Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Repository Universitas Negeri Makassar

STRATEGI PEMBERDAYAAN DAN KEUNGGULAN BERSAING


INDUSTRI KECIL

Sitti Hajerah Hasyim1) Muhammad Hasan2)


Program Studi Pendidikan Akuntansi UNM1)
Email: hajerah.hasyim@yahoo.com1)

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi


oleh industri kecil di Kota Makassar dan menetapkan strategi yang layak ditempuh dalam
rangka pembinaan dan pengembangan industri kecil di Kota Makassar. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif mengenai aspek-aspek
yang terkait dengan industri kecil di Kota Makassar yang berhubungan dengan penelitian
ini yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan
dokumentasi, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa industri kecil di Kota Makassar masih menghadapi masalah-
masalah yang bersifat internal dan eksternal. Masalah internal meliputi kurangnya
permodalan, sumberdaya manusia yang terbatas, bahan baku yang kurang, lemahnya
jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Sedangkan masalah eksternal meliputi
iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya teknologi, implikasi otonomi daerah,
implikasi perdagangan bebas, sifat produk dengan life time pendek dan terbatasnya akses
pasar. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi pembinaan dan pengembangan industri kecil
di Kota Makassar meliputi program penciptaan iklim usaha industri kecil, program
pengembangan sistem pendukung usaha industri kecil, program pengembangan
kewirausahaan dan keunggulan kompetitif industri kecil dan program pemberdayaan
industri kecil

Kata kunci: Pemberdayaan dan keunggulan bersaing

Abstract. This study aims to identify the problems faced by small industries in Makassar
City and establish a feasible strategy in the framework of development and development of
small industries in the city of Makassar. The data used in this research is qualitative data
concerning aspects related to small industry in Makassar City related to this research
obtained by observation data collection technique, interview and documentation, then
analyzed by using SWOT analysis. The results of this study indicate that small industries in
Makassar still face problems that are internal and external. Internal problems include lack
of capital, limited human resources, less raw materials, weak business networks and market
penetration capabilities. While external problems include unfavorable business climate,
limited technology, regional autonomy implications, free trade implications, the nature of
products with short life time and limited market access. Based on the above, the strategy of
fostering and developing small industries in Makassar City includes the creation of small
business industry climate, small enterprise support system development program,
entrepreneurship development program and small industry competitive advantage and
small industry empowerment program

Keywords: Empowerment and competitive advantage

1
PENDAHULUAN Hasil Penelitian PSE KP UGM, LPEM-
FEUI dan PSP-IPB (2008) pada kasus
Secara sektoral, peran industri kecil
pengentasan kemiskinan di Pulau Jawa melalui
dalam menanggulangi kemiskinan perlu
pemberdayaan industri kecil menujukan bahwa
dikedepankan, khususnya dalam kasus di Kota
terdapat 7 aspek yang menjadi masalah-masalah
Makassar. Penduduk Kota Makassar tergolong
pokok yang dihadapi oleh industri kecil di
padat, dengan jumlah mencapai 1.743.686 jiwa.
Pulau Jawa. Ketujuh aspek tersebut, meliputi
Dari total tersebut, 286.513 diantaranya tercatat
masalah produksi, pembiayaan/perbankan,
sebagai warga miskin, yang terbagi dalam
sumberdaya manusia, pemasaran/promosi,
71.429 kartu keluarga (KK), dan tersebar di 14
kemitraan, manajemen usaha serta peran
Kecamatan (BPS Kota Makassar, 2016).
pemerintah dan LSM.
Fenomena lain yang tak bisa dihindari akibat
Menurut Tambunan (2008),
terus berkembangnya masyarakat miskin di
permasalahan yang paling mendasar dihadapi
Makassar adalah susahnya menghilangkan anak
oleh industri kecil adalah permasalahan di
jalanan (anjal) dan gelandangan pengemis
bidang manajemen. Sektor industri kecil masih
(gepeng). Untuk saat ini jumlah anjal (anak
kurang mampu menentukan pola manajemen
jalanan) dan gepeng (gelandangan, pengemis)
yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap
yang terdata sebanyak 42.986 orang (BPS Kota
perkembangan usaha.
Makassar, 2016).
Anoraga dan Sudantoko (2002)
Data di atas menunjukan besarnya
mengemukakan bahwa permasalahan industri
jumlah masyarakat miskin dan impilikasinya
kecil pada bidang pemasaran terfokus pada tiga
terhadap fenomena-fenomena lainnya yang
hal, yaitu permasalahan persaingan pasar dan
terjadi di Kota Makassar. Hal tersebut mesti
produk, permasalahan akses terhadap informasi
segera untuk diatasi melalui pemberdayaan
pasar dan permasalahan kelembagaan
sektor-sektor usaha yang memiliki potensi yang
pendukung usaha kecil.
besar untuk menyerap tenaga kerja, sehingga
Berbagai gambaran masalah yang
penyerapan tenaga kerja tersebut diharapkan
terjadi di atas merupakan masalah-masalah riil
mampu untuk mengentaskan kemiskinan.
yang umum dihadapi oleh sektor industri kecil
Namun, berbagai masalah riil kemudian terjadi
dalam pembinaan dan pengembagannya.
di lapangan yang dapat menghambat kontribusi
Penelitian ini akan mengkaji berbagai masalah
industri kecil dalam memberdayakan
yang dihadapi oleh sektor industri kecil di Kota
masyarakat.
Makassar, kemudian akan merekomendasikan
strategi pembinaan dan pengembangan yang

