Anda di halaman 1dari 18

ISSN 2622-6952

PEREMPUAN NYURLEMBANG
DALAM TRADISI MERARIK

Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah

Jurusan Sosiologi, FISIP, Universitas Brawijaya

titifitrianita@gmail.com

Abstract
Merarik is a tradition which has been maintained by Sasak since a long time. In the
beginning, this tradition was an effort to save women from immorality of Anak Agung Made
Karangasem, the king of Lombok. But the aim of this tradition started to change. This paper
tries to analyze the change of merarik in Nyurlembang Village, Narmada, West Lombok. Using
qualitative descriptive and feminist approach, this paper found that merarik causes cultural
violence for women. In the middle of the merarik problem, proposal becomes a better alternative
for women, but proposal not fully received because it is not their own culture.

Keywords: women, Sasak, merarik

Abstrak
Merarik (kawin lari) merupakan tradisi yang dipertahankan sebagian besar Suku Sasak.
Awalnya, tradisi ini merupakan upaya menyelamatkan perempuan dari kejahatan Raja Anak
Agung Made Karangasem. Namun, seiring waktu tradisi itu berubah. Tulisan ini berupaya
untuk melihat perubahan merarik yang terjadi di Dusun Nyurlembang Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dan kerangka feminis,
terlihat bahwa merarik menyebabkan pelemahan sosial dan budaya terutama pada perempuan
dan keluarganya. Meskipun menimbulkan banyak masalah merarik tetap dipertahankan karena
demikianlah cara hidup Suku Sasak di Desa Nyurlembang. Di tengah permasalahan itu, muncul
alternatif yakni dengan melamar yang menjanjikan cara yang lebih baik namun cara ini belum
diterima sepenuhnya karena merarik dianggap budaya leluhur Suku Sasak.

Kata Kunci: merarik, women, Sasak

123
124 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

PENDAHULUAN ditentukan (Parlindungan, 2004: 67),


Pada banyak budaya, pernikahan kawin lari Suku Sasak justru dianggap
menjadi satu proses kehidupan yang sebagai ajang pembuktian kualitas
berarti karena lewat pernikahanlah laki-laki-keberanian, kehebatan, dan
kehidupan baru ditandai dan kejantanan (Adnan, 2004: 59).
kedewasaan penuh diperoleh laki-laki Kawin lari disebut merarik oleh Suku
dan perempuan. Sebelum pernikahan Sasak. Merarik diawali dengan membawa
itu sendiri terdapat prosesi atau ritual lari calon mempelai perempuan oleh calon
yang berbeda antara satu budaya mempelai laki-laki pada waktu malam
dengan budaya yang lainnya. Sudiyat hari berlangsung setelah Mahgrib, secara
(Parlindungan, 2004: 20-22) mencatat 3 diam-diam keluar dari rumahnya, tanpa
proses menuju pernikahan yang biasa sepengetahuan kedua orang tua calon
terjadi yaitu lamaran, perkawinan lari mempelai perempuan. Pemuda-pemudi
bersama, dan kawin lari. Lamaran dan Sasak biasanya memanfaatkan momen
kawin lari adalah dua proses menuju wisata dan rekreasi setelah lebaran
pernikahan yang lebih banyak dikenal di untuk pergi merarik, karena cara ini lebih
Indonesia. mudah daripada harus melarikan anak
Suku-suku di Indonesia lebih gadis dari rumahnya.
banyak menggunakan lamaran Tidak jarang perempuan yang dibawa
sebelum pernikahan. Namun, kawin merarik masih belia, baru lulus SMA, atau
lari sebelum pernikahan sesungguhnya di usia kurang dari 18 tahun dimana
juga mendapatkan tempat di Indonesia. mereka belum memiliki persiapan untuk
Masyarakat Suku Lampung Pepadun, melangsungkan pernikahan. Akibatnya
misalnya, melakukan kawin lari banyak terjadi pernikahan dini pada
semambang sebagai alternatif untuk perempuan sehingga berpengaruh pada
menghindari proses lamaran yang ketidaksiapan psikologis pasangan
memakan banyak biaya terkait dengan terutama bagi perempuan untuk
syarat pembayaran, pembiayaan, dan membina sebuah keluarga hingga pada
upacara perkawinan yang diminta oleh akhirnya menyebabkan terjadinya banyak
pihak perempuan. Meskipun kawin lari perceraian pada masyarakat Suku Sasak.
ini sah secara adat namun cara ini tidak Merarik yang dilaksanakan
dibenarkan oleh adat (Parlindungan, mendadak dan tanpa perencanaan yang
2004: 47). matang menyebabkan keluarga kedua
Berbeda dengan Suku Lampung calon mempelai harus mempersiapkan
Pepadun, kawin lari justru adalah bagian acara pernikahan dalam waktu yang
adat yang sah dan harus untuk dilakukan singkat segera setelah merarik dilakukan
oleh Suku Sasak. Dalam budaya Sasak sehingga tidak jarang menimbulkan
sendiri secara adat tidak mengenal konflik antar keluarga. Meskipun merarik
konsep lamaran. Jika kawin lari di Suku meninggalkan kesan negatif pada
Lampung Pepadun adalah upaya yang sebagian masyarakat (Aniq, 2013: 2322)
dilakukan oleh laki-laki karena tidak namun merarik tetap dipertahankan
mampu memenuhi syarat adat yang karena konsep kesetiaan terhadap tradisi
Suku Sasak (Adnan, 2004: 64).
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 125

Artikel ini berusaha untuk data menggunakan analisis induktif dan


menganalisis praktik merarik yang keabsahan data menggunakan metode
terjadi di Desa Nyurlembang, Narmada, triangulasi.
Lombok Barat, dimana hampir
keseluruhan warga melakukan merarik. MERARIK DALAM
Penelitian mengenai praktik merarik TRADISI SASAK
sebenarnya telah dilakukan oleh Adnan. Secara etimologis, merarik berasal
Adnan (2004: 4) melacak praktik merarik dari kata lari dalam bahasa Suku Sasak.
di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Merarinang berarti melaiang atau dalam
Kecamatan Ampenan secara kultural bahasa Indonesia melarikan, yaitu
adalah sebuah kota provinsi yang terbuka laki-laki melarikan perempuan untuk
dengan banyak perubahan. Suku Sasak dijadikan isteri (Saladin, 2013: 23). Istilah
yang tinggal di kota ini sudah mulai merarik yang diartikan sebagai kawin
menerima lamaran dan meninggalkan lari menyebar di seluruh Pulau Lombok
tradisi merarik. Sedangkan Suku Sasak meskipun di beberapa tempat istilah
di pedesaan masih menganggap tabu tersebut berbeda karena perbedaan logat
istilah lamaran dan cenderung lambat setiap desa yang memiliki keragaman
menanggapi perubahan. jenis pengucapan.
Penelitian ini melengkapi penelitian Merarik merupakan budaya khas Suku
yang telah dilakukan oleh Adnan. Jika Sasak dalam memulai memilih pasangan
Adnan lebih banyak menggali data untuk dinikahi dan awal membangun
praktik merarik di kota, penelitian ini keluarga. Praktik ini tersebar di seluruh
lebih banyak berfokus pada praktik Pulau Lombok namun di beberapa
merarik yang ada di pedesaan jauh tempat terdapat penyebutan berbeda
dari pusat kota dimana masyarakat di atas istilah merarik ini. Di Kecamatan
Dusun Nyurlembang masih begitu kuat Ampenan, Suku Sasak memberikan
memegang tradisi termasuk melakukan istilah marari (Adnan, 2004: 2). Ada pula
merarik. yang menyebutnya kerarikan. Sedangkan
Suku Sasak di Desa Nyurlembang
METODE PENELITIAN mayoritas menyebut merarik. Aniq (2013:
Penelitian ini menggunakan metode 2324) menjelaskan merarik berikut ini:
kualitatif deskriptif. Data diambil
dengan menggunakan wawancara Kawin lari biasanya diartikan sebagai
secara mendalam kepada 7 orang bentuk perkawinan yang tidak
informan dengan kriteria warga Desa didasarkan atas persetujuan lamaran
orang tua, tetapi berdasarkan
Nyurlembang, baik perempuan maupun
kemauan sepihak atau kedua belah
laki-laki yang telah melangsungkan pihak dari sepasang pemuda dan
pernikahan baik dengan melalui proses pemudi sebagai jalan keluar bagi
merarik ataupun lamaran, observasi non mereka untuk menikah. Namun
partisipan, dan data sekunder berupa dalam tradisi masyarakat Sasak
dokumentasi, buku, artikel, dan lain-lain dimana tradisi kawin lari dikenal
yang mendukung penelitian. Analisis dengan merarik, kawin lari memiliki
126 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

