Di Susun
Oleh
NUR ASNAWI, SH
NIP. 196306171993021002
TAHUN 2019
1
ix
ABSTRAK
Nur Asnawi, Sh : Peran Kelompok Bkb Holistik Integratif Dalam
Menanggulangi Stunting
2
ix
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisanya, Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan karenanya, penulis dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
3
ix
DAFTAR ISI
4
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
anak di Indonesia. Sehingga untuk mencetak anak di Indonesia yang sehat dan
gizi pada anak sejak usia dini, bahkan saat masih berada di dalam kandungan
atau dikenal dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) di dunia sebagai
saat yang terpenting dalam kehidupan seseorang. Sejak saat perkembangan janin
di dalam kandungan, hingga ulang tahun yang kedua menentukan kesehatan dan
Kehidupan. Gerakan ini penting sebagai penentu kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Indonesia di masa mendatang. Pada periode 1000 HPK ini merupakan
“Periode Emas” (Golden Periode) atau “Periode Kritis”, dimana pada 1000 HPK
hari selama 270 kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang
peran utama yang sangat penting dalam mengemban tanggung jawab penuh
5
ix
anak.
terhadap penyakit dan di masa depan sehingga dapat beresiko pada menurunnya
memperlebar ketimpangan. Selain itu tipe dan pola pengasuhan yang paling
tepat di butuhkan guna untuk mendukung setiap capaian dalam tingkatan usia
pada anak.
Dapat dijabarkan bahwa pengertian pola asuh adalah sistem, cara kerja
atau bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anak
kecil supaya dapat berdiri sendiri. Untuk itu dapat melakukan pendekatan
mengarahkan anak dan mengenali pribadi anak. Hal ini pun membantu anak
akan mudah untuk mengambil sikap dan perilaku yang diharapkan sesuai potensi
yang dimiliki.
terutama untuk daerah yang terindikasi stunting atau angka prevelensinya di atas
6
ix
melalui teknis bagi toga, toda, dan mitra kerja (TOT penanggunalangan Stunting
menjadi wilayah penanganan stunting yang terdiri dari kepala seksi di OPD KB
yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu Kelompok Bina Keluarga Balita
pengasuhan, pemenuhan gizi dan tumbuh kembang anak khususnya bayi dua
penempelan stiker dan poster yaitu sesuai target yang disampaikan oleh BKKBN
anak kepada orang tua dan masyarakat. Dengan tujuan untuk meningkatkan
7
ix
kesadaran akan pentingnya program anak usia dini yang holistic (menyeluruh)
dan integratif (saling terkait) dalam rangka menekan angka stunting. Dengan
adanya program Bina Keluarga Balita (BKB) orang tua dan masyarakat lebih
dasar anak sejak dalam kandungan hingga anak usia enam tahun. Dengan
Balita (BKB) dapat menerangkan kepada orang tua balita dan masyarakat
yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Keluarga sendiri merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan keluarga
berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan
bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
8
ix
perkembangan anak
4. Meningkatkan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi
9
ix
3. Peningkatan Akses
4. Peningkatan Kualitas
c. Peningkatan pembiayaan
dalam melakukan pencegahan stunting ,Selain itu Penulis juga tertarik untuk
10
ix
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui Peran
11
ix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1
Tim Penggerak PKK. 1996. Gerakan BKB (Bina Keluarga Balita). Pokja BKB Prop. Jatim
2
Merrynce Dan Ahmad Hidir. “Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Berencana”. Jurnal
Kebijakan Publik. Vol 4 No. 1. 2013.
3
BKKBN. 2008. Pedoman Peningkatan Ketahanan Keluarga untuk Pelaksanaa Program Catur
Bina. Provinsi Jawa Timur
12
ix
orangtua mampu mendidik dan mengasuh anak balitanya sejak dini agar anak
tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia indonesia berkualitas”4.
Jadi bina keluarga balita adalah suatu program yang bertujuan untuk
meningkatkan pengelolaan dan keterampilan keluarga dalam membina tumbuh
kembang balita dimana kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk dapat
mengembangkan fungsi pendidikan, sosialisasi, dan kasih sayang dalam
keluarga.
