PEREMPUAN NYURLEMBANG
DALAM TRADISI MERARIK
titifitrianita@gmail.com
Abstract
Merarik is a tradition which has been maintained by Sasak since a long time. In the
beginning, this tradition was an effort to save women from immorality of Anak Agung Made
Karangasem, the king of Lombok. But the aim of this tradition started to change. This paper
tries to analyze the change of merarik in Nyurlembang Village, Narmada, West Lombok. Using
qualitative descriptive and feminist approach, this paper found that merarik causes cultural
violence for women. In the middle of the merarik problem, proposal becomes a better alternative
for women, but proposal not fully received because it is not their own culture.
Abstrak
Merarik (kawin lari) merupakan tradisi yang dipertahankan sebagian besar Suku Sasak.
Awalnya, tradisi ini merupakan upaya menyelamatkan perempuan dari kejahatan Raja Anak
Agung Made Karangasem. Namun, seiring waktu tradisi itu berubah. Tulisan ini berupaya
untuk melihat perubahan merarik yang terjadi di Dusun Nyurlembang Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dan kerangka feminis,
terlihat bahwa merarik menyebabkan pelemahan sosial dan budaya terutama pada perempuan
dan keluarganya. Meskipun menimbulkan banyak masalah merarik tetap dipertahankan karena
demikianlah cara hidup Suku Sasak di Desa Nyurlembang. Di tengah permasalahan itu, muncul
alternatif yakni dengan melamar yang menjanjikan cara yang lebih baik namun cara ini belum
diterima sepenuhnya karena merarik dianggap budaya leluhur Suku Sasak.
123
124 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018
pemaknaan yang khas. Masyarakat melakukan merarik pada siang hari. Jika
Sasak mengartikan merarik sebagai merarik dilangsungkan pada siang hari,
proses pernikahan yang didahului sanksi adat akan diberikan. Selain itu,
dengan membawa lari atau pasangan yang melakukan merarik pada
“menculik” seorang gadis sebelum
siang hari dianggap tidak memiliki
prosesi pernikahan secara agama
dan hukum nasional dilaksanakan. nyali besar sehingga pasangan yang
Istilah merarik sendiri berasal dari melakukan merarik mendapatkan bukan
kata dalam bahasa Sasak. Ada hanya sanksi adat namun juga sanksi
beberapa pendapat mengenai asal sosial berupa gunjingan atau sindiran.
kata merarik, di antaranya; “berari” Sebelum merarik dilangsungkan
yang berarti berlari. Yaitu seorang biasanya sepasang muda mudi telah
lelaki membawa lari seorang gadis
lebih dahulu bersepakat jam dan hari
untuk dinikahi. Makna inilah yang
kemudian berkembang menjadi melakukan merarik. Dengan demikian,
istilah merarik yaitu sebuah tindakan merarik menjadi rahasia yang hanya
yang dilakukan untuk membebaskan pasangan yang bersepakat itulah yang
si gadis dari ikatan orang tua serta mengetahuinya. Proses ini dirahasiakan
keluarganya. dari kedua orang tua calon mempelai
untuk mencegah pembatalan merarik.
Merarik awalnya adalah istilah Sang gadis lantas dilarikan ke tempat
Suku Sasak yang digunakan untuk keluarga calon suami yang jauh dari desa
menyebut tindakan membawa lari atau dusun si gadis dan atau dusun calon
gadis dengan maksud untuk dinikahi. suaminya (Daliem, 1981: 27).