pemaknaan yang khas. Masyarakat melakukan merarik pada siang hari. Jika
Sasak mengartikan merarik sebagai merarik dilangsungkan pada siang hari,
proses pernikahan yang didahului sanksi adat akan diberikan. Selain itu,
dengan membawa lari atau pasangan yang melakukan merarik pada
“menculik” seorang gadis sebelum
siang hari dianggap tidak memiliki
prosesi pernikahan secara agama
dan hukum nasional dilaksanakan. nyali besar sehingga pasangan yang
Istilah merarik sendiri berasal dari melakukan merarik mendapatkan bukan
kata dalam bahasa Sasak. Ada hanya sanksi adat namun juga sanksi
beberapa pendapat mengenai asal sosial berupa gunjingan atau sindiran.
kata merarik, di antaranya; “berari” Sebelum merarik dilangsungkan
yang berarti berlari. Yaitu seorang biasanya sepasang muda mudi telah
lelaki membawa lari seorang gadis
lebih dahulu bersepakat jam dan hari
untuk dinikahi. Makna inilah yang
kemudian berkembang menjadi melakukan merarik. Dengan demikian,
istilah merarik yaitu sebuah tindakan merarik menjadi rahasia yang hanya
yang dilakukan untuk membebaskan pasangan yang bersepakat itulah yang
si gadis dari ikatan orang tua serta mengetahuinya. Proses ini dirahasiakan
keluarganya. dari kedua orang tua calon mempelai
untuk mencegah pembatalan merarik.
Merarik awalnya adalah istilah Sang gadis lantas dilarikan ke tempat
Suku Sasak yang digunakan untuk keluarga calon suami yang jauh dari desa
menyebut tindakan membawa lari atau dusun si gadis dan atau dusun calon
gadis dengan maksud untuk dinikahi. suaminya (Daliem, 1981: 27).
Dalam perkembangan selanjutnya Dalam tradisi merarik ada beberapa
merarik mengalami perluasan makna dan tahap adat yang harus dilakukan. Pertama,
digunakan untuk menyebutkan seluruh midang merupakan proses pendekatan
rangkaian pernikahan dalam Suku Sasak. dimana seorang pemuda datang ke
Hal tersebut terlihat misalnya dalam rumah perempuan. Biasanya kunjungan
percakapan sehari-hari Suku Sasak untuk ini dilakukan pada malam Kamis dan
menanyakan seseorang sudah menikah malam Minggu. Kedua, merarik yaitu
ataukah belum dengan cukup bertanya proses dimana laki-laki dan perempuan
apakah yang bersangkutan sudah merarik mengadakan perjanjian untuk bertemu
ataukah belum (Aniq, 2013: 2325). kemudian bersembunyi di penyeboan
Tradisi kawin lari atau merarik (tempat persembunyian yang dimiliki
merupakan tradisi Suku Sasak yang oleh keluarga atau kerabat dekat pihak
didapatkan secara turun temurun yang laki-laki). Ketiga, selabar dan majetik
menjadi awal proses pernikahan. Dalam merupakan proses dimana keluarga
tradisi ini seorang pemuda melarikan pihak laki-laki melaporkan kepada
atau menculik anak gadis yang akan kepada dusun asal calon pengantin
dijadikan calon istri. Merarik merupakan perempuan dan pemberitahuan kepada
pertanda awal ritual perkawinan yang pihak keluarga perempuan bahwa anak
dilakukan hanya pada malam hari dan laki-laki mereka telah melakukan merarik
biasanya dilakukan setelah Mahgrib. dengan anak perempuan mereka. Dalam
Tidak diperbolehkan secara adat proses ini terjadi perundingan untuk
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 127

membuat kesepakatan menentukan mengenai masa kekuasaan Anak


proses adat selanjutnya yaitu ijab kabul, Agung. Anak Agung banyak melakukan
sorong serah, dan nyongkolan. penindasan terhadap masyarakat Sasak.
Keempat, mbait wali yaitu proses Salah satu bentuk penindasan
menjemput wali untuk menikahan Anak Agung ialah ia mengutus para
perempuan pada saat pelaksanaan ijab prajuritnya untuk mengumpulkan para
kabul. Kelima, aji karma atau sorong serah gadis yang masih lajang atau belum
yaitu prosesi simbol untuk memberi menikah untuk dikumpulkan di Telage
dan menerima pengantin di dalam Beleq (sebuah telaga yang berada di
perkawinan. Keenam, nyongkolan yaitu dalam Taman Narmada). Semua gadis
iring-iringan keluarga laki-laki menuju dikumpulkan setelah itu para gadis
keluarga perempuan yang diiringi diharuskan untuk mandi di Telaga
dengan alunan musik tradisional Suku Belek dalam keadaan telanjang. Anak
Sasak yang disebut gendang beleq. Prosesi Agung Made Karangasem selanjutnya
keenam ini adalah prosesi terakhir dari tinggal menunjuk gadis mana yang ingin
keseluruhan ritual adat merarik. ditidurinya.
Anak Agung Made Karangasem
SEJARAH MERARIK tidak segan-segan mengutus prajuritnya
Ada dua pendapat mengenai asal asul untuk membunuh gadis tersebut apabila
merarik. Pendapat pertama menyatakan melakukan penolakan. Kesewenang-
merarik merupakan tradisi asli Suku Sasak wenangan Anak Agung Made
jauh sebelum Bali melakukan invansi Karangasem mendorong orang tua Suku
dan penguasaan Lombok pada tahun Sasak pada masa itu untuk meminta
1740 dan melakukan penguasaan selama anaknya menikah dengan pasangan
100 tahun. Pendapat kedua menyatakan yang dicintainya dengan cara melarikan
bahwa merarik merupakan tradisi hasil diri karena tidak ingin anaknya menjadi
pengaruh Bali karena Suku Sasak pernah korban kesewenang-wenangan Anak
dijajah dalam waktu yang cukup lama Agung.
(Aniq, 2012: 2325). Pendapat pertama Suku Bali yang beragama Hindu
terangkum dalam cerita berikut. dipercaya memberikan pengaruh
Bali pernah menjajah Lombok yang besar pada Suku Sasak selama
khususnya Lombok bagian barat. periode penguasaannya tersebut. Unsur
Narmada sebagai salah satu kecamatan kebudayaan Bali dalam bentuk kebiasaan,
yang ada di daerah Lombok Barat bahasa, kesenian, dan kerajinan melebur
merupakan salah satu pusat kekuasaan dengan budaya Suku Sasak. Pendatang
Bali pada masa itu. Kolonial Bali (Anak dari Pulau Bali yang sudah tinggal, dan
Agung) yang datang ke Lombok pada menetap di Lombok selama ratusan
masa itu juga mempraktikan budaya tahun menempati daerah-daerah di
kawin lari bahkan merupakan adat sekitar Mataram, Cakranegara, Ampenan
yang sudah dijalankan oleh para leluhur dan Narmada. Peleburan budaya lebih
mereka beserta dengan masyarakatnya terlihat di Lombok Barat karena Suku
(Saladin, 2013: 27). Berdasarkan cerita Bali yang tinggal di Lombok Barat lebih
dari masyarakat Desa Nyurlembang,
128 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

