Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG)

Vol. 1 No. 2, Bulan Juli 2020


ISSN: 2721-2033

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKIT


GINGIVITIS PADA NELAYAN DI PELABUHAN PERIKANAN
PASONGSONGAN TAHUN 2019

THE RELATIONSHIP BETWEEN SMOKING BEHAVIOR AND


GINGIVITIS IN FISHERMEN IN PASONGSONGAN FISHERY PORT,
SUMENEP REGENCY IN 2019

Aula Minnatillah1*, Bambang Hadi Sugito2, Isnanto3


1,2, 3
Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
*e-mail : aula22minnatillah@gmail.com

ABSTRAK
Perokok aktif saat ini di indonesia yang memiliki persentase
tertinggi pada profesi pekerjaan salah satunya adalah nelayan.
Kebiasaan merokok tidak hanya menimbulkan efek sistemik pada
Kata kunci: tubuh, tetapi juga dapat menimbulkan kondisi patologis di
Merokok rongga mulut, salah satunya adalah gingivitis. Panas dan
Gingivitis akumulasi produk hasil pembakaran rokok dapat mempengaruhi
Nelayan respon inflamasi gingiva. Hasil pemeriksaan gigi pada nelayan di
pelabuhan perikanan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep tahun
2019 diketahui indeks gingivitis sebesar 36,7% dalam kategori
berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
perilaku merokok dengan penyakit gingivitis pada nelayan di
pelabuhan perikanan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep tahun
2019. Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik cross
sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang
yang bekerja sebagai nelayan. Metode pengumpulan data dengan
cara observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah analisis
data menggunakan uji chi-square dengan nilai signifikan p=0,00
(p<0,05). Kesimpulan penelitian yaitu terdapat adanya hubungan
antara perilaku merokok dengan penyakit gingivitis pada
nelayan di pelabuhan perikanan Pasongsongan, Kabupaten
Sumenep tahun 2019.
ABSTRACT
Key word: Active smokers today in Indonesia who have the highest
Smoking percentage of their occupational profession include fishermen.
Gingivitis Smoking does not only cause a systemic effect on the body, but
Fishermen can also cause pathologic conditions in the oral cavity such as
gingivitis. Accumulation of heat and combustion products of
cigarettes can affect the response og gingival inflammation.
Dental examinasion result of fishermen in Pasongsongan
fishermen port, Sumenep regency in 2019 known gingivitis index
of 36,7% in the weight category. The study was intended to
identify smoking behavior with gingivitis disease in fishermen in
Pasongsongan fihery port, Sumenep regency in 2019. This type of
study is an analogous cross-sectional study. The number of

1
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

samples in the study was 82 people who worked as fishermen.


Data collection methods by observation and interview. The result
of this study are a data analysis using a chi-square test with
significant value p=0.00 (p<0.05). the research suggests that there
is a link between smoking behavior and gingivitis in fishermen in
Pasongsongan fishery port, Sumenep regency in 2019.