B. Pengasuhan Anak Sebelum Ada Bina Keluarga Balita (BKB)
Hurlock menyatakan pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin
yang diterapkan orang tua terhadap anaknya. Metode disiplin ini meliputi dua
konsep, yaitu konsep positif dan konsep negatif. Konsep positif dijelaskan
bahwa disiplin berarti pendidikan dan bimbingan yang lebih menekankan pada
disiplin diri dan pengendalian diri, sedangkan konsep negatif dijelaskan bahwa
disiplin dalam diri berarti pengendalian dengan kekuatan dari luar diri, hal ini
merupakan suatu bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan
menyakitkan5.
C. Ciri Khusus Program Bina Keluarga Balita (BKB)
Gerakan Bina Keluarga Balita mempunyai ciri utama yaitu
1) Kekhususan di dalam penanganan periode kehidupan manusia yaitu pada
usia balita. Kekhususan aspek kedirian manusia yanng harus ditangani
meliputi aspek mental intelektual, emosional, sosial dan moral.
2) Kekhususan di dalam tata nilai yanng digunakan yaitu pengaruh sosial
terhadap balita dilakukan melalui ibu dan anak.
3) Kekhususan di dalam perangkat yang digunakan sebagai media hubungan
timbal balik antara ibu dan anak.
Program BKB memiliki beberapa ciri utama (BKKBN, 2008)
diantaranya sebagai berikut :
1) Menitikberatkan pada pembinaan orangtua dan anggota keluarga lainnya
4
BKKBN. 2008. Pembentukan Karakter Sejak Dini melalui Bina Keluarga balita.
13
ix
6
Rahma, Merita. “Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Melalui Pelaksanaan Program
KB/TBKB”.. Bandar Lampung Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. 2016
14
ix
7
BKKBN. 2008. Pembentukan Karakter Sejak Dini melalui Bina Keluarga balita.
15
ix
F. Sasaran BKB
Sasaran dari kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) menurut BKKBN 2008:4) antara
lain:
1) Berusia 17-35 tahun
2) Mempunyai anak balita
3) Bertempat tinggal di lokasi program BKB
4) Telah atau sedang mengikuti program Kesejahteraan Ibu dan Anak seperti
posyandu, pos timbang, akseptor KB, dan PKK.
Sedangkan menurut BKKBN sasaran Bina Keluarga Balita yaitu:
1) Keluarga dengan anak usia 0-6 tahun
2) Pelaksana kegiatan BKB dan kegiatan sejenis
3) Tokoh masyarakat, stakeholder
4) Fasilitator program BKB (litas sektor terkait)
Berdasarkan Pokja BKB Jatim, kelompok sasaran gerakan BKB adalah
ibu atau anggota keluarga yang mempunyai balita8
G. Pengertian Stunting
1. Stunting Atau Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak
mempertahankan kesehatan. Ini biasa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
metabolik9.
8
BKKBN. 2008. Pedoman Peningkatan Ketahanan Keluarga untuk Pelaksanaa Program Catur
Bina. Provinsi Jawa Timur
9
Burton, J.L, et al. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York: Oxford University; 2007
Press:524
16
ix
Malnutrisi terdiri dari akut dan kronis. Penderita malnutrisi akut atau Severe
Acute Malnutrition (SAM), ditentukan dengan pengukuran berat badan per tinggi
badan dibawah 3 SD atau lebih dibawah rata–rata kurva pertumbuhan baru dari
indikator tinggi badan per umur. Sebagaimana jenisnya, malnutrisi ini memiliki
Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat badannya dan
diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
panjang badan relatif terhadap umurnya . Stunting merupakan salah satu indikator
anak. Anak pendek dan sangat pendek berdasarkan perhitungan indeks panjang
badan menurut umur (PB/U) atau indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
10
Lipoeto N, Megasari N, Putra AE. Malnutrisi dan Asupan kalori pada Pasien Inap di Rumah Sakit. Majalah
Kedokteran Indonesia 2006; Vol 56 No.11
11
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
17
ix
Faktor yang mempengaruhi status gizi balita dibedakan menjadi dua, faktor
langsung; asupan makanan (saat dalam kandungan dan setelah lahir termasuk
pemberian ASI) dan riwayat penyakit dan faktor tidak langsung; pendapatan
dengan Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis
sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya: kemiskinan, perilaku
hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak
mencapai pertumbuhan linear sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan
yang subnormal13
Menurut Unicef tahun 1998 gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh
penyebab tidak langsung, pokok masalah dan akar masalah. Gizi kurang secara
infeksi. Dan penyebab secara tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,
12
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
13
Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Metode Penelitian Status Gizi. Dalam: Penelitian Status Gizi. EGC
2005: 17-83
18
ix
Ketahanan pangan juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya
panjang badan lahir, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan tinggi badan
orang tua. Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu
tinggi badan orang tua yang pendek, maupun kurangnya pemenuhan zat gizi.