kuat memegang adat istiadat asalnya PRAKTIK MERARIK


dibandingkan Suku Bali yang tinggal di SETELAH BERAKHIRNYA
Pulau Bali (Amin, 1997: 35). OKUPASI BALI
Tradisi kawin lari yang dilakukan Setelah kekuasaan Raja Bali runtuh
oleh Suku Sasak dipercaya berasal Lombok dijajah oleh Belanda pada abad
dari adopsi tradisi kawin lari Suku 19 (1984). Penjajahan Belanda tidak
Bali yang datang ke Lombok pada menyebabkan perubahan praktik kawin
masa itu. Tekanan pemerintahan Anak lari. Kawin lari tetap berlangsung di
Agung membuat adopsi tradisi kawin Lombok bahkan praktik kawin lari
lari tersebut semakin mengkristal. menyebabkan perempuan Suku Sasak
Pendapat lain terkait asal usul tradisi jauh lebih terdominasi dibandingkan
kawin lari menyebutkan bahwa kawin masa sebelumnya. Kawin lari banyak
lari merupakan tradisi milik asli Suku dilakukan tanpa kesepakatan si
Sasak yang telah dipraktekkan jauh perempuan. Banyak pernikahan terjadi
sebelum Bali datang ke Lombok. Dalam karena perempuan dibawa lari begitu
perkembangan selanjutnya, tradisi kawin saja dan hanya berdasarkan keinginan
lari yang disebut sebagai tradisi asli Suku laki-laki. Cara yang dilakukanpun sangat
Sasak mengalami peleburan dengan memaksa perempuan. Perempuan
agama Islam yang masuk ke Pulau dipaksa untuk dibawa lari dan
Lombok di kemudian hari. mendapatkan kekerasan ketika merarik
Pendapat lain terkait asal usul tradisi dilangsungkan. Pada masa itu laki-laki
kawin lari menyebutkan bahwa kawin bekerja sama untuk membantu temannya
lari merupakan tradisi milik asli Suku membawa lari perempuan yang ingin
Sasak yang telah dipraktekkan jauh dinikahinya. Praktik kawin lari semacam
sebelum Bali datang ke Lombok. Dalam ini tidak jelas kapan awal mulanya
perkembangan selanjutnya, tradisi namun di Desa Nyurlembang praktik
kawin lari yang disebut sebagai tradisi ini berakhir hingga sekitar tahun 1980-
asli Suku Sasak mengalami akulturasi an. Muncul kesadaran di antara laki-
dengan agama Islam yang masuk ke laki dan perempuan Suku Sasak bahwa
Pulau Lombok di kemudian hari. Suku menkah harus didasarkan atas keinginan
Sasak yang beragama Islam, diharuskan diri sendiri, bukan karena paksaan.
untuk mengucapkan ijab kabul terlebih Hak individu atas pemilihan pasangan
dahulu sesuai ketentuan syariat Islam menjadi lebih kuat dibandingkan
barulah pasangan diperbolehkan untuk sebelum tahun 1980-an.
tinggal bersama. Selama pasangan belum
menikah menurut ketentuan agama, Ye tetep jari dakak ne ngamok, missal lek
mereka tidak diperbolehkan tinggal pesebokan, arak dateng dukun misalne,
bersama untuk menghindari hubungan adekne ngakah ngamok, laek secare adat
seksual di luar pernikahan yang sering amun nengke kan ngkah ne berlaku
disebut zina. sengenono. Mun nengke ye lekakan
dirik doang nengke (Pernikahan pasti
akan tetap terjadi, misalkan pada saat
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 129

berada di tempat persembunyian, pasangan yang ia inginkan lepas dari


akan didatangkan dukun agar keinginan orang tua.
calon pengantin perempuan tidak Sekilas perempuan Sasak terlihat
mengamuk, tapi itu dulu, untuk memiliki kekuasaan yang berimbang
sekarang cara seperti itu sudah
dengan laki-laki Sasak dalam proses
tidak berlaku. Untuk saat ini mereka
tidak dipaksakan tetapi berdasarkan midang apalagi jika merarik adalah
keinginan sendiri) (wawancara kesepakatan kedua belah pihak. Namun,
dengan Sudarman, 23 Agustus 2015). segera setelah merarik berlangsung,
superioritas laki-laki dan inferioritas
Merarik merupakan sebuah proses perempuan menjadi sangat nyata. Hal ini
mengawali perkawinan yang berprinsip terlihat dalam keseluruhan praktik merarik
pada kebebasan bagi laki-laki atau dari merarik itu sendiri hingga nyongkolan
perempuan Suku Sasak dalam memilih hingga berujung ketika kehidupan
pasangan mereka terutama setelah tahun rumah tangga yang sebenarnya dimulai.
1980-an. Midang memungkinkan orang Patriarki adalah logika budaya yang
tua perempuan untuk mengetahui laki- tidak hanya dianut oleh laki-laki Suku
laki mana saja yang sedang mendekati Sasak namun juga dipertahankan oleh
anak perempuannya yang berpotensi perempuan Suku Sasak itu sendiri lewat
menjadi menantu mereka. Dari midang merarik. Demikianlah yang terjadi di Desa
inilah biasanya perempuan Suku Sasak Nyurlembang.
memilih laki-laki yang ia inginkan untuk
menjadi calon suaminya dan merencakan DESA NYURLEMBANG
merarik tanpa sepengetahuan orang Desa Nyurlembang secara
tua perempuan karena demikianlah administratif berada di Kecamatan
yang diharuskan di dalam adat. Narmada Kabupaten Lombok Barat
Adnan (2004: 50) menyebutkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini
midang merupakan bentuk kebebasan terdiri dari 4 dusun yaitu Nyurlembang
perempuan karena di tangannyalah Daye, Nyurlembang Barat, Telaga
pilihan merarik dengan laki-laki yang ia Ngembeng, dan Tatar. Total pendatang
inginkan ditetapkan. di Desa Nyurlembang sebanyak 1,4%
Merarik merupakan proses dari jumlah total keseluruhan penduduk
pembuktian bahwa sebagai laki-laki sebanyak 3.588 jiwa. Pendatang terbesar
Sasak bahwa ia memperjuangkan dari Bali yaitu sebanyak 1,3%, sementara
perempuan yang mereka cintai dengan sisanya masing-masing 1% pendatang
sepenuh hati karena dia harus menantang dari Suku Mbojo, dan Samawa.
bahaya melarikan anak perempuan tanpa Penduduk terbesar adalah Suku Sasak
pengetahuan orang tua. Sementara bagi yaitu sebanyak 98,4% dari total jumlah
perempuan Suku Sasak merarik adalah penduduk di Desa Nyurlembang.
proses dimana dirinya merasa tersanjung Berikut adalah tabel etnis penduduk
karena telah diperjuangkan oleh laki-laki Desa Nyurlembang, Berdasarkan profil
yang menginginkannya dan menandakan Desa Nyurlembang tahun 2014.
kekuatan dirinya sendiri dalam memilih
130 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

