2022 Peran Kelompok BKB Holistik Integratif Dalam Menanggulangi Stunting
2022 Peran Kelompok BKB Holistik Integratif Dalam Menanggulangi Stunting
Di Susun
Oleh
Drs. JOKO PRASETYA
NIP. 196803301993121001
TAHUN 2022
1
ix
ABSTRAK
Joko Prasetya: Peran Kelompok Bkb Holistik Integratif Dalam
Menanggulangi Stunting
2
ix
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisanya, Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan karenanya, penulis dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Blitar, 2022
Penulis
3
ix
DAFTAR ISI
4
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
anak di Indonesia. Sehingga untuk mencetak anak di Indonesia yang sehat dan
gizi pada anak sejak usia dini, bahkan saat masih berada di dalam kandungan
atau dikenal dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) di dunia
Manusia (SDM) Indonesia di masa mendatang. Pada periode 1000 HPK ini
dimana pada 1000 HPK hari selama 270 kehamilan dan 730 hari pada
5
ix
peran utama yang sangat penting dalam mengemban tanggung jawab penuh
anak.
memperlebar ketimpangan. Selain itu tipe dan pola pengasuhan yang paling
tepat di butuhkan guna untuk mendukung setiap capaian dalam tingkatan usia
pada anak.
Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja
atau bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak
kecil supaya dapat berdiri sendiri. Untuk itu dapat melakukan pendekatan
mengarahkan anak dan mengenali pribadi anak. Hal ini pun membantu anak
akan mudah untuk mengambil sikap dan perilaku yang diharapkan sesuai
6
ix
melalui teknis bagi toga, toda, dan mitra kerja (TOT penanggunalangan
menjadi wilayah penanganan stunting yang terdiri dari kepala seksi di OPD KB
yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu Kelompok Bina Keluarga Balita
pengasuhan, pemenuhan gizi dan tumbuh kembang anak khususnya bayi dua
Realisasi penempelan stiker dan poster yaitu sesuai target yang disampaikan
oleh BKKBN Provinsi Jawa Timur atau Dinas Pengendalian Penduduk dan
7
ix
anak kepada orang tua dan masyarakat. Dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya program anak usia dini yang holistic (menyeluruh)
dan integratif (saling terkait) dalam rangka menekan angka stunting. Dengan
adanya program Bina Keluarga Balita (BKB) orang tua dan masyarakat lebih
dasar anak sejak dalam kandungan hingga anak usia enam tahun. Dengan
Keluarga Balita (BKB) dapat menerangkan kepada orang tua balita dan
keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Keluarga sendiri
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
8
ix
perkembangan anak
4. Meningkatkan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi
9
ix
keluarga
3. Peningkatan Akses
4. Peningkatan Kualitas
c. Peningkatan pembiayaan
10
ix
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui
11
ix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1
Tim Penggerak PKK. 1996. Gerakan BKB (Bina Keluarga Balita). Pokja BKB Prop. Jatim
2
Merrynce Dan Ahmad Hidir. “Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Berencana”. Jurnal
Kebijakan Publik. Vol 4 No. 1. 2013.
3
BKKBN. 2008. Pedoman Peningkatan Ketahanan Keluarga untuk Pelaksanaa Program Catur
Bina. Provinsi Jawa Timur
12
ix
13
ix
6
Rahma, Merita. “Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Melalui Pelaksanaan Program
KB/TBKB”.. Bandar Lampung Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. 2016
14
ix
7
BKKBN. 2008. Pembentukan Karakter Sejak Dini melalui Bina Keluarga balita.
15
ix
F. Sasaran BKB
Sasaran dari kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) menurut BKKBN 2008:4)
antara lain:
1) Berusia 17-35 tahun
2) Mempunyai anak balita
3) Bertempat tinggal di lokasi program BKB
4) Telah atau sedang mengikuti program Kesejahteraan Ibu dan Anak seperti
posyandu, pos timbang, akseptor KB, dan PKK.
Sedangkan menurut BKKBN sasaran Bina Keluarga Balita yaitu:
1) Keluarga dengan anak usia 0-6 tahun
2) Pelaksana kegiatan BKB dan kegiatan sejenis
3) Tokoh masyarakat, stakeholder
4) Fasilitator program BKB (litas sektor terkait)
Berdasarkan Pokja BKB Jatim, kelompok sasaran gerakan BKB adalah
ibu atau anggota keluarga yang mempunyai balita8
G. Pengertian Stunting
1. Stunting Atau Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak
mempertahankan kesehatan. Ini biasa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
8
BKKBN. 2008. Pedoman Peningkatan Ketahanan Keluarga untuk Pelaksanaa Program Catur
Bina. Provinsi Jawa Timur
16
ix
metabolik9.
