Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA KASUS PRA


NIKAH

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Holistik Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh;

HELLEN
NIM PO 62.24.2.22.511

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KASUS PRA NIKAH

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Holistik Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
Nama : Hellen
NIM PO 62.24.2.22.511

Palangka Raya, Agustus 2022

Koordinator MK. Praktik Kebidanan Pembimbing Institusi


Holistik Remaja dan Pra Nikah

Erina Eka Hatini, SST.,MPH Linda Puji Astutik, M.Keb


NIP. 19800608 200112 2 001 NIP. 19850401 202012 2 002

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
dan Pendidikan ProfesiBidan

Erina Eka Hatini, SST.,MPH


NIP. 19800608 200112 2 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Holistik Pada
Kasus Pra Nikah dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Laporan Pendahuluan ini disusun guna memenuhi persyaratan ketuntasan
Praktik Kebidanan Holistik Remaja dan Pra Nikah Program Studi Profesi Bidan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini khususnya bagi;
1. Ibu Erina Eka Hatini, SST.,MPH selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan dan selaku Koordinator MK.
Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Remaja Dan Pra Niah yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Laporan Pendahuluan
2. Ibu Linda Puji Astutik,M.Keb selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan dan penyelesaian
Laporan Pendahuluan ini
Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan,karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna kemajuan dan kesempurnaannya,penulis berharap Laporan
Pendahuluan ini bermanfaat bagi semua pihak

Palangka Raya, Agustus 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………… iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………. 1
B. Tujuan …………………………………………….. 3
C. Manfaat .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ 4
A. Persiapan Pra Nikah ………………………………. 4
B. Persiapan Fisik ……………………………………. 4
C. Persiapan Gizi Pra Nikah …………………………. 5
D. Imunisasi Tetanus …………………………………. 7
E. Informasi Tentang Kehamilan, Perencanaan Persalinan
dan Kontrasepsi ……………………………………. 7
F. Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah ………………… 17
BAB III Evidence Based in Midwifery Asuhan Kebidanan Holistik
Pada Kasus Pra Nikah ..................................................... 19
A. Pendidikan Pra Nikah ……………………………… 19
B. Gizi Pra Konsepsi ………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT ……………………………………. 5


Tabel 2.2 Status Imunisasi Tetanus Pada Calon Pengantin………… 7
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Isi Piringku ……………………………………………… 6


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja disebut juga masa penghubung atau masa peralihan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa remaja terjadi
perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai fungsi-fungsi rokhaniah
dan jasmani, terutama fungsi seksual. Terjadi kematangan fungsi jasmani
maupun yang biologis. Pada masa ini, energi atau libido seksual yang
awalnya laten di masa pra remaja menjadi hidup. Perubahan tersebut
mengakibatkan adanya dorongan untuk berperilaku seksual bertambah
(Alfiyah, N., Solehati, T., & Sutini, 2018)
Seksualitas juga berkembang dari anak-anak, remaja, dan dewasa.
Seksualitas diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual. Dorongan seksual
dapat dipengaruhi dengan menggunakan NAPZA, berkhayal tentang seksual,
menonton film porno, melihat gambar porno, mendengar cerita porno,
berduaan di tempat sepi. Kematangan fungsi seksual dapat menimbulkan
dorongan dan keinginan untuk pemuasan seksualnya dengan lawan jenis
dalam bentuk pacaran atau percintaan. Dengan adanya kesempatan
melakukan sentuhan fisik, bertemu untuk bercumbu kadang remaja tersebut
mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Alfiyah, N.,
Solehati, T., & Sutini, 2018)
Dalam Undang-undang nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan pasal
7 menyebutkan  Perkawinan hanya diijinkan jika pria dan Wanita sudah
mencapai umur 19 tahun. Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa
raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan
tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat
keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan batas umur
yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk kawin akan
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko
kematian ibu dan anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya hak-hak anak
sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang anak termasuk pendampingan
orang tua serta memberikan akses anak terhadap pendidikan setinggi mungkin
(Kemenhumham, 2019)
Kesehatan reproduksi memegang peranan penting pada calon pasangan
pengantin untuk menghasilkan keturunan, maka dalam mewujudkan tujuan
ini tentu harus dipersiapkan dengan baik. Pendidikan tentang kesehatan
reproduksi penting dilakukan dalam meningkatkan rasa tanggung jawab
pasangan untuk menjaga kesehatan dan dapat digunakan sebagai bekal untuk
perkembangan dan Pendidikan anak kelak. Salah satu upaya yang dilakukan
saat ini adalah memberikan bimbingan atau kursus pranikah pada calon
pengantin karena kualitas sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan
dan kematangan kedua calon pasangan nikah dalam menyongsong kehidupan
berumah tangga. Namun, masalah kesehatan di Indonesia, utamanya
kesehatan reproduksi masih kurang mendapat perhatian yang cukup di
kalangan masyarakat. Aspek kesehatan sering terabaikan dalam perencanaan
pernikahan. Pemeriksaan medis sebelum menikah ini berguna untuk menjaga
keharmonisan rumah tangga serta bermanfaat untuk mendeteksi penyakit dan
kelainan pada calon pengantin. Konseling pranikah dapat memberikan
informasi mengenai kesehatan reproduksi. Informasi terkait persiapan
kehamilan dan kelahiran menjadi penting sehingga hak anak untuk tumbuh
dan berkembang tercapai (Hasanah, W. K., Pratomo, H., Ashor, F. L.,
Mulyana, E., Jumhati, S., & Lova, 2022)
Calon pengantin yang akan menikah adalah cikal bakal terbentuknya
sebuah keluarga, sehingga sebelum menikah calon pengantin perlu
mempersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan
sehat sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan
menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera, dan berkualitas (Hasanah, W. K.,
Pratomo, H., Ashor, F. L., Mulyana, E., Jumhati, S., & Lova, 2022)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar kasus pra nikah dan mengetahui
Evidence Based Fisiologis Holistik pada kasus Pra Nikah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Konsep Persiapan Pra Nikah
b. Untuk mengetahui Konsep Persiapan Fisik Pra Nikah
c. Untuk mengetahui Konsep Persiapan Gizi Pra Nikah
d. Untuk mengetahui teori Imunisasi Tetanus Toksoid
e. Untuk mengetahui Informasi Tentang Kehamilan, Perencanaan
Persalinan dan Kontrasepsi
f. Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hasil dari penyusunan Laporan Pendahuluan dan Praktik Kebidanan
Holistik pada kasus pra nikah dapat dipergunakan sebagai referensi atau
acuan dalam memberikan asuhan kebidanan holistik pada kasus pra nikah
yang sesuai dengan masalah yang ditemukan dan teori ilmiah saat ini
2. Bagi Pasien
Hasil dari praktik kebidanan ini diharapkan dapat memberikan
dampak positif bagi klien. Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan Evidence Based dan komprehensif
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat digunakan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan, meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan dan sebagai sumbangan teoritis dan aplikatif bagi profesi
Bidan dalam memberikan asuhan komprehensif pada kasus pra nikah
sesuai dengan Evidence Based
BAB II
TEORI KONSEP DASAR PERSIAPAN, PEMERIKSAAN DAN ASUHAN
KEBIDANAN PADA PRA NIKAH

