Anda di halaman 1dari 8

Kabupaten Majalengka, adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalahMajalengka.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah
1.1 Zaman Kerajaan Budha di Talaga

1.1.1 Pemerintahan Batara Gunung Picung

1.1.2 Pemerintahan Prabu Darma Suci

1.1.3 Pemerintahan Sunan Talaga Manggung

1.1.4 Pemerintahan Sunan Talaga Manggung

1.1.5 Pemerintahan Ratu Simbarkencana

1.1.6 Pemerintahan Sunan Parung


1.2 Zaman Kerajaan Islam di Talaga (Pengaruh Kasultanan Cirebon)

1.2.1 Pemerintahan Ratu Sunyalarang

1.2.2 Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum

1.2.3 Pemerintahan Sunan Wanaperih


1.3 Masa Penjajahan Belanda

1.3.1 Pembentukan Kabupaten Maja.

1.3.2 Perubahan Nama Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka.


1.4 Masa Penjajahan Jepang

2 Letak dan Pembagian Administrasi


2.1 Pembagian Administrasi.

3 Daftar Bupati

4 Kondisi Alam
o

4.1 Topografi dan Geografi

4.2 Geologi

4.3 Hidrologi

4.4 Iklim

5 Demografi

6 Kesenian Daerah

7 Makanan Khas dan Oleh-oleh

8 Transportasi
o

8.1 Transportasi Darat

8.1.1 Angkutan Jalan Raya

8.1.1.1 Prasarana Angkutan Jalan Raya

8.1.1.2 Angkutan Dalam Kota

8.1.1.3 Angkutan Perkotaan

8.1.1.4 Angkutan Antar Kota

8.1.1.5 Elf (Mikro Bus)

8.1.1.6 Bus
8.1.2 Kereta Api

8.2 Transportasi Udara


9 Obyek Wisata

9.1 A. Wisata Air Terjun

9.2 B. Wisata Danau

9.3 C. Wisata Panorama Alam

9.4 D. Wisata Sejarah dan Budaya

9.5 E. Wisata Minat Khusus.

10 Putera Daerah

11 Referensi

12 Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Zaman Kerajaan Budha di Talaga[sunting | sunting sumber]
Pemerintahan Batara Gunung Picung

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu Galuh bertahta di Ciamis, dia adalah putera V, juga
ada hubungan darah dengan raja-raja di Pajajaran atau dikenal dengan Raja Siliwangi. Daerah kekuasaannya meliputi Talaga, Cikijing,
Bantarujeg, Lemahsugih, Maja dan sebagian Selatan Majalengka.Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agam yang dipeluk rakyat
kerajaan ini adalah agama Hindu.Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25
Km tepatnya Talaga - Salawangi di daerah Cakrabuana.Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluransaluran pengairan semuanya di daerah Cikijing.Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung 2 windu.Raja berputera 6 orang
yaitu :- Sunan Cungkilak - Sunan Benda - Sunan Gombang - Ratu Panggongsong Ramahiyang- Prabu Darma Suci- Ratu Mayang KarunaAkhir
pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Darma Suci.
Pemerintahan Prabu Darma Suci

[sunting | sunting sumber]

Disebut juga Pandita Perabu Darma Suci. Dalam pemerintahan raja ini Agama Hindu berkembang dengan pesat (abad ke-XIII), nama dia dikenal
di Kerajaan Pajajaran, Jawa Tengah, Jayakarta sampai daerah Sumatera. Dalam seni pantun banyak diceritakan tentang kunjungan tamu-tamu
tersebut dari kerajaan tetangga ke Talaga, apakah kunjungan tamu-tamu merupakan hubungan keluarga saja tidak banyak diketahui.Peninggalan
yang masih ada dari kerajaan ini antara lain Benda Perunggu, Gong, Harnas atau Baju Besi.Pada abad XIIX Masehi dia wafat dengan
meninggalkan 2 orang putera yakni:- Bagawan Garasiang - Sunan Talaga Manggung
Pemerintahan Sunan Talaga Manggung

[sunting | sunting sumber]

Tahta untuk sementara dipangku oleh Begawan Garasiang,.namun dia sangat mementingkan Kehidupan Kepercayaan sehingga akhirnya tak
lama kemudian tahta diserahkan kepada adiknya Sunan Talaga Manggung.Tak banyak yang diketahui pada masa pemerintahan raja ini selain
kepindahan dia dari Talaga ke daerah Cihaur Maja.

