Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari teknologi ataupun
sebaliknya, teknologi tidak dapat terlepas dari manusia, teknologi itu hanya ada karena
diciptakan oleh manusia. Kemampuan berpikir manusia yang sistematis, analitis,
mendalam dan berjangka panjang menghasilkan ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan
melahirkan teknologi, yaitu cara-cara berdasar ilmu untuk menghasilkan barang atau
jasa.
Manusia memanfaatkan teknologi untuk menyempurnakan proses-proses nilai
tambah yaitu proses-proses merubah bahan mentah dan barang-barang setengah jadi
menjadi barang-barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Teknologi penting
karena merupakan penggerak utama proses nilai tambah tersebut. Sedangkan proses
nilai tambah itu sendiri merupakan proses kompleks yang berjalan terus menerus dan
hanya dapat dikatakan berhasil jika pemanfaatan mesin-mesin, ketrampilan manusia,
dan material sepenuhnya dapat di integrasi oleh teknologi sehingga menghasilkan
produk barang dan jasa yang bernilai lebih tinggi dari nilai material dan masukkan
lainnya.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terasa semakin
cepat, khususnya di bidang pangan, gizi dan kesehatan. Berkembangnya IPTEK
dibidang pangan, gizi dan kesehatan ditandai dengan banyaknya program pemerintah
yang mengutamakan pelayanan kesehatan misalnya modifikasi bahan pangan yang
murah dirubah menjadi makanan yang sehat dan enak, cara mengembangkan
produktivitas bahan pangan dengan metode dan peralatan yang canggih serta fasilitas
dan sarana prasarana kesehatan yang disediakan pemerintah sebagai program kerja
untuk melayani masyarakat. Selain itu masih banyak kerjasama antar lembaga
kesehatan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Contohnya lembaga swadaya
masyarakat (LSM) atau yang biasa disebut NGO (Non Govermental Organization)

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian NGO (Non Govermental Organization)/ LSM secara umum dan
dalam IPTEK mutakhir pangan, gizi, dan kesehatan?
2. Apa saja klasifikasi dari NGO (Non Govermental Organization) ?
3. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari NGO (Non Govermental Organization) ?
4. Apa saja program pemerintah di bidang pangan, gizi dan kesehatan yang
dilaksanakan oleh NGO (Non Govermental Organization)?
5. Apa saja IPTEK mutakhir terkini dari NGO (Non Govermental Organization) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian NGO (Non Govermental Organization)/ LSM secara
umum dan dalam IPTEK mutakhir pangan, gizi, dan kesehatan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari NGO (Non Govermental Organization).
3. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari NGO (Non Govermental
Organization.
4. Untuk mengetahui apa saja program pemerintah di bidang pangan, gizi dan
kesehatan yang dilaksanakan oleh NGO (Non Govermental Organization).
5. Untuk mengetahui IPTEK mutakhir terkini dari NGO (Non Govermental
Organization).

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian NGO (Non Govermental Organization)


  NGO adalah organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan
penderitaan, mengentaskan kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan
layanan sosial dasar atau melakukan kegiatan pengembangan masyarakat.
NGO (Non Govermental Organization) pada umumnya adalah organisasi berbasis
nilai (value-based organizations) yang bergantung kepada, baik sebagian atau
keseluruhan, bantuan amal (charitable donations) dan pelayanan sukarela (voluntary
service). NGO memiliki peran penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa.
Ini disebabkan karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan pemerintah
untuk masyarakat disalurkan melalui NGO.
IPTEK mutakhir pangan, gizi dan kesehatan merupakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang dirancang untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat. Dimulai dari
pengadaan bahan pangan, pengembangan sampai distribusi ke masyarakat. Melalui
bahan pangan yang tersedia di pelajarilah mengenai kandungan gizi dan manfaat yang
terdapat dalam bahan pangan tersebut untuk tubuh dan kelangsungan hidup manusia
yang pada akhirnya menjadi acuan untuk taraf kesehatan masyarakat tersebut.
Untuk memenuhi tujuan tersebut diperlukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang mutakhir, canggih, efisien dan efektif sehingga dapat membantu mempermudah
tercapainya kesejahteraan masyarakat. Selain itu diperlukan program-program yang
mendukung dibidang pangan, gizi dan kesehatan yang dilakukan pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat yang ada.

2.2 Klasifikasi NGO (Non Govermental Organization)


Klasifikasi NGO menurut World Bank dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
Operasional dan Advokasi.
A. NGO Operasional
Tujuan utamanya adalah perancangan dan implementasi proyek
pengembangan. Kelompok ini menggerakkan sumber daya dalam bentuk keuangan,
material atau tenaga relawan, untuk menjalankan proyek dan program mereka.
Proses ini umumnya membutuhkan organisasi yang kompleks. NGO operasional ini
masih dapat dibagi atas 3 kelompok besar:
3
1) Organisasi berbasis masyarakat – yang melayani suatu populasi khusus
dalam suatu daerah geografis yang sempit;
2) Organisasi Nasional – yang beroperasi dalam sebuah negara yang sedang
berkembang,
3) Organisasi Internasional – yang pada dasarnya berkantor pusat di negara
maju dan menjalankan operasi di lebih dari satu negara yang sedang
berkembang.
B. NGO Advokasi
Tujuan utamanya adalah mempertahankaan atau memelihara suatu isu khusus
dan bekerja untuk mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah untuk atau
atas isu itu. Berlawanan dengan manajemen proyek operasional, organisasi ini pada
dasarnya berusaha untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan pengetahuan
dengan melakukan lobi, kegiatan pers dan kegiatan-kegiatan aktivis. NGO ini pada
dasarnya bekerja melalui advokasi atau kampanye atas suatu isu dan tidak
mengimplementasikan program. Kelompok ini menjalankan fungsi yang hampir
sama dengan kelompok operasional, namun dengan tingkatan dan komposisi yang
berbeda. Pencarian dana masih perlu namun dengan ukuran yang lebih kecil.

Selain itu NGO dapat pula dikelompokkan berdasarkan orientasi dan tingkat
operasi:
A. Berdasarkan Orientasi
1) Orientasi Amal (Charitable), sering melibatkan kerja pola top-down dengan
sedikit partisipasi penerima manfaat. Kegiatan NGO diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan makanan pada orang miskin, pakaian dan obat-obatan,
perumahan, sekolah, dll. NGO ini dapat juga melakukan aktifitas bantuan pada
bencana alam atau bencana akibat perbuatan manusia.
2) Orientasi pelayanan, mencakup NGO yang aktifitasnya berupa penyediaan jasa
pelayanan kesehatan, perencanaan keluarga atau pelayanan pendidikan yang
programnya dirancang oleh NGO dan masyarakat diharapkan berpartisipasi
dalam implementasinya dan dalam penerimaan layanannya.
3) Orientasi partisipasi, dicirikan dengan proyek kelola sendiri (self-help projects)
dimana penduduk setempat dilibatkan dalam implementasi proyek dengan cara
memberi bantuan uang tunai, peralatan, lahan, bahan-bahan, tenaga kerja, dll.
Dalam proyek pengembangan masyarakat yang klasik, partisipasi dimulai

4
dengan identifikasi kebutuhan dan dilanjutkan kepada tahap perencanaan dan
implementasi.
4) Orientasi pemberdayaan tujuannya adalah membantu orang miskin untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor sosial,
politik, dan ekonomi yang mempengaruhi kehidupan mereka, dan untuk
meningkatkan kesadaran mereka akan kekuatan potensial yang mereka miliki
untuk mengendalikan kehidupan mereka. Kadang-kadang, kelompok ini
berkembang secara spontan akibat adanya suatu masalah atau isu, dan NGO
memainkan peranan fasilitasi dalam perkembangan mereka.
B. Berdasarkan tingkatan operasi
1) Organisasi berbasis masyarakat muncul dari inisiatif orang-orang itu sendiri. Ini
dapat mencakup klub olahraga, organisasi perempuan, organisasi jiran,
organisasi agama atau pendidikan. Ada banyak variasi dari jenis ini. Sebagian
didukung oleh NGO, atau badan bilateral atau internasional, dan yang lainnya
independen dari bantuan pihak luar. Sebagian bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat miskin kota atau membantu mereka memahami hak-hak
mereka dalam memperoleh akses kepada layanan yag dibutuhkan sementara
yang lain terlibat dalam penyediaan layanan itu sendiri.
2) Organisasi perkotaan (Citywide Organizations) mencakup organisasi seperti
Rotary atau Lion’s Club, kamar dagang dan industri, koalisi bisnis, kelompok
etnis dan pendidikan dan asosiasi organisasi masyarakat. Sebagian berdiri untuk
tujuan tertentu namun menjadi terlibat dalam membantu orang miskin sebagai
satu dari banyak kegiatannya, sementara yang lain dibentuk untuk tujuan khusus
yaitu membantu orang miskin.
3) NGO nasional mencakup organisasi seperti Palang Merah (Red Cross),
organisasi profesi, dll. Sebagian di antaranya memiliki cabang di suatu negara
dan membantu NGO setempat.
4) NGO internasional mulai dari badan sekuler seperti organisasi Save the
Children, OXFAM, CARE, Ford and Rockefeller Foundations hingga kelompok
yang didasarkan oleh agama. Kegiatan mereka bervariasi dari pencariaan dana
hingga implementasi proyek.

