PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian NGO (Non Govermental Organization)/ LSM secara umum dan
dalam IPTEK mutakhir pangan, gizi, dan kesehatan?
2. Apa saja klasifikasi dari NGO (Non Govermental Organization) ?
3. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari NGO (Non Govermental Organization) ?
4. Apa saja program pemerintah di bidang pangan, gizi dan kesehatan yang
dilaksanakan oleh NGO (Non Govermental Organization)?
5. Apa saja IPTEK mutakhir terkini dari NGO (Non Govermental Organization) ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian NGO (Non Govermental Organization)/ LSM secara
umum dan dalam IPTEK mutakhir pangan, gizi, dan kesehatan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari NGO (Non Govermental Organization).
3. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari NGO (Non Govermental
Organization.
4. Untuk mengetahui apa saja program pemerintah di bidang pangan, gizi dan
kesehatan yang dilaksanakan oleh NGO (Non Govermental Organization).
5. Untuk mengetahui IPTEK mutakhir terkini dari NGO (Non Govermental
Organization).
2
BAB II
ISI
Selain itu NGO dapat pula dikelompokkan berdasarkan orientasi dan tingkat
operasi:
A. Berdasarkan Orientasi
1) Orientasi Amal (Charitable), sering melibatkan kerja pola top-down dengan
sedikit partisipasi penerima manfaat. Kegiatan NGO diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan makanan pada orang miskin, pakaian dan obat-obatan,
perumahan, sekolah, dll. NGO ini dapat juga melakukan aktifitas bantuan pada
bencana alam atau bencana akibat perbuatan manusia.
2) Orientasi pelayanan, mencakup NGO yang aktifitasnya berupa penyediaan jasa
pelayanan kesehatan, perencanaan keluarga atau pelayanan pendidikan yang
programnya dirancang oleh NGO dan masyarakat diharapkan berpartisipasi
dalam implementasinya dan dalam penerimaan layanannya.
3) Orientasi partisipasi, dicirikan dengan proyek kelola sendiri (self-help projects)
dimana penduduk setempat dilibatkan dalam implementasi proyek dengan cara
memberi bantuan uang tunai, peralatan, lahan, bahan-bahan, tenaga kerja, dll.
Dalam proyek pengembangan masyarakat yang klasik, partisipasi dimulai
4
dengan identifikasi kebutuhan dan dilanjutkan kepada tahap perencanaan dan
implementasi.
4) Orientasi pemberdayaan tujuannya adalah membantu orang miskin untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor sosial,
politik, dan ekonomi yang mempengaruhi kehidupan mereka, dan untuk
meningkatkan kesadaran mereka akan kekuatan potensial yang mereka miliki
untuk mengendalikan kehidupan mereka. Kadang-kadang, kelompok ini
berkembang secara spontan akibat adanya suatu masalah atau isu, dan NGO
memainkan peranan fasilitasi dalam perkembangan mereka.
B. Berdasarkan tingkatan operasi
1) Organisasi berbasis masyarakat muncul dari inisiatif orang-orang itu sendiri. Ini
dapat mencakup klub olahraga, organisasi perempuan, organisasi jiran,
organisasi agama atau pendidikan. Ada banyak variasi dari jenis ini. Sebagian
didukung oleh NGO, atau badan bilateral atau internasional, dan yang lainnya
independen dari bantuan pihak luar. Sebagian bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat miskin kota atau membantu mereka memahami hak-hak
mereka dalam memperoleh akses kepada layanan yag dibutuhkan sementara
yang lain terlibat dalam penyediaan layanan itu sendiri.
2) Organisasi perkotaan (Citywide Organizations) mencakup organisasi seperti
Rotary atau Lion’s Club, kamar dagang dan industri, koalisi bisnis, kelompok
etnis dan pendidikan dan asosiasi organisasi masyarakat. Sebagian berdiri untuk
tujuan tertentu namun menjadi terlibat dalam membantu orang miskin sebagai
satu dari banyak kegiatannya, sementara yang lain dibentuk untuk tujuan khusus
yaitu membantu orang miskin.