A. Persiapan Pra Nikah


Dalam melakukan peran sebagai pasangan, seorang suami dan istri
haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi
bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya
berada pada kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang
menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang
dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya
tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan
reproduksi tersebut (Kemenkes, 2018)
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya kehamilan remaja, aborsi tidak aman, komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas serta penyakit menular seksual. Pembagian
peran sosial perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan perempuan dan laki-laki dan semakin nyata di dalam isu-isu
kesehatan reproduksi. Namun keretlibatan motivasi serta partisipasi laki-laki
dalam kesehatan reproduksi masih rendah (Kemenkes, 2018)

B. Persiapan Fisik
Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah, calon
pengantin perlu menjalani beberapa prosedur pemeriksaan, antara lain;
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital; suhu, nadi, frekuensi napas, tekanan darah
2. Pemeriksaan status gizi; berat badan, tinggi badan, Lingkar Lengan Atas
(LiLA) dan tanda-tanda anemia
3. Pemeriksaan darah rutin; Hb, golongan darah dan rhesus
4. Pemeriksaan urine rutin
5. Pemeriksaan lain atas indikasi seperti; gula darah, infeksi menular
seksual, HIV, malaria, thalassemia, hepatitis B, TORCH (toksoplasmosis,
rubella, cytomegalovirus dan herpes simpleks) (Kemenkes, 2018)

C. Persiapan Gizi Pra Nikah


Menurut Kemenkes (2018), status gizi calon penganti perempuan perlu
diketahui dalam rangka persiapan kehamilan, yaitu;
1. Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh
(IMT) ditambah dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
2. IMT merupakan proporsi standart Berat Badan (BB) terhadap Tinggi
Badan (TB), cara menghitung IMT;
IMT = BB (kg
TB (m)2
Keterangan;
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT

Status Gizi Kategori IMT


Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17-<18,5
Normal 18,5- <25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27,0
Sumber; (Kemenkes, 2018)
3. Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko Kurang
Energi Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada Wanita Usia Subur
(WUS) dengan KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LiLA kurang
23,5 cm artinya calon pengantin perempuan mengalami KEK
4. Sebelum memasuki jenjang pernikahan, calon penhantin perlu
melakukan persiapan gizi antara lain;
a. Setiap pasangan calon pengantin dianjurkan mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang
b. Setiap calon pengantin perempuan dianjurkan mengkonsumsi tablet
tambah darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat
seminggu sekali
c. Bagi calon pengantin yang mengalami KEK dan anemia perlu
ditentukan penyebabnya dan tatalaksana sesuai dengan penyebab
tersebut
d. Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh
calon pengantin perlu mengkonsumsi lima kelompok pangan yang
beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok
pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk pauk. sayuran, buah-
buahan dan minuman. Proporsinya dalam setiap kali makan dapat
digambarkan dalam ISI PIRINGKU, yaitu;
1) Sepertiga piring berisi makanan pokok
2) Sepertiga piring berisi sayuran
3) Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam
proporsi yang sama

Gambar 2.1 Isi Piringku


Sumber; (Kemenkes, 2018)
e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh
tetap sehat; biasakan minum air putih 8 gelas per hari, hindari
minum teh atau kopi setelah makan dan batasi mengkonsumsi
garam, gula dan lemak/ minyak
D. Imunisasi Tetanus
Imunisasi Td untuk WUS termasuk ibu hamil dan calon pengantin,
merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri. Calon pengantin perlu mendapat imunisasi tetanus agar
memiliki kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan
terlindungi dari penyakit tetanus. Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapat 5 kali imunisasi tetanus lengkap (T5) (Kemenkes, 2018)
Sebelum imunisasi, dilakukan pemantauan status imunisasi Tetanus
(status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka calon
pengantin harus melengkapinya. Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu
diberikan, apabila status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan
catatan yang tercantum, antara lain pada Kartu Imunisasi, buku Kesehatan Ibu
dan Anak, buku Raport Kesehatanku, Kohort dan/ atau rekam medik calon
pengantin yang bersangkutan (Kemenkes, 2018)
Tabel 2.2 Status Imunisasi Tetanus Pada Calon Pengantin

Interval Minimal
Status Imunisasi Masa Perlindungan
Pemberian
T1
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 25 tahun – seumur hidup
Sumber; (Kemenkes, 2018)