5
2.3 Kekuatan dan Kelemahan Non Govermental Organization
Karena sifat dan kualitas masing-masing NGO sangat bervariasi, maka sangat
sulit untuk mengeneralisasikan sektor ini secara keseluruhan. Namun, terlepas dari
berbagai variasi tersebut, beberapa kekuatan dari sektor NGO adalah sbb:
1. Jaringan yang kuat.
2. Kemampuan melakukan inovasi dan beradaptasi, fleksibel dalam mengadaptasi
situasi setempat dan merespon terhadap kebutuhan setempat dan oleh karenanya
mampu mengembangkan proyek-proyek yang terintegarasi dan juga proyek-
proyek sektoral.
3. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan dan
menciptakan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif;
5. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan;
6. Efektifitas biaya.
7. Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari tetangga terdekat
hingga tingkat tertinggi pada pemerintahan.
8. Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.

Kelemahan-kelemahan yang paling umum dari sektor ini adalah:


1. Keterbatasan keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah)
2. Keterbatasan kapasitas institusi/kelembagaan;
3. Tertutupnya/kurangnya komunikasi intern organisasi dan/atau koordinasi;
4. Intervensi dalam skala yang kecil;
5. Kurangnya pemahaman akan konteks sosial ekonomi yang lebih luas;
6. Sikap terpola (paternalistic) membatasi tingkat keterlibatan partisipatif dalam
desain program/proyek.
7. Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.
8. “Kepemilikan teritorial” dari suatu daerah atau proyek mengurangi kerjasama
antara badan-badan, terlihat seperti ancaman atau adanya persaingan.

2.4 Program-program NGO (Non Govermental Organization)


A. Program-program Non Govermental Organization di Bidang Kesehatan
Program Non Govermental Organization di Bidang Kesehatan yaitu MDGs.
MDGs (Millennium Development Goals) merupakan Deklarasi Milenium hasil
kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-

6
bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir
tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat
pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh
dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium (MDGs)
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin
dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat
kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi
2
kematian anak balita hingga , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang
3
tidak memiliki akses air bersih.
Deklarasi Millennium PBB (MDGs) memiliki 8 program yang disepakati oleh
PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) sebagai program bersama. Delapan program
MDGs tersebut diantaranya :
1. Memberantas kelaparan dan kemiskinan yang ekstrim
 meningkatkan pendapatan populasi dunia dalam sehari,
 menurunkan angka kemiskinan),
2. Memperoleh pendidikan dasar,
3. Mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan,
4. Mengurangi jumlah kematian anak
2
 mengurangi , tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun),
3
5. Meningkatkan kesehatan maternal/kesehatan ibu
2
 mengurangi rasio kematian ibu dalam proses melahirkan,
3
 memulainya program jampersal (jaminan persalinan) gratis,
 menghidupkan kembali Posyandu (pusat pelayanan terpadu) dan
dijadikan tempat untuk media sosialisasi program MDGs.
6. Memerangi infeksi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
 menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria
dan penyakit berat lainnya.
 penguatan Pokja AIDS sektor kesehatan,
 penguatan kapasitas manajemen dan teknis program di semua tingkatan,
 Penguatan/pengembangan sistem informasi dan surveilans,
7
 pengembangan kolaborasi TB-HIV,
 penguatan sistem distribusi logistik,
 penerapan PITC (Provider Initiative Testing and Counseling), dan
 pengembangan fasilitas layanan konseling, diagnostik dan pengobatan
7. Menjamin kelangsungan lingkungan hidup,
8. Mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan.