3) NGO nasional mencakup organisasi seperti Palang Merah (Red Cross),
organisasi profesi, dll. Sebagian di antaranya memiliki cabang di suatu negara
dan membantu NGO setempat.
4) NGO internasional mulai dari badan sekuler seperti organisasi Save the
Children, OXFAM, CARE, Ford and Rockefeller Foundations hingga kelompok
yang didasarkan oleh agama. Kegiatan mereka bervariasi dari pencariaan dana
hingga implementasi proyek.
5
2.3 Kekuatan dan Kelemahan Non Govermental Organization
Karena sifat dan kualitas masing-masing NGO sangat bervariasi, maka sangat
sulit untuk mengeneralisasikan sektor ini secara keseluruhan. Namun, terlepas dari
berbagai variasi tersebut, beberapa kekuatan dari sektor NGO adalah sbb:
1. Jaringan yang kuat.
2. Kemampuan melakukan inovasi dan beradaptasi, fleksibel dalam mengadaptasi
situasi setempat dan merespon terhadap kebutuhan setempat dan oleh karenanya
mampu mengembangkan proyek-proyek yang terintegarasi dan juga proyek-
proyek sektoral.
3. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan dan
menciptakan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif;
5. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan;
6. Efektifitas biaya.
7. Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari tetangga terdekat
hingga tingkat tertinggi pada pemerintahan.
8. Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.
6
bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir
tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat
pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh
dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium (MDGs)
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin
dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat
kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi
2
kematian anak balita hingga , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang
3
tidak memiliki akses air bersih.
Deklarasi Millennium PBB (MDGs) memiliki 8 program yang disepakati oleh
PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) sebagai program bersama. Delapan program
MDGs tersebut diantaranya :
1. Memberantas kelaparan dan kemiskinan yang ekstrim
meningkatkan pendapatan populasi dunia dalam sehari,
menurunkan angka kemiskinan),
2. Memperoleh pendidikan dasar,
3. Mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan,
4. Mengurangi jumlah kematian anak
2
mengurangi , tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun),
3
5. Meningkatkan kesehatan maternal/kesehatan ibu
2
mengurangi rasio kematian ibu dalam proses melahirkan,
3
memulainya program jampersal (jaminan persalinan) gratis,
menghidupkan kembali Posyandu (pusat pelayanan terpadu) dan
dijadikan tempat untuk media sosialisasi program MDGs.
6. Memerangi infeksi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria
dan penyakit berat lainnya.
penguatan Pokja AIDS sektor kesehatan,
penguatan kapasitas manajemen dan teknis program di semua tingkatan,
Penguatan/pengembangan sistem informasi dan surveilans,
7
pengembangan kolaborasi TB-HIV,
penguatan sistem distribusi logistik,
penerapan PITC (Provider Initiative Testing and Counseling), dan
pengembangan fasilitas layanan konseling, diagnostik dan pengobatan
7. Menjamin kelangsungan lingkungan hidup,
8. Mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan.
Dari delapan program tersebut tiga diantaranya adalah program yang berkaitan
dengan bidang kesehatan, lebih khususnya adalah kesehatan ibu dan anak. Indonesia
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap program MDGs di bidang kesehatan. Hal
ini terlihat dari respon kementerian kesehatan yang langsung membuat kebijakan
tambahan di bidang kesehatan. Melalui program Ditjen Bina Kesmas, Kementerian
Kesehatan RI menambah lima tambahan sasaran utama MDGs yaitu :
1. meningkatkan cakupan antenatal,
2. meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih,
3. meningkatkan cakupan neonatal,
4. meningkatkan prevalensikurang gizi pada balita, dan
5. meningkatkan tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas.
8
NGO dan pemerintah) berada dalam satu ruang bersama untuk bisa membangun
soliditas kelompok.
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium
MDGs pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus
menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs
seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan
gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar.
9
WFP diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai sentra pembelian bahan pangan
bantuan, di antaranya, beras, jagung, dan minyak sawit.