PENDAHULUAN
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sering kita jumpai sehari-hari.
Kebiasaan ini tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat
menimbulkan kondisi patologis di rongga mulut. Hal ini disebabkan karena rongga mulut
merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok, terutama jaringan
lunak mulut yang lebih rentan terpapar efek rokok. Rongga mulut merupakan jalan masuk
utama untuk makanan, minuman, dan bahan-bahan lain, termasuk rokok. Kandungan rokok
yang berbahaya dapat mengiritasi rongga mulut saat dikonsumsi karena adanya
pembakaran. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Selain itu bahan yang terkandung dalam rokok
dapat mengendap pada gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga plak
dan bakteri mudah melekat. Rokok yang mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut
yang dapat menimbulkan manifestasi penyakit periodontal pada perokok berupa
penimbunan plak pada gigi yang didukung dengan faktor lainnya (Diba et al, 2016).
Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok dapat mengiritasi gingiva pada saat
pembakaran dalam rongga mulut dan mempengaruhi renspon inflamasi gingiva. Pada saat
merokok, tar masuk kedalam rongga mulut dalam bentuk uap yang kemudian akan menjadi
padat dan mengendap setelah dingin. Endapan tar pada permukaan gigi akan membuat
permukaan menjadi kasar sehingga mudah dilekati plak. Penimbunan plak yang terus
menerus memudahkan enzim-enzim bakteri masuk ke jaringan gingiva. Enzim
hyaluronidase menyebabkan pelebaran ruang intraseluler sehingga bakteri dengan mudah
menembus epitel dengan demikian akumulasi plak berlebihan dan mengandung berbagai
macam bakteri merupakan penyebab peradangan gusi (Suhartiningtyas dan Setyorini
2017). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencatat proporsi
masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 57,6%,
salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut adalah gusi bengkak yaitu sebesar 14% dan
yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebersar 10,2%.
Masyarakat Pasongsongan yang berada di kecamatan Sumenep sebagian berprofesi
sebagai nelayan di pelabuhan perikanan Pasongsongan. Nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan, di bagian lain disebutkan nelayan adalah
suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik
dengan cara melakukan penangkapan ikan ataupun budidaya (Wahab, 2019). Nelayan
memiliki banyak waktu untuk merokok serta memiliki kebiasaan merokok pada saat
istirahat dan selesai makan. Data Riskesdas tahun 2013 mengatakan berdasarkan jenis
pekerjaan, petani, nelayan, dan buruh adalah perokok aktif setiap hari yang mempunyai
proporsi terbesar 44,5% dibandingkan pekerjaan lain.
Kandungan rokok yang berbahaya dapat mengiritasi rongga mulut saat dikonsumsi
karena adanya pembakaran. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Semakin sering seseorang
merokok maka semakin besar pula kemungkinan yang mengakibatkan terjadinya penyakit
2
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

gingivitis. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin melihat hubungan
perilaku merokok dengan penyakit gingivitis pada nelayan di pelabuhan perikanan
Pasongsongan.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional, yaitu data yang
menyangkut variabel bebas atau resiko (perilaku merokok) dan variabel terikat atau akibat
(penyakit gingivitis) yang akan dilakukan dalam waktu bersamaan. Metode pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara dan pemeriksaan rongga mulut.
Populasi penelitian ini adalah nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan dengan
jumlah 458 nelayan. Kemudian pengambilan sampel menggunakan metode simple random
sampling dengan jumlah sampel yang didapat sebanyak 82 responden. Pemeriksaan rongga
mulut responden pada gingiva dengan cara pengukuran yang dilakukan pada gigi indeks
16, 12, 24, 36, 32, 44 dengan skor indeks gingiva yaitu, 0.1-1.0 = gingivitis ringan, 1.1-2.0
= gingivitis sedang, 2.1-3.0 = gingivitis berat. Kemudian setelah memeriksa rongga mulut
responden, peneliti melakukan wawancara pada responden yang telah diperiksa. Uji
analisis pada penelitian ini menggunakan uji chi-square.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja sebagai nelayan di
Pelabuhan Perikanan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Pelabuhan Perikanan
Pasongsongan berada di pantai utara jawa tepatnya di Dusun Lebak, Desa Pasongsongan,
Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Jumlah responden sebanyak 82 orang
yang berjenis kelamin laki-laki, dapat didistribusikan berdasarkan kelompok umur (Tabel
1)
Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah

1. 17-25 Tahun 14 Orang

2. 26-35 Tahun 20 Orang

3. 36-45 Tahun 24 Orang

4. 46-55 Tahun 16 Orang

5. 56-65 Tahun 5 Orang

6. > 65 Tahun 3 Orang

Total 82 orang

Tabel 1. Menunjukkan distribusi perokok paling banyak pada kelompok umur 36-45
tahun sebanyak 24 orang, diikuti umur 26-35 tahun sebanyak 20 orang, umur 46-55 tahun
sebanyak 16 orang, umur 17-25 tahun sebanyak 14 orang, 56-65 tahun sebanyak 5 orang,
dan umur >65 tahun sebanyak 3 orang.