E. Informasi Tentang Kehamilan, Perencanaan Persalinan dan Kontrasepsi


1. Kehamilan
a. Masa Subur
Masa subur adalah saat indung telur (ovarium) melepaskan sel
telur (ovum) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur
(tuba fallopii). Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasi
dimana konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi
karena pada periode tersebut terdapat sel telur yang matang dan siap
dibuahi. Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung
ovulasi/ masa subur pada Wanita. Puncak masa subur biasanya
terjadi pada 13 hari setelah hari pertama haid, sedangkan masa subur
biasa akan terjadi kurang lebih tiga hari sebelum dan sesudah
menuju puncak masa subur tersebut (Kemenkes, 2018)
Tanda-tanda masa subur menurut (Kemenkes, 2018) adalah
sebagai berikut;
1) Perubahan lendir serviks; pada masa subur cairan ini bersifat
lengket dan kental. Perubahan terjadi menjelang masa subur,
yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan perubahan tekstur
menjadi bewarna bening dan lebih cair
2) Dorongan seksual meningkat; hormone estrogen dan
progresteron akan meningkat dalam masa subur sehingga
meningkatkan hasrat seksual
3) Temperature tubuh meningkat dan payudara lebih lunak;
meningkatnya hormone progresteron ketika masa subur akan
memicu kenaikan suhu tubuh (± 0,50C) dan menyebabkan
payudara menjadi lebih lunak
b. Proses Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dilamjutkan dengan nidasi atau
implementasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional
(Prawirohardjo, 2018)
Kehamilan yaitu pertumbuhan dan perkembangan dari
intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan.
Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari
induk telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai
(fimbrae) dan masuk kedalam sel telur. Saat melakukan
hubungan seksual, cairan sperma masuk ke dalam vagina dan
berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu
masuk ke dalam sel telur. Pembuahan sel telur oleh sperma
biasa terjadi dibagian yang mengembang dari tuba falopii.
Pada sekeliling sel telur banyak berkumpul sperma kemudian
pada tempat yang paling mudah untuk dimasuki, masuklah satu sel
sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut
fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil
bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian
melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang
rahim, Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan
sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari (Prawirohardjo,
2018)
c. Tanda-tanda Kehamilan
1) Pengertian kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin,
2018). Kehamilan merupakan suatu pembuahan dalam rangka
melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan
janin yang tumbuh dari dalam tubuh ibu (Prawirohardjo, 2018)
2) Tanda-Tanda dan Gejala Kehamilan Pasti
a) Terdengar denyut jantung janin (DJJ);
b) Terasa gerakan janin;
c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan,
ada gambaran embrio;
d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16
minggu) (Prawirohardjo, 2018)

3) Tanda-Tanda dan Gejala Kehamilan Tidak Pasti


a) Amenorrea/ tidak mengalami menstruasi sesuai siklus
(terlambat haid);
b) Nausea (mual ), anoreksia (tidak nafsu makan), emesis
(muntah ), dan hipersalivasi; biasanya terjadi di pagi hari
dan malam hari bahkan lebih sering terkenal dengan
sebutan morning sickness. biasanya dimulai antara minggu
ke 4 dan ke 6 kehamilan. Setiap wanita memiliki kemilan
yang berbeda. Yang pasti hamil ditemukan pada ibu yang
sudah  mengalami hamil sebelumnya atau misalnya hamil
anak ke dua, dan ke tiga
c) Sering buang air kecil/ miksing; kandung kemih dan  rahim
terletak bersebelahan. Pada awal kehamilan, rahim yang
membesar menekan kandung kemih sehingga selalu merasa
ingin buang air kecil. Selama trimester kedua, tenakan
kandung kemih tidak sebesar itu karena rahim membesar ke
atas ke arah perut. Dalam beberapa minggu terakhir
kehamilan, maka akan kembali sering buang air kecil lagi
karena bayi dan rahim sangat besar akan menekan kandung
kemih
d) Obstipasi (sembelit); kondisi ini dikarenakan tonus otot
yang menurun yang disebakan karena terjadinya pengaruh
hormon steroid
e) Payudara menegang; merasakan seperti saat mendekati
menstruasi. Bisa dirasakan perbedaannya beberapa hari
setelah  terjadi perubahan. Karena hormon-hormon yang
berpengaruh pada saat kehamilan. Rasa sakit biasanya
berkurang setelah tiga bulan pertama
f) Kenaikan suhu tubuh; jika suhu tubuh basal seorang wanita
(suhu ketika baru bangun tidur di pagi hari ) akan
meningkat hingga 1 derajat semenjak terjadinya konsepsi
g) Penciuman lebih sensitive menjadi lebih tajam
(Prawirohardjo, 2018)
4) Tanda-tanda dan Gejala Kemungkinan Hamil
Menurut Mandang (2016), ada beberapa tanda
kemungkinan hamil, yaitu;
a) Perut membesar; setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat
diraba dari luar dan mulai pembesaran perut
b) Uterus membesar; terjadi perubahan dalam bentuk, besar,
dan konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama
makin bundar
c) Tanda Hegar; konsistensi rahim dalam kehamilan berubah
menjadi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu-
minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti
korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak
d) Tanda Chadwick; perubahan warna menjadi kebiruan atau
keunguan pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna
ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen
e) Tanda Piscaseck; uterus mengalami pembesaran, kadang-
kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur
bernidasi lebih cepattumbuhnya. Hal ini menyebabkan
uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol
jelas ke jurusan pembesaran.
f) Tanda Braxton-Hicks; bila uterus dirangsang mudah
berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil.
Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks
tidak ditemukan
g) Teraba ballotemen; merupakan fenomena bandul atau
pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di dalam
uterus
h) Reaksi kehamilan positif; cara khas yang dipakai dengan
menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada
kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari.
Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa
kehamilan sedini mungkin.
5) Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya yang dapat mengancam jiwa ibu hamil
atau janin yang dikandungnya, menurut (Kemenkes, 2018)
adalah;
a) Perdarahan pada masa hamil muda dan hamil tua
b) Bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala
disertai kejang
c) Air ketuban keluar sebelum waktunya
d) Muntah terus dan tidak mau makan
e) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya
6) Kondisi Emosional Ibu Hamil
Menurut (Kemenkes, 2018) setiap kehamilan perlu
didukung oleh suami dan keluarga. Perlu persiapan fisik, sosial
dan ekonomi yang baik dalam menyambut kelahiran. Hal ini
dapat mendukung terjaganya kondisi emosional ibu hamil. Ibu
hamil juga tidak boleh dibebani dengan pikiran dan pekerjaan
yang berat atau tugas yang banyak. Berikut kondisi emosional
yang bisa dialami oleh ibu hamil;
a) Mudah tersinggung, sensitive, uring-uringan, manja, mudah
marah dan tidak semangat
b) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur
nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak yang disebabka oleh
adanya perubahan fisik ibu hamil
c) Mencemaskan perubahan fisik; khawatir terhadap
perkembangan bayi dalam Rahim, bayi meninggal atau
cacat
d) Merasa belum siap menjadi orang tua dan belum siap secara
ekonomi
e) Ingin diperhatikan dan mengidam (Kemenkes, 2018)
2. Teori Perencanaan Persalinan
a. Pengertian persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban disorong keluar melalui jalan lahir. Sedangkan
persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-2 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2018).
b. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan tersebut menurut (Prawirohardjo, 2018),
adalah:
1) Lightening; yaitu berkurangnya distensi abdomen atau rasa
menyesak keatas berkurang yang mulai dirasakan 2 minggu
sebelum persalinan karna terjadi penurunan bagian presentasi
bayi dalam pelvis minor (panggul dalam) biasanya kepala bayi
mulai masuk pintu atas panggul (engaged). Menyebabkan tinggi
fundus uteri menurun ke posis yang sama dengan posisi fundus
pada usia kehamilan 8 bulan
2) Perubahan Servik; atau mulut rahim makin lunak dan terjadi
penipisan (effacement) dan dilatasi (pembukaan). Perubahan
yang terjadi disebabkan oleh peningkatan intensitas kontraksi
Braxton Hicks
3) Persalinan palsu; dapat terjadi selama berhari-hari atau secara
intermitten bahkan 3-4 minggu sebelum persalinan terjadi.
Persalinan palsu dirasakan ibu sangat nyeri sehingga ibu akan
mengalami masalah kurang tidur dan kekurangan energi dalam
menghadapinya
4) Ketuban pecah; pada kondisi normal ketuban pecah pada akhir
kala satu persalinan. Jika terjadi sebelum masa persalinan
disebut ketuban pecah dini (KPD). Kurang lebih 80% wanita
yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami
KPD mulai mengalami persalinan spontan dalam waktu 24 jam
5) Bloody Show; yaitu keluarnya lendir yang bercampur darah yang
merupakan hasil prolifersi kelenjar servik pada awal kehamilan
sebagai sawar pelindung dan menutupi jalan lahir selama
kehamilan. Keluarnya Bloody show merupakan tanda persalinan
yang akan terjadi, biasanya dalam 24 jam hingga 48 jam
6) Lonjakan energy; banyak wanita sebelum 24-48 jam sebelum
persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih
secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu
hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh.
3. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
a. Pengertian P4K
Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
sebagaimana merupakan suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir,
dilaksanakan melalui upaya peningkatan peran aktif suami, keluarga
dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
termasuk perencanaan penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan
(Kemenkes, 2018)
b. Tujuan dari P4K adalah;
1) Setiap ibu hamil terdata dan diketahui keberadaannya
2) Adanya perencanaan persalinan sehingga dapat diambil
keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
3) Masyarakat dapat memberikan bantuan apabila dibutuhkan,
misalnya menyediakan transportasi, donor darah berjalan dan
lain-lain (Kemenkes, 2018)
c. Kegiatan P4K;
1) Pendataan dan pemetaan sasaran ibu hamil;
2) Penyiapan donor darah;
3) Penyiapan tabungan ibu bersalin (tabulin) dan dana sosial ibu
bersalin (dasolin);
4) Penyiapan ambulans (transportasi);
5) Pengenalan tanda bahaya kehamilan dan Persalinan; dan
6) Penandatanganan amanat Persalinan (Kemenkes, 2018)
4. Teori Kontrasepsi/ Keluarga Berencana
a. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera. Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam
program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional (Priyanti & Syalfina, 2017)
b. Pemilihan Kontrasepsi Yang Rasional
Menurut (Priyanti & Syalfina, 2017), usia wanita mengalami
kehamilan dan kelahiran terbaik, yaitu yang berisiko paling rendah
untuk ibu dan anak adalah antara 20-35 tahun.

