasi, pergeseran pola
paradigma atau cara pandang terhadap pengelolaan SDM aparatur atau PNS juga
pengelolaan SDM. Paradigma baru mana- terjadi. Perubahan nama lembaga yang
jemen SDM memandang bahwa SDM adalah mengelola PNS di Indonesia yaitu dari BAKN
aset organisasi atau human capital, sehingga menjadi BKN, dengan menghilangkan kata
harus dikelola secara strategis dan proaktif ‘administrasi’ berarti telah mengalami reposisi
(Ulrich, 1998). Peran strategis dalam mengelola peran menjadi lebih strategis tidak sekedar
SDM atau sering disebut dengan manajemen tugas administratif.
SDM strategis (strategic human resource Berkaitan dengan pengembangan
management) dimaknai sebagai keterkaitan pegawai, menurut Undang-undang Nomor 43
antara pelaksanaan manajemen SDM dengan Tahun 1999, kebijakan pengembangan SDM
strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja. intinya adalah pembangunan SDM Aparatur
Dalam implementasinya, peran strategis dalam Negara yang diarahkan agar terwujudnya SDM
mengelola SDM ini diartikan bahwa pengelola Aparatur atau PNS yang profesional, netral dari
SDM harus dapat mengelaborasi semua kegiatan politik, berwawasan global, bermoral
kapasitas yang dimiliki pegawai atau SDM-nya, tinggi, berkemampuan sebagai penyangga
untuk dijadikan sebagai competitive advantage per-satuan dan kesatuan bangsa. Tujuan
bagi organisasi. Manajemen SDM yang pengembangan SDM Aparatur sebagaimana
strategis seolah sudah menjadi suatu tuntutan diamanatkan dalam Undang-undang Nomor
untuk dilakukan. Terlebih lagi perubahan yang 43 Tahun 1999 merupakan tujuan yang ideal
terjadi dalam lingkungan sosial yang terkait yang pencapaiannya perlu program-program
dengan karakteristik SDM saat ini yaitu era pengembangan yang terarah dan bertahap,
informasi yang bersumber pada pengetahuan yang tercakup dalam roadmap manajemen
dan teknologi yang dapat didayagunakan. Pada PNS. Secara normatif, upaya untuk men-
era ini SDM lebih ke knowledge worker, yang dukung implementasi pengembangan PNS,
artinya SDM saat ini dituntut untuk memiliki dengan merumuskan sejumlah peraturan
pengetahuan baru yang sesuai dengan ataupun kebijakan tentang pengembangan
perubahan yang sedang berlangsung. PNS belum mendatangkan hasil yang optimal.
Pada aspek kelembagaan, kecen- Sebagai contoh, praktik pengembangan
derungan yang terjadi, yaitu pola struktur PNS yang dilakukan melalui pendidikan dan
organisasi modern semakin datar (flat) pelatihan belum sepenuhnya sesuai dengan
dan ramping, yang menuntut dilakukannya yang diharapkan, yaitu peningkatan derajat
rightsizing yang mengarah pada downsizing profesionalitas PNS.
atau perampingan. Implikasi dari perubahan- Sementara itu, tuntutan perubahan
perubahan aspek SDM maupun kelembagaan yang cepat harus segera diantisipasi. Beberapa
ini menjadi tantangan bagi pengelola SDM fenomena yang muncul sebagai dampak dari
untuk mencari strategi yang tepat untuk perubahan dalam bentuk reformasi birokrasi,
mengelola SDM di organisasinya. Atau antara lain adanya kebijakan moratorium
unggul; (b) keahlian dalam berkomunikasi yang terencana dan terstruktur untuk merekrut,
baik tertulis maupun lisan, dan ke- mengembangkan dan mempertahankan
mampuan ini akan mendukung mereka pegawai yang bertalenta dalam organisasi.
untuk menyampaikan gagasan dan Talenta tidak terbatas pada bidang atau level
diterima oleh organisasi; (c) gabungan pegawai tertentu. Pegawai bertalenta terdapat
antara percaya diri dan komunikasi di semua level dan di semua fungsi.
dibarengi dengan kemampuan logika Tujuan manajemen talenta adalah
(reasoning) yang memungkinkan me- untuk mempekerjakan pegawai yang secara
nerapkan suatu pendekatan pemecahan konsisten memberikan kinerja unggul.
masalah; dan (d) fokus atau kemampuan Organisasi yang melaksanakan manajemen
berkonsentrasi pada faktor-faktor utama talenta akan mendapatkan beberapa manfaat,
pembawa keberhasilan (Sudjatmiko, yaitu: (a) organisasi mendapatkan pegawai
2011). yang memiliki kemampuan untuk melaksana-
Menurut Lockwood (2006), strategi kan pekerjaan dengan baik; (b) pegawai
manajemen talenta memiliki fokus pada lima bertalenta tersebut dapat dikembangkan untuk
area yaitu: penarikan (attracting), seleksi menerima tanggung jawab yang lebih luas
(selecting), pemakaian (engaging), pengem- dan lebih besar; dan (c) pengambilan dan
bangan (development) dan mempertahankan pemilihan pegawai bertalenta tersebut dapat
(retaining) pegawai bertalenta (talent). Definisi diambil dari internal organisasi (Davis, 2009).
lainnya menyebutkan bahwa manajemen Jadi inti manajemen talenta adalah upaya
talenta meliputi proses identifikasi, pengem- men-dapatkan (identifikasi), mengembangkan
bangan dan mempertahankan SDM unggulan dan mempertahankan pegawai internal yang
yang merupakan SDM bertalenta atau sering berkontribusi maksimal terhadap organisasi.
disebut dengan ‘bintang’ dan ‘calon bintang’ Langkah awal yang harus dilakukan
masa depan secara sistematis (Sudjatmiko, dalam manajemen talenta adalah meng-
2011). Pengertian ini menekankan pada gambarkan kebutuhan talenta di masa depan.
cara yang sistematis. Selama ini organisasi Pada umumnya organisasi mengetahui
kemungkinan secara alami telah memunculkan kebutuhan talenta berdasarkan visi, misi,
bintang-bintang, namun belum dikelola secara strategi dan nilai-nilai organisasi (Davis, 2009).
sistematis. Kesadaran akan upaya untuk Selain itu yang penting juga diperhatikan
mempertahankan bintang-bintang dalam adalah memperkirakan kebutuhan talenta
organisasi, maka perlu adanya pengelolaan berdasarkan tantangan eksternal, seperti
yang sistematis. kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang
Definisi tentang manajemen talenta SDM aparatur atau PNS. Setelah merumuskan
yang telah dipaparkan di depan, secara kebutuhan talenta di masa depan maka perlu
eksplisit telah memberikan gambaran dilakukan penilaian (assessment) untuk
mengenai apa saja yang terkait dengan strategi mengidentifikasi pegawai, sehingga didapatkan
manajemen talenta, yaitu proses merekrut peta pegawai serta pengem-bangannya.
atau mengidentifikasi, mengem-bangkan dan
mempertahankan talenta yang dimiliki dalam Proses Manajemen Talenta
suatu organisasi. Jadi strategi manajemen Setelah menetapkan kebutuhan
talenta adalah pendekatan organisasional talenta di masa depan, langkah selanjutnya
ada menentukan model manajemen talenta.
Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 5
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013
Beberapa model manajemen talenta seperti dengan kelompok lainnya. Khusus untuk
model yang dikembangkan oleh Boston kelompok pegawai bertalenta atau sering
Consulting Group, Accenture Model, General disebut pegawai ‘bintang’ tentunya
Electric Model pada dasarnya memiliki persepsi membutuhkan pola pengembangan yang
yang sama tentang proses manajemen khusus juga.
talenta, yaitu proses identifikasi (termasuk Untuk pemetaan pegawai ini, terdapat
proses assessment), pengembangan, dan beberapa elemen yang digunakan
mempertahankan talenta yang dimiliki sebagai kriteria, yaitu pengalaman,
organisasi (Davis, 2009). Proses manajemen profil dan kualifikasi, yang dapat dinilai
talenta dapat dijelaskan sebagai berikut: secara obyektif, dan ketiganya meng-
1. Identifikasi talenta gambarkan kinerja masa lalu. Sedangkan
Dalam menjalankan strategi manajemen elemen keahlian, potensi dan kuanti-
talenta, salah satu unsur pentingnya fikasi dinilai secara subyektif, dan ketiga
adalah mendapatkan pegawai yang elemen ini digunakan untuk mengukur
bertalenta. Talenta dapat diperoleh atau memprediksi potensi kandidat di
dari sumber internal maupun eksternal masa depan. Keenam elemen tersebut
organisasi. Strategi manajemen yang diwakil oleh dua dimensi yaitu kinerja
terstruktur akan mempertimbangkan dan potensi. Kinerja mewakili kriteria atau
dua sumber ini. Namun demikian dalam elemen apa yang dilakukan kandidat di
praktiknya, organisasi akan terlebih dulu masa lalu, sedangkan potensi mewakili
memper-timbangkan sumber internal, elemen yang memprediksi apa yang dapat
dengan pertimbangan pegawai yang dilakukan kandidat di masa depan. Aspek
sudah ada setidaknya telah memiliki kinerja menunjukkan konsistensi prestasi
pengetahuan tentang organisasi. kandidat, dan potensi menggambarkan
Identifikasi talenta tersebut dilakukan sejauhmana kapabilitas dan kesiapan
dengan melakukan pemetaan pegawai. pegawai atau kandidat menduduki posisi
Tujuan pemetaan pegawai adalah untuk yang lebih tinggi. Kedua dimensi yaitu
membagi pegawai ke dalam kelompok- kinerja dan potensi digunakan untuk
kelompok yang lebih kecil berdasarkan menyusun suatu matriks pemetaan
kriteria tertentu. Lebih khusus lagi, pegawai, yang sering disbut model matriks
pemetaan pegawai ini bertujuan untuk pencarian talenta (talent search matrix).
menemukan talenta yang akan masuk Hasil dari identifikasi talenta adalah
dalam talent pool. Talent pool adalah berupa talent pool, yang berisi pegawa
sekelompok orang yang telah ter- yang bertalenta yang harus dioptimalkan
identifikasi dapat dikembangkan dalam potensinya secara konsisten, untuk
jangka waktu tertentu dan diperlakukan mendukung kinerja organisasinya, dan
sebagai asset organisasi. Pemetaan sebaliknya organisasi harus berupaya
pegawai ini harus dilakukan, karena untuk mempertahankan talenta ini
tanpa adanya pemetaan pegawai yang dengan berbagai program pemertahanan
baik, maka pengembangan pegawai dan (retainment).
manajemen talenta tidak akan berjalan 2. Pengembangan talenta
efektif. Invenstasi pengembangan untuk Berbagai model manajemen talenta, dapat
suatu kelompok pegawai tentu berbeda
6 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013
harus diikuti dengan motivasi. Motivasi talenta adalah menjaga agar pegawai
yang dibangun untuk pegawai harus jelas. bertalenta tetap berada dalam organisasi
Sehingga jika seorang talenta mengikuti sembari terus mengembangkan mereka
program pengembangan, maka harus (Berger & Berger, 2009 dalam Sudjatmiko,
dipikirkan apa yang akan diperoleh, 2011). Sistem karier yang semakin terbuka,
dan sebaliknya jika tidak mengikuti, memberikan peluang bagi pegawai untuk
konsekuensi apa yang diterima. berkarier di luar organisasinya. Dalam hal
Program pengembangan untuk pegawai ini organisasi perlu bersikap bijaksana
dalam bentuk pelatihan harus mem- dengan mengembangkan program-
fokuskan pada penemuan pengetahuan program SDM yang bertujuan untuk dapat
dan keterampilan baru dalam lingkungan memper-tahankan talenta-talenta yang
kerja. Program pengembangan melalui dimiliki dan telah dikembangkan. Selain
pelatihan yang fokus pada penemuan itu menurut Lockwood (2006), di bawah
pengetahuan dan keterampilan, meliputi payung manajemen talenta, perencanaan
action learning dan project assignment. suksesi (succession planning) dan
Dalam action learning masih ditoleransi pengembangan kepemimpinan (leadership
jika terjadi kesalahan. Dalam project management) menjadi strategi organisasi
assignment, sudah bertanggungjawab jika untuk mengembangkan dan memper-
terjadi kesalahan. Namun jika proyek yang tahankan talenta.