Distribusi subjek penelitian berdasarkan perilaku merokok dan derajat keparahan


gingiva dapat dilihat pada tabel 2 dan 3
Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Perilaku Merokok

3
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

No Kategori Frekuensi Persentase

1 Ringan 0 0%
2 Sedang 37 45,1%
3 Berat 45 54,9%
Total 82 100%

Tabel 2. Menjelaskan bahwa ada berbagai macam kategori perilaku merokok pada
nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan tahun 2019. Responden dengan kategori
perilaku merokok yang paling banyak yaitu kategori berat sebanyak 45 orang (54,9%),
kemudian pada peringkat kedua yaitu kategori sedang sebanyak 37 orang (45,1%), dan 0
untuk kategori ringan.

Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Derajat Keparahan Gingiva


No Kategori Frekuensi Persentase

1. Ringan 27 32,9%
2. Sedang 25 30,5%

3. Berat 30 36,6%

Total 82 100.0%

Tabel 3. Menjelaskan bahwa ada berbagai macam kategori penyakit gingivitis pada
nelayan di pelabuhan perikanan Pasongsongan tahun 2019. Responden dengan kategori
frekuensi penyakit gingivitis yang paling banyak yaitu kategori berat sebanyak 30 orang
(36,6%), kemudian pada peringkat kedua yaitu kategori ringan sebanyak 27 orang (32,9%),
kategori sedang sebanyak 25 orang (30,5%).

Tabel 4. Hasil Uji Hubungan Perilaku Merokok dengan Gingivitis pada Nelayan di
Pelabuhan Perikanan Pasongsongan

Kategori Kategori Gingivitis Total p value


Merokok Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Sedang 23 62,2 10 27 4 10,8 37 100 0,000
Berat 4 8,9 15 33,3 26 57,8 45 100

Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang termasuk dalam


kategori perilaku merokok sedang dari 37 orang yang merokok ditemukan 23 orang
(62,2%) dengan kategori gingivitis ringan, 10 orang (27%) dengan kategori gingivitis
sedang, dan 4 orang (10,8%) dengan kategori gingivitis berat. Sedangkan perilaku
merokok berat dari jumlah 45 orang yang merokok ditemukan 4 orang (8,9%) dengan
kategori gingivitis ringan, 15 orang (33,3%) dengan kategori gingivitis sedang, dan 26
orang (57,8%) dengan kategori gingivitis berat. Tidak terdapat nelayan yang tidak
4
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

merokok dan yang memiliki gingiva yang normal. Hasil uji statistik memberikan hasil
p<0,005. secara statistik terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan penyakit
gingivitis.