Dari delapan program tersebut tiga diantaranya adalah program yang berkaitan
dengan bidang kesehatan, lebih khususnya adalah kesehatan ibu dan anak. Indonesia
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap program MDGs di bidang kesehatan. Hal
ini terlihat dari respon kementerian kesehatan yang langsung membuat kebijakan
tambahan di bidang kesehatan. Melalui program Ditjen Bina Kesmas, Kementerian
Kesehatan RI menambah lima tambahan sasaran utama MDGs yaitu :

1. meningkatkan cakupan antenatal,
2. meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih,
3. meningkatkan cakupan neonatal,
4. meningkatkan prevalensikurang gizi pada balita, dan
5. meningkatkan tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas.

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai


dari tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun
pemerintah memiliki komitmen untuk mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan
kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak
swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar
untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan.
Respon cepat dengan mempetakan MDGs bidang kesehatan dalam program-
program yang langsung menyasar kepada kebutuhan ibu dan anak menunjukkan
bahwa pemerintah mencoba menempatkan program MDGs sebagai prioritas program.
Ikut terlibat secara aktif masyarakat maupun NGO dalam MDGs bidang kesehatan,
semakin memberi kesempatan kepada tiga kelompok sosial yang berbeda (Masyarakat,

8
NGO dan pemerintah) berada dalam satu ruang bersama untuk bisa membangun
soliditas kelompok. 
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium
MDGs pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus
menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs
seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan
gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar.

B. Program Non Govermental Organization di Bidang Pangan


WFP (World Food Programme) atau Program Pangan Dunia memberikan
bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang untuk program pangan
di negara-negara berkembang. WFP (World Food Programme) merupakan agensi yang
didanai secara sukarela, oleh karena itu agensi ini bergantung pada sumbangan dari
pemerintah dan pribadi. Program-programnya menekanankan pengembangan pelayanan
masyarakat untuk mempromosikan program pangan.
Salah satu program Non Govermental Organization di Bidang Pangan yaitu
MDGs (pembangunan milenium). Peluncuran rencana aksi ini sesuai dengan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010 mengenai program pembangunan berkeadilan
dalam upaya mencapai tujuan pembangunan milenium (MDGs). Penyusunan RAN-PG
(Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi) tahun 2011-2015 adalah program lima tahunan
pemerintah sejak 2001 lalu. Rencana aksi tersebut diharapkan dapat menjembatani
pencapaian MDGs yang telah ditetapkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) 2010-2014. Yakni, menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak
berusia bawah lima tahun atau balita.
RAN-PG juga akan menjadi panduan pelaksanaan pembangunan pangan dan gizi
bagi institusi pemerintah, organisasi non-pemerintah, institusi swasta, masyarakat dan
pelaku lain baik pada tataran nasional, provinsi, maupun kabupaten.
Program Pangan Dunia (World Food Program /WFP) berharap Indonesia terus
memperkuat perannya dalam isu ketahanan pangan dunia di berbagi forum
multilateral. WFP (World Food Program /WFP) merupakan lembaga bantuan
kemanusian PBB terbesar di dunia, khususnya dalam hal bantuan pangan dan nutrisi.
Biskuit bergizi (fortified biscuits) yang diproduksi Indonesia terbukti efektif dan
menjadi bagian dari paket bantuan kemanusian WFP ketika terjadi banjir di Filipina.

9
WFP diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai sentra pembelian bahan pangan
bantuan, di antaranya, beras, jagung, dan minyak sawit.
Dalam hal ini, WFP (World Food Program /WFP) diharapkan untuk
melaksanakan program penguatan ketahanan pangan di sejumlah provinsi Indonesia,
meningkatkan manajemen penguatan program beras untuk rakyat miskin (raskin), serta
memperkuat sistem logistik dari Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana di
Indonesia.