dikerjakan sukses, peserta program akan Menurut Davis (2009) upaya untuk
terotivasi untuk meningkatkan kinerja. mempertahankan talenta berkaitan
Selanjutnya adalah proses aplikasi dimana dengan kompensasi dan pengembangan
toleransi terhadap kesalahan semakin karier. Sementara menurut Permana
kecil, karena kesalahan yang terjadi pada dkk (2011) dalam mempertahankan
proses aplikasi akan berpengaruh pada talenta, tidak hanya aspek materi saja
proses bisnis (Berger & Berger, 2009, yang menjadi pertimbangan, tetapi juga
dalam Sudjatmiko, 2011). lingkungan, seperti kenyamanan bekerja,
Saat mengimplementasikan pengem- fasilitas, serta interaksi antar karyawan.
bangan pegawai dalam manajemen Beberapa faktor penting dalam mem-
talenta harus mendasarkan pada pertahankan talenta, antara lain:
sikap proaktif sehingga setiap program a. Kesempatan untuk pengembangan
pengembangan yang didesain harus diri, yaitu organisasi perlu mem-
dilakukan secara terencana sesuai berikan kesempatan kepada pegawai
dengan pengembangan karir pegawai. bertalenta untuk mengembangkan
Keserasian program pengembangan kompetensi dengan mempelajari
talenta ini harus diorganisasikan dengan keterampilan baru, pengetahuan baru
sistem atau program lainnya, sehingga dan menunjukkan potensi mereka
terdapat sinergi antar sistem dan program, secara penuh.
dan pada giliriannya akan menyumbang b. Kesempatan untuk mengembangkan
kinerja unggul bagi organisasi. karier. Organisasi menginginkan
3. Mempertahankan talenta pegawainya untuk menginvestasikan
Isu utama dalam strategi manajemen kariernya untuk organisasi. Sebagai
depan. Kebutuhan talenta organisasi untuk dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
lima tahun ke depan merupakan terjemahan perundang-undangan. Aspek perilaku kerja
dari strategi, dan cerminan dari visi dan misi yang dinilai adalah orientasi pelayanan,
organisasi, dengan memperhatikan tuntutan integritas, komitmen, disiplin, kerjasama dan
internal serta tuntutan eksternal. Aspek kualitas kepemimpinan. Penilaian prestasi kerja ini
yang tercakup dalam menentukan kebutuhan telah memenuhi unsur yang wajib ada dalam
talenta meliputi pengetahuan (knowledge) penilaian kinerja yaitu output melalui SKP dan
dan keterampilan (skill) yang diperoleh dari keperilakuan melalui penilaian perilaku kerja.
pengalaman, kompetensi, dan kepribadian Penilaian prestasi kerja ini telah dimulai pada
(personality). tahun 2012.