Dalam hal ini, WFP (World Food Program /WFP) diharapkan untuk
melaksanakan program penguatan ketahanan pangan di sejumlah provinsi Indonesia,
meningkatkan manajemen penguatan program beras untuk rakyat miskin (raskin), serta
memperkuat sistem logistik dari Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana di
Indonesia.
Apa saja yang anda butuhkan? Kekuatan apa yang anda miliki?
Dalam satu wilayah yang mengalami masalah gizi buruk, tentu ada satu atau dua
yang masih sehat. Wilayah yang sehat itu pasti punya ‘positive deviance’ yang bisa
ditularkan. Sebagai contoh, kebiasaan makan siput sebagai salah satu perilaku
menyimpang yang positif. Dalam satu kasus yang ditemukan di Cianjur Jawa Barat,
anak yang mengonsumsi siput sawah tetap sehat meski anak-anak lain di lingkungannya
mengalami gizi buruk.
Perilaku menyimpang di tiap daerah bisa berbeda, misalnya ada satu kasus di
wilayah lain yang anaknya tetap sehat karena banyak makan teri. Di wilayah lainnya
10
lagi, ada yang menambahkan santan saat memberi makan sayur pada anaknya sehingga
tidak kena gizi buruk. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu diidentifikasi, kemudian
ditularkan melalui program yang sesuai dengan NGO atau LSM tersebut.
Positif Deviance merupakan pendekatan yang tradisional untuk menemukan
prilaku-prilaku sehat dari komunitas mereka sendiri dan konsumsi makanan bergizi
yang ada di lingkungan mereka sendiri, yaitu dari keluarga miskin yang punya anak
sehat. Perilaku sehat itu dapat berupa konsumsi makanan bergizi, perawatan anak yang
baik, pengasuhan yang baik, pengolahan bahan makanan yang baik dan prilaku-prilaku
sehat lainnya. Di Pos Rehabilitasi Gizi, nantinya ibu PD (ibu yang memiliki balita sehat
dari keluarga miskin) akan melakukan sharing dengan ibu-ibu peserta pos (ibu-ibu yang
memiliki bayi dan balita dengan gizi yang buruk dan gizi kurang) sehingga ibu-ibu
tersebut dapat belajar dari ibu PD. Dengan kata lain, mereka melihat dan belajar dari
yang telah ada dan dari komunitas mereka sendiri yang sama dan sederajat.
Positif Deviance merupakan pendekatan yang sangat baik bagi masyarakat
menengah ke bawah (apalagi miskin) terutama dari segi konsumsi, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan bergizi yang bahan makanan tersebut sangat banyak dijumpai
di lingkungan mereka sendiri. Di samping aman, mudah, murah, ia juga bergizi dan
sehat. Jadi, miskin bukan halangan lagi untuk hidup sehat.
Jadi Positive Deviance lebih efektif dari pada banyak program perbaikan gizi
dengan cara instan akhirnya menyerang balik lembaga donor. Contohnya adalah
pemberian makanan gratis alias makanan tambahan. Masyarakat akan selalu terbiasa
mendapatkan bantuan langsung tanpa harus bekerja lebih giat lagi. Ini sungguh
merupakan kontra produktif dengan pemberdayaan.
Perbaikan gizi dengan model pemberian makanan tambahan, MP-ASI dan
sejenisnya dimana masyarakat tidak memiliki sumberdaya didalamnya sebagai bahan
baku, maka itu hanya berujung ketergantungan. Masalahnya pemerintah tidak mungkin
memiliki cukup uang untuk membiayai seluruh makanan anak miskin di negeri ini. Jadi
sebaiknya kita sadar diri bahwa uang bukan segalanya dalam mengatasi masalah gizi
buruk di negeri ini.
11
2.5 Daftar NGO (Non Govermental Organization) Internasional Di Indonesia
Berikut ini beberapa contoh NGO yang ada di Indonesia :
12
Médecins du Monde (MdM) memiliki tujuan untuk
Medicins Du Monde berkontribusi dalam peningkatan akses Kesehatan
6
(MDM) Seksual dan Reproduksi (Kespro) bagi masyarakat di
kabupaten Puncak Jaya.