Nelayan adalah seseorang atau sekelompok orang yang mata pencahariannya


melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan analisis
data, banyak nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan memiliki perilaku merokok
dalam kategori berat yaitu merokok lebih dari 20 batang perhari. Hal ini sesuai dengan
hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa petani/nelayan/buruh adalah perokok aktif
setiap hari yang mempunyai proporsi terbesar (44,4%) dibandingkan kelompok pekerjaan
lainnya. Selain itu hasil Riskesdas 2013 ini juga sesuai dengan penelitian Poana et al
(2015) yang mengemukakan bahwa sebagian besar subjek penelitian merokok adalah
pekerja nelayan, yang memiliki banyak waktu untuk merokok serta memiliki kebiasaan
merokok pada saat istirahat dan selesai makan.
Syukriadin et al (2016) menjelaskan bahwa merokok dapat membuat perasaan orang
yang stress menjadi tidak stress lagi tetapi perasaan ini tidak akan lama, begitu selesai
merokok, mereka akan merokok lagi untuk mencegah agar stress tidak terjadi lagi. Nelayan
mempunyai presepsi bahwa merokok dapat membuat mereka lebih merasakan hangat dari
setiap batang rokok yang dikonsumsi. Pekerjaan sebagai nelayan di laut di Pasongsongan
mengharuskan mereka tetap siaga dalam menangkap ikan yang membuat para nelayan
beranggapan merokok dapat menghilangkan stress, menghangatkan tubuh, serta
menghilangkan rasa ngantuk saat berlayar.
Berdasarkan analisis data, nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan memiliki
derajat keparahan dari gingiva yang termasuk dalam kategori berat. Masih tingginya
derajat keparahan gingiva ini dapat dipengaruhi banyak faktor, menurut Manson & Eley
(Masmini, 2019) gingivitis disebabkan oleh faktor primer dan sekunder. Salah satu faktor
nya adalah merokok, hal ini sesuai dengan penelitian Suhartiningtyas dan Setyorini (2017)
yang mengemukakan bahwa bahan-bahan yang terkandung dalam rokok dapat mengiritasi
gingiva pada saat pembakaran dalam rongga mulut dan mempengaruhi respon inflamasi
gingiva. Pada saat merokok, tar masuk kedalam rongga mulut dalam bentuk uap yang
kemudian akan menjadi padat dan mengendap setelah dingin. Endapan tar pada permukaan
gigi akan membuat permukaan menjadi kasar sehingga mudah dilekati plak. Penimbunan
plak yang terus menerus memudahkan enzim-enzim bakteri masuk ke jaringan gingiva.
Enzim hyaluronidase menyebabkan pelebaran ruang intraseluler sehingga bakteri dengan
mudah menembus epitel dengan demikian akumulasi plak berlebihan dan mengandung
berbagai macam bakteri merupakan penyebab peradangan gusi.
Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan antara perilaku merokok dengan
penyakit gingivitis pada nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan tahun 2019. Hal
ini didukung oleh Suhartiningtyas dan Setyorini (2017) bahwa ada hubungan antara jumlah
rokok yang dihisap perhari dengan status gingiva pada perokok dewasa muda. Hal ini
dapat disebabkan oleh seringnya mukosa mulut terpapar oleh asap rokok, semakin sering
seseorang merokok maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya penyakit gingivitis.
Perilaku merokok pada nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan kemungkinan
disebabkan oleh faktor predisposisi yaitu faktor pengetahuan nelayan, tingkat pendidikan,
dan faktor psikologis nelayan. Menurut responden merokok dilakukan untuk mengurangi
stress saat bekerja. Perilaku responden dalam merokok juga kemungkinan adanya faktor
reinforsing atau pendorong (faktor eksternal) yaitu lingkungan pekerjaan nelayan yang
mendukung. Adanya orang-orang sesama nelayan yang merokok merupakan kondisi
lingkungan seseorang yang berpotensi untuk berperilaku merokok.
5
Home page: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/index

Perilaku merokok nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan dapat memengaruhi


terjadinya gingivitis yang tergolong dalam kategori berat. Hasil penelitian sesuai dengan
pernyataan Poana et al (2015) yang menjelaskan bahwa mereka yang kebiasaan merokok
sehari-hari didapati mengalami inflamasi yaitu warna kemerahan, adanya edema dan
terjadi pendarahan pada saat probing, didapati karena adanya peran nikotin yang
menghambat aliran darah, termasuk pada gingiva.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku merokok dengan penyakit
gingivitis pada nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan, nelayan yang memiliki
perilaku merokok dalam kategori berat sebesar 54.9%, dan yang memiliki derajat
keparahan gingivitis dalam kategori berat sebesar 36.6%, dan kesimpulan dalam penelitian
ini adalah adanya hubungan perilaku merokok dengan penyakit gingivitis pada nelayan di
Pelabuhan Perikanan Pasongsongan tahun 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Diba, et al., 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dampak Merokok Terhadap


Kesehatan Rongga Mulut DenganStatus Kebersihan Rongga Mulut (Remaja Desa Cot
Mesjid Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh) Cut. Journal of Chemical
Information and Modeling, Vol. 1, p. 13.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, P.D. dan I. 2013. Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, P.D. dan I. 2018. Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar 2018. 1-582.

Masmini, N., 2019. Gambaran Penyakit Periodontal pada Lansia di Poli Gigi Puskesmas
Sawan I Kabupaten Buleleng Tahun 2019. Skripsi Poltekkes Denpasar: Diterbitkan

Poana, M.P., et al., 2015. Gambaran Status Gingiva Pada Perokok Di Desa Buku
Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara, Vol. 3, pp 225. Manado:
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Syukriadin, M., et al., 2016. STUDI KOMPARATIF STRES KERJA PADA NELAYAN
TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) TOROBULU KEC. LAELA DAN PELABUHAN
PERIKANAN SAMUDERA (PPS) KEC. ABELI KOTA KENDARI PROVINSI
SULAWESI TENGGARA 2016. Kendari: Universitas Halu Oleo.