Pemerintahan Sunan Talaga Manggung

[sunting | sunting sumber]

Sunan Talaga Manggung merupakan raja yang terkenal sampai sekarang karena sikap dia yang adil dan bijaksana serta perhatian dia terhadap
agama Hindu, pertanian, pengairan, kerajinan serta kesenian rakyat.Hubungan baik terjalin dengan kerajaan-kerajaan tetangga maupun kerajaan
yang jauh, seperti misalnya dengan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Cirebon maupun Kerajaan Sriwijaya.Dia berputera dua,
yaitu :- Raden Pangrurah - Ratu Simbarkencana Raja wafat akibat penikaman yang dilakukan oleh suruhan Patih Palembang Gunung bernama
Centangbarang. Kemudian Palembang Gunung menggantikan Sunan Talaga Manggung dengan beristrikan Ratu Simbarkencana. Tidak
beberapa lama kemudian Ratu Simbarkencana membunuh Palembang Gunung atas petunjuk hulubalang Citrasinga dengan tusuk konde
sewaktu tidur.Dengan meninggalnya Palembang Gunung, kemudian Ratu Simbarkencana menikah dengan turunan Panjalu bernama Raden
Kusumalaya Ajar Kutamanggu dan dianugrahi 8 orang putera diantaranya yang terkenal sekali putera pertama Sunan Parung.
Pemerintahan Ratu Simbarkencana

[sunting | sunting sumber]

Sekitar awal abad XIV Masehi, dalam tampuk pemerintahannya Agama Islam menyebar ke daerah-daerah kekuasaannya dibawa oleh para
Santri dari Cirebon.juga diketahui bahwa tahta pemerintahan waktu itu dipindahkan ke suatu daerah disebelah Utara Talaga bernama Walangsuji
dekat kampung Buniasih (Desa Kagok Banjaran) .Ratu Simbarkencana setelah wafat digantikan oleh puteranya Sunan Parung.
Pemerintahan Sunan Parung

[sunting | sunting sumber]

Pemerintahan Sunan Parung tidak lama, hanya beberapa tahun saja.Hal yang penting pada masa pemerintahannya adalah sudah adanya
Perwakilan Pemerintahan yang disebut Dalem, antara lain ditempatkan di daerah Kulur, Sindangkasih, Jerokaso Maja.Sunan Parung mempunyai
puteri tunggal bernama Ratu Sunyalarang atau Ratu Parung.

Zaman Kerajaan Islam di Talaga (Pengaruh Kasultanan Cirebon)


[sunting | sunting sumber]
Pemerintahan Ratu Sunyalarang[sunting | sunting sumber]
Sebagai puteri tunggal dia naik tahta menggantikan ayahandanya Sunan Parung dan menikah dengan turunan putera Prabu Siliwangi bernama
Raden Rangga Mantri atau lebih dikenal dengan Prabu Pucuk Umum.Pada masa pemerintahannya Agama Islam sudah berkembang dengan
pesat. Banyak rakyatnya yang memeluk agama tersebut hingga akhirnya baik Ratu Sunyalarang maupun Prabu Pucuk Umum memeluk Agama
Islam. Agama Islam berpengaruh besar ke daerah-daerah kekuasaannya antara lain Maja, Rajagaluh dan Majalengka.Prabu Pucuk Umum
adalah Raja Talaga ke-2 yang memeluk Agama Islam. Hubungan pemerintahan Talaga dengan Cirebon maupun Kerajaan Pajajaran baik sekali.
Sebagaimana diketahui Prabu Pucuk Umum adalah keturunan dari prabu Siliwangi karena dalam hal ini ayah dia yang bernama Raden Munding
Sari Ageung merupakan putera dari Prabu Siliwangi. Jadi pernikahan Prabu Pucuk Umum dengan Ratu Sunyalarang merupakan perkawinan
keluarga dalam derajat ke-IV.Hal terpenting pada masa pemerintahan Ratu Sunyalarang adalah Talaga menjadi pusat perdagangan di sebelah
Selatan.
Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum

[sunting | sunting sumber]

Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang putri Sunan Parung, saudara sebapak Ratu Pucuk
Umun suami Pangeran Santri ) melahirkan 6 orang putera yaitu :- Prabu Haurkuning - Sunan Wanaperih - Dalem Lumaju Agung- Dalem
Panuntun - Dalem Panaekan Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah beragama Islam.Dia sebelum wafat telah menunjuk puteraputeranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasaannya, seperti halnya :Sunan Wanaperih memegang tampuk pemerintahan di Walagsuji;
Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja; Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang selang
kemudian di Ciamis. Kelak keturunan dia banyak yang menjabat sebagai Bupati.Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji
kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, sukamenak, nunuk Cibodas dan Kulur.Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekat Situ
Sangiang Kecamatan Talaga.
Pemerintahan Sunan Wanaperih

[sunting | sunting sumber]

Terkenal Sunan Wanaperih, di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah
memeluk Agama Islam. Dia berputera 6 orang, yaitu :- Dalem Cageur - Dalem Kulanata - Apun Surawijaya atau Sunan Kidul- Ratu Radeya - Ratu
Putri - Dalem Wangsa Goparana. Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Sarngsingan sedangkan Ratu Putri menikah dengan
putra Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan bernama Sayid Faqih Ibrahim lebih dikenenalSunan Cipager. Dalem Wangsa Goparana pindah
ke Sagalaherang Cianjur, kelak keturunan dia ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati Wiratanudatar I di Cikundul. Sunan Wanaperih
memerintah di Walangsuji, tetapi dia digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga. Putera Apun
Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Surawijaya menikah
dengan putri Cirebon bernma Ratu Raja Kertadiningrat saudara dari Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon.Pangeran Surawijaya dianungrahi 6
orang anak yaitu - Dipati Suwarga-Mangunjaya - Jaya Wirya - Dipati Kusumayuda - Mangun Nagara - Ratu Tilarnagara Ratu Tilarnagara menikah
dengan Bupati Panjalu (Kerajaan Panjalu Ciamis) yang bernama Pangeran Arya Sacanata yang masih keturunan Prabu Haur Kuning. Pengganti
Pangeran Surawijaya ialah Dipati Suwarga menikah dengan Putri Nunuk dan berputera 2 orang, yaitu :- Pangeran Dipati Wiranata- Pangeran
Secadilaga atau pangeran RajiPangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh
puteranya Pangeran Secanata Eyang Raga Sari yang menikah dengan Ratu Cirebon mengantikan Pangeran Secanata. Arya Secanata
memerintah tahun 1762.

Masa Penjajahan Belanda[sunting | sunting sumber]

Pembentukan Kabupaten Maja.

[sunting | sunting sumber]

Tahun 1819 dibentuk Karesidenan Cirebon yang terdiri atas Keregenaan (Kabupaten) Cirebon, Kuningan, Bengawan Wetan, Galuh (Ciamis
Sekarang) dan Maja. Kabupaten Maja adalah cikal bakal Kabupaten Majalengka. Pembentukan Kabupaten Maja berdasarkan Besluit (Surat
Keputusan) Komisaris Gubernur Jendral Hindia Belanda No.23 Tanggal 5 Januari 1819. Kabupaten Maja adalah gabungan dari tiga distrik yaitu.
Distrik Sindangkasih, Distrik Talaga, dan Distrik Rajagaluh. Kabupaten Maja beribukota di Kota Kecamatan Maja sekarang. Bupati pertama
Kabupaten Maja adalah RT Dendranegara. Kabupaten Maja mencakup wilayah Talaga, Maja, Sindangkasih, Rajagaluh, Palimanan dan
Kedondong.
Perubahan Nama Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka.

[sunting | sunting sumber]

Tanggal 11 Februari 1840, keluar surat Staatsblad No.7 dan BesluitGubernur Jendral Hindia Belanda No.2 yang menjelasakan perpindahan
Ibukota Kabupaten ke Wilayah Sindangkasih yang kemudian diberi nama 'Majalengka', kemudian nama Kabupaten disesuaikan dengan nama
ibukota kabupaten yang baru, dari Kabupaten Maja menjadi Kabupaten Majalengka. Pemberian nama Majalengka atau dari mana asal usul
Majalengka masih menjadi misteri, Nama Majalengka menurut Legenda adalah ucapan Majane Langka dari pasukan Cirebon serta Pangeran
Muhammad dan Siti Armilah ketika tidak menemukan buah Maja setelah Hutan Pohon Maja dihilangkan oleh Nyi Rambut Kasih, Ratu Kerajaan
Sindangkasih. Dalam Buku Sejarah Majalengka Karya N. Kartika yang mewawancarai Budayawan Ayatrohaedi, Nama Majalengka bila diartikan
dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata Maja merupakan nama buah dan kata Lengka yang berati pahit, jadi kata 'Majalengka' adalah nama lain
dari kata Majapahit. Majalengka sebagai ibukota kabupaten selanjutnya semakin dikuatkan dengan adanya Surat Staatsblad, 1887 No. 159
mengatur dan menjelaskan tentang batas-batas wilayah dari Kota Majalengka.

Masa Penjajahan Jepang[sunting | sunting sumber]


Masa penjajahan Jepang (1942-1945) di Majalengka ditandai dengan adanya eksploitasi romusha dan pembangunan Lapangan Terbang
Militer Jepang di Kawasan Ligung. Lapangan terbang ini diselesaikan pada tahun 1944, dan pasukan Jepang dari sana terbang untuk melakukan
operasi militer di Burma (Myanmar) pada tahun 1945

Letak dan Pembagian Administrasi[sunting | sunting


sumber]
Secara geografis Kabupaten Majalengka terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Majalengka terletak pada titik koordinat yaitu
Sebelah Barat 108 03' - 108 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 12' - 108 25 Bujur Timur, Sebelah Utara 6 36' - 558 Lintang Selatan dan
Sebelah Selatan 6 43' - 744.
Bagian Utara wilayah kabupaten ini merupakan dataran rendah, sementara wilayah tengah berbukit-bukit dan wilayah selatan merupakan
wilayah pegunungan dengan puncaknya Gunung Ceremai yang berbatasan dengan Kabupaten Kuningan serta Gunung Cakrabuana yang
berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang. Secara administratif berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu.

Sebelah Selatan : Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.

Sebaleh Barat : Kabupaten Sumedang.

Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan.

Pembagian Administrasi.[sunting | sunting sumber]


Kabupaten Majalengka terdiri dari 26 Kecamatan, yang terbagi atas 330 Desa dan 13 Kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten berada
di Kecamatan Majalengka.
Berikut adalah kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Majalengka:
1.

Kecamatan Argapura

2.

Kecamatan Banjaran

3.

Kecamatan Bantarujeg

4.

Kecamatan Cigasong

5.

Kecamatan Cikijing

6.

Kecamatan Cingambul

7.

Kecamatan Dawuan

8.

Kecamatan Jatitujuh

9.

Kecamatan Jatiwangi

10. Kecamatan Kadipaten.


11. Kecamatan Kasokandel
12. Kecamatan Kertajati
13. Kecamatan Lemahsugih
14. Kecamatan Leuwimunding
15. Kecamatan Ligung
16. Kecamatan Maja
17. Kecamatan Majalengka
18. Kecamatan Malausma
19. Kecamatan Palasah
20. Kecamatan Panyingkiran
21. Kecamatan Rajagaluh
22. Kecamatan Sindang
23. Kecamatan Sindangwangi
24. Kecamatan Sukahaji
25. Kecamatan Sumberjaya
26. Kecamatan Talaga

Daftar Bupati[sunting | sunting sumber]


1.

RT. Dendranegara 1819 - 1849 (Bupati Kabupaten Maja 1819-1840)

2.

RAA. Kartadiningrat 1849 - 1861

3.

RAA. Kartadiningrat 1861 - 1868

4.

Rd Tumenggung Soera Adhi Ningrat 1868 - 1886

5.

RAA. Salmon Suriadiningrat 1886 - 1896

6.

RMA. Supraadiningrat 1896 - 1902

7.

RA. Sastraningrat 1902 - 1922

8.

RMA. Suriatanudibrata 1922 - 1944

9.