Dalam perkembangan selanjutnya Dalam tradisi merarik ada beberapa
merarik mengalami perluasan makna dan tahap adat yang harus dilakukan. Pertama,
digunakan untuk menyebutkan seluruh midang merupakan proses pendekatan
rangkaian pernikahan dalam Suku Sasak. dimana seorang pemuda datang ke
Hal tersebut terlihat misalnya dalam rumah perempuan. Biasanya kunjungan
percakapan sehari-hari Suku Sasak untuk ini dilakukan pada malam Kamis dan
menanyakan seseorang sudah menikah malam Minggu. Kedua, merarik yaitu
ataukah belum dengan cukup bertanya proses dimana laki-laki dan perempuan
apakah yang bersangkutan sudah merarik mengadakan perjanjian untuk bertemu
ataukah belum (Aniq, 2013: 2325). kemudian bersembunyi di penyeboan
Tradisi kawin lari atau merarik (tempat persembunyian yang dimiliki
merupakan tradisi Suku Sasak yang oleh keluarga atau kerabat dekat pihak
didapatkan secara turun temurun yang laki-laki). Ketiga, selabar dan majetik
menjadi awal proses pernikahan. Dalam merupakan proses dimana keluarga
tradisi ini seorang pemuda melarikan pihak laki-laki melaporkan kepada
atau menculik anak gadis yang akan kepada dusun asal calon pengantin
dijadikan calon istri. Merarik merupakan perempuan dan pemberitahuan kepada
pertanda awal ritual perkawinan yang pihak keluarga perempuan bahwa anak
dilakukan hanya pada malam hari dan laki-laki mereka telah melakukan merarik
biasanya dilakukan setelah Mahgrib. dengan anak perempuan mereka. Dalam
Tidak diperbolehkan secara adat proses ini terjadi perundingan untuk
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 127
Gambar 1. Penduduk Desa Nyurlembang memperjual belikan anak ayam yang bisa
Berdasarkan Etnis diperjual belikan begitu saja, “memang
anak saya anak ayam yang bisa diperjual
belikan begitu saja” begitulah anggapan
masyarakat mengenai lamaran (Daliem,
1982: 30). Bagi mereka, anak perempuan
haruslah diperjuangkan oleh laki-laki
seperti di dalam proses merarik. Maka,
merarik adalah cara yang tepat dan cara
yang diharapkan dilakukan oleh orang
Sumber: Profil Desa Nyurlembang, 2014 tua kepada anak-anak mereka meskipun
praktik merarik menimbulkan banyak
Terdapat 3 agama yang dianut oleh konflik.
masyarakat Suku Sasak yang tinggal di
Desa Nyurlembang, yaitu Agama Islam, PRAKRIT MERARIK
Agama Hindu, dan Agama Kristen. SUKU SASAK DESA
Penganut Agama Islam adalah yang NYURLEMBANG
terbanyak di Desa Nyurlembang yaitu Dalam pembicaraan sehari-hari
sebanyak 98,5%, Kristen 0,2%, dan masyarakat di Desa Nyurlembang,
Hindu sebanyak 1,3%. Masyarakat yang merarik merupakan salah satu bahasan
beragama Hindu sekaligus merupakan yang sering diperbincangkan. Kejadian-
pendatang dari Bali. kejadian di seputar merarik adalah cerita
Komposisi penduduk Desa yang selalu hidup dalam kehidupan
Nyurlembang dimana mayoritas keseharian di Desa Nyurlembang. Hal ini
adalah Suku Sasak dan beragama Islam menunjukkan bahwa merarik merupakan
menjadi faktor yang sangat menentukan kenyataan kultural yang secara objektif
dalam bertahannya praktik merarik. hadir dan penting di dalam kehidupan
Merarik adalah budaya yang tidak bisa Suku Sasak di Desa Nyurlembang.
dipisahkan dari Suku Sasak. Menjadi Merarik bagi laki-laki Suku Sasak
Suku Sasak berarti harus melestarikan adalah proses budaya yang sangat
budaya merarik. Oleh karena itulah, penting. Kebanyakan masyarakat Suku
mayoritas Suku Sasak yang tinggal di Sasak menjelaskan bahwa merarik pada
Desa Nyurlembang mempraktikkan umumnya secara kultural dapat dianggap
merarik. sebagai cara yang disepakati laki-laki
Lamaran yang mulai menjadi hal untuk membuktikan kelaki-lakiannya
yang biasa untuk dilakukan di daerah (Adnan, 2004: 59) dan menunjukkan
kota seperti Mataram dan Ampenan harga diri seorang laki-laki. Pendapat
nyatanya masih menjadi hal yang tabu semacam ini juga ditemukan pada
untuk dilakukan di Desa Nyurlembang. masyarakat Desa Nyurlembang.
Masyarakat di Desa Nyurlembang masih Merarik merupakan adat yang
memiliki anggapan yang kuat bahwa harus dilakukan sebagai upaya untuk
melamar sama halnya dengan meminta menghargai keluarga perempuan. Hal
anak gadis. Melakukan lamaran sama saja tersebut berhubungan dengan adanya
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 131
untuk mundur karena gagal menikah dalam pernikahan dengan laki-laki yang
atau tidak melanjutkan merarik ke tidak dicintainya.