2
dianggap tepat untuk mengatasi masalah Bontoala, Ujung Tanah, Tallo, Panakkukang,
tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan Manggala, Biringkanayya dan Tamalanrea.
keunggulan bersaing industri kecil. Populasi penelitian adalah keseluruhan
Pembahasan tentang keunggulan industri kecil yang berada di Kota Makassar
bersaing perusahaan sudah lama menggemuka, yang tersebar di 14 Kecamatan. Industri kecil
banyak definisi diberikan berkaitan dengan yang berada di Kota Makassar adalah sebanyak
keunggulan bersaing ini. Beberapa ahli 4.841 industri kecil, sehingga populasi dari
menyebutkan bahwa: keunggulan bersaing penelitian ini adalah sebanyak 4.841 industri
merupakan fungsi identifikasi dimensi produk kecil. Penarikan sampel penelitian
pasar yang tepat bagi posisioning perusahaan menggunakan teknik random sampling. Dari
(Ansoff, 1965 dalam Hameed, 2009). Demikian penarikan sampel tersebut, diperoleh sebanyak
pula Porter (1985) dalam bukunya menyatakan 100 sampel yang tersebar secara proporsional di
bahwa keunggulan bersaing sebagai upaya 14 Kecamatan.
penciptaan nilai pelanggan yang lebih baik
Untuk mencapai tujuan penelitian ini,
dibandingkan pesaingnya dengan cara
studi ini menggunakan data primer yang
melakukan aktivitas-aktivitas spesifik secara
bersumber dari responden dan data sekunder
ekonomis ataupun kualitas superior/pelayanan
yang tersedia di kantor atau instansi terkait
ataupun kombinasi keduanya dibandingkan
dengan permasalahan penelitian ini. Teknik
dengan para kompetitornya.
yang digunakan dalam pengambilan data primer
Keunggulan bersaing dapat juga berasal
adalah teknik komunikasi langsung dengan
dari sumber daya yang dimiliki perusahaan,
menggunakan instrumen penelitian berupa
perspektif ini dikenal dengan Resource Based
daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner),
View (RBV) atau perspektif berbasis sumber
sedangkan teknik yang digunakan dalam
daya yang dicetuskan oleh Penrose (1959)
pengumpulan data sekunder adalah dengan
dalam Hameed (2009). Menurutnya,
mengumpulkan laporan, jurnal atau buletin
keunggulan bersaing dapat dicapai dengan
yang terkait dengan penelitian ini.
menciptakan skala ekonomis, meningkatkan
Untuk melihat berbagai peluang,
kapabilitas manajemen dan kapasitas teknologi
tantangan, kekuatan dan ancaman pembinaan
(Penrose, 1959 dalam Hameed, 2009).
dan pengembangan industri kecil di Kota
Makassar, maka perlu diadakan kajian atau
METODE
analisis SWOT. Analisis SWOT adalah
Penelitian dilaksanakan di Kota identifikasi berbagai faktor secara sistematis
Makassar yang terdiri atas 14 Kecamatan, yaitu untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika
Kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, yang dapat memaksimalkan kekuatan
Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, (sthrengths) dan peluang (opportunities), dan