C. Program Non Govermental Organization di Bidang Gizi


Salah satu program NGO yang digunakan di Indonesia untuk mengurangi gizi
buruk adalah dengan Positive Deviance. Positif Deviance adalah pendekatan yang
didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan yang dianggap menyimpang atau unik di suatu
wilayah, meski diistilahkan menyimpang, penyimpangannya tidak mengarah ke hal
yang negatif melainkan ke arah positif.
Cara pendekatannya ada 2 yaitu:

Pendekatan Tradisional Pendekatan PKP/POS Gizi

Apa saja yang anda butuhkan? Kekuatan apa yang anda miliki?

Ada masalah apa? Hal apa yang dapat dikerjakan disini?

Apa yang dapat kami sediakan? Apa sajakah sumber-sumber anda?

Hal apakah yang baik dalam masyarakat


Apa yang kurang dari masyarakat?
anda?
Hal apakah yang bisa dijadikan dasar
Apa yang kurang disini?
untuk membangun?

Dalam satu wilayah yang mengalami masalah gizi buruk, tentu ada satu atau dua
yang masih sehat. Wilayah yang sehat itu pasti punya ‘positive deviance’ yang bisa
ditularkan. Sebagai contoh, kebiasaan makan siput sebagai salah satu perilaku
menyimpang yang positif. Dalam satu kasus yang ditemukan di Cianjur Jawa Barat,
anak yang mengonsumsi siput sawah tetap sehat meski anak-anak lain di lingkungannya
mengalami gizi buruk.
Perilaku menyimpang di tiap daerah bisa berbeda, misalnya ada satu kasus di
wilayah lain yang anaknya tetap sehat karena banyak makan teri. Di wilayah lainnya
10
lagi, ada yang menambahkan santan saat memberi makan sayur pada anaknya sehingga
tidak kena gizi buruk. Kebiasaan-kebiasaan seperti itu diidentifikasi, kemudian
ditularkan melalui program yang sesuai dengan NGO atau LSM tersebut.
Positif Deviance merupakan pendekatan yang tradisional untuk menemukan
prilaku-prilaku sehat dari komunitas mereka sendiri dan konsumsi makanan  bergizi
yang ada di lingkungan mereka sendiri, yaitu dari keluarga miskin yang punya anak
sehat. Perilaku sehat itu dapat berupa  konsumsi makanan bergizi, perawatan anak yang
baik, pengasuhan yang baik, pengolahan bahan makanan yang baik  dan prilaku-prilaku
sehat lainnya. Di Pos Rehabilitasi Gizi, nantinya ibu PD (ibu yang memiliki balita sehat
dari keluarga miskin) akan melakukan sharing dengan ibu-ibu peserta pos (ibu-ibu yang
memiliki bayi dan balita dengan  gizi yang  buruk dan gizi kurang) sehingga ibu-ibu
tersebut dapat belajar dari ibu PD. Dengan kata lain,  mereka melihat dan belajar dari
yang telah ada dan dari komunitas  mereka sendiri yang sama dan sederajat.
Positif Deviance merupakan pendekatan yang sangat baik bagi masyarakat
menengah ke bawah (apalagi miskin) terutama dari segi konsumsi, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan bergizi yang bahan  makanan tersebut sangat banyak dijumpai
di lingkungan mereka sendiri. Di samping aman, mudah, murah, ia juga bergizi dan
sehat. Jadi, miskin bukan halangan lagi untuk hidup sehat.
Jadi Positive Deviance lebih efektif dari pada banyak program perbaikan gizi
dengan cara instan akhirnya menyerang balik lembaga donor. Contohnya adalah
pemberian makanan gratis alias makanan tambahan. Masyarakat akan selalu terbiasa
mendapatkan bantuan langsung tanpa harus bekerja lebih giat lagi. Ini sungguh
merupakan kontra produktif dengan pemberdayaan.
Perbaikan gizi dengan model pemberian makanan tambahan, MP-ASI dan
sejenisnya dimana masyarakat tidak memiliki sumberdaya didalamnya sebagai bahan
baku, maka itu hanya berujung ketergantungan. Masalahnya pemerintah tidak mungkin
memiliki cukup uang untuk membiayai seluruh makanan anak miskin di negeri ini. Jadi
sebaiknya kita sadar diri bahwa uang bukan segalanya dalam mengatasi masalah gizi
buruk di negeri ini.