Malnutrisi terdiri dari akut dan kronis. Penderita malnutrisi akut atau
Severe Acute Malnutrition (SAM), ditentukan dengan pengukuran berat badan per
tinggi badan dibawah 3 SD atau lebih dibawah rata–rata kurva pertumbuhan baru
oleh indikator tinggi badan per umur. Sebagaimana jenisnya, malnutrisi ini
khusus. Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih
tinggi/ panjang badan relatif terhadap umurnya . Stunting merupakan salah satu
anak. Anak pendek dan sangat pendek berdasarkan perhitungan indeks panjang
badan menurut umur (PB/U) atau indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
17
ix
faktor langsung; asupan makanan (saat dalam kandungan dan setelah lahir
termasuk pemberian ASI) dan riwayat penyakit dan faktor tidak langsung;
stunting dengan Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya
kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan,
perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak
mencapai pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan
yang subnormal13
Menurut Unicef tahun 1998 gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh
penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi kurang secara
infeksi. Dan penyebab secara tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,
12
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
13
Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Metode Penelitian Status Gizi. Dalam: Penelitian Status Gizi. EGC
2005: 17-83
18
ix
Ketahanan pangan juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan
panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan
orang tua. Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu
tinggi badan orang tua yang pendek, maupun kurangnya pemenuhan zat gizi.
Penelitian di Mesir menunjukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi
Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang
perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan
B. Penyakit Infeksi
aktifitas tubuh. Tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan mudah terkena
kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Penyakit infeksi
14
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
15
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
16
Ali O, Isa MZ. Nutritional Status Of The Rural Population in Malaysia, especially Women And Children.
Asia Pacific Journal Clinic Nutrition; 1995
19
ix
kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai,
status gizi terutama pada anak balita karena adanya interaksi yang timbal balik.
Diare dapat mengakibatkan gangguan status gizi dan gangguan status gizi dapat
mengakibatkan diare. Gangguan status gizi dapat terjadi akibat dari penurunan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/
gizi akibat penyakit diare yang terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga
sebaliknya, ada hubungan antara status gizi dengan infeksi diare pada anak balita.
Apabila asupan makanan atau zat gizi kurang akan terjadi penurunan metabolisme
sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak
balita yang menderita penyakit diare. Oleh sebab itu asupan makanan atau zat gizi
harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan metabolisme di dalam tubuh 18.
Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik
disertai lendir dan darah maupun tidak Diare ialah keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer,
dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat
pertama di Indonesia. Diare dapat menyerang semua usia baik balita, anak-anak
17
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
18
Sunatrio dkk. Pedoman penyelenggaraan tim terapi gizi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009
20
ix
dan orang dewasa. Akan tetapi pada kasus diare berat dengan kematian lebih
sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Penyakit ini menyerang
semua usia dari bayi sampai lansia, dan tersebar luas di mana-mana. Infeksi
saluran pernafasan akut disebabkan antara lain oleh bakteri, virus, dan jamur,
sedangkan kondisi cuaca, status gizi, status imun, sanitasi, dan polusi udara
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi
juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi
sering diserang demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak
yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat
melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan
Sejak tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA adalah 5 per 1000 balita
19
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
20
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
21
ix
sampai 6 kali pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan
C. Genetik
Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu
tinggi badan orang tua yang pendek, maupun kurangnya pemenuhan zat gizi.
Penelitian di Mesir menunjukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi
pendek dan gizi ibu yang buruk berhubungan dengan peningkatan risiko
kegagalan pertumbuhan intrauterine. Selain itu disebabkan oleh asupan yang tidak
memadai dan sering terjadi infeksi mengemukakan bahwa keadaan gizi dan tinggi
badan ibu merupakan determinan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu yang
mempunyai status gizi baik akan mempunyai anak dengan status gizi baik
kemungkinan 1,7 kali dibandingkan ibu dengan status gizi tidak baik23.
D. ASI Eklusif
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang diberikan oleh
ibu pada bayi baru lahir. Asi sebagai makanan ideal bagi bayi pada 0-6 bulan
21
Sunatrio dkk. Pedoman penyelenggaraan tim terapi gizi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009
22
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
23
Hartriyanti Y, Triyant. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat Fakultas
Keehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Raja GrafindoPersada; 2007 Hal 261-289.