Dari faktor tersebut, pemilihan kontrasepsi yang rasional terbagi


menjadi;
1) Fase menunda kehamilan
Untuk wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun,
sebaiknya menunda kehamilan hingga usianya mencukupi dan
benar-benar siap secara psikologi menjadi seorang ibu. Untuk
menunda kehamilan (sebelum usia 20 tahun), ada beberapa
pilihan alat kontrasepsi yang bisa digunakan, yaitu: pil KB,
IUD, sederhana atau konvensional (dengan menghitung masa
subur atau sistem kalender), suntik KB dan implan
2) Fase menjarangkan kehamilan
Untuk wanita dalam rentang usia 20-35 tahun, alat
kontrasepsi berfungsi untuk memberi jarak antar dua kehamilan.
Jarak terbaik antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun, sebelum
2 tahun risiko komplikasi pada ibu akan tinggi dan lebih dari 5
tahun juga akan tinggi. Pilihan alat kontrasepsi yang bisa
digunakan di rentang usia 20-35 tahun antara lain; IUD, suntik
KB, pil KB, implan dan konvensional
3) Fase tidak hamil lagi/ fase mengakhiri kehamilan
Di peruntukkan kepada wanita usia diatas 35 tahun, seorang
wanita tidak dianjurkan untuk hamil lagi, karena secara biologis
tubuhnya sudah tidak mendukung untuk mengalami kehamilan,
sehingga risiko komplikasi pun akan semakin besar. Pilihan alat
kontrasepsi yang bisa digunakan untuk wanita usia diatas 35
tahun antara lain; steril (tubektomi untuk wanita atau vasektomi
untuk pria), IUD, implan, suntikan KB, pil dan konvensional
c. Metode Kotrasepsi Yang Dianjurkan Bagi Pasangan Baru Yang
Ingin Menunda Kehamilan;
1) Metode Modern Jangka Pendek; PIL kombinasi, Suntik
progestin dan kombinasi, Kondom
2) Metode Modern Jangka Panjang; Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)/ IUD dan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK)/Implan
3) Metode Alamiah; Metode Amenore Laktasi (MAL), Pantang
Berkala/ sistem kalender, Coitus Interuptus/ Senggama
Terputus, Pengukuran Suhu Basal dan Penilaian Lendir Vagina
(Priyanti & Syalfina, 2017)
F. Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah
1. Pengertian Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah
Pemeriksaan kesehatan pra nikah atau Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam
menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat (Kemenkes, 2014)
2. Manfaat Pemeriksaan Pra Nikah
a. Mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi pernikahan yang
berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan
genetika (keturunan)
b. Memperoleh kesiapan mental karena sudah mengetahui benar
kondisi kesehatan calon pasangan hidupnya (Kemenkes, 2014)
3. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, sebagaimana
dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan status gizi terutama untuk menanggulangi masalah
Kurang Energi Kronis (KEK); dan pemeriksaan status anemia.
b. Pemeriksaan penunjang, meliputi pemeriksaan darah rutin;
pemeriksaan darah yang dianjurkan; pemeriksaan penyakit menular
seksual; pemeriksaan urin rutin; dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Mengetahui penyakit-penyakit yang bila tidak segera ditanggulangi
dapat membahayakan calon pasutri dan bakal keturunannya.
Pemeriksaan Pre Marital (Pra-Nikah) idealnya dilakukan 6 bulan
sebelum hari H pernikahan. Maksudnya agar tersedia waktu yang
cukup untuk mengambil tindakan pencegahan dan pengobatan.
Namun ideal tersebut bersifat fleksibel, artinya pemeriksaan
kesehatan tersebut dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan
belum berlangsung
c. Pemberian imunisasi; dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit Tetanus. Pemberian imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 ditujukan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh
d. Suplementasi gizi; bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.
Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi
dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan
tablet tambah darah
e. Konsultasi kesehatan; berupa pemberian komunikasi, informasi, dan
edukasi. Komunikasi, informasi, dan edukasi dapat diberikan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan. Komunikasi, informasi,
dan edukasi diberikan melalui ceramah tanya jawab, kelompok
diskusi terarah, dan diskusi interaktif dengan menggunakan sarana
dan media komunikasi, informasi, dan edukasi. Informasi pranikah
meliputi:
1) Kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup;
2) Hak reproduksi;
3) Persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah; dan
4) Informasi lain yang diperlukan;
5) Informasi tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam
pernikahan termasuk peran laki-laki dalam kesehatan
6) Dan pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes, 2014)
BAB III
EVIDENCE BASED IN MIDWIFERY ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK
PADA KASUS PRA NIKAH

B. Pengaruh Konseling Pra Nikah Terhadap Keutuhan Keluarga


(Manalu, 2020) melakukan penelitian tentang Pengaruh Konseling
Pra Nikah Terhadap Keutuhan Keluarga yang terjadi di GUPdI jemaat
Pasar Legi. Konseling pranikah adalah konseling yang diberikan kepada
calon pasangan suami istri yang ak:an memasuki jenjang pemikahan.
Konseling pranikah termasuk konseling preventif karena bersifat
mengantisipasi bal-hal yang mungkin terjadi agar dikemudian hari bila
terjadi masalah dalam pernikahan, yang bersangkutan sudah lebih dahulu
diberitahu dan diharapkan lebih mampu mengatasi permasalahannya
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan kuisioner dan kajian literatur.
Artikel ini memuat pandangan Alkitab tentang pemikahan, bentuk-bentuk
keutuhan dalam pemikahan, dan konseling pranikah yang terjadi digereja
GUPdl Jemaat Pasar Legi. Berdasarkan basil penelitian dalam artikel ini
terlihat bahwa konseling pranikah bagi pasangan orang percaya yang
ingin menikah sangat bermanfaat dalam mempersiapkan para pasangan
menjaga keutuhan pemikahan. Berdasarkan hasil penelitian dalam artikel
ini terlihat jelas bahwa konseling pranikah yang dilakukan oleh Gupdi
jemaat Pasar Legi memberikan dampak yang sangat kuat terhadap
menjaga keutuhan pernikahan (Manalu, 2020)
Menurut (Silvi, S., Hadi, M. F. Z., & Darmawati, 2018), konseling
pranikah merupakan bantuan yang diberikan untuk menganalisis
kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul dalam rumah tangga
mereka dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah.
keharmonisan kehidupan keluarga adalah bilamana seluruh anggota keluarga
merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan
dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan

19
20

aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.
Konseling Pranikah berpengaruh secara siginifikan terhadap pemahaman
calon pengantin (p= 0,000). Koefisien Konseling Pranikah terhadap tingkat
pemahaman calon pengantin 0,617 bertanda positif. Mengandung pengertian
semakin tinggi nilai korelasi Konseling Pranikah maka semakin tinggi nilai
korelasi pemahaman calon penganti. Sebaliknya semakin rendah nilai korelasi
Konseling Pranikah maka rendah juga pemahaman calon pengantin

C. Pengaruh Gaya Hidup Hedonis Dan Regulasi Diri Terhadap


Perilaku Seksual Pra Nikah
Dalam penelitian yang dilakukan oleh ( Z a d r i , 2 0 2 0 ) yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup hedonis dan regulasi
diri terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Samarinda yang
berpacaran. Perilaku seksual pranikah merupakan segala macam tindakan
seperti bergandengan tangan, berciuman sampai dengan bersenggama yang
dikarenakan adanya doro ngan hasrat seksual yang dilakukan sebelum
adanya ikatan pemikahan yang sah. Perilaku seksual pranikah dapat terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor internal. Salah satu faktor internal
yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah adalah gaya hidup.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Subjek
penelitian ini adalah mahasiswa Samarinda yang berpacaran dan berusia
belasan akhir, dan melakukan hubungan seksual dengan pacar, dengan
jurnlah sampel 140 mahasiswa yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan program Paket
Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS) 24.0 untuk windows ( Z a d r i , 2 0 2 0 )
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara gaya hidup hedonis dan regulasi diri dengan perilaku
seksual pranikah pada mahasiswa Samarinda yang berpacaran. Terdapat
pengaruh positifyang signifikan gaya hidup hedonis terhadap perilaku
seksual pranikah pada mahasiswa Samarinda yang berpacaran. Hal ini
berarti semakin tinggi gaya hidup hedonis mahasiswa maka akan semakin
21

tinggi perilaku seksual pranikahnya, begitu pula sebaliknya. Terdapat


pengaruh negatif yang signifikan regulasi diri terbadap perilaku seksual
pranikah pada mabasiswa Samarinda yang berpacaran. Hal ini berarti
semakin tinggi regulasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa, maka akan
semakin rendah perilak:u seksual pranikahnya, begitu pula sebaliknya
(Zadri, 2020)
Menurut (Sebayang, W. B., & Saragih, 2020), edukasi seksual menjadi
sebuah solusi dalam permasalahan generasi millennial. Edukasi seksual yang
benar dan tepat akan menjadi payung terhadap maraknya seks bebas dan seks
pranikah yang mengancam masa depan remaja. Edukasi seksual harus
diberikan sejak dini. Edukasi seksual merupakan tugas bersama, karena itu
semua pihak harus terlibat, orang tua atau petugas kesehatan saja tidak
cukup. Jenis penelitian menggunakan rancangan quasi-experimental one
group pretest- posttest design. Populasi adalah seluruh siswa kelas X dan XI
laki-laki dan perempuan berjumlah 180 orang. Sampel yang digunakan
adalah total sampel 180 responden. Lokasi dilaksanakan di SMK Imelda
Medan, Jl. Bilal no 52 Pulo, Brayan Darat Medan. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah edukasi seksual. Variabel terikat adalah perilaku seks
pranikah pada generasi millennial. Pengumpulan data melalui pengisian
kuesioner dan wawancara langsung dengan responden. Setelah itu dilakukan
analisis. menggunakan program SPSS, dilanjut dengan uji normalitas. Uji
hipotesis yang digunakan adalah uji T berpasangan (paired t-test).
Hasil penelitian diketahui bahwa sesudah mendapat edukasi responden
berisiko melakukan hubungan seks pranikah mengalami penurunan yaitu dari
87 (48,3%) menjadi 42 orang (23,3%). Setelah dilakukan uji statistik melalui
uji T didapat bahwa p-value 0,01 (lebih kecil dari 0,05) artinya ada pengaruh
edukasi seksual terhadap perilaku seks pranikah pada generasi milenial di
SMK Imelda Medan. Meningkatnya libido pada masa remaja akibat
kematangan fisik dan perubahan hormonal berdampak pada perilaku seksual.
penyuluhan tentang bahaya seks dapat membawa pengaruh positif terhadap
perubahan perilaku seks remaja. Faktor yang paling mempengaruhi
22

perilaku seksual remaja adalah sikap negatif dan faktor paparan tinggi
dengan sumber informasi seksual. Generasi milenial sudah terpapar media
internet sejak dini, hal ini mengakibatkan remaja sering mencari informasi
dari internet, karena membicarakan masalah seks pada orang tua ada
perasaan tabu dan malu, akhirnya mencari dari sumber lain yang dapat
memberi pengaruh buruk terhadap perilaku seks. Edukasi seksual dengan
cara yang tepat diharap mampu membawa pengaruh positif terhadap
perubahan perilaku seks remaja. Sesudah mendapat edukasi responden
berisiko melakukan hubungan seks pranikah mengalami penurunan yaitu dari
87 (48,3%) menjadi 42 orang
( 23,3 %)(Sebayang, W. B., & Saragih, 2020)

D. Literatur Review Peogetahuan Dan Sikap Mahasiswa Terhadap


Skrining Pra Nikah
(Wati, W., Richard, S. D., & Wahyuningsih, 2021), melakukan
penelitian review literatur tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa
terhadap skrining pra nikah. Skrining pra nikah yaitu serangkaian
pemeriksaan yang dilakukan sebelum menikah, sangat penting dilakukan
karena memiliki manfaat jangka panjang untuk sebuah
pemikahan.Skrining pra nikah dilakukan untuk menghindari terjadinya
masalah kesakitan, kecacatan rohani dan jasmani serta kematian dan
menuju tercapainya well born baby and health mother sehingga
pemeriksaan diri harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggungjawab. Dari basil penelitian yang berupa literatur review dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa terhadap skrining pra nikah,
pengetahuan yang baik lebih mendominasi dan sikap mahasiswa terhadap
skrining pra nikah dari berbagai penelitian yang dipublikasikan secara
internasional memiliki hasil yang bervariasi, namun sikap yang baik lebih
mendominasi.
23

E. Time Perspective, perceived stress, self-control and relationship


stasfaction in heterosexual Dating Relationships Of Emerging
Adults
(Huić, A., Krznarić, T., & Kamenov, 2018), menyelidiki
kemungkinan faktor protektif dan kerentanan dalam hubungan antara stres
yang dirasakan dan kepuasan hubungan dalam hubungan kencan remaja yang
muncul. Peneliti menyelidiki apakah pengendalian diri, sebagai sumber
pengaturan diri yang positif, berfungsi sebagai penyangga yang mengurangi
hal-hal negatif dan efek stres pada hubungan. Peneliti mengajukan model
jalur di mana memeriksa apakah maladaptif perspektif waktu mewakili faktor
kerentanan yang mengarah ke stres yang dirasakan lebih tinggi yang pada
gilirannya berhubungan dengan gangguan kontrol diri dan kepuasan
hubungan yang lebih rendah. Dalam survei online, peneliti mengumpulkan
data tentang perspektif waktu, stres yang dirasakan, kontrol diri, dan
kepuasan hubungan dari 360 dewasa baru dalam hubungan kencan
heteroseksual. Stres yang dirasakan dikaitkan dengan gangguan kontrol diri
dan kepuasan hubungan yang lebih rendah. Perspektif masa lalu-negatif,
tetapi bukan fatalistik saat ini, adalah terkait dengan lebih banyak stres yang
dirasakan yang memediasi hubungan antara masa lalu-negatif perspektif dan
kepuasan hubungan. Namun, menambahkan faktor kerentanan ini ke model
menyebabkan pengendalian diri tidak lagi memiliki efek buffering yang
signifikan

F. Imunisasi Tetanus Pra Nikah


(Aldriana, 2022) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pemberian
imunisasi TetanusToksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah
satu upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor
risiko kematian ibu dan bayi baru lahir. Imunisasi TT dapat diberikan pada
saat seorang wanita akan menikah atau menjadi calon pengantin (TT Catin),
namun tidak semua catin mendapatkannya. Terdapat beberapa determinan
24

atau faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah faktor perilaku


(Behavior Causes) manusia dari tingkat kesehatan, yaitu ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan,dukungan keluarga dan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan pemberian
imunisasi TT Catin di Puskesmas Rambah Hilir I. Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan pendekatan crossectional. Sampel penelitian ini adalah wanita
calon pengantinsebanyak 134 orang yang diperoleh dengan teknik simple
random sampling. Analisis data menggunakan analisa bivariat dengan uji chi
squaredan melihat OR dari tiap determinan. Hasil penelitian ini menunjukan
faktor pendidikan, pengetahuan dan faktor dukungan keluarga mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pemberian imunisasi TT Catin. Ibu
berpendidikan tinggi cenderung 3,45 kali melakukan imunisasi TT Catin dari
pada pendidikan rendah, Ibu berpengetahuan cukup cenderung 0,04 kali
melakukan imunisasi TT catin dari pada pendidikan rendah dan Ibu yang
memperoleh dukungan keluarga cenderung 5,39 kali melakukan imunisasi TT
catin dari yang tidak mendapat dukungan keluarga. Diharapkan kepada calon
pengantin agar dapat melakukan imunisasi tetanus toksoid sebelum menikah,
agar terhindar dari penyakit dan infeksi pada saat kehamilan (Aldriana, 2022)

G. Gizi Pra Konsepsi


Kecukupan gizi selama periode prakonsepi penting untuk menjaga
kondisi gizi tubuh sehingga dapat menunjang fungsi alat reproduski secara
optimal dan dapat berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk
tumbuh kembang janin. Kesehatan dan status gizi pada periode prakonsepsi
yang tidak diperhatikan akan menjadi penyebab kemunculan masalah
kesehatan pada ibu hamil. Wanita dengan kurang energi kronis dan anemia
berisiko tinggi untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan
prematur. wanita pranikah yang diberikan pendidikan kesehatan gizi
prakonsepsi secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
praktik dalam mengonsumsi makanan sehat (Augustine, M. N., & Sulandjari,
2021)
25

Berdasarkan hasil observasi beberapa Kantor Urusan Agama (KUA)


memberikan pendidikan terkait kesehatan reproduksi dan gizi prakonsepsi.
Pembinaan pranikah dilakukan dengan cara konvensional melalui metode
ceramah dan media buku saku. Penggunaan media bentuk buku saku
memiliki beberapa kelemahan, yaitu proses pembuatan membutuhkan waktu
yang lama, mudah hilang, robek, atau rusak, serta pemberian informasi yang
kurang efektif karena bahan cetak dapat mengurangi minat baca. Pada era
digital sekarang ini, dibutuhkan suatu media pendidikan yang praktis, valid,
efektif, kreatif, dan inovatif serta dapat diakses dimanapun dan kapanpun.
Salah satunya buku saku berbasis android (Augustine, M. N., & Sulandjari,
2021)
Buku saku berbasis android merupakan salah satu alternatif media
pendidikan gizi disaat ini, karena setiap orang telah memanfaatkan telepon
seluler sebagai sarana komunikasi. Buku saku berbasis android juga dapat
dibuat menarik dengan menambahkan beberapa kontendalam bentukteks,
gambar, audio, animasi, atau video, selain itu buku saku tersebut juga ramah
lingkungan. Sehingga buku saku berbasis android merupakan media yang
memiliki kategori valid dalam inovasi media (Augustine, M. N., &
Sulandjari, 2021)
Menurut hasil penelitian (Augustine, M. N., & Sulandjari, 2021),
berdasarkan hasil uji independent sample t-test tersebut, nilai p yaitu 0,006
<0,05, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang
signifikan antara pendidikan gizi menggunakan media buku saku berbasis
android dengan menggunakan media buku saku biasa. Selisih nilai pretest dan
posttest yang menggunakan buku saku berbasis android secara statistik
terbukti
lebih tinggi dari kelompok yang menggunakan buku saku biasa penguasaan
pengetahuan gizi prakonsepsi pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jenis penelitian adalah quasi
experimental dengan desain non-equivalent control group, dimana terdapat 2
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek
26