tahapan budaya selanjutnya adalah Merarik harusnya merupakan momen
sebuah aib terutama bagi perempuan bagi seorang perempuan menjadi agen
dan keluarga perempuan. Pantang bagi bagi dirinya sendiri sehingga dia bisa
perempuan yang telah dibawa kawin memutuskan laki-laki mana yang akan
lari oleh laki-laki kembali ke rumah dinikahinya. Lantas bagaimana mungkin
karena adanya anggapan bahwa apabila seorang perempuan mau merarik dengan
seorang perempuan kembali ke rumah laki-laki yang tidak dicintainya. Di Desa
dan tidak melanjutkan ke pernikahan Nyurlembang beberapa perempuan
setelah merarik mereka akan kesulitan melakukan merarik karena “dipaksa”.
untuk menemukan jodoh kembali dan Beberapa perempuan tersebut keluar
sulit untuk menikah. bersama dengan laki-laki dan diajak paksa
Pendapat di atas begitu kuat melekat untuk merarik seketika itu juga. Merarik
di dalam benak Suku Sasak di Desa spontan dilakukan karena laki-laki
Nyurlembang karena realitas beberapa tersebut menyenangi perempuan yang
perempuan yang kembali ke rumah ia ajak merarik sedangkan perempuan
orang tuanya setelah merarik tidak jua tersebut tidak menyenangi laki-laki yang
menemukan jodoh hingga menjadi memaksanya untuk merarik. Karena
“perawan tua”. Ketakutan menjadi perempuan tersebut tidak mungkin
“perawan tua” menjadi salah satu sebab kembali ke rumah orang tua karena hal
perempuan di Desa Nyurlembang segera tersebut tabu untuk diilakukan maka
menikah di usia muda. Pantang baginya merarik akan terus berjalan hingga prosesi
untuk kembali ke rumah. Merarik tetap adat selesai.
harus dilangsungkan hingga prosesi Mengingat aktor paling utama
nyongkolan. Keyakinan pantang kembali dalam merarik adalah laki-laki, teman
ke rumah setelah merarik menjadi blunder sebayanya menjadi orang yang penting
bagi perempuan Suku Sasak terutama melaksanakan niat merarik. Dalam
bagi mereka yang merarik dengan laki- perbincangan dengan sebaya keinginan
laki yang tidak dicintainya. merarik dan bagaimana tradisi tersebut
Idealnya merarik dilakukan dengan dijalankan merupakan hal afirmatif
dasar suka sama suka antara laki- dan cita-cita yang dihidupkan untuk
laki dan perempuan. Namun rupanya membangun sebuah keluarga di Desa
merarik tidak selalu dilakukan dengan Nyurlembang. Pengalaman orang
cara demikian. Platt (2012: 167-174) tua dan pengalaman teman sebaya
menceritakan beberapa kisah perempuan melakukan merarik merupakan hal yang
yang melakukan merarik dengan laki- terendap dalam alam bawah sadar
laki yang tidak dicintainya dan terpaksa berbudaya mereka. Ketika ada laki-laki
merampungkan semua proses merarik yang meniatkan untuk merarik teman-
karena terlanjur. Perempuan tersebut teman sebayanya akan dengan senang
lantas memilih untuk bercerai setelah hati membantu proses tersebut meskipun
beberapa tahun mencoba bertahan di perempuan yang diinginkannya tidak
mencintai laki-laki tersebut. Ketika hal ini
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 135
terjadi, agensi perempuan Sasak dalam pulang ke rumah setelah lewat batas
memilih laki-laki yang akan dijadikan waktu yang telah ditetapkan. Orang tua
suaminya sama sekali tidak berlaku. biasanya menjadi orang yang paling
Yang terjadi justru merarik menjadi celah akhir tahu bahwa anak perempuannya
melemahkan perempuan. melangsungkan merarik dan akan sangat
Lemahnya posisi perempuan juga terkejut terlebih ketika mereka tidak
terlihat atas pilihannya menyetujui pernah mendapati anak perempuannya
merarik dengan laki-laki yang dicintainya memiliki pasangan. Rasa kecewa muncul
namun tidak siap secara finansial. Bagi karena biasanya mereka mengharapkan
perempuan Sasak, menyetujui merarik anak perempuan mereka menyelesaikan
dengan laki-laki yang belum siap sekolah terlebih dahulu. Tidak seperti
secara finansial adalah usahanya untuk generasi sebelumnya yang bebas dan
membantu laki-laki tersebut karena bahkan diharapkan melakukan merarik
cinta. Karena jika harus siap secara pada usia sangat muda (bahkan ada
finansial, keinginan menikah tidak akan berusia12 tahun), orang tua Suku Sasak
segera terlaksana mengingat biaya untuk saat ini mengharapkan pendidikan yang
melangsungkan pernikahan sangat terbaik untuk anak perempuan mereka
besar karena panjangnya ritual adat agar memiliki kehidupan yang lebih baik.