13
BAB III
PEMBAHASAN IPTEK MUTAKHIR TERKINI
Dalam kehidupan bernegara pemerintah tidak hanya bekerja sendiri, tetapi bekerja sama
dengan Lembaga Non Pemerintah/NGO. NGO (Non Govermental Organization) berperan
penting dalam Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur, Mendukung inovasi, ujicoba
dan proyek percontohan, Memfasilitasi komunikasi, Bantuan teknis dan pelatihan,
Penelitian, Monitoring dan Evaluasi , Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin.
Beberapa program-program NGO dalam bidang Pangan, Gizi, dan kesehatan tersebut
mendukung kegiatan yang ada di Pemerintah. Berikut ini contoh NGO (Non Govermental
Organization) dan Programnya di suatu wilayah tertentu yaitu sebagai berikut :
14
3) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan (Comprehensive Health
Improvement Program Province Specific -CHIPPS-) bertujuan untuk
meningkatkan tingkat kesehatan dan status gizi masyarakat, menurunkan tingkat
kematian bayi, serta meningkatkan status kesehatan gizi ibu dan anak balita.
15
7) Program KIP (Kampung Improvement Project)
Pengalaman YIS dalam program ini yaitu ikut terlibat sebagai Pengembang
Masyarakat dalam Proyek MHT III DKI Jakarta dalam rangka penanganan
permukiman kumuh dan miskin di DKI Jakarta dari tahun 1989-1999. Dalam
pelaksanaannya, program ini menggunakan pendekatan sebagai berikut :
Community Based
Integrated Tribina (Sosial, Ekonomi, Fisik)
Community Development (CD) and Community Organization Economic
Development (COED)
Adanya LSM sebagai advokasi warga masyarakat dan pendamping
Tahapan Program : Pengorganisasian, Stabilisasi, dan Alih Kelola
Kegiatan :
1) Pemberdayaan masyarakat dalam memperkuat cadangan pangan.
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD).
Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan Lumbung
Pangan Masyarakat Desa.
Pengembangan Lembaga Cadangan Pangan Pemerintahan Desa.
16
Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan Lembaga
Cadangan Pangan Pemerintahan Desa.
Analisis situasi ketersediaan, distribusi, konsumsi dan status gizi
masyarakat.
Inventarisasi sumber pangan potensial bagi masyarakat.
17
Pengembangan model keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan
PMT-AS.
Penyusunan menu makanan tambahan anak sekolah berbasis bahan
pangan lokal.
Sosialisasi pelaksanaan PMT-AS bagi aparat dan masyarakat.
Lomba PMT-AS.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
NGO atau LSM adalah organisasi swasta yang menjalankan kegiatan yang
bersifat membantu pemerintah dalam membangun dan memajukan daerah tertentu dan
meringankan masalah/menyelesaikan masalah yang ada di sekitar masyarakat.
NGO memiliki peran penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa. Ini
disebabkan karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan pemerintah untuk
masyarakat disalurkan melalui NGO.
Program-program yang direalisasikan oleh NGO guna membantu pemerintah
khususnya dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan antara lain :
Sub program yang termasuk kedalam program induk MDGs.
WFP (World Food Programme)
Positif Deviance
Program Dana Sehat
Program Kesehatan Mayarakat Terpadu
Dan masih banyak program-program yang lainnya.
Karena sifat dan kualitas masing-masing NGO sangat bervariasi, maka sangat
sulit untuk mengeneralisasikan sektor ini secara keseluruhan. Namun, terlepas dari
berbagai variasi tersebut, beberapa kekuatan dari sektor NGO adalah sebagai berikut:
Jaringan yang kuat, kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.
NGO juga mempunyai beberpa kelemahan-kelemahan, antara lain: Keterbatasan
keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah), Intervensi dalam skala yang kecil, dan
Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.
4.2 Saran
Perlukan adanya pembentukan-pembentukan NGO/LSM di wilayah yang tidak
terjangkau atau memperluas area yang ditangani oleh NGO guna memperbaiki dan
membangun program yang tepat guna bagi masyarakat sekitar.
19