11
2.5 Daftar NGO (Non Govermental Organization) Internasional Di Indonesia
Berikut ini beberapa contoh NGO yang ada di Indonesia :

NGO (Non Govermental


No Tujuan/Fokus Kegiatan
Organization) / LSM

 Perwakilan resmi lembaga swadaya masyarakat (LSM) 


Flemish organization for
Belgia Vredeseilanden.
1 Assistance in
 Organisasi ini mengkhususkan diri pada pengembangan
Development
pertanian berkelanjutan.

 Lembaga pemerintah federal Amerika Serikat yang


bersifat independen
United States Agency  Kegiatan : bantuan kemanusiaan berupa bahan makanan
For International dan barang-barang lain, bantuan bagi korban bencana
2
Development (Usaid) alam, bantuan untuk program pemeliharaan kesehatan,
Indonesia seperti vaksinasi, imunisasi, perlindungan dari AIDS,
gizi untuk ibu dan anak, dan pelayanan program
Keluarga Berencana.

Agro Complex  Sosial (Pendidikan, Sanitasi Lingkungan, Perlindungan


Foundation (ACF) - anak)
3
Kendari Sulawesi  Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan,
Tenggara Perikanan, Hutan kemasyarakatan, Kelautan)

 Sosial (Pendidikan, Kesehatan, Sanitasi Lingkungan,


Alam Lingkungan Air bersih, anak,)
4 Antisipasi dan Solusi   Pertanian (Tanaman Pangan, Kehutanan, Peternakan,
(ALAS) Perikanan, Hutan kemasyarakatan, kelautan)
 Lingkungan Hidup

 Organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan kemanusiaan


Yayasan Kanker
5 di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya
Indonesia (YKI)
penanggulangan kanker.

12
 Médecins du Monde (MdM) memiliki tujuan untuk
Medicins Du Monde berkontribusi dalam peningkatan akses Kesehatan
6
(MDM) Seksual dan Reproduksi (Kespro) bagi masyarakat di
kabupaten Puncak Jaya. 

Médecins Sans  LSM pemberi bantuan kemanusiaan sekular yang paling


7 Frontières (Dokter terkenal untuk proyek-proyeknya yang
Lintas Batas) menghadapi penyakit-penyakit endemis.

13
BAB III
PEMBAHASAN IPTEK MUTAKHIR TERKINI

Dalam kehidupan bernegara pemerintah tidak hanya bekerja sendiri, tetapi bekerja sama
dengan Lembaga Non Pemerintah/NGO. NGO (Non Govermental Organization) berperan
penting dalam Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur, Mendukung inovasi, ujicoba
dan proyek percontohan, Memfasilitasi komunikasi, Bantuan teknis dan pelatihan,
Penelitian, Monitoring dan Evaluasi , Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin.
Beberapa program-program NGO dalam bidang Pangan, Gizi, dan kesehatan tersebut
mendukung kegiatan yang ada di Pemerintah. Berikut ini contoh NGO (Non Govermental
Organization) dan Programnya di suatu wilayah tertentu yaitu sebagai berikut :

A. Yayasan Insan Sembada


Yayasan Insan Sembada merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat
atau NGO yang berada di daerah Solo bergerak dalam bidang kesehatan. Tujuanya
untuk mengembangkan berbagai program dan gagasan dalam mengupayakan
kesehatan masyarakat yang tidak memiliki akses dibidang kesehatan, dan untuk
melengkapi dan memperkuat program pemerintah dengan menekankan pada
kemandirian dan keberlanjutan kesehatan ditingkat masyarakat.
Berbagai program yang telah dilakukan diantaranya :
1) Program Dana Sehat
Program Dana Sehat dilaksanakan dalam rangka peningkatan derajat
kesehatan secara swadaya. Tujuan khusus dari Program Dana Sehat adalah
menurunkan angka sakit pada masyarakat setempat dengan upaya-upaya kuratif
dan preventif.
2) Program Kesehatan Mayarakat Terpadu
Program kesehatan masyarakat terpadu diantaranya upaya pengembangan
kesadaran dan upaya pengenalan dan pendidikan berbagai aspek kesehatan
masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang ditangani, di antaranya : Pembangunan
Rumah Secara Arisan, Perbaikan Sanitasi Lingkungan termasuk Pengerasan Jalan
Kampung, UKS, Perbaikan Gizi, dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat.