3
secara bersamaan dapat meminimalkan pertumbuhan output jangka panjang. Walau
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). pada umumnya modal awal bersumber dari
Jadi, analisis SWOT membandingkan antara modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber
faktor eksternal peluang dan ancaman dengan informal, namun sumber-sumber permodalan
faktor internal kekuatan dan kelemahan. ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi,
apa lagi untuk investasi (perluasan kapasitas
HASIL DAN PEMBAHASAN produksi atau menggantikan mesin-mesin tua).
Sementara, mengharapkan sisa dari
Identifikasi Masalah Pemberdayaan Industri
Kecil kebutuhan finansial sepenuhnya dibiayai oleh
dana dari perbankan jauh dari realitas. Oleh
Faktor Internal
sebab itu, tidak mengherankan jika hingga saat

Secara lebih spesifik permasalahan ini walaupun begitu banyak skim-skim kredit

internal yang dihadapi oleh industri kecil di dari perbankan dan dari bantuan BUMN,

Kota Makassar, yang berhasil diidentifikasi sumber-sumber pendanaan dari sektor informal

melalui penelitian ini antara lain meliputi: masih tetap dominan dalam pembiayaan
kegiatan industri kecil, terutama usaha
Kurangnya permodalan mikro/rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh
pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif
Permodalan merupakan faktor utama
terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan
yang diperlukan untuk mengembangkan suatu
administrasi terlalu bertele-tele, dan kurang
unit usaha. Kurangnya permodalan industri
informasi mengenai skim-skim perkreditan
kecil, oleh karena pada umumnya usaha kecil
yang ada dan prosedurnya (Tambunan, 1994
dan menengah merupakan usaha perorangan
dan 2000).
atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang
mengandalkan pada modal dari si pemilik yang Sumberdaya manusia yang terbatas
jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan Sebagian besar usaha kecil di Kota

lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan Makassar tumbuh secara tradisional dan

secara administratif dan teknis yang diminta merupakan usaha keluarga yang turun temurun.

oleh bank tidak dapat dipenuhi. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi

Industri kecil di Kota Makassar pendidikan formal maupun pengetahuan dan

menghadapi dua masalah utama dalam aspek keterampilannya sangat berpengaruh terhadap

finansial atau permodalan, yaitu mobilisasi manajemen pengelolaan usahanya, sehingga

modal awal (star – up capital) dan akses ke usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan

modal kerja dan finansial jangka panjang untuk optimal. Di samping itu dengan keterbatasan

investasi yang sangat diperlukan demi SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk

4
mengadopsi perkembangan teknologi baru kembali pengusaha untuk melihat sejauh mana
untuk meningkatkan daya saing produk yang pelatihan tersebut diterapkan dalam kegiatan
dihasilkannya. usahanya) dan seiring kali tidak cocok dengan
Keterbatasan SDM juga merupakan kebutuhan mereka sebenarnya dan bahkan ada
kendala serius bagi banyak industri kecil di yang sama sekali belum pernah mengikuti
Kota Makassar, terutama dalam aspek-aspek pelatihan.
entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, Keterbatasan SDM merupakan salah
pengembangan produk, engineering design, satu ancaman serius bagi industri kecil di Kota
quality control, organisasi binis, akuntansi, data Makassar untuk dapat bersaing baik di pasar
processing, teknik pemasaran, dan penelitian domestik maupun pasar internasional di dalam
pasar. Sedangkan semua keahlian ini sangat era perdagangan bebas nanti; bahkan di masa
dibutuhkan untuk mempertahankan atau itu SDM bersama-sama dengan teknologi akan
memperbaiki kualitas produk, meningkatkan menjadi jauh lebih penting dibandingkan modal
efisiensi dan produktivitas dalam produksi, sebagai faktor pentu utama kemampuan industri
memperluas pangsa pasar dan menembus pasar kecil untuk meningkatkan daya saing
baru. globalnya.
Sering dikatakan bahwa untuk
Masalah bahan baku
menanggulangi masalah SDM ini, memberikan
pelatihan langsung kepada pengusaha sangat Keterbatasan bahan baku (dan input-
penting dan ini khususnya usaha mikro, tidak input lainnya) juga merupakan salah satu
sanggup menanggung sendiri biaya pelatihan. kendala serius bagi pertumbuhan output atau
Oleh karena itu, peran pemerintah sangat kelangsungan produksi bagi banyak industri
penting dalam menyelenggarakan program- kecil di Kota Makassar. Terutama selama masa
program pendidikan/pelatihan bagi pengusaha krisis, banyak sentra-sentra IKM di sejumlah
maupun tenaga kerja di industri kecil. Memang subsektor industri manufaktur di Kota Makassar
selama ini sudah banyak pelatihan dan yang mengalami kesulitan mendapatkan bahan
penyuluhan yang dari pihak-pihak yang terkait. baku atau input lainnya, atau karena harganya
Hanya saja efektivitasnya masih diragukan. dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat
Karena berdasarkan temuan penelitian ini depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
banyak pengusaha yang pernah mengikuti Tidak sedikit dari mereka terpaksa
pelatihan-pelatihan dari pemerintah mengeluh menghentikan usaha dan berpindah profesi ke
bahwa pelatihan-pelatihan sering terlalu teoritis, kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, mislanya
waktunya terlalu singkat, tidak ada tindak lanjut menjadi pedagang.
(misalnya beberapa saat setelah pelatihan
selesai, pihak pemberi pelatihan mengunjungi

5
Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga
penetrasi pasar
tidak cepat berkembang dan kurang mendukung
Usaha kecil yang ada di Kota Makassar kemajuan usahanya sebagaimana yang
pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, diharapkan.
mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas Berbeda dengan beberapa wilayah lain
dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, di Indonesia yang industri kecilnya telah cukup
oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya mapan, industri kecil di Kota Makassar
sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang umumnya masih menggunakan teknologi
kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar lama/tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua
yang telah mempunyai jaringan yang sudah atau alat-alat produksi yang sifatnya manual.
solid serta didukung dengan teknologi yang Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
dapat menjangkau internasional dan promosi membuat rendahnya total factor produtivity dan
yang baik. efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga
rendahnya kualitas produk yang dibuat.
Faktor Eksternal
Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha

Secara lebih spesifik permasalahan rumah tangga (mikro) di Kota Makassar,

eksternal yang dihadapi oleh industri kecil di disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya

Kota Makassar, yang berhasil diidentifikasi keterbatasan modal investasi untuk membeli

melalui penelitian ini antara lain meliputi: mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan
proses produksi, ketebatasan informasi
Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif mengenai perkembangan teknologi atau mesin-
mesin dan alat-alat produksi baru, dan
Kebijakan pemerintah untuk
keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan
menumbuhkembangkan industri kecil,
mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-
meskipun dari tahun ke tahun terus
inovasi dalam produk maupun proses produksi.
disempurnakan, namun dirasakan belum
Rendahnya pemilikan/penguasaan teknologi
sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain
modern juga merupakan masalah suatu dalam
masih terjadinya persaingan yang kurang sehat
era pasar bebas nanti. Padahal, di era tersebut,
antara pengusaha-pengusaha kecil dengan
berbeda dengan 20 atau 30 tahun lalu, faktor
pengusaha-pengusaha besar di Kota Makassar.
teknologi bersama-sama dengan faktor SDM
Terbatasnya sarana dan prasarana akan menjadi komparatif yang dimiliki
(teknologi) Indonesia atau industri kecil pada khususnya
Kurangnya informasi yang selama ini, yaitu ketersediaan berbagai ragam
berhubungan dengan kemajuan ilmu bahan baku dalam jumlah yang berlimpah dan
pengetahuan dan teknologi, menyebabkan upah tenaga kerja yang murah akan semakin