Setyorini, N., dan Suhartiningtyas, 2017. DENGAN STATUS KESEHATAN GINGIVA.


Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wahab, A,. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah (Low Back Pain) Pada Nelayan Di Desa Batu Karas Kecamatan Cijulang
Pangandaran. Biomedika, Vol. 11, p. 35. Jakarta: Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

6
Judul Artikel : HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN PENYAKIT GINGIVITIS PADA
NELAYAN DI PELABUHAN PERIKANAN PASONGSONGAN TAHUN 2019
Judul Jurnal : Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG)
Volume : 1
Halaman : 1-6
DOI : https://doi.org/10.37160/jikg.v1i2.521
Tahun : 2020
Penulis : Aula Minnatillah, Bambang Hadi Sugito, Isnanto Isnanto
Reviewer : Aisyah Fadiyah Akasha Widya
Tanggal Review : Minggu, 6 November 2022

Resume :
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sering kita jumpai sehari-hari.
Kebiasaan ini tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat
menimbulkan kondisi patologis di rongga mulut. Hal ini disebabkan karena rongga
mulut merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok, terutama
jaringan lunak mulut yang lebih rentan terpapar efek rokok. Rongga mulut merupakan
jalan masuk utama untuk makanan, minuman, dan bahan-bahan lain, termasuk rokok.
Kandungan rokok yang berbahaya dapat mengiritasi rongga mulut saat dikonsumsi
karena adanya pembakaran. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Selain itu bahan yang
terkandung dalam rokok dapat mengendap pada gigi menyebabkan permukaan gigi
menjadi kasar, sehingga plak dan bakteri mudah melekat. Rokok yang mempengaruhi
tingkat kebersihan gigi dan mulut yang dapat menimbulkan manifestasi penyakit
periodontal pada perokok berupa penimbunan plak pada gigi yang didukung dengan
faktor lainnya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional, yaitu data yang
menyangkut variabel bebas atau resiko (perilaku merokok) dan variabel terikat atau
akibat (penyakit gingivitis) yang akan dilakukan dalam waktu bersamaan. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara dan
pemeriksaan rongga mulut. Populasi penelitian ini adalah nelayan di Pelabuhan
Perikanan Pasongsongan dengan jumlah 458 nelayan. Kemudian pengambilan sampel
menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel yang didapat
sebanyak 82 responden. Pemeriksaan rongga mulut responden pada gingiva dengan
cara pengukuran yang dilakukan pada gigi indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44 dengan skor
indeks gingiva yaitu, 0.1-1.0 = gingivitis ringan, 1.1-2.0 = gingivitis sedang, 2.1-3.0 =
gingivitis berat. Kemudian setelah memeriksa rongga mulut responden, peneliti
melakukan wawancara pada responden yang telah diperiksa. Uji analisis pada
penelitian ini menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan antara perilaku merokok dengan
penyakit gingivitis pada nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan tahun 2019.
Perilaku merokok nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan dapat memengaruhi
terjadinya gingivitis yang tergolong dalam kategori berat. Hasil penelitian sesuai dengan
pernyataan Poana et al (2015) yang menjelaskan bahwa mereka yang kebiasaan
merokok sehari-hari didapati mengalami inflamasi yaitu warna kemerahan, adanya
edema dan terjadi pendarahan pada saat probing, didapati karena adanya peran nikotin
yang menghambat aliran darah, termasuk pada gingiva.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku merokok dengan
penyakit gingivitis pada nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan, nelayan yang
memiliki perilaku merokok dalam kategori berat sebesar 54.9%, dan yang memiliki
derajat keparahan gingivitis dalam kategori berat sebesar 36.6%, dan kesimpulan
dalam penelitian ini adalah adanya hubungan perilaku merokok dengan penyakit
gingivitis pada nelayan di Pelabuhan Perikanan Pasongsongan tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai