Anda di halaman 1dari 3

2.1.

1 Cerita Parahyangan
Carita Parahyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuno yang dibuat pada akhir
abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda tentang kekuasaan dari 2 Kerajaan
Sunda, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pakuan yang merupakan perpecahan dari
Kerajaan Tarumanegara.

2.1.1.1 Berdirinya Kerajaan Galuh


Cerita Parahyangan diawali dengan kemunculan Resi Guru yang memimpin Kerajaan
Kendan (Bagian Kerajaan Tarumanegara) yang bernama Raja Putra. Kemudian Raja
Putra menurunkan dua orang anak, anak yang pertama adalah seorang laki-laki yang
bernama Sang Kandiawan atau yang dikenal dengan nama Rahyangta Dewaraja dan anak
keduanya merupakan seorang perempuan yang bernama Sang Kandiawati. Rahyangta
Dewaraja anak dari Rajaputra menjadi pewaris tahta Kerajaan Kendan. Rahyangta
Dewaraja memiliki lima anak yang bernama Sang Mangkuhan, Sang Karungkalah, Sang
Katungmalah, Sang Sandanggreba, dan anak terakhirnya yaitu Sang Wretikandayun.

Wretikandayun anak ke-5 Dewaraja yang menjadi pemimpin Kerajaan Kendan


selanjutnya dikarenakan dia mengalahkan ke-4 kakaknya dalam perlombaan berburu di
tegalan. Pada kepemimpinan Wretikandayun ini Kerajaan Kendan berganti nama menjadi
Kerajaan Galuh karena Wretikandayun menolak untuk menjadi bagian dari Kerajaan
Tarumanegara dan memindahkan lokasi kegiatan pemerintah dari Kendan (Cicalengka)
ke Karang Kamulyan (Ciamis) untuk efektifitas pelaksanaan kepemerintahan dan
kegiatan keagamaan. Hal ini membuat Wretikandayun menjadi raja terakhir dari
Kerajaan Kendan dan menjadi pendiri Kerajaan Galuh.

2.1.1.2 Bersatunya Kerajaan Sunda (Pakuan)-Galuh


Wretikandayun mempunyai 3 anak yang bernama Rahyangta Sempakwaja, Rahyangta
Kidul, dan Rahyangta Mandiminyak. Setelah bertahta selama 90 tahun, Wretikandayun
mewarisi tahta Raja Kerajaan Galuh kepada Mandiminyak, dikarenakan 2 kakaknya
menjadi Resi Guru (Gelar bagi seseorang yang memiliki jasa dan peran besar dalam hal
keagamaan untuk membangun peradaban dan kesejahteraan). Mandiminyak memiliki
hubungan terlarang dengan iparnya yang membuatnya memiliki keturunan yang bernama
Sena (Sang Salah). Anak kedua Mandiminyak adalah seorang perempuan dari
pernikahannya dengan istrinya yang bernama Sannaha. Mandiminyak menikahkan Sena
dengan Sannaha dan mereka mempunyai anak bernama Sanjaya.

Pada kepemimpinan Raja Sanjaya inilah Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Pakuan
bersatu kembali akibat dari kepemimpinannya yang dapat menaklukkan daerah di sekitar
kerajaannya dan memerintah rakyatnya dengan bijaksana yang menjadikan Kerjaannya
menjadi Kerajaan Sunda-Galuh. Setelah 9 tahun kepemimpinan Raja Sanjaya, dia
mewariskan tahtanya kepada Raja Daerah yang bernama Premana dikarenakan dia
menjadi pemimpin di Kerajaan Mataram. Premana terpaksa menjadi Raja Sunda-Galuh
karena Raja Sanjaya memiliki sifat baik hati terhadap Raja Bawahan yang setia padanya.

2.1.1.3 Berpisahnya Kerajaan Sunda (Pakuan)-Galuh


Rakean Tamperan yang merupakan anak dari Sanjaya ingin menguasai Kerajaan Sunda-
Galuh. Saat itu Tamperan memiliki hubungan spesial dengan istri kedua Premana dan
Tamperan ingin menghilangkan jejak skandalnya dengan mengupah seseorang untuk
membunuh Premana. Dan saat Rakean Tamperan naik tahta menjadi Raja Kerajaan
Sunda-Galuh. Anak dari istri pertama Premana yaitu Sang Manarah menyiapkan rencana
untuk merebut tahta Tamperan.

Akhirnya Sang Manarah melakukan kudeta dan berhasil dalam waktu singkat. Tamperan
bersama istri dan anaknya Sang Banga dimasukan kedalam gelanggang sabung ayam.
Tapi dihari itu Sang Banga dibebaskan dan Banga mencoba membebaskan Tamperan dan
ibunya pada malam hari akan tetapi hal itu diketahui oleh pengawal Manarah sehingga
pada malam hari itu terjadi peperangan antara Banga dan Manarah yang mengakibatkan
wafatnya Tamperan dan Ibunya.

Berita kematian Tamperan terdengar sampai ketelinga Sanjaya, yang kemudian Sanjaya
mengirimkan pasukan untuk menyerang Sang Manarah, namun dilerai oleh Raja Resi
Demunawan dengan membuat perundingan kekuasaan yang dimana wilayah timur yaitu
Kerajaan Galuh diserahkan kepada Sang Manarah dan wilayah barat yaitu Kerajaan
Pakuan kepada Sang Banga. Dari kejadian inilah yang membuat Kerajaan Sunda-Galuh
menjadi terpecah belah kembali.

2.1.1.4 Periode Akhir Kerajaan Sunda(Pakuan)-Galuh

Berabad-abad lamanya dua kerajaan bersaudara ini menjalani hidup di Kerajaan masing-masing.
Hingga akhirnya, pada 1482, Kerajaan Sunda dan Galuh bersatu kembali berkat terjadinya
pernikahan Jayadewata atau yang biasa dikenal Sri Baduga Maharaja dari Galuh dengan
Ambetkasih dari Sunda. Saat itu Jayadewata menjadi Raja di Kerajaaan Sunda-Galuh. Masa
kepemimpinan Sri Baduga Maharaja merupakan periode puncak kejayaannya Kerajaan Sunda-
Galuh dan dikenal periode Kerajaan Pajajaran, dimana pada zaman itu dikenang rakyat sebagai
zaman perdamaian dan kemakmuran

Anda mungkin juga menyukai