Gambar 1. Penduduk Desa Nyurlembang memperjual belikan anak ayam yang bisa
Berdasarkan Etnis diperjual belikan begitu saja, “memang
anak saya anak ayam yang bisa diperjual
belikan begitu saja” begitulah anggapan
masyarakat mengenai lamaran (Daliem,
1982: 30). Bagi mereka, anak perempuan
haruslah diperjuangkan oleh laki-laki
seperti di dalam proses merarik. Maka,
merarik adalah cara yang tepat dan cara
yang diharapkan dilakukan oleh orang
Sumber: Profil Desa Nyurlembang, 2014 tua kepada anak-anak mereka meskipun
praktik merarik menimbulkan banyak
Terdapat 3 agama yang dianut oleh konflik.
masyarakat Suku Sasak yang tinggal di
Desa Nyurlembang, yaitu Agama Islam, PRAKRIT MERARIK
Agama Hindu, dan Agama Kristen. SUKU SASAK DESA
Penganut Agama Islam adalah yang NYURLEMBANG
terbanyak di Desa Nyurlembang yaitu Dalam pembicaraan sehari-hari
sebanyak 98,5%, Kristen 0,2%, dan masyarakat di Desa Nyurlembang,
Hindu sebanyak 1,3%. Masyarakat yang merarik merupakan salah satu bahasan
beragama Hindu sekaligus merupakan yang sering diperbincangkan. Kejadian-
pendatang dari Bali. kejadian di seputar merarik adalah cerita
Komposisi penduduk Desa yang selalu hidup dalam kehidupan
Nyurlembang dimana mayoritas keseharian di Desa Nyurlembang. Hal ini
adalah Suku Sasak dan beragama Islam menunjukkan bahwa merarik merupakan
menjadi faktor yang sangat menentukan kenyataan kultural yang secara objektif
dalam bertahannya praktik merarik. hadir dan penting di dalam kehidupan
Merarik adalah budaya yang tidak bisa Suku Sasak di Desa Nyurlembang.
dipisahkan dari Suku Sasak. Menjadi Merarik bagi laki-laki Suku Sasak
Suku Sasak berarti harus melestarikan adalah proses budaya yang sangat
budaya merarik. Oleh karena itulah, penting. Kebanyakan masyarakat Suku
mayoritas Suku Sasak yang tinggal di Sasak menjelaskan bahwa merarik pada
Desa Nyurlembang mempraktikkan umumnya secara kultural dapat dianggap
merarik. sebagai cara yang disepakati laki-laki
Lamaran yang mulai menjadi hal untuk membuktikan kelaki-lakiannya
yang biasa untuk dilakukan di daerah (Adnan, 2004: 59) dan menunjukkan
kota seperti Mataram dan Ampenan harga diri seorang laki-laki. Pendapat
nyatanya masih menjadi hal yang tabu semacam ini juga ditemukan pada
untuk dilakukan di Desa Nyurlembang. masyarakat Desa Nyurlembang.
Masyarakat di Desa Nyurlembang masih Merarik merupakan adat yang
memiliki anggapan yang kuat bahwa harus dilakukan sebagai upaya untuk
melamar sama halnya dengan meminta menghargai keluarga perempuan. Hal
anak gadis. Melakukan lamaran sama saja tersebut berhubungan dengan adanya
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 131

pesuke yang harus dibayarkan oleh generasi selanjutnya dan membuat


keluarga laki-laki kepada keluarga merarik menjadi praktik yang paling
perempuan. Bagi Suku Sasak sangat benar untuk dilakukan untuk mengawali
tidak sopan apabila “harga” perempuan pembentukan sebuah keluarga. Dalam
langsung dibicarakan seperti yang proses tersebut keluarga memainkan
dilakukan apabila lamaran dilakukan. peranan penting dalam proses
Padahal penentuan pesuke terindikasi internalisasi (Rabiatul, 2016: 87). Ketika
sebagai proses komersialisasi perempuan mayoritas orang tua melakukan merarik
(Aniq, 2012: 2331). Hal ini terindikasi sebagai awal proses membangun sebuah
dari semakin tinggi tingkat status keluarga maka anak-anak mereka juga
sosial, budaya, dan ekonomi keluarga diharapkan melakukan hal yang sama.
perempuan, pesuke yang diminta juga Keluarga dengan demikian menjadi agen
akan semakin tinggi. Jenis pekerjaan dan yang sangat penting dalam menanamkan
pendidikan perempuan yang melakukan dan memastikan kepatuhan budaya
merarik juga menjadi faktor penentu Sasak pada generasi selanjutnya.
besaran pesuke yang harus dibayarkan, Laki-laki dan perempuan di Desa
semakin tinggi prestise jenis pekerjaan Nyurlembang lahir dan tumbuh dalam
dan semakin tinggi tingkat pendidikan budaya Sasak dan sedikit mendapatkan
yang dimiliki perempuan, pesuke yang alternatif berkehidupan di luar budaya
dibayarkan pun akan lebih tinggi (Haq & yang telah dikenal seumur hidupnya.
Hamdi, 2016: 165). Kalaupun alternatif berkehidupan
Kondisi di atas seiring dengan dikenal lewat hadirnya teknologi dan
tuntutan budaya yang dibebankan informasi terutama akses terhadapa
kepada laki-laki Suku Sasak. Murdan media sosial namun ikatan-ikatan budaya
(2015: 104) menyebutkan istilah yang yang ada rupanya tidak mudah untuk
lazim di Suku Sasak “jika seseorang dilepaskan. Kuatnya praktik merarik yang
mempunyai anak laki-laki kemudian diinternalisasikan dari satu generasi ke
dia menikah, maka dia akan membuat 2 generasi diikuti dengan harapan dari
taring (tenda pesta pernikahan) yakni di orang tua agar anaknya menikah dengan
rumahnya sendiri (begawe) dan di rumah sesama Suku Sasak sehingga identitas
ibu/bapak istrinya (mentoak)”. Dengan sebagai orang Sasak bertahan.
demikian beban ekonomi keluarga Internalisasi kepatuhan budaya
laki-laki jauh lebih besar dibandingkan selanjutnya ditegakkan oleh masyarakat
keluarga perempuan ketika merarik terutama kepada laki-laki dan perempuan
dilakukan. Maka, idealnya, laki-laki (dan yang menginjak remaja atau dewasa yang
keluarganya) yang melakukan merarik berpotensi untuk melakukan merarik.
memiliki kemampuan ekonomi yang Masyarakat melakukan pengawasan
cukup atau lebih untuk menanggung lebih kepada laki-laki yang datang ke
semua tanggungjawab budaya yang rumah perempuan pada malam hari
harus dilakukannya setelah mengajak terutama yang melebihi kepantasan
seorang perempuan merarik. waktu berkunjung. Biasanya masyarakat
Konsep merarik yang demikian (tetangga dekat) akan menyebut laki-laki
diturunkan dari satu generasi ke tersebut berpacaran dengan perempuan
132 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