RA. Umar Said 1944 - 1945

10. R. Enoch 1945 - 1947


11. R.H. Hamid 1947 - 1948
12. R. Sulaeman Nata Amijaya 1948 - 1949
13. M. Chavil 1949
14. RM. Nuratmadibrata 1949 - 1957
15. H. Aziz Halim 1957 - 1960
16. H. RA. Sutisna 1960 - 1966
17. R. Saleh Sediana 1966 - 1978
18. H. Moch. Saleh Paindra 1978 - 1983
19. H. RE. Djaelani, SH. 1983 - 1988
20. Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1988 - 1993
21. Drs. H. Adam Hidayat, SH., M.Si 1993 - 1998
22. Hj. Tutty Hayati Anwar, SH., M.Si 1998 - 2008
23. H. Sutrisno, SE., M.Si 2008 - 2013

Kondisi Alam[sunting | sunting sumber]


Topografi dan Geografi[sunting | sunting sumber]
Bagian utara wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian selatan berupa pegunungan. Gunung Ciremai (3.076 m) berada di
bagian timur, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Kuningan. Gunung ini adalah gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat, dan merupakan
taman nasional, dengan nama Taman Nasional Gunung Ciremai
Keadaan geografi khususnya morfologi dan fisiografi wilayah Kabupaten Majalengka sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh perbedaan
ketinggian suatu daerah dengan daerah lainnya, dengan distribusi sebagai berikut :
Morfologi dataran rendah yang meliputi Kecamatan
Kadipaten, Kasokandel, Panyingkiran, Dawuan, Jatiwangi, Sumberjaya, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Cigasong, Majalengka,Leuwimunding dan Pal
asah. Kemiringan tanah di daerah ini antara 5%-8% dengan ketinggian antara 20-100 m di atas permukaan laut (dpl), kecuali di Kecamatan
Majalengkatersebar beberapa perbukitan rendah dengan kemiringan antara 15%-25%.
Morfologi berbukit dan bergelombang meliputi Kecamatan Rajagaluh dan Sukahaji sebelah Selatan, Kecamatan Maja, sebagian Kecamatan
Majalengka. Kemiringan tanah di daerah ini berkisar antara 15-40%, dengan ketinggian 300-700 m dpl.
Morfologi perbukitan terjal meliputi daerah sekitar Gunung Ciremai, sebagian kecil Kecamatan Rajagaluh, Argapura, Sindang, Talaga, sebagian
Kecamatan Sindangwangi,Cingambul, Banjaran, Bantarujeg, Malausma dan Lemahsugih dan Kecamatan Cikijing bagian Utara. Kemiringan di
daerah ini berkisar 25%-40% dengan ketinggian antara 400-2000 m di atas permukaan laut.

Geologi[sunting | sunting sumber]


Menurut keadaan geologi yang meliputi sebaran dan struktur batuan, terdapat beberapa batuan dan formasi batuan yaitu Aluvium seluas 17.162
Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha (19,50%),

Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene Sedimentary Facies, seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179
Ha (0,15%), Eosene seluas 78 Ha (0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha (8,54%). Jenis-jenis tanah di Kabupaten
Majalengka ada beberapa macam, secara umum jenis tanah terdiri atas Latosol, Podsolik, Grumosol, Aluvial, Regosol, Mediteran, dan asosianya.
Jenis-jenis tanah tersebut memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang keberhasilan sektor
pertanian.

Hidrologi[sunting | sunting sumber]


Dari aspek hidrologis di Kabupaten Majalengka mempunyai beberapa jenis potensi sumber daya air yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Potensi sumber daya air tersebut meliputi:
Air permukaan, seperti mata air, sungai, danau, waduk lapangan atau rawa, Air tanah, seperti sumur bor dan pompa pantek dan air hujan. Sungai
yang besar di antaranya adalah Cilutung, Cijurey, Cideres, Cikeruh, Ciherang, Cikadondong, Ciwaringin, Cilongkrang, Ciawi dan Cimanuk.

Iklim[sunting | sunting sumber]


Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Majalengka berkisar antara 2.400 mm-3.800 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 11
hari/bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat
Laut dengan kecepatan antara 3-6 knot (1 knot =1.285 m/jam).

Demografi[sunting | sunting sumber]


Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka Berdasarkan BPS Kabupaten Majalengka Tahun 2013 adalah 1.180.774 Jiwa terdiri dari 590.038 jiwa
penduduk laki-laki dan 590.736 jiwa penduduk perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2013 adalah 981
jiwa/km. Kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan 2.087 jiwa/km. Wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak
adalah:
1.

Kecamatan Jatiwangi : 83.450 jiwa.

2.

Kecamatan Majalengka : 69.946 jiwa.

3.

Kecamatan Cikijing : 60.