22
ix
dan zat esensial yang diperlukan bayi. Air susu ibu selain sebagai pemenuhan
kekebalan24.
pemberian Asi eklusif dan meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu
Kekurangan zat gizi pada umur dini akan berpengaruh pada pertumbuhan masa
tahun pertama kehidupan yaitu ASI dan MP-ASI. Pemberian ASI eklusif yang
kurang dari dan 6 bulan dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat
sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA26.
badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola asuh ibu. Defisiensi
energi kronis dan anemia selama kehamilan dapat menyebabkan ibu melahirkan
24
Ali O, Isa MZ. Nutritional Status Of The Rural Population in Malaysia, especially Women And Children.
Asia Pacific Journal Clinic Nutrition; 1995
25
Nasar SS, Susanto JC, Lestari ED, Djais J, Prawitasari T. Malnutrisi rumah sakit. Buku Ajar Nutrisi
Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jidil I Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
26
Setiati, S. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang Usia lanjut. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
23
ix
merupakan prediktor terkuat kejadian stunting pada balita. Adapun Ciri-Ciri Bayi
3. Lingkar dada 30 ± 38 cm
4. Lingkar kepala 33 ± 35 cm
27
Nasar SS, Susanto JC, Lestari ED, Djais J, Prawitasari T. Malnutrisi rumah sakit. Buku Ajar Nutrisi
Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jidil I Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014
24
ix
BAB III.
PEMBAHASAN
alitas sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang memiliki peran vital
dilaksanakan sejak dini baik dari segi kesehatan maupun pendidikan. Pada di
seribu hari pertama anak dan fase emas atau yang biasa disebut golden age yang
pendidikan yang maksimal. Karena upaya pembangunan suatu bangsa akan sangat
pelayanan kesehatan dasar, serta pendidikan anak usia dini (PAUD) & program
bina keluarga balita (BKB) yang berfokus pada ranah pendidikan dan pengasuhan
anak.
Ketiga program ini terus melakukan perbaikan dari yang awalnya berjalan
28
Tingkatkan kualitas pengasuhan keluarga, BKKBN bentuk BKB holistik Integratif. 28 MEI
2018.https://www.bkkbn.go.id [Online: Diakses Juni 2018]
25
ix
janin sampai usia 6 tahun dengan sistem pelayanan menyeluruh dan terintegrasi 29.
aspek. Posyandu memantau kesehatan ibu dan anak, PAUD memfasilitasi balita
bermain dan belajar bersama yang dibimbing oleh mentor/guru PAUD, sementara
mengenai pengasuhan anak yang baik. Hal ini membawa harapan agar orangtua
dan anak memiliki wadah untuk memantau dan menstimulasi tumbuh kembang
3.023.926 keluarga (63.88%) dari sasaran 7.408.983 keluarga. Dari sejumlah data
kegiatan Posyandu dan PAUD. Kinerja program BKB dan Anak saat ini masih
membutuhkan perhatian dan komitmen dari para pengelola program BKB, baik
29
Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013. Pengembangan Anak Usia dini Holistik Integratif
30
Buku Panduan Pelaksanaan Kegiatan BKB Yang Terintegrasi Dalam Rangka Penyelenggaraan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. BKKBN: Jakarta (2013).
31
Ibid
26
ix
perkembangan anak. Peran orangtua dan keluarga dalam mendidik anak tidak
dapat tergantikan oleh sekolah dengan kualitas terbaik sekalipun. Begitu kuatnya
menjembatani orangtua & anak-anak usia dini dari keluarga prasejahtera untuk
karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan akan pendidikan secara mandiri,
seperti layaknya keluarga dari ekonomi menengah ke atas yang memiliki akses
kader BKB itu sendiri yang mempunyai peran vital seperti yang disebutkan rinci
penyuluhan,dan lain-lain.