Dimensi potensi pegawai diukur
Pemetaan Pegawai untuk Mengidentifikasi melalui pemetaan potensi pegawai. Pemetaan
Talenta potensi pegawai dilakukan oleh assessment
Langkah awal dalam menerapkan center. Hasil pemetaan potensi telah siap
manajemen talenta adalah dengan melakukan untuk dimanfaatkan, dan antara lain untuk
pemetaan terhadap pegawai. Pemetaan mengidentifikasi talenta. Untuk pegawai
pegawai ini bertujuan untuk menentukan yang telah menduduki jabatan struktural,
pegawai-pegawai yang termasuk talenta yang bisa dilakukan pemetaan kompetensi untuk
akan dimasukkan dalam talent pool. Kriteria melengkapi data tentang potensi.
atau dimensi yang akan digunakan adalah Penilaian kedua dimensi tersebut akan
kinerja dan potensi. Kinerja mewakili kriteria digunakan untuk menyusun matriks pemetaan
atau elemen apa yang dilakukan kandidat pegawai. Dimensi kinerja dan dimensi potensi
di masa lalu (historis), sedangkan potensi masing-masing berada pada sumbu vertikal
mewakili elemen yang memprediksi apa yang dan horizontal, sehingga menghasilkan
dapat dilakukan kandidat di masa depan. Aspek sembilan kuadran yang merupakan kelompok
kinerja menunjukkan konsistensi prestasi pegawai seperti terlihat pada gambar 1.
kandidat, dan potensi meng-gambarkan
sejauhmana kapabilitas dan kesiapan pegawai
atau kandidat menduduki posisi yang lebih
tinggi.
Pengukuran kedua dimensi ini
menggunakan tools atau instrument yang
telah ada. Pengukuran kinerja dengan meng-
gunakan penilaian prestasi kerja PNS yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2011. Dua aspek yang dinilai dalam
penilaian prestasi kerja PNS adalah Sasaran
Kerja Pegawai (SKP) dan perilaku kerja
pegawai. SKP adalah rencana kerja dan target Gambar 1. Matriks Pemetaan Pegawai
yang dicapai oleh seorang PNS. Perilaku kerja
yang dinilai adalah setiap tingkah laku, sikap
atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau Langkah selanjutnya adalah me-
tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
10 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 7, No.1, Juni 2013
nentukan kelompok pegawai yang akan masuk terdiri dari pejabat eselon III yang berpotensi
dalam talent pool. Dari matriks pemetaan menggantikan kedudukan eselon II yang
pegawai terdapat sembilan kuadran yaitu promosi. Jumlah pegawai yang ada di talent
kuadran I sampai dengan IX, yang kemudian pool kedua ini harus lebih banyak di talent
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pool pertama.
pegawai yaitu A, B dan C. Pengelompokan Kelompok B terdiri dari pegawai yang
A, B dan C ini adalah untuk kepentingan berada kuadran III, IV, V, VI, VII dan VIII.
fokus pengembangan bagi masing-masing Kelompok B mewakili pegawai yang berada
kelompok. pada titik moderat, yaitu yang kinerjanya yang
Kelompok A terdiri dari pegawai sedang sampai dengan tinggi, tetapi memiliki
yang berada pada kuadran I dan II, yaitu potensi yang rendah sampai dengan sedang,
kelompok dengan potensi yang tinggi sampai dan kelompok yang memiliki potensi tinggi tetapi
dan kelompok pegawai yang berkinerja memiliki kinerja yang rendah. Yang termasuk
tinggi sampai sedang. Kelompok ini biasa dalam kelompok ini adalah (a) pegawai yang
jumlahnya relatif sedikit. Namun mengacu secara konsisten mempertahankan kinerjanya
pada hukum Pareto, bahwa jumlah pegawai (berusaha bekerja sebaik mungkin), dan
yang ber-kompetensi lima persen tetapi mampu meskipun potensi mereka tidak tinggi namun
mengkontribusi kinerja organisasi sebesar 95 mereka berusaha mempertahankan hal
persen, sudah cukup layak. yang standar; (b) pegawai yang memerlukan
Kelompok A inilah yang akan masuk upaya memacu kinerja dengan penugasan-
dalam talent pool. Anggota talent pool ini penugasan yang lebih besar pada level saat
memiliki kapabilitas yang tinggi. Pegawai yang ini sehingga perlu penetapan tujuan yang
masuk talent pool ini memiliki kriteria : (a) menantang; dan (c) pegawai baru, yang masih
telah siap dikembangkan untuk penugasan di membutuhkan waktu, penugasan/pengalaman
level kepemimpinan yang selanjutnya dalam dan coaching untuk menunjukkan prestasi
organisasi atau penugasan ke fungsional yang mereka.