yang harus dilakukan. Dengan merarik Ketika anak perempuan mereka tidak
keinginan untuk menikah akan mudah sesuai dengan harapan, orang tua akan
dilaksanakan. Merarik oleh karenanya kecewa dan marah dengan tindakan
adalah proses “memaksa” orang tua anak perempuannya. Budaya Sasak yang
laki-laki agar menyediakan materi mewajibkan seorang anak menghormati,
meskipun orang tua pihak laki-laki tidak menuruti, dan meminta pendapat
memiliki uang dan berhutang untuk orang tua adalah bagian dari kewajiban
menyelesaikan prosesi adat. anak. Sebaliknya kewajiban orang tua
Pergaulan bebas antara laki-laki dan adalah memberikan kebijaksaan dan
perempuan Suku Sasak telah banyak perlindungan kepada anak. Ketika
mengkhawatirkan orang tua. Banyaknya merarik tanpa sepengetahuan orang tua
merarik yang dilangsungkan karena dilakukan merarik lantas menjadi proses
perempuan telah hamil terlebih dahulu meretakkan hubungan sosial keduanya.
sebelum menikah telah membuat orang Konflik yang terjadi di dalam
tua Suku Sasak menyetujui merarik merarik tidak berakhir hanya antara
yang dilakukan oleh anaknya meskipun orang tua perempuan dengan anaknya
anaknya masih berada di bawah umur (di karena melakukan merarik tanpa
bawah 18 tahun). Merarik lantas menjadi sepengetahuannya orang tua padahal
usaha menutupi aib karena telah hamil orang tua memiliki harapan tertentu
sebelum menikah agar pasangan dan padanya. Konflik lanjutan muncul pada
keluarga tidak mendapatkan gunjingan saat negosiasi pesuke. Keluarga laki-laki
dari tetangga sekitar. harus membayar pesuke kepada pihak
Ketika proses merarik berlangsung, perempuan karena anak laki-lakinya
orang tua anak perempuan akan telah melarikan anak perempuan mereka.
merasa cemas karena anaknya tidak Proses negosiasi pesuke ini adalah bagian
136 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018
dari tradisi dalam melangsungkan tokoh agama menjadi agen yang penting
merarik. dalam melanggengkan pengetahuan
Negosiasi ini bisa berlangsung alot ini. Keduanya berperan sebagai penjaga
karena jumlah uang yang diminta oleh utama struktur dan pranata tradisi
keluarga perempuan tidak mampu merarik di Nyurlembang.
dipenuhi oleh pihak keluarga laki- Ketika rangkaian prosesi merarik
laki karena pihak keluarga perempuan yang panjang telah selesai dilaksanakan
meminta uang yang lebih banyak dari maka kepantasan adat telah selesai
yang mampu dibayarkan oleh keluarga dilaksanakan. Namun, konflik akan
laki-laki. Namun, karena merarik tetap kembali muncul ketika seiring dengan
harus dilangsungkan segera dan tidak berjalannya waktu ternyata menantu laki-
baik menunda pernikahan terutama laki tidak sesuai dengan yang diinginkan
terhalang jumlah pesuke maka mau tidak oleh orang tua perempuan entah karena
mau keluarga perempuan menyetujui permasalahan ekonomi atau kepribadian
jumlah uang yang diajukan oleh menantunya. Ketidakcocokan ini menjadi
keluarga laki-laki untuk menghindarkan cikal bakal konflik yang berkepanjangan
diri dari aib. Keluarga laki-laki dapat antara 2 keluarga. Perbedaan tingkat
mengancam keluarga perempuan untuk sosial dan ekonomi antara dua keluarga
mengembalikan anak gadis mereka yang berujung pada sikap, pandangan,
jika keluarga perempuan sulit untuk dan harapan untuk hidup yang berbeda
negosiasi besaran pesuke. Dalam proses antara menantu laki-laki dan anak
ini, pihak keluarga perempuan berada di perempuannya membuat permasalahan
posisi tawar yang lemah panjang dalam keluarga. Karena tuntutan
Tetap berlangsungnya merarik dan harapan perempuan mengabdi
meskipun diawali berbagai permasalahan kepada suami biasanya maka perempuan
bukanlah persoalan tuntutan budaya dan keluarga perempuan berada pada
semata-mata. Ajaran agama yang telah posisi inferior dibandingkan laki-laki
menjadi bagian penting dalam budaya dan keluarga laki-laki.