6
tidak penting di masa mendatang, diganti oleh Makassar berdasarkan rekomendasi penelitian
dua faktor keunggulan kompetitif tersebut ini adalah:
(teknologi dan SDM). 1. Meningkatnya produktivitas usaha mikro,
kecil dan menengah dengan laju
Sifat produk dengan life time pendek
pertumbuhan lebih tinggi dari laju

Sebagian besar produk industri kecil di pertumbuhan produktivitas daerah-daerah

Kota Makassar memiliki ciri atau karakteristik lain di Propinsi Sulawesi Selatan pada

sebagai produk-produk fasion dan kerajinan khususnya dan daerah-daerah lain di

dengan lifetime yang pendek. Hal tersebut Indonesia pada umumnya.

berdampak pada tidak lakunya produk-produk 2. Proporsi terserapnya tenaga kerja tetap

tersebut apabila trend atau selera konsumen pada usaha mikro, kecil dan menengah

mengalami perubahan. meningkat bersamaan dengan


bertambahnya tenaga kerja di Kota
Terbatasnya akses pasar Makassar.
3. Meningkatnya nilai ekspor produk usaha
Terbatasnya akses pasar akan
mikro, kecil dan menengah dengan laju
menyebabkan produk yang dihasilkan tidak
pertumbuhan lebih tinggi dari laju
dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar
pertumbuhan nilai tambahnya.
lokal, nasional maupun internasional.
4. Menurunnya proporsi jumlah usaha mikro

Strategi Pemberdayaan Industri Kecil di disertai dengan kenaikan jumlah usaha


Kota Makassar kecil formal.
Sasaran 5. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan
wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan
Industri kecil menempati posisi dan teknologi.
strategis untuk mempercepat perubahan
struktural dalam rangka meningkatkan taraf Arah Pembinaan dan Pengembangan
hidup rakyat banyak melalui perannya dengan
Dalam rangka mewujudkan sasaran
memperluas penyediaan lapangan kerja,
tersebut, pemberdayaan industri kecil di Kota
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang
Makassar akan dilaksanakan dalam kerangka
berkelanjutan, dan memeratakan peningkatan
strategi sebagai berikut:
pendapatan, khususnya di Kota Makassar.
1. Perluasan basis usaha serta penumbuhan
Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya
wirausaha baru berkeunggulan untuk
daya saing dan daya tahan ekonomi nasional.
mendorong pertumbuhan dan penciptaan
Dengan perspektif peran seperti itu, sasaran
lapangan kerja terutama dengan:
umum pemberdayaan industri kecil di Kota

7
a. Meningkatkan perpaduan antara tenaga berperan dalam peningkatan pendapatan
kerja terdidik dan terampil dengan pada kelompok masyarakat berpendapatan
adopsi penerapan teknologi. rendah.
b. Mengembangkan industri kecil melalui 4. Pengembangan industri kecil untuk makin
pendekatan klaster di sektor agribisnis berperanan sebagai penyedia barang dan
dan agroindustri disertai pemberian jasa pada pasar domestik khususnya untuk
kemudahan dalam pengelolaan usaha, memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
termasuk dengan cara meningkatkan
Pengembangan Kewirausahaan dan
kualitas kelembagaan industri kecil di
Keunggulan Bersaing Industri Kecil
Kota Makassar sebagai wadah
Program ini ditujukan untuk
organisasi kepentingan usaha bersama
mengembangkan jiwa dan semangat
untuk memperoleh efisiensi kolektif.
kewirausahaan dan meningkatkan daya saing
c. Mengembangkan industri kecil untuk
industri kecil. Sasaran yang akan dicapai adalah
makin berperan dalam proses
berkembangnya pengetahuan serta sikap
industrialisasi, perkuatan keterkaitan
wirausaha, meningkatnya produktivitas,
industri, percepatan pengalihan
tumbuhnya wirausaha baru berbasis
teknologi, dan peningkatan kualitas
pengetahuan dan teknologi, berkembangnya
SDM.
ragam produk-produk unggulan industri kecil,
d. Mengintegrasikan pengembangan usaha
dan tumbuhnya industri kecil yang sesuai
dalam konteks pengembangan regional,
dengan jatidiri, nilai-nilai serta prinsip dasar
sesuai dengan karakteristik pengusaha
industri kecil.
dan potensi usaha di setiap daerah.
Strategi-strategi pokok dari program ini
2. Penguatan kelembagaan terutama untuk:
antara lain mencakup:
a. Memperluas akses kepada sumber
1. Pemasyarakatan kewirausahaan, termasuk
permodalan khususnya perbankan.
memperluas pengenalan dan semangat
b. Memperbaiki lingkungan usaha dan
kewirausahaan dalam kurikukulum
menyederhanakan prosedur perijinan.
pendidikan nasional dan pengembangan
c. Memperluas dan meningkatkan kualitas
sistem insentif bagi wirausaha baru,
institusi pendukung non-finansial.
terutama yang berkenaan dengan aspek
3. Pengembangan industri kecil yang
pendaftaran/ijin usaha, lokasi usaha, akses
diarahkan untuk berperan sebagai sumber
pendanaan, perpajakan dan informasi pasar.
pertumbuhan ekonomi, penciptaan
2. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan
lapangan kerja, dan peningkatan daya
untuk memacu pengembangan industri
saing; sedangkan pengembangan usaha
kecil berbasis teknologi termasuk
skala mikro lebih diarahkan untuk makin
wirausaha baru berbasis teknologi,