mengarah ke spesialis atau jabatan fungsional Kelompok C terdiri dari kuadran
tertentu, karena sebagian dari anggota talent IX. Kelompok ini berisi pegawai-pegawai
pool ini akan menjadi spesialis suatu bidang yang memiliki kinerja rendah dan potensi
atau jabatan fungsional tertentu level tinggi; yang rendah, yang memerlukan coaching
(b) siap diberikan penugasan yang menantang dan konseling untuk meningkatkan kinerja
dan lintas fungsi untuk level sekarang sebagai meraka. Pegawai dalam kelompok ini biasanya
persiapan untuk ke level berikutnya; dan (c) adalah pegawai yang ‘bermasalah’, yang
siap dituntut untuk memenuhi target yang perlu dikonseling untuk mencari kendala
menantang untuk mendorong kinerja talenta. yang dihadapi mereka, dan jika ada wacana
Talent pool ini akan menjadi salah satu pensiun dini, pegawai seperti ini yang
kunci dalam manajemen suksesi. Untuk itu diprioritaskan.
perlu diidentifikasi talent pool untuk jenjang Pengembangan Pegawai Berbasis Talenta
struktural tertinggi (eselon I) yang terdiri dari Pengembangan yang dilakukan
pejabat eselon II yang memiliki kemampuan dalam konteks manajemen talenta adalah
dan potensi untuk menduduki jabatan eselon model pengembangan yang terintegrasi.
I. Talent pool kedua harus disusun juga, yang Pengembangan ini meliputi empat aspek
yang harus dikembangkan yaitu pengetahuan, ketiga kelompok tersebut. Beberapa program
keterampilan, pengalaman (yang ter- pengembangan untuk ketiga kelompok tersebut
manifestasi dalam bentuk kompetensi) serta dapat dipaparkan sebagai berikut:
personality. Model pengembangan yang Pengembangan untuk kelompok
terintegrasi dimulai dengan penyediaan A atau talent pool pada intinya adalah
program in dept insight. Insight adalah proses menyiapkan pegawai atau talenta yang ada
individual untuk dapat menginternalisasikan dalam talent pool ini untuk menjadi pimpinan
apa yang harus dilakukan untuk memahami level tinggi di masa depan. Untuk menyiapkan
kekuatan pegawai dan membangun pegawai talenta dalam talent pool ini untuk menjadi
untuk dapat unggul di bidang tersebut. Setelah pemimpin masa depan yang utama perlu
pegawai mendapat insight atau memahami diberikan adalah program pengembangan
mengapa harus ikut suatu program pengem- kepemimpinan yang kemudian dilanjutkan
bangan, barulah program pengembangan dengan penugasan sementara pada suatu
dilaksanakan. jabatan atau penugasan pada suatu proyek
Mendasarkan pada hasil matriks sebagai satu cara untuk mengubah penge-
pencarian talenta, yang telah diidentifikasi tahuan yang diperoleh menjadi keahlian.
menjadi tiga kelompok besar yaitu kelompok A Untuk mengembangkan kompetensi dan
yang merupakan anggota talent pool, kemudian personality bisa dilakukan dengan program
kelompok B yang bisa dikatakan sebagai pengembangan pribadi dan melalui project
kelompok pegawai ‘biasa’ dan kelompok assignment atau rotasi (tour of duty). Selain
C yang bisa dikatakan kelompok pegawai itu juga dibutuhkan pengembangan melalui
yang memerlukan penanganan masalah. developmental coaching, yaitu mengajari
Berdasarkan tiga pengelompokan tersebut akan bagaimana melaksanakan suatu tugas/
menentukan kebutuhan pengembangannya. pekerjaan (pembimbingan) yang bertujuan
Namun demikian ada metode pengembangan untuk membuat pegawai yang di-coach merasa
yang bersifat umum yang diperlukan untuk termotivasi dalam melangkah ke masa depan,
mentoring yaitu pemberian nasihat oleh mentor, besar kelompok ini akan diarahkan untuk
dan mentor ini menjadi tempat bagi pegawai menjadi spesialis atau JFT.