Sasak memainkan peranan yang tidak Praktik merarik saat ini terkesan
sederhana dalam menjaga kelangsungan sebagai upaya memaksakan kehendak
tradisi ini. Wacana “telah datang jodoh” pasangan yang dilakukan agar orang
menjadi wacana yang dominan dan tua mau tidak mau menerima calon
terus menerus dimunculkan ketika menantu mereka dan bertanggung
sepasang muda mudi melangsungkan jawab untuk menyelesaikan acara
merarik tanpa restu orang tua. Tuntutan pernikahan sang anak. Orang tua Suku
melaksanakan ajaran agama Islam Sasak dituntut untuk mempersiapkan
dengan baik menjadi faktor penting pernikahan anaknya meskipun orang
mengapa orang tua perempuan mau tua dalam keadaan belum siap untuk
tidak mau menerima laki-laki yang menyelenggarakan pernikahan baik
mengajak anak perempuannya merarik terkait kesiapan finansial melangsungkan
meskipun dalam hati menilai bahwa perkawinan, ketidaksiapan menerima
anak laki-laki tersebut tidak layak untuk calon menantu yang tidak mereka
anak perempuannya. Kepala dusun dan restui, dan tidak siap melepaskan anak
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 137
laki yang menjadi calon suami anaknya merarik akan tetap menjadi pilihan
dan keluarga laki-laki tersebut. Laki- utama karena pernikahan akan tetap
laki yang memilih lamaran biasanya dilangsungkan apalagi jika pasangan
telah mempunyai persiapan finansial saling mencintai. Merarik oleh karena
yang baik dan ini berimplikasi pada itu tetap menjadi pilihan terbaik untuk
keberlangsungan ekonomi keluarga mempercepat keinginan untuk menikah
yang ia bangun. Dengan demikian meskipun banyak permasalahan muncul
lamaran memberikan kepastian hidup darinya.
yang lebih baik bagi perempuan dan
meminimalisir konflik yang timbul saat KESIMPULAN
maupun setelah pernikahan berlangsung. Budaya patriarki yang begitu kuat
Namun karena tidak ada unsur paksaan membuat perubahan budaya merarik
di dalam adat seperti ketika merarik yang ditopang oleh teknologi modern
dilakukan maka pembatalan menikah (mobile phone), hanya memperkuat posisi
sangat dimungkinkan setelah lamaran laki-laki dalam melakukan merarik. Di
dilakukan. sisi lain, perempuan tetap dituntut untuk
Semakin tingginya pemahaman melestarikan budaya yang sudah ada.
agama Islam dan tingginya pendidikan Bahkan lamaran yang menjadi alternatif
tinggi menjadi alasan mengapa lamaran bargaining position perempuan malah
dinilai lebih baik dibandingkan merarik. dianggap “memperjualbelikan anak
Lamaran dianggap lebih dekat dengan perempuan”.
syariat Islam dibandingkan dengan Posisi laki-laki dan perempuan
kawin lari karena syariat Islam memang yang sejak awal unequal pada Suku
mensyaratkan membangun keluarga Sasak, ketika terjadi perubahan –dengan
dengan cara melamar bukan kawin lari. adanya teknologi, maka perubahan yang
Lamaran juga dianggap lebih memiliki terjadi lebih menguntungkan laki-laki.
dampak positif untuk semua orang Perempuan tetap berada pada ranah yang
yang terlibat terutama perempuan dan dituntut untuk menjaga keberlanjutan
keluarga perempuan karena lamaran budaya. Bagian proses merarik yang bisa
mensyaratkan persiapan finansial dan berubah dan tidak, ditentukan oleh pihak
mental laki-laki yang akan melakukannya laki-laki dan keluarganya.
sehingga ketidakberdayaan perempuan
dan keluarga perempuan yang biasanya
muncul dalam tradisi merarik hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, S. 2004. Pergeseran Nilai-nilai
Membuat lamaran sebagai alternatif Adat Marari Pada Masyarakat Suku
lain di Desa Nyurlembang tidaklah Sasak Lombok (Studi Pada Kecamatan
mudah. Selain karena dianggap bukan Ampenan, Kota Mataram, Provinsi Nusa
budaya Sasak, lamaran mensyaratkan Tenggara Barat). Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro .
kesiapan psikologis dan finansial
terutama bagi laki-laki yang tidak Amin, A. 1997. Adat Istiadat Daerah Nusa
Tenggara Barat. Jakarta: Departemen
mudah untuk dilakukan. Ketika laki- Pendidikan dan Kebudayaan
laki melakukan lamaran namun ditolak Republik Indonesia.
karena dianggap “tidak pantas” maka
140 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018