8
utamanya industri kecil berorientasi ekspor, sesuatu yang dinamis, dan tidak dapat
subkontrak atau penunjang, agribisnis atau dipertahankan. Hal ini disebabkan karena
agroindustri dan yang memanfaatkan persaingan hari ini dan persaingan di masa yang
sumber daya lokal. akan datang haruslah dipandang sebagai
3. Pembangunan jaringan lembaga persaingan dengan dinamika yang tinggi dan
pengembangan kewirausahaan. bukan merupakan sesuatu yang statis sehingga
4. Pengembangan inkubator teknologi dan membutuhkan strategi yang tepat.
bisnis, termasuk dengan memanfaatkan Lado, Byod dan Wright (1992) dalam
fasilitas litbang pemerintah pusat/daerah model keunggulan bersaing yang berkelanjutan
dan melalui kemitraan publik, swasta dan mengakui bahwa produktivitas manajerial
masyarakat. dalam kinerja bisnis dengan pendekatan seleksi
5. Pengembangan kemitraan investasi antar strategis akan memfokuskan perhatian pada
industri kecil, termasuk melalui aliansi variabel organisasi yang penting untuk
strategis atau investasi bersama (joint menciptakan dan mempertahankan keunggulan
investment) dengan perusahaan asing dalam bersaing.
rangka mempercepat penguasaan teknologi Konsep ini kemudian didefinisi ulang
dan pasar. oleh Barney (1991) yang menjelaskan bahwa
6. Pengembangan jaringan produksi dan karakteristik sumber daya yang bernilai bagi
distribusi melalui pemanfaatan teknologi keunggulan bersaing adalah yang berkaitan
informasi, pengembangan usaha kelompok dengan sumber daya yang bernilai, kompleks,
dan jaringan antar industri kecil dalam eksklusif, mudah digeneralisasi, dan susah
wadah industri kecil serta jaringan antara ditiru pesaing. Pada perspektif tersebut
industri kecil dan usaha besar melalui keunggulan bersaing strategis diperoleh dari
kemitraan usaha. sumber daya inti (core resources) dan
7. Pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kompetensi inti (core competence) yang
bagi praktisi, calon praktisi dan pengelola bernilai, langka, susah ditiru, dan tidak ada
industri kecil, termasuk pemasyarakatan penggantinya (substitutability).
industri kecil sukses yang sesuai dengan Kemampuan dan sumberdaya dikatakan
jatidiri dan nilai/prinsip industri kecil. substitutability dalam dua arti, pertama tidak
8. Peningkatan kualitas pengusaha kecil dan dapat ditiru atau justru dapat menggantikan
menengah (PKM), termasuk wanita sumber daya sejenis yang dimiliki pesaing
pengusaha, menjadi wirausaha tangguh (Barney, 1991), sehingga penting bagi
yang memiliki semangat kooperatif. organisasi untuk bisa membuat produknya
D’Aveni (1994) menyatakan susah ditiru ataupun menggeser milik pesaing.
keunggulan bersaing pada dasarnya merupakan