penelitian sebanyak 60 calon pengantin wanita di Kabupaten Gresik. Teknik


pengambilan sampel adalah purposive sampling. Peningkatan minat belajar
akan berpengaruh terhadap penguasaan pengetahuan. Penggunaan buku saku
berbasis android merupakan salah satu mobile-learning. Penggunaan mobile-
learning memiliki kemungkinan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dengan lebih efektif dan efisien
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, N., Solehati, T., & Sutini, T. J. J. P. K. I. (2018). Gambaran faktor–


faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di
SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 4(2), 131-139. Terdapat di
https://www.researchgate.net diakses pada tanggal 22 Agustus 2022

Aldriana, N. (2022). DETERMINAN PEMBERIAN IMUNISASI TT CATIN DI


PUSKESMAS RAMBAH HILIR I TAHUN 2021. Maternity and Neonatal:
Jurnal Kebidanan, 10(01). Terdapat di https://journal.upp.ac.id diakses pada
tanggal 24 Agustus 2022
Augustine, M. N., & Sulandjari, S. (2021). Peningkatan Pengetahuan Gizi
Prakonsepsi dengan Buku Saku Berbasis Android dalam Pembinaan
Pranikah di Kua Gresik. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi Universitas
Binawan, 1(2), 38-47. Terdapat di https://journal.binawan.ac.id diakses pada
tanggal 22 Agustus 2022
Hasanah, W. K., Pratomo, H., Ashor, F. L., Mulyana, E., Jumhati, S., & Lova, S.
M. (2022). Analisis Pelaksanaan Edukasi Pranikah Terkait Kesehatan
Reproduksi Pada Pasangan Calon Pengantin Muslim (Literatur Review).
HEARTY: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 53-66. Terdapat di
http://ejournal.uika-bogor.ac.id diakses pada tanggal 22 Agustus 2022

Huić, A., Krznarić, T., & Kamenov, Ž. (2018). Time perspective, perceived stress,
self-control and relationship satisfaction in heterosexual dating
relationships of emerging adults. Psicologia, 32(1), 63-78. Terdapat di
https://revista.appsicologia.org diakses pada tanggal 24 Agustus 2022

Indah, H. P., & Desmiwarti, D. (2018). Efektifitas Konseling Kesehatan


Reproduksi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Pasangan Calon Pengantin di KUA Kota Padang. JOURNAL OBGIN
EMAS, 2(2), 41-46. Terdapat di http://www.unand.ac.id diakses pada tanggal
22 Agustus 2022
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2019. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Terdapat di
https://www.jdihn.go.id diakses pada tanggal 22 Agustus 2022

___________, 2018. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.


Terdapat di https://www.kesga.kemkes.go.id diakses pada tanggal 22 Agustus
2022

19
20

__________, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97


Tahun 2014, Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Terdapat di
http://www.depkes.co.id diakses pada tanggal 22 Agustus 2022

Manalu, E. O. (2020). Pengaruh Konseling Pranikah Terhadap Keutuhan


Keluarga. Jurnal Antusias, 6(1), 16-31. Terdapat di https://sttintheos.ac.id
diakses pada tanggal 22 Agustus 2022
Mandang, J. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor: In Media
Prawirohardjo,S. 2018. Ilmu kebidanan (Edisi III, Cetakan VI). Jakarta: YBP-
YBP-SP
Priyanti, S dan Syalfina, A. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan
Keluarga Berencana. Terdapat di http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id diakses
pada tanggal 22 Agustus 2022
Saifuddin,AB dkk. 2018. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi .
Jakarta : YBP-SP
Sebayang, W. B., & Saragih, G. (2020). Pengaruh edukasi seksual terhadap
perilaku seks pranikah pada generasi milenial. JHeS (Journal of Health
Studies), 4(1), 24-29. Terdapat di https://pdfs.semanticscholar.org diakses
pada tanggal 24 Agustus 2022
Silvi, S., Hadi, M. F. Z., & Darmawati, D. (2018). Pengaruh Konseling Pranikah
Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga Di Kua Desa Serapung
Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Al-Ittizaan: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam, 1(2), 1-7. Terdapat di https://www.uin-
suska.ac.id diakses pada tanggal 22 Agustus 2022
Wati, W., Richard, S. D., & Wahyuningsih, A. (2021). PENGETAHUAN DAN
SIKAP MAHASISWA TERHADAP SKRINING PRA NIKAH:
LITERATURE REVIEW. Jurnal Penelitian Keperawatan Vol, 7(1).
Terdapat di https://scholar.archive.org diakses pada tanggal 24 Agustus 2022
Zadri, D. A. (2020). Pengaruh Gaya Hidup Hedonis dan Regulasi Diri Terhadap
Perilaku Seksual Pranikah. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(2),
228-237. Terdapat di https://scholar.archive.org diakses pada tanggal 24
Agustus 2022
21

Anda mungkin juga menyukai