yang rumahnya ia datangi. Ketika data nama institusi pendidikan tinggi


masyarakat telah menyebut laki-laki yang telah ditempuh oleh masyarakat
dan perempuan tersebut berpacaran Desa Nyurlembang dan tidak adanya
pengawasan kepada masyarakat korelasi antara tingginya tingkat
kepada keduanya lebih ketat untuk pendidikan dengan perubahan tradisi
menghindarkan mereka melakukan merarik maka muncul 2 alasan mengapa
perbuatan yang tidak pantas dilakukan hal tersebut bisa terjadi.
oleh pasangan yang belum menikah Pertama, masyarakat Desa
terutama berhubungan seksual karena Nyurlembang menyelesaikan pendidikan
agama Islam tidak memperbolehkan tingginya di Lombok seperti di Universitas
zina. Mataram, dll. yang secara kultural masih
Tingginya tingkat pendidikan Suku kental dengan budaya Sasak sehingga
Sasak di Desa Nyurlembang rupanya merarik tetap menjadi pilihan utama
juga tidak berpengaruh secara signifikan untuk memulai berkeluarga. Kedua,
pada perubahan praktik merarik. Berikut beberapa pemuda/i Sasak memilih untuk
ini tabel tingkat pendidikan masyarakat mendapatkan pendidikan tingginya di
di Desa Nyurlembang. luar Lombok seperti di Pulau Jawa yang
menjadi pusat pendidikan di Indonesia.
Gambar 2. Penduduk Desa Nyurlembang Namun, ketika kembali ke Lombok,
Berdasarkan Tingkat Pendidikan harapan orang tua kepada mereka untuk
menikah dengan sesama Suku Sasak
masih kuat. Kewajiban berbakti
kepada kedua orang tua dengan
memenuhi harapan mereka
merupakan hal yang dijunjung
tinggi di dalam Islam (Platt,
2012: 174) dan menjadi faktor
paling utama anak memutuskan
untuk merarik atau tidak.
Ketika seorang anak
Sumber: Profil Desa Nyurlembang, 2014 memutuskan untuk mengikuti
harapan orang tua dengan menikahi
Dari tabel di atas prosentase tingkat sesama Suku Sasak secara otomatis
pendidikan menengah (SMA) merupakan mereka diharapkan melakukan
prosentase paling tinggi yakni sebesar merarik sebagai tradisi yang sah dan
28,8% dari total jumlah penduduk 1.901 harus dilakukan sebagai Suku Sasak.
jiwa pada tahun 2014. Sedangkan total Menikahkan anaknya dengan orang luar
jumlah tingkat pendidikan tinggi D1/D2/ Suku Sasak tidak pernah menjadi pilihan
D3/S1 sebesar 8,8%. Data di atas tidak utama orang tua karena tradisi merarik
menyebutkan lokasi institusi pendidikan menjadi begitu cair dan budaya yang
tinggi yang menjadi tempat bagi 127 orang telah ditetapkan menjadi kabur (Murdan,
menyelesaikan pendidikan tingginya. 2015: 138). Harapan agar tidak menikah
Bila dikaitkan antara tidak tersedianya dengan orang luar Suku Sasak merupakan
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 133

usaha melanggengkan struktur dan telepon dan mengabarkan bahwa mereka


pranata budaya yang telah beratus tahun telah merarik namun merahasiakan
lamanya menjadi pegangan Suku Sasak tempat persembunyiannya. Sesaat setelah
di Desa Nyurlembang. Namun demikian, mengabarkan merarik telepon tersebut
tradisi merarik rupanya tidak kebal dimatikan dengan tujuan menghindari
terhadap perubahan. Beberapa unsur di orang tua mengontak kembali anak
dalam merarik berubah seiring perubahan perempuannya dan menghindari
di masyarakat yang lebih luas. Berikut penolakan orang tua atas merarik yang
beberapa perubahan praktik merarik di dilakukan anak perempuannya dengan
Desa Nyurlembang. berbagai macam alasan salah satunya
Tradisi midang yang awalnya selalu adalah tidak menyetujui laki-laki yang
dilakukan dengan cara mendatangi akan menjadi menantunya.
rumah perempuan Suku Sasak perlahan Sebelum telepon hadir dan meluas
mulai bergeser dan digantikan oleh penggunaannya pemilik rumah yang
teknologi. Gaya komunikasi tatap menjadi tempat persembunyian
muka antara laki-laki dan perempuan biasanya menjadi orang yang bertugas
terfasilitasi lewat hadirnya telepon mengabarkan kepada kepala dusun
pintar yang memungkinkan keduanya setempat bahwa ada pasangan yang
berkomunikasi tatap muka jarak jauh. melakukan merarik (selabar). Setelah itu
Rencana merarik bagi pasangan laki-laki kepala dusun lokasi persembunyian
dan perempuan yang telah menjalin akan menghubungi kepala dusun
hubungan percintaan cukup dilakukan keluarga perempuan yang nantinya
dengan perantaraan telepon pintar ini akan mengabarkan secara resmi kepada
tanpa harus hadir secara langsung di keluarga perempuan bahwa anak
rumah keluarga perempuan. Kehadiran perempuan mereka melakukan merarik
teknologi terutama akses terhadap (majetik).
internet rupanya telah mengaburkan Hadirnya teknologi berupa telepon
pengawasan masyarakat atas pergaulan memungkinkan orang tua perempuan
laki-laki dan perempuan karena di Desa Nyurlembang mengetahui lebih
ketidakmampuan sistem pengawasan awal informasi merarik yang dilakukan
tersebut dalam menjangkau pergaulan oleh anaknya sebelum mendapatkan
keduanya di dunia maya lewat pernyataan resmi dari kepada dusun
perantaraan teknologi. Dengan demikian yang secara adat memiliki tugas untuk
laki-laki dan perempuan Suku Sasak bisa mengabarkan merarik kepada keluarga
merencanakan merarik kapan saja, pada perempuan. Namun demikian, biasanya
usia berapapun, dengan status sosial dan orang tua perempuan adalah pihak
ekonomi manapun. paling akhir yang mengetahui bahwa
Hadirnya teknologi tidak hanya anaknya melakukan merarik sedangkan
mengubah cara midang dilangsungkan teman dekat perempuan menjadi orang
namun juga ketika merarik dilaksanakan. pertama yang tahu merarik.
Pada saat merarik berlangsung beberapa Meskipun orang tua tidak
perempuan yang melakukan merarik memberikan restu, bagi perempuan
menghubungi keluarga mereka melalui Sasak sekali melakukan merarik pantang
134 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