9
Perspektif terkini tentang keunggulan berbiaya rendah. Atau dengan kata lain, modal
bersaing dijelaskan oleh Adner dan Zemsky sosial memfasilitasi aktivitas berbagi
(2006) yang mempertimbangkan perspektif pengetahuan (knowledge sharing), penciptaan
berbasis permintaan. Menurut konsep ini nilai (value creation), keunggulan bersaing
keunggulan bersaing dapat dilihat dari tingkat (competitive advantage), kinerja yang lebih
kepentingan kualitas terhadap pasar dan baik, dan pengembangan organisasi, (Abili dan
mengklasifikasikan ke dalam (empat) tipe Faraji, 2009).
sumber daya dalam penciptaan nilai, yaitu: Ada dua tipe modal sosial, yaitu
proses sumber daya untuk menurunkan struktur internal dan eksternal. Modal internal sosial
biaya perusahaan, sumber daya produk untuk merujuk pada struktur dan isi dari hubungan
meningkatkan kinerja perusahaan, sumber daya antar karyawan dalam unit-unit organisasi.
waktu untuk menghantarkan nilai sesuai waktu Sebagaimana yang dijelaskan Nahapiet dan
pasar, dan sumber daya inovasi untuk Ghosal (1998) tipe ini memiliki tiga dimensi,
mempengaruhi teknologi. Menurut Adner dan yaitu: dimensi struktural, relasional, dan
Zemsky, sumber daya-sumber daya ini dan kognitif.
sumber daya lainnya membentuk penciptaan Sementara modal sosial eksternal
nilai dalam proses pengembangan posisi berkaitan dengan hubungan saling
keunggulan bersaing perusahaan. menguntungkan antara perusahaan dengan
Pendekatan lain juga menjelaskan stakeholdernya dan meningkatkan kapabilitas
bahwa pendekatan kolaboratif merupakan prediksi organisasional dalam berinteraksi
sumber keunggulan bersaing perusahaan. dengan lingkungannya dan memberikan
Pendekatan ini sering kali disebut sebagai “teori peluang-peluang bagi pihak manajemen
modal sosial”. Modal sosial sebagaimana yang perusahaan.
dikemukakan oleh Timberlake (2005) Menurut Nahapiet dan Ghosal (1998),
merupakan sebuah konsep yang telah diterima modal sosial organisasional merupakan
sebagai suatu aset bernilai untuk melindungi sekumpulan sumber daya-sumber daya yang
dan mengamankan masyarakat, pemberdayaan ada dan sumber daya potensial yang dihasilkan
organisasi, dan masyarakat. Lebih lanjut dari jaringan relasional yang dimiliki individu
dikatakan bahwa modal sosial memainkan ataupun unit sosial, sebagai dasar kepercayaan
peranan penting dalam memenuhi kebutuhan dan kerjasama antar anggota organisasi yang
organisasi dan memberikan kontribusi bagi mengarahkan kepada hubungan sosial yang
keberlangsungan hidup organisasi di era baik dan perbaikan kinerja organisasi. Gambar
persaingan global saat ini. Hal tersebut berikut ini menunjukkan dimensi modal sosial
merupakan sarana manajemen dalam mencapai organisasi sebagaimana yang dijelaskan oleh
tujuan organisasi secara lebih efektif dan Nahapiet dan Ghosal (1998).