Penelitian di Mesir menunjukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan
Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang
perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan
B. Penyakit Infeksi
aktifitas tubuh. Tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan mudah terkena
kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Penyakit infeksi
14
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
15
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
16
Ali O, Isa MZ. Nutritional Status Of The Rural Population in Malaysia, especially Women And Children.
Asia Pacific Journal Clinic Nutrition; 1995
19
ix
menyebabkan diare, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa
sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh
status gizi terutama pada anak balita karena adanya interaksi yang timbal balik.
Diare dapat mengakibatkan gangguan status gizi dan gangguan status gizi dapat
mengakibatkan diare. Gangguan status gizi dapat terjadi akibat dari penurunan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/
gizi akibat penyakit diare yang terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga
sebaliknya, ada hubungan antara status gizi dengan infeksi diare pada anak balita.
Apabila asupan makanan atau zat gizi kurang akan terjadi penurunan metabolisme
sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak
balita yang menderita penyakit diare. Oleh sebab itu asupan makanan atau zat gizi
harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan metabolisme di dalam tubuh 18.
Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik
disertai lendir dan darah maupun tidak Diare ialah keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer,
dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
17
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
18
Sunatrio dkk. Pedoman penyelenggaraan tim terapi gizi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009
20
ix
Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat
pertama di Indonesia. Diare dapat menyerang semua usia baik balita, anak-anak dan
orang dewasa. Akan tetapi pada kasus diare berat dengan kematian lebih sering
sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. Penyakit ini menyerang
semua usia dari bayi sampai lansia, dan tersebar luas di mana-mana. Infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan antara lain oleh bakteri, virus, dan jamur, sedangkan
kondisi cuaca, status gizi, status imun, sanitasi, dan polusi udara merupakan faktor
–faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA. Infeksi yang mengenai jaringan paru-
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering
diserang demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang
makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah,
sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya
tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA adalah 5 per 1000 balita (Cissy,
2004). Kejadian ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali
19
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
20
Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia
Pustaka; 2006
21
ix
pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk sebanyak 3
C. Genetik
Panjang badan lahir pendek bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu tinggi
badan orang tua yang pendek, maupun kurangnya pemenuhan zat gizi. Penelitian
di Mesir menunjukan bahwa anak yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang
pendek dan gizi ibu yang buruk berhubungan dengan peningkatan risiko kegagalan
pertumbuhan intrauterine. Selain itu disebabkan oleh asupan yang tidak memadai
dan sering terjadi infeksi mengemukakan bahwa keadaan gizi dan tinggi badan ibu
mempunyai status gizi baik akan mempunyai anak dengan status gizi baik
kemungkinan 1,7 kali dibandingkan ibu dengan status gizi tidak baik 23.
D. ASI Eklusif
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang diberikan oleh
ibu pada bayi baru lahir. Asi sebagai makanan ideal bagi bayi pada 0-6 bulan
21
Sunatrio dkk. Pedoman penyelenggaraan tim terapi gizi di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009
22
Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi pasien dewasa di ruang rawat inap
rumah sakit. Jurnal gizi Klinik Indonesia; 2013. Vol.1 P-11
23
Hartriyanti Y, Triyant. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan kesehatan Masyarakat Fakultas
Keehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Raja GrafindoPersada; 2007 Hal 261-289.
22
ix
dan zat esensial yang diperlukan bayi. Air susu ibu selain sebagai pemenuhan
kekebalan24.
pemberian Asi eklusif dan meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu juga
zat gizi pada umur dini akan berpengaruh pada pertumbuhan masa dewasa dengan
tahun pertama kehidupan yaitu ASI dan MP-ASI. Pemberian ASI eklusif yang
kurang dari dan 6 bulan dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat
sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA26.
badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola asuh ibu. Defisiensi
energi kronis dan anemia selama kehamilan dapat menyebabkan ibu melahirkan
24
Ali O, Isa MZ. Nutritional Status Of The Rural Population in Malaysia, especially Women And Children.