untuk mundur karena gagal menikah dalam pernikahan dengan laki-laki yang
atau tidak melanjutkan merarik ke tidak dicintainya.
tahapan budaya selanjutnya adalah Merarik harusnya merupakan momen
sebuah aib terutama bagi perempuan bagi seorang perempuan menjadi agen
dan keluarga perempuan. Pantang bagi bagi dirinya sendiri sehingga dia bisa
perempuan yang telah dibawa kawin memutuskan laki-laki mana yang akan
lari oleh laki-laki kembali ke rumah dinikahinya. Lantas bagaimana mungkin
karena adanya anggapan bahwa apabila seorang perempuan mau merarik dengan
seorang perempuan kembali ke rumah laki-laki yang tidak dicintainya. Di Desa
dan tidak melanjutkan ke pernikahan Nyurlembang beberapa perempuan
setelah merarik mereka akan kesulitan melakukan merarik karena “dipaksa”.
untuk menemukan jodoh kembali dan Beberapa perempuan tersebut keluar
sulit untuk menikah. bersama dengan laki-laki dan diajak paksa
Pendapat di atas begitu kuat melekat untuk merarik seketika itu juga. Merarik
di dalam benak Suku Sasak di Desa spontan dilakukan karena laki-laki
Nyurlembang karena realitas beberapa tersebut menyenangi perempuan yang
perempuan yang kembali ke rumah ia ajak merarik sedangkan perempuan
orang tuanya setelah merarik tidak jua tersebut tidak menyenangi laki-laki yang
menemukan jodoh hingga menjadi memaksanya untuk merarik. Karena
“perawan tua”. Ketakutan menjadi perempuan tersebut tidak mungkin
“perawan tua” menjadi salah satu sebab kembali ke rumah orang tua karena hal
perempuan di Desa Nyurlembang segera tersebut tabu untuk diilakukan maka
menikah di usia muda. Pantang baginya merarik akan terus berjalan hingga prosesi
untuk kembali ke rumah. Merarik tetap adat selesai.
harus dilangsungkan hingga prosesi Mengingat aktor paling utama
nyongkolan. Keyakinan pantang kembali dalam merarik adalah laki-laki, teman
ke rumah setelah merarik menjadi blunder sebayanya menjadi orang yang penting
bagi perempuan Suku Sasak terutama melaksanakan niat merarik. Dalam
bagi mereka yang merarik dengan laki- perbincangan dengan sebaya keinginan
laki yang tidak dicintainya. merarik dan bagaimana tradisi tersebut
Idealnya merarik dilakukan dengan dijalankan merupakan hal afirmatif
dasar suka sama suka antara laki- dan cita-cita yang dihidupkan untuk
laki dan perempuan. Namun rupanya membangun sebuah keluarga di Desa
merarik tidak selalu dilakukan dengan Nyurlembang. Pengalaman orang
cara demikian. Platt (2012: 167-174) tua dan pengalaman teman sebaya
menceritakan beberapa kisah perempuan melakukan merarik merupakan hal yang
yang melakukan merarik dengan laki- terendap dalam alam bawah sadar
laki yang tidak dicintainya dan terpaksa berbudaya mereka. Ketika ada laki-laki
merampungkan semua proses merarik yang meniatkan untuk merarik teman-
karena terlanjur. Perempuan tersebut teman sebayanya akan dengan senang
lantas memilih untuk bercerai setelah hati membantu proses tersebut meskipun
beberapa tahun mencoba bertahan di perempuan yang diinginkannya tidak
mencintai laki-laki tersebut. Ketika hal ini
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 135

terjadi, agensi perempuan Sasak dalam pulang ke rumah setelah lewat batas
memilih laki-laki yang akan dijadikan waktu yang telah ditetapkan. Orang tua
suaminya sama sekali tidak berlaku. biasanya menjadi orang yang paling
Yang terjadi justru merarik menjadi celah akhir tahu bahwa anak perempuannya
melemahkan perempuan. melangsungkan merarik dan akan sangat
Lemahnya posisi perempuan juga terkejut terlebih ketika mereka tidak
terlihat atas pilihannya menyetujui pernah mendapati anak perempuannya
merarik dengan laki-laki yang dicintainya memiliki pasangan. Rasa kecewa muncul
namun tidak siap secara finansial. Bagi karena biasanya mereka mengharapkan
perempuan Sasak, menyetujui merarik anak perempuan mereka menyelesaikan
dengan laki-laki yang belum siap sekolah terlebih dahulu. Tidak seperti
secara finansial adalah usahanya untuk generasi sebelumnya yang bebas dan
membantu laki-laki tersebut karena bahkan diharapkan melakukan merarik
cinta. Karena jika harus siap secara pada usia sangat muda (bahkan ada
finansial, keinginan menikah tidak akan berusia12 tahun), orang tua Suku Sasak
segera terlaksana mengingat biaya untuk saat ini mengharapkan pendidikan yang
melangsungkan pernikahan sangat terbaik untuk anak perempuan mereka
besar karena panjangnya ritual adat agar memiliki kehidupan yang lebih baik.
yang harus dilakukan. Dengan merarik Ketika anak perempuan mereka tidak
keinginan untuk menikah akan mudah sesuai dengan harapan, orang tua akan
dilaksanakan. Merarik oleh karenanya kecewa dan marah dengan tindakan
adalah proses “memaksa” orang tua anak perempuannya. Budaya Sasak yang
laki-laki agar menyediakan materi mewajibkan seorang anak menghormati,
meskipun orang tua pihak laki-laki tidak menuruti, dan meminta pendapat
memiliki uang dan berhutang untuk orang tua adalah bagian dari kewajiban
menyelesaikan prosesi adat. anak. Sebaliknya kewajiban orang tua
Pergaulan bebas antara laki-laki dan adalah memberikan kebijaksaan dan
perempuan Suku Sasak telah banyak perlindungan kepada anak. Ketika
mengkhawatirkan orang tua. Banyaknya merarik tanpa sepengetahuan orang tua
merarik yang dilangsungkan karena dilakukan merarik lantas menjadi proses
perempuan telah hamil terlebih dahulu meretakkan hubungan sosial keduanya.
sebelum menikah telah membuat orang Konflik yang terjadi di dalam
tua Suku Sasak menyetujui merarik merarik tidak berakhir hanya antara
yang dilakukan oleh anaknya meskipun orang tua perempuan dengan anaknya
anaknya masih berada di bawah umur (di karena melakukan merarik tanpa
bawah 18 tahun). Merarik lantas menjadi sepengetahuannya orang tua padahal
usaha menutupi aib karena telah hamil orang tua memiliki harapan tertentu
sebelum menikah agar pasangan dan padanya. Konflik lanjutan muncul pada
keluarga tidak mendapatkan gunjingan saat negosiasi pesuke. Keluarga laki-laki
dari tetangga sekitar. harus membayar pesuke kepada pihak
Ketika proses merarik berlangsung, perempuan karena anak laki-lakinya
orang tua anak perempuan akan telah melarikan anak perempuan mereka.
merasa cemas karena anaknya tidak Proses negosiasi pesuke ini adalah bagian
136 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