32
Dwi Muhammad Furqon, Kismartini, Fathurrohman. Evaluasi Kinerja Program Bina Keluarga Balita
(BKB) di Kelompok BKB Mekar Sari 2 Kelurahan Pedurungan Kidul Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. http://download.portalgaruda.org
33
Tingkatkan kualitas pengasuhan keluarga, BKKBN bentuk BKB holistik Integratif. 28 MEI
2018.https://www.bkkbn.go.id [Online: Diakses Juni 2018]
27
ix
BKB dapat kita jadikan contoh gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan BKB
di lapangan yang menyebutkan bahwa peran yang sangat vital tidak diikuti
dengan pelatihan yang mumpuni dari Bapermasper & KB sebagai SKPD yang
kompetensi kader dan sarana konsultasi dan sharing antar anggota yang belum
1. Pemanfaatan Teknologi
Salah satu faktor dari kurangnya partisipasi peserta dalam kegiatan BKB
menjadi solusi, dimana para peserta & kader yang memiliki akses internet dapat
berinteraksi satu sama lain dengan lebih luwes dan berbagi dokumen penunjang
dikembangkan orangtua dirumah dll. Selain itu, forum online tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menghubungkan peserta, kader dan tim ahli yang diundang
pun dapat dilakukan secara online melalui sistem pembelajaran jarak jauh sebagai
34
Dwi Muhammad Furqon, Kismartini, Fathurrohman. Evaluasi Kinerja Program Bina Keluarga Balita
(BKB) di Kelompok BKB Mekar Sari 2 Kelurahan Pedurungan Kidul Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. http://download.portalgaruda.org
28
ix
Penunjang
berisi modul, buku, leaflet serta video panduan yang bisa digunakan orangtua
program pengembangan anak usia dini dengan membuat suatu gerakan “belajar
jadi orangtua”, yaitu forum diskusi mengenai pendidikan anak bagi pasangan usia
subur/calon orangtua, orangtua yang memiliki anak usia 0-6 tahun. Dan membuat
website yang berisi artikel pengenai pengasuhan anak, dan berbagi media
pihak-pihak yang tidak terjangkau oleh internet. Kita dapat berkordinasi dengan
pihak praktisi ataupun ahli di bidang pendidikan dan kesehatan anak sebagai
mendanai biaya operasional yang tidak tertutupi pemerintah melalui bantuan dana
29
ix
CSR nya. Optimalisasi program pengembangan anak usia dini holistik integratif
solusi meningkatkan mutu dan pemerataan kualitas SDM di berbagai wilayah 35.
35
Buku Panduan Pelaksanaan Kegiatan BKB Yang Terintegrasi Dalam Rangka Penyelenggaraan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. BKKBN: Jakarta (2013).
30
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:
alitas sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang memiliki peran vital
dilaksanakan sejak dini baik dari segi kesehatan maupun pendidikan. Pada di
seribu hari pertama anak dan fase emas atau yang biasa disebut golden age yang
pendidikan yang maksimal. Karena upaya pembangunan suatu bangsa akan sangat
pelayanan kesehatan dasar, serta pendidikan anak usia dini (PAUD) & program
bina keluarga balita (BKB) yang berfokus pada ranah pendidikan dan pengasuhan
anak.
31
DAFTAR PUSTAKA
Balaika, Adam. ”Evaluasi Program Keluarga Berencana Dikecamatan
Kramatwatu”.: Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. 2012.
Mardiyanto. Pemberdayaan Keluarga Melalui Kampung KB Dalam Upaya
Peningkatan Program KKBPK Dan Terkait Di Jawa Timur. Jurnal
Keluarga. Vol 2. No. 1. 2017.
Merrynce Dan Ahmad Hidir. “Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga
Berencana”. Jurnal Kebijakan Publik. Vol 4 No. 1. 2013.
Mukani, Miswani Syuaib. Pelayanan Keluarga Berencana. Cet. 1; Makassar:
Alauddin University Press 2011.
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga. Bab I
Pasal I. 2009.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1992. Perkembangan
Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
BKKBN. 2008. Pembentukan Karakter Sejak Dini melalui Bina Keluarga balita.
Provinsi Jawa Timur.
BKKBN. 2008. Pedoman Peningkatan Ketahanan Keluarga untuk Pelaksanaa
Program Catur Bina. Provinsi Jawa Tengah
Keluarga Mandiri. 2009. BKB Membentuk Generasi Unggul. Mardiya. 2010. DIY
Pernah menjadi Model Keberhasilan Pengelolaan BKB di Indonesia.
http://mardiya.wordpress.com/2010/12/03/diy-pernah- menjadi-model-
keberhasilan-pengelolaan-bkb-di-indonesia-oleh-drs- mardiya/
Rahayu, Ambar. 2007. Dukungan Parenting (BKB) terhadap Pendidikan Anak
Usia Dini. Yogyakarta
http://keluargamandiri.blogspot.com/2009/09/bkb-membentuk- generasi
unggul.html
Tim Penggerak PKK. 1996. Gerakan BKB (Bina Keluarga Balita). Pokja
BKB Prop. Jatim.
Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013. Pengembangan Anak Usia dini Holistik
Integratif.
32
Tingkatkan kualitas pengasuhan keluarga, BKKBN bentuk BKB holistik
Integratif. 28 MEI 2018.https://www.bkkbn.go.id [Online: Diakses Juni 2018]
33