Asia Pacific Journal Clinic Nutrition; 1995
25
Nasar SS, Susanto JC, Lestari ED, Djais J, Prawitasari T. Malnutrisi rumah sakit. Buku Ajar Nutrisi
Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jidil I Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
26
Setiati, S. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang Usia lanjut. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
23
ix
bayi dengan Berat lahir rendah. Tingginya kasus BBLR diperkirakan menyebabkan
merupakan prediktor terkuat kejadian stunting pada balita. Adapun Ciri-Ciri Bayi
3. Lingkar dada 30 ± 38 cm
4. Lingkar kepala 33 ± 35 cm
27
Nasar SS, Susanto JC, Lestari ED, Djais J, Prawitasari T. Malnutrisi rumah sakit. Buku Ajar Nutrisi
Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jidil I Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014
24
ix
BAB III.
PEMBAHASAN
alitas sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang memiliki peran vital
dilaksanakan sejak dini baik dari segi kesehatan maupun pendidikan. Pada di seribu
hari pertama anak dan fase emas atau yang biasa disebut golden age yang
pendidikan yang maksimal. Karena upaya pembangunan suatu bangsa akan sangat
pelayanan kesehatan dasar, serta pendidikan anak usia dini (PAUD) & program
bina keluarga balita (BKB) yang berfokus pada ranah pendidikan dan pengasuhan
anak.
Ketiga program ini terus melakukan perbaikan dari yang awalnya berjalan
dan BKB sesuai Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan
Anak Usia Dini Holistik Integratif. Kebijakan tersebut menekankan bahwa setiap
28
Tingkatkan kualitas pengasuhan keluarga, BKKBN bentuk BKB holistik Integratif. 28 MEI
2018.https://www.bkkbn.go.id [Online: Diakses Juni 2018]
25
ix
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan orangtua dan anak dalam berbagai aspek.
Posyandu memantau kesehatan ibu dan anak, PAUD memfasilitasi balita bermain
dan belajar bersama yang dibimbing oleh mentor/guru PAUD, sementara BKB
mengenai pengasuhan anak yang baik. Hal ini membawa harapan agar orangtua dan
anak memiliki wadah untuk memantau dan menstimulasi tumbuh kembang anak
secara optimal30.
khususnya program Bina Keluarga balita yang pelaksanaannya kurang begitu eksis
(63.88%) dari sasaran 7.408.983 keluarga. Dari sejumlah data tersebut, belum
dan PAUD. Kinerja program BKB dan Anak saat ini masih membutuhkan perhatian
29
Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013. Pengembangan Anak Usia dini Holistik Integratif
30
Buku Panduan Pelaksanaan Kegiatan BKB Yang Terintegrasi Dalam Rangka Penyelenggaraan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. BKKBN: Jakarta (2013).
26
ix
dan komitmen dari para pengelola program BKB, baik dari tingkat pusat hingga
tingkat desa”31.
Perhatian terhadap program BKB ini perlu ditingkatkan karena seperti yang
anak. Peran orangtua dan keluarga dalam mendidik anak tidak dapat tergantikan
oleh sekolah dengan kualitas terbaik sekalipun. Begitu kuatnya peran orangtua
dalam pendidikan anak, hingga disebut sebagai lingkungan pendidikan pertama dan
utama32.
menjembatani orangtua & anak-anak usia dini dari keluarga prasejahtera untuk
karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan akan pendidikan secara mandiri,
seperti layaknya keluarga dari ekonomi menengah ke atas yang memiliki akses
konsultasi dengan pakar dll. Sementara di kegiatan POSYANDU pun masih minim
Masalah lain selain angka partisipasi peserta BKB, yaitu kompetensi kader
BKB itu sendiri yang mempunyai peran vital seperti yang disebutkan rinci dalam
31
Ibid
32
Dwi Muhammad Furqon, Kismartini, Fathurrohman. Evaluasi Kinerja Program Bina Keluarga Balita (BKB)
di Kelompok BKB Mekar Sari 2 Kelurahan Pedurungan Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://download.portalgaruda.org
33
Tingkatkan kualitas pengasuhan keluarga, BKKBN bentuk BKB holistik Integratif. 28 MEI
2018.https://www.bkkbn.go.id [Online: Diakses Juni 2018]
27
ix
lain-lain.