10
SIMPULAN DAN SARAN hambatan akses terhadap sumberdaya
produktif, peningkatan peran serta
Simpulan
masyarakat, perluasan sumber pembiayaan,

1. Industri kecil di Kota Makassar masih dan penguatan jaringan pasar; program

menghadapi masalah-masalah yang bersifat pengembangan kewirausahaan dan

internal dan eksternal. Masalah internal keunggulan kompetitif industri kecil

meliputi kurangnya permodalan, melalui pemasyarakatan kewirausahaan,

sumberdaya manusia yang kurang penyediaan sistem insentif, pembagunan

berkualitas, bahan baku yang kurang, jaringan lembaga kewirausahaan,

lemahnya jaringan usaha dan kemampuan pengembangan inkubator teknologi dan

penetrasi pasar. Sedangkan masalah pengembangan kemitraan investasi.

eksternal meliputi iklim usaha yang belum


Saran
kondusif, implikasi otonomi daerah,
implikasi perdagangan bebas, sifat produk 1. Diperlukan adanya peran aktif pemerintah
dengan life time pendek dan terbatasnya (pusat dan daerah), LSM maupun praktisi
akses pasar. industri kecil dalam upaya untuk
2. Strategi pembinaan industri kecil di Kota memberdayakan industri kecil di Kota
Makassar dirumuskan dalam bentuk Makassar dan meningkatkan peran dan
perluasan basis usaha dan penumbuhan kontribusinya bagi penyerapan tenaga kerja
wirausaha baru berkeunggulan untuk dan peningkatan pendapatan masyarakat.
mendorong pertumbuhan dan penciptaan 2. Diperlukan adanya peran aktif lembaga
lapangan kerja, penguatan kelembagaan, keuangan, baik perbankan maupun LKM
pembinaan indsutri kecil sebagai sumber dalam upaya memberikan bantuan
pertumbuhan ekonomi, penciptaan permodalan kepada industri kecil sebagai
lapangan kerja baru dan peningkatan daya upaya untuk pengembangan usahanya,
saing. sehingga mampu menyerap tenaga kerja
3. Strategi pengembangan industri kecil di dan meningkatkan pendapatannya.
Kota Makassar dirumuskan dalam bentuk 3. Diperlukan adanya pengembangan jaringan
program penciptaan iklim usaha industri teknologi komunikasi dan informasi
kecil melalui penuntasan penyempurnaan industri kecil, khususnya dalam hal
peraturan perundangan, fasilitasi dan pengembangan jaringan usaha dan promosi
penyediaan kemudahan badab hukum, dan usaha bagi industri kecil di Kota Makassar.
peningkatan teknologi dan informasi;
program pengembangan sistem pendukung DAFTAR PUSTAKA
usaha industri kecil melalui mengurangi

11
Abili K. & Faraji H. (2009). A Comparative Forum Keadilan Ekonomi (FKE)
Study Organizational Social Capital in Institute for Global Justice, Jakarta, 28
Faculties of Humanities, Social and September 2008.
Behavioral Science. University of
Tehran, Iran.

Adner, R dan Zemsky. (2006). A Demand


Based Perspective on Sustainable
Competitive Adventage. Journal of
Strategic Management Vol. 27, No. 1,
pp. 215-239

Anoraga Panji dan Sudantoko Djoko. (2002).


Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha
Kecil. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Barney, J.B. (1991). Firm resources and


sustained competitive advantage.
Journal of Management. 17: 9-120.

D’Aveni, R.A. & Gunther, R. (1994).


Hypercompetition: Managing the
Dynamics of Strategic Maneuvering.
Free Press

Hameed, Imran. (2009). Sources of Business


Competitive Advantage: A Review.
Journal of Business & Economics. July-
December. Pp. 222-233.

Lado, A.A., Boyd, N.G., & Wright, P. (1992).


A Competency Based Model of
Sustainable Competitive Advantage.
Journal of Management.

Nahapiet, Janine & Sumantra Ghoshal. (1998).


Social Capital, Intellectual Capital and
The Organizational Advantage. The
Academy of Management Review: Apr
1998, Vol. 23, No. 2, pp. 242 – 266.

Tim Penyusun. (2016). Makassar dalam Angka


2015. Makassar: Badan Pusat Statistik
Kota Makassar.

Timberlake S. (2005). Social Capital and


Gender in Workplace. Journal of
Management Development Vol. 24
No.1.

Tambunan, Tulus, Masalah Pengembangan


UKM di Indonesia: Sebuah Upaya
Mencari Jalan Alternatif, Bahan diskusi

12

Anda mungkin juga menyukai