dari tradisi dalam melangsungkan tokoh agama menjadi agen yang penting
merarik. dalam melanggengkan pengetahuan
Negosiasi ini bisa berlangsung alot ini. Keduanya berperan sebagai penjaga
karena jumlah uang yang diminta oleh utama struktur dan pranata tradisi
keluarga perempuan tidak mampu merarik di Nyurlembang.
dipenuhi oleh pihak keluarga laki- Ketika rangkaian prosesi merarik
laki karena pihak keluarga perempuan yang panjang telah selesai dilaksanakan
meminta uang yang lebih banyak dari maka kepantasan adat telah selesai
yang mampu dibayarkan oleh keluarga dilaksanakan. Namun, konflik akan
laki-laki. Namun, karena merarik tetap kembali muncul ketika seiring dengan
harus dilangsungkan segera dan tidak berjalannya waktu ternyata menantu laki-
baik menunda pernikahan terutama laki tidak sesuai dengan yang diinginkan
terhalang jumlah pesuke maka mau tidak oleh orang tua perempuan entah karena
mau keluarga perempuan menyetujui permasalahan ekonomi atau kepribadian
jumlah uang yang diajukan oleh menantunya. Ketidakcocokan ini menjadi
keluarga laki-laki untuk menghindarkan cikal bakal konflik yang berkepanjangan
diri dari aib. Keluarga laki-laki dapat antara 2 keluarga. Perbedaan tingkat
mengancam keluarga perempuan untuk sosial dan ekonomi antara dua keluarga
mengembalikan anak gadis mereka yang berujung pada sikap, pandangan,
jika keluarga perempuan sulit untuk dan harapan untuk hidup yang berbeda
negosiasi besaran pesuke. Dalam proses antara menantu laki-laki dan anak
ini, pihak keluarga perempuan berada di perempuannya membuat permasalahan
posisi tawar yang lemah panjang dalam keluarga. Karena tuntutan
Tetap berlangsungnya merarik dan harapan perempuan mengabdi
meskipun diawali berbagai permasalahan kepada suami biasanya maka perempuan
bukanlah persoalan tuntutan budaya dan keluarga perempuan berada pada
semata-mata. Ajaran agama yang telah posisi inferior dibandingkan laki-laki
menjadi bagian penting dalam budaya dan keluarga laki-laki.
Sasak memainkan peranan yang tidak Praktik merarik saat ini terkesan
sederhana dalam menjaga kelangsungan sebagai upaya memaksakan kehendak
tradisi ini. Wacana “telah datang jodoh” pasangan yang dilakukan agar orang
menjadi wacana yang dominan dan tua mau tidak mau menerima calon
terus menerus dimunculkan ketika menantu mereka dan bertanggung
sepasang muda mudi melangsungkan jawab untuk menyelesaikan acara
merarik tanpa restu orang tua. Tuntutan pernikahan sang anak. Orang tua Suku
melaksanakan ajaran agama Islam Sasak dituntut untuk mempersiapkan
dengan baik menjadi faktor penting pernikahan anaknya meskipun orang
mengapa orang tua perempuan mau tua dalam keadaan belum siap untuk
tidak mau menerima laki-laki yang menyelenggarakan pernikahan baik
mengajak anak perempuannya merarik terkait kesiapan finansial melangsungkan
meskipun dalam hati menilai bahwa perkawinan, ketidaksiapan menerima
anak laki-laki tersebut tidak layak untuk calon menantu yang tidak mereka
anak perempuannya. Kepala dusun dan restui, dan tidak siap melepaskan anak
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 137

perempuan mereka menikah karena Isteri pertama dituntut untuk menerima


mengharapkan anak perempuan mereka pernikahan suaminya, kalaupun
menyelesaikan sekolah. perempuan akhirnya menolak merarik
Mudahnya proses merarik ini sang suami maka satu-satunya pilihan
membuat celah mudahnya bagi laki- adalah dengan jalan bercerai. Biasanya
laki untuk menikah kedua kali tanpa perempuan yang tetap bertahan dalam
persetujuan istri pertama. Meskipun tidak poligami ini adalah mereka yang sangat
disetujui oleh istri pertama dan keluarga tergantung secara ekonomi pada suami,
perempuan yang dilarikan, merarik tetap sehingga mau tidak mau harus menerima
harus dilangsungkan karena aib bagi untuk dipoligami. Kedua, apabila
perempuan dan keluarga perempuan terjadi perceraian, perempuan tidak
jika tidak melangsungkan merarik. Pada bisa menggugat haknya, termasuk harta
tingkat ektrem, jika perempuan yang bersama selama berkeluarga. Kebanyakan
dilarikan adalah perempuan bersuami, perempuan Suku Sasak setelah bercerai
maka suami perempuan tersebut tidak lagi memperoleh nafkah, meskipun
dipaksa menceraikan istrinya. Kasus ini perempuan membawa serta anak-anak
pernah terjadi di Desa Nyurlembang mereka. Begitu juga dengan harta benda,
dimana seorang perempuan bersuami setelah bercerai biasanya perempuan
dipaksa merarik oleh seorang laki-laki. tidak mendapatkan apapun dari harta
Karena aib bagi perempuan kembali yang diperoleh bersama.
ke rumah maka setelah diskusi antara Ketika legitimasi agama dan budaya
keluarga perempuan, keluarga laki-laki, menjadi lebih penting dibandingkan
kepala dusun, dan tokoh agama suami legalitas formal agama maka pada saat
perempuan tersebut yang pada saat itulah Suku Sasak di Nyurlembang hanya
kejadian tengah bekerja menjadi TKI di mengandalkan sanksi budaya yang
Malaysia dipaksa menceraikan istrinya. perlahan-lahan mulai kendur karena
Banyak pernikahan yang diawali adanya banyak perubahan budaya.
merarik di Nyurlembang tidak dicatatkan Budaya Sasak yang tidak kebal terhadap
di KUA. Legalitas negara atas pernikahan perubahan membuat kepastian-kepastian
dianggap tidak penting oleh Suku Sasak budaya dan perlindungan budaya
di Nyurlembang karena pernikahan menjadi lebih rapuh. Legalitas formal
merarik telah sah menjadi ikatan bagi negara atas pernikahan dengan jalan
suami istri berdasarkan agama dan mendaftarkan pernikahan di KUA bisa
budaya. Memperoleh legitimasi agama menjadi jalan terbaik untuk menopang
dan budaya atas pernikahan adalah hal ketidakpastian budaya tersebut dan
yang lebih penting bagi Suku Sasak di memberikan perlindungan yang lebih
Nyurlembang dibandingkan legalitas baik kepada perempuan.
formal negara.
Lemahnya legalitas pernikahan MELAMAR BAGI
dalam sisi hukum negara menyebabkan SUKU SASAK DESA
posisi perempuan menjadi lebih rentan. NYURLEMBANG
Pertama, kondisi ini memudahkan Jika sebelumnya satu-satunya cara
laki-laki untuk melakukan poligami. untuk memulai keluarga adalah dengan
138 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

cara merarik di Desa Nyurlembang perempuan untuk menanyakan kesediaan


konsep dan praktik lamaran rupanya keluarga perempuan dan perempuan
perlahan mulai diterima sebagian kecil tersebut menjadi keluarga besar dengan
orang yang tinggal di sana. Penerimaan mengikatkan diri pada pernikahan. Pada
perlahan konsep dan lamaran merarik pernikahan yang diawali dengan lamaran,
ini tidak lain karena munculnya proses adat menjadi lebih ringkas karena
pemahaman baru yang berbeda dengan panyeboan, selabar, majetik tidak perlu
pemahaman lama mengenai lamaran dilakukan sedangkan negoisasi pesuke
itu sendiri. Jika sebelumnya lamaran dilangsungkan pada saat lamaran
dianggap sebagai proses meminta anak atau setelah lamaran. Setelah lamaran
perempuan dan membicarakan harga dilaksanakan, prosesi sorong serah, mbait
di depan adalah hal yang tidak pantas wali, dan nyongkolan tetap dilaksanakan.
dilakukan maka lamaran saat ini justru “Seperti bukan orang Sasak saja”
dianggap sebagai tawaran konsep dan adalah pernyataan yang sering dilontarkan
praktik membangun keluarga yang lebih oleh masyarakat Desa Nyurlembang
baik dibandingkan merarik mengingat ketika ada anggota masyarakatnya yang
banyaknya permasalahan yang terjadi tidak memilih merarik untuk menikah,
karena merarik. meskipun demikian beberapa orang
Di Desa Nyurlembang saat ini tetap memilih lamaran, bukan merarik.
berkembang 2 macam merarik yaitu kawin Jika merarik selalu dilaksanakan pada
lari dan lamaran. Merarik dengan cara malam hari, lamaran bisa dilakukan pada
kawin lari dilakukan oleh sebagian besar siang atau malam hari. Lamaran yang
Suku Sasak di Desa Nyurlembang. Dalam dilaksanakan pada siang hari seringkali
proses ini pasangan yang melakukan menarik minat warga untuk melihatnya
merarik tidak memberitahukan waktu dari dekat. Lamaran menjadi semacam
merarik dan calon suami/istri kepada pertunjukan yang menarik untuk
orang tua masing-masing karena cara ini ditonton karena jarang dilakukan oleh
adalah bagian dari tradisi merarik yang Suku Sasak di Desa Nyurlembang. Hal
telah dilakukan Suku Sasak sejak lama. ini seringkali membuat keluarga yang
Sedangkan merarik dengan cara melamar memilih melamar merasa tidak nyaman
dilakukan oleh beberapa orang saja di dan mendorong warga yang lainnya
desa ini. Menurut keterangan informan, tetap memilih merarik karena tidak ingin
dari total Suku Sasak yang tinggal di Desa menjadi pusat perhatian warga desa.
Nyurlembang hanya 5 orang saja yang Lamaran memungkinkan keluarga
melakukan proses lamaran, selebihnya perempuan dan keluarga laki-laki
melakukan merarik. untuk saling mengenal terlebih dahulu,
Melamar merupakan hal yang baru pun demikian antara orang tua dengan
dilakukan oleh Suku Sasak di Desa pasangan anak perempuan/laki-laki
Nyurlembang dan menjadi pilihan bagi 5 mereka. Konflik yang muncul karena
orang di Desa Nyurlembang yang telah adanya ketidakcocokan orang tua
melakukan pernikahan melalui proses perempuan dengan calon menantu laki-
tersebut. Dalam proses ini, laki-laki dan laki berkurang karena hadirnya waktu
keluarganya datang ke rumah keluarga dan kesempatan untuk menilai laki-
Titi Fitrianita, Siti Kholifah, Rabiatul Adawiyah: Perempuan nyurlembang... 139

laki yang menjadi calon suami anaknya merarik akan tetap menjadi pilihan
dan keluarga laki-laki tersebut. Laki- utama karena pernikahan akan tetap
laki yang memilih lamaran biasanya dilangsungkan apalagi jika pasangan
telah mempunyai persiapan finansial saling mencintai. Merarik oleh karena
yang baik dan ini berimplikasi pada itu tetap menjadi pilihan terbaik untuk
keberlangsungan ekonomi keluarga mempercepat keinginan untuk menikah
yang ia bangun. Dengan demikian meskipun banyak permasalahan muncul
lamaran memberikan kepastian hidup darinya.
yang lebih baik bagi perempuan dan
meminimalisir konflik yang timbul saat KESIMPULAN
maupun setelah pernikahan berlangsung. Budaya patriarki yang begitu kuat
Namun karena tidak ada unsur paksaan membuat perubahan budaya merarik
di dalam adat seperti ketika merarik yang ditopang oleh teknologi modern
dilakukan maka pembatalan menikah (mobile phone), hanya memperkuat posisi
sangat dimungkinkan setelah lamaran laki-laki dalam melakukan merarik. Di
dilakukan. sisi lain, perempuan tetap dituntut untuk
Semakin tingginya pemahaman melestarikan budaya yang sudah ada.
agama Islam dan tingginya pendidikan Bahkan lamaran yang menjadi alternatif
tinggi menjadi alasan mengapa lamaran bargaining position perempuan malah
dinilai lebih baik dibandingkan merarik. dianggap “memperjualbelikan anak
Lamaran dianggap lebih dekat dengan perempuan”.
syariat Islam dibandingkan dengan Posisi laki-laki dan perempuan
kawin lari karena syariat Islam memang yang sejak awal unequal pada Suku
mensyaratkan membangun keluarga Sasak, ketika terjadi perubahan –dengan
dengan cara melamar bukan kawin lari. adanya teknologi, maka perubahan yang
Lamaran juga dianggap lebih memiliki terjadi lebih menguntungkan laki-laki.
dampak positif untuk semua orang Perempuan tetap berada pada ranah yang
yang terlibat terutama perempuan dan dituntut untuk menjaga keberlanjutan
keluarga perempuan karena lamaran budaya. Bagian proses merarik yang bisa
mensyaratkan persiapan finansial dan berubah dan tidak, ditentukan oleh pihak
mental laki-laki yang akan melakukannya laki-laki dan keluarganya.
sehingga ketidakberdayaan perempuan
dan keluarga perempuan yang biasanya
muncul dalam tradisi merarik hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, S. 2004. Pergeseran Nilai-nilai
Membuat lamaran sebagai alternatif Adat Marari Pada Masyarakat Suku
lain di Desa Nyurlembang tidaklah Sasak Lombok (Studi Pada Kecamatan
mudah. Selain karena dianggap bukan Ampenan, Kota Mataram, Provinsi Nusa
budaya Sasak, lamaran mensyaratkan Tenggara Barat). Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro .
kesiapan psikologis dan finansial
terutama bagi laki-laki yang tidak Amin, A. 1997. Adat Istiadat Daerah Nusa
Tenggara Barat. Jakarta: Departemen
mudah untuk dilakukan. Ketika laki- Pendidikan dan Kebudayaan
laki melakukan lamaran namun ditolak Republik Indonesia.
karena dianggap “tidak pantas” maka
140 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

Aniq, A. F. 2012. Konflik Peran Gender Perspektif Antropologi Hukum). Tesis.


Pada Tradisi Merarik di Pulau Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Lombok. Annual International Parlindungan, T. 2004. Budaya Kawin Lari
Conference on Islamic Studies (AICIS dan Akibat Hukumnya Pada Masyarakat
XI). Jakarta: Kementrian Agama. hal. Suku Lampung Pepadun di Kecamatan
2321-2339. Negeri Sakti Kabupaten Tanggamus
Daliem, M. M. 1982. Lombok Selatan Provinsi Lampung. Tesis. Semarang:
Dalam Pelukan Adat Istiadat Sasak. Universitas Diponegoro.
Mataram: Departemen Pendidikan Platt, M. 2012. Sudah Terlanjur:
dan Kebudayaan. “Perempuan dan Transisi ke
Hamdi, S. 2017. Potret Perempuan Sasak Perkawinan di Lombok”. Jurnal Studi
Migrasi Perempuan Sasak Pernikahan Pemuda, Volume 1 No 2: 165-178.
Dini dan Legitimasi Kekerasan Rabiatul, A. 2016. Makna Tradisi Merarik
Simbolik Terhadap Perempuan Dalam (Studi Tentang Bertahannya Tradisi
Budaya Sasak, dalam http://www. Merarik di Desa Nyurlembang
alidachlancenter.com/(diakses 12 Kecamatan Narmada Kabuaten Lombok
April 2017). Barat). Skripsi. Malang: Universitas
Haq, H. S., & Hamdi. 2016. Perkawinan Brawijaya.
Adat Merariq dan Tradisi Selabar di Saladin, B. 2013. Tradisi Merari’ Suku
Masyarakat Suku Sasak. Perspektif Sasak di Lombok Dalam Perspektif
Vol. XXI No 3 September, 157-167. Hukum Islam. Al Ihkam, Volume 8 No
Murdan. 2015. Perkawinan Masyarakat 1: 21-39.
Adat (Studi Proses Perkawinan
Masyarakat Muslim Suku Sasak Dalam

Anda mungkin juga menyukai