BKB dapat kita jadikan contoh gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan BKB
di lapangan yang menyebutkan bahwa peran yang sangat vital tidak diikuti dengan
pelatihan yang mumpuni dari Bapermasper & KB sebagai SKPD yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan BKB. Hanya 2 orang kader kecamatan tiap tahunnya
kompetensi kader dan sarana konsultasi dan sharing antar anggota yang belum
1. Pemanfaatan Teknologi
Salah satu faktor dari kurangnya partisipasi peserta dalam kegiatan BKB
menjadi solusi, dimana para peserta & kader yang memiliki akses internet dapat
berinteraksi satu sama lain dengan lebih luwes dan berbagi dokumen penunjang
dikembangkan orangtua dirumah dll. Selain itu, forum online tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menghubungkan peserta, kader dan tim ahli yang diundang
34
Dwi Muhammad Furqon, Kismartini, Fathurrohman. Evaluasi Kinerja Program Bina Keluarga Balita (BKB)
di Kelompok BKB Mekar Sari 2 Kelurahan Pedurungan Kidul Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
http://download.portalgaruda.org
28
ix
pun dapat dilakukan secara online melalui sistem pembelajaran jarak jauh sebagai
berisi modul, buku, leaflet serta video panduan yang bisa digunakan orangtua
program pengembangan anak usia dini dengan membuat suatu gerakan “belajar jadi
orangtua”, yaitu forum diskusi mengenai pendidikan anak bagi pasangan usia
subur/calon orangtua, orangtua yang memiliki anak usia 0-6 tahun. Dan membuat
website yang berisi artikel pengenai pengasuhan anak, dan berbagi media
pihak-pihak yang tidak terjangkau oleh internet. Kita dapat berkordinasi dengan
pihak praktisi ataupun ahli di bidang pendidikan dan kesehatan anak sebagai
29
ix
mendanai biaya operasional yang tidak tertutupi pemerintah melalui bantuan dana
CSR nya. Optimalisasi program pengembangan anak usia dini holistik integratif
solusi meningkatkan mutu dan pemerataan kualitas SDM di berbagai wilayah 35.
35
Buku Panduan Pelaksanaan Kegiatan BKB Yang Terintegrasi Dalam Rangka Penyelenggaraan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. BKKBN: Jakarta (2013).
30
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:
alitas sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang memiliki peran vital
dilaksanakan sejak dini baik dari segi kesehatan maupun pendidikan. Pada di seribu
hari pertama anak dan fase emas atau yang biasa disebut golden age yang
pendidikan yang maksimal. Karena upaya pembangunan suatu bangsa akan sangat
pelayanan kesehatan dasar, serta pendidikan anak usia dini (PAUD) & program
bina keluarga balita (BKB) yang berfokus pada ranah pendidikan dan pengasuhan
anak.
31
DAFTAR PUSTAKA
Balaika, Adam. ”Evaluasi Program Keluarga Berencana Dikecamatan
Kramatwatu”.: Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. 2012.
Mardiyanto. Pemberdayaan Keluarga Melalui Kampung KB Dalam Upaya
Peningkatan Program KKBPK Dan Terkait Di Jawa Timur. Jurnal
Keluarga. Vol 2. No. 1. 2017.
Merrynce Dan Ahmad Hidir. “Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga
Berencana”. Jurnal Kebijakan Publik. Vol 4 No. 1. 2013.
Mukani, Miswani Syuaib. Pelayanan Keluarga Berencana. Cet. 1; Makassar:
Alauddin University Press 2011.
Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga. Bab I
Pasal I. 2009.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1992. Perkembangan
Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
BKKBN. 2008. Pembentukan Karakter Sejak Dini melalui Bina Keluarga balita.
Provinsi Jawa Timur.
BKKBN. 2008. Pedoman Peningkatan Ketahanan Keluarga untuk Pelaksanaa
Program Catur Bina. Provinsi Jawa Tengah
Keluarga Mandiri. 2009. BKB Membentuk Generasi Unggul. Mardiya. 2010. DIY
Pernah menjadi Model Keberhasilan Pengelolaan BKB di Indonesia.
http://mardiya.wordpress.com/2010/12/03/diy-pernah- menjadi-model-
keberhasilan-pengelolaan-bkb-di-indonesia-oleh-drs- mardiya/
Rahayu, Ambar. 2007. Dukungan Parenting (BKB) terhadap Pendidikan Anak
Usia Dini. Yogyakarta
http://keluargamandiri.blogspot.com/2009/09/bkb-membentuk- generasi
unggul.html
Tim Penggerak PKK. 1996. Gerakan BKB (Bina Keluarga Balita). Pokja
BKB Prop. Jatim.
Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013. Pengembangan Anak Usia dini Holistik
Integratif.
32
Tingkatkan kualitas pengasuhan keluarga, BKKBN bentuk BKB holistik
Integratif. 28 MEI 2018.https://www.bkkbn.go.id [Online: Diakses Juni 2018]
33