14
3) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan (Comprehensive Health
Improvement Program Province Specific -CHIPPS-) bertujuan untuk
meningkatkan tingkat kesehatan dan status gizi masyarakat, menurunkan tingkat
kematian bayi, serta meningkatkan status kesehatan gizi ibu dan anak balita.

Keterlibatan YIS dalam program ini adalah meningkatkan kemampuan


aparat kesehatan dalam pengelolaan program kesehatan yang bertumpu pada
permasalahan dan potensi wilayah. Program ini dilaksanakan pada periode 1988-
1990 dengan dibiayai oleh USAID dan Departemen Kesehatan.

4) Program Integrasi KB–Kesehatan


Program ini merupakan program dari BKKBN yang mendapat dukungan
dana dari ASEAN. Ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu, meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program KB, melembagakan program KB, serta
menjadikan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera sebagai norma di
masyarakat. Program ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan model
keterpaduan program KB dengan program-program pembangunan sosial ekonomi.
5) Program Bina Sejahtera
Program Bina Sejahtera merupakan program kerjasama antara PKK Tingkat
I Jawa Tengah, YIS, dan Fakultas Kedokteran UNDIP, dengan dukungan dana
dari CIDA–Canada. Program ini bertujuan untuk meningkatkan gizi keluarga
terutama ibu dan balita dengan PKK sebagai wadah dari kegiatan ini.
PKK sebagai organisasi yang mempunyai jaringan sampai di tingkat RT
dinilai tepat untuk menjadi wadah dari kegiatan tersebut. Di dalam
pengorganisasiannya, dari di tingkat desa sampai tingkat propinsi dibentuk tim
kerja yang diketuai oleh Ketua PKK di masing-masing level. Tim kerja ini secara
teknis dibentuk BPGD (Badan Perbaikan Gizi Daerah).
6) Program Perbaikan Sanitasi dan Air Bersih
Program ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan
lewat pengadaan fasilitas lingkungan dan perubahan perilaku masyarakat. Serta
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola kegiatan perbaikan
lingkungan dengan sumber daya yang dimiliki dan bantuan dari sumber daya di
luar masyarakat.

15
7) Program KIP (Kampung Improvement Project)
Pengalaman YIS dalam program ini yaitu ikut terlibat sebagai Pengembang
Masyarakat dalam Proyek MHT III DKI Jakarta dalam rangka penanganan
permukiman kumuh dan miskin di DKI Jakarta dari tahun 1989-1999. Dalam
pelaksanaannya, program ini menggunakan pendekatan sebagai berikut :

 Community Based
 Integrated Tribina (Sosial, Ekonomi, Fisik)
 Community Development (CD) and Community Organization Economic
Development (COED)
 Adanya LSM sebagai advokasi warga masyarakat dan pendamping
 Tahapan Program : Pengorganisasian, Stabilisasi, dan Alih Kelola

Tujuan proyek ini adalah untuk terentasnya warga pemukiman kumuh di 75


kelurahan pada tahun 1989 sampai dengan 1999 berdasarkan aspirasi warga
masyarakat setempat (community based) dengan mengerahkan sumber daya
masyarakat, swasta, dan pemerintah sehingga sejajar dengan warga Jakarta di
wilayah lainnya.

B. Yayasan Bali Mandara


Yayasan Bali Mandara merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat
yang berada di daerah Bali. Yayasan ini juga bergerak dibidang kesehatan dan
pangan. Contoh program-program yang dilaksanakannya Bidang Ketahanan Pangan
yaitu :
Program :
 Peningkatan Ketahanan Pangan
 Perbaikan Gizi Masyarakat.

Kegiatan :
1) Pemberdayaan masyarakat dalam memperkuat cadangan pangan.
 Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD).
 Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan Lumbung  
Pangan Masyarakat Desa.
 Pengembangan Lembaga Cadangan Pangan Pemerintahan Desa.

16
 Peningkatan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan Lembaga
Cadangan Pangan Pemerintahan Desa.
 Analisis situasi ketersediaan, distribusi, konsumsi dan status gizi
masyarakat.
 Inventarisasi sumber pangan potensial bagi masyarakat.

2) Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan Daerah.