untuk menguji gagasan atau ide, asumsi dan Program pengembangan yang
sebagainya. Program rotasi juga diperlukan utama bagi kelompok C ini adalah konseling
oleh talenta dalam talent pool. Rotasi atau (counseling). Konseling adalah memberikan
tour of duty akan memberikan pengalaman pendapat mengenai kendala-kendala personal
yang luas dan mendalam untuk membentuk yang dapat mengganggu pegawai dalam
pengetahuan tentang organisasi. melaksanakan pekerjaan dan mencapai
Pengembangan kelompok B di- kinerja. Program improvemet coaching juga
fokuskan pada upaya untuk meningkatkan diperlukan untuk meningkatkan kinerja yang
dan juga menambah variasi pengetahuan dan sebagian masih di bawah standar.
keterampilan yang dikuasai. Karena pegawai
yang termasuk dalam kelompok ini termasuk Mempertahankan Talenta
pegawai yang memiliki kinerja yang tinggi, Isu utama dalam manajemen talenta
sehingga diupayakan suatu program yang adalah menjaga agar pegawai bertalenta
mendorong pegawai untuk mempertahankan tetap berada dalam dua faktor utama yang
kinerjanya. Pegawai yang demikian pada mendorong talenta untuk bertahan dalam
dasarnya adalah tulang punggung organisasi, organisasi adalah faktor kompensasi dan
sehingga perlu dipertahankan dengan pengembangan karier. Setelah mengem-
diarahkan untuk menjadi spesialis atau bangkan talentanya, organisasi perlu
pejabat fungsional tertentu (JFT), karena menyusun suatu program retensi talenta
dengan menjadi JFT, kinerjanya akan terukur yang berfokus pada pengembangan karier
dan digunakan sebagai poin untuk mencapai pegawai. Program tersebut mencakup
level dan pangkat selanjutnya. Kelompok penerapan pola karier dan sistem suksesi
spesialis atau fungsional ini yang nantinya akan (succession planning). Talent pool yang telah
menjadi partner bagi pejabat struktural dalam terbentuk akan menjadi salah satu kunci
memajukan organisasi. dalam perencanaan suksesi. Pola karier
Dalam kelompok B juga terdapat adalah mengatur pergerakan karier pegawai
pegawai yang memiliki potensi tinggi tetapi dengan usaha untuk mengedepankan antara
belum dapat menunjukkan kinerjanya. Pegawai kebutuhan organisasi dengan perencanaan
seperti ini biasanya adalah pegawai baru yang karier pegawai, sedangkan perencanaan
masih membutuhkan waktu, adaptasi dan suksesi biasanya hanya digunakan untuk
bimbingan (coaching) untuk menampilkan promosi pejabat struktural level atas (eselon
kinerja yang unggul. Jika pegawai-pegawai ini I dan II). Namun tidak menutup kemungkinan
masih berusia muda, bisa diberikan kesempatan juga ke depan perencanaan suksesi untuk
untuk meningkatkan pendidikan formal maupun semua tingkat struktural. Untuk itu perlu
training. Namun demikian, pegawai yang telah diidentifikasi talent pool untuk jenjang struktural
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, perlu tertinggi (eselon I) yang terdiri dari pejabat
dipikirkan untuk pengembangan kariernya. eselon II yang memiliki kemampuan dan
Sebagian dari kelompok ini jika diberikan potensi untuk menduduki jabatan eselon I,
program pengembangan yang tepat akan dan talent pool kedua yang terdiri dari pejabat
masuk talent pool. Tetapi bisa juga sebagian eselon III yang berpotensi menggantikan