 Fasilitasi Pokja Dewan Ketahanan Pangan Daerah.
 Perumusan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis kerja masing-
masing Pokja.
 Fasilitasi rencana program kerja tahunan masing-masing Pokja.
 Kompilasi rencana program masing-masing Pokja.
 Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan.
 Fasilitasi pendataan Rumah Tangga pendataan Rumah Tangga Sasaran
(RTS).
 Membangun dan mengembangkan kerjasama di bidang pangan, lantas
wilayah.
 Pengembangan cadangan pangan untuk kondisi darurat.
 Sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Raskin.
 Peningkatan ketersediaan pangan wilayah berbasis produksi pangan lokal
(perbaikan infrastruktur, saprodi, teknologi).

3) Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Pemantauan


Keamanan Pangan Masyarakat. 
 Pembinaan dan Pengembangan kualitas keragaman konsumsi pangan
masyarakat, serta memperluas gerakan kecintaan terhadap makanan asli.
 Lomba Cipta Menu dalam rangka Peringatan Hari Pangan Sedunia.
 Pameran Pangan Indonesia Expo.
 Penguatan sistem deteksi dini dan intervensi Rawan pangan dan Gizi,
surveillance/pendataan (SKPG, cadangan pangan daerah).

4) Fasilitasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah


(PMT-AS).
 Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah.

17
 Pengembangan model keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan
PMT-AS.
 Penyusunan menu makanan tambahan anak sekolah berbasis bahan
pangan lokal.
 Sosialisasi pelaksanaan PMT-AS bagi aparat dan masyarakat.
 Lomba PMT-AS.

C. Save The Children 


Save the Children adalah organisasi hak anak terkemuka di dunia yang
memiliki 28 kantor Save the Children dan beroperasi di lebih dari 120 negara. Save
the Children bekerja di bidang hak-hak anak –kesehatan, pendidikan, nutrisi dan
pengamanan pangan, kesetaraan gender, pendidikan usia dini dan pengembangan
anak,epidemik HIV & AIDS. Salah satu program untuk nutrisi dan pengembangan
pangan yaitu Peningkatan Status Nutrisi Anak.

Mitra Save the Children bersama Dinas Kesehatan setempat menerapkan


pendekatan Positive Deviance (PD) dalam rangka perbaikan gizi bagi anak-anak
penderita kekurangan gizi dengan jalan mengidentifikasi solusi-solusi setempat
terkait penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak di daerah pinggiran. 

Program tersebut akan menyalurkan makanan lewat program


pembangunan  perkotaan dengan sasaran utamanya bidang prasarana air bersih dan
sanitasi di sekolah-sekolah dan kawasan kumuh. Selain itu juga akan menghidupkan
kembali Posyandu dan menjamin bahwa Pusat-pusat Kesehatan benar-benar
melaksanakan komunikasi perubahan perilaku secara efektif tentang pemberian ASI,
perilaku higienis dan perbaikan gizi.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
NGO atau LSM adalah organisasi swasta yang menjalankan kegiatan yang
bersifat membantu pemerintah dalam membangun dan memajukan daerah tertentu dan
meringankan masalah/menyelesaikan masalah yang ada di sekitar masyarakat.
NGO memiliki peran penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa. Ini
disebabkan karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan pemerintah untuk
masyarakat disalurkan melalui NGO.
Program-program yang direalisasikan oleh NGO guna membantu pemerintah
khususnya dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan antara lain :
 Sub program yang termasuk kedalam program induk MDGs.
 WFP (World Food Programme)
 Positif Deviance
 Program Dana Sehat
 Program Kesehatan Mayarakat Terpadu
Dan masih banyak program-program yang lainnya.
Karena sifat dan kualitas masing-masing NGO sangat bervariasi, maka sangat
sulit untuk mengeneralisasikan sektor ini secara keseluruhan. Namun, terlepas dari
berbagai variasi tersebut, beberapa kekuatan dari sektor NGO adalah sebagai berikut:
Jaringan yang kuat, kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.
NGO juga mempunyai beberpa kelemahan-kelemahan, antara lain: Keterbatasan
keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah), Intervensi dalam skala yang kecil, dan
Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.

4.2 Saran
Perlukan adanya pembentukan-pembentukan NGO/LSM di wilayah yang tidak
terjangkau atau memperluas area yang ditangani oleh NGO guna memperbaiki dan
membangun program yang tepat guna bagi masyarakat sekitar.

19

Anda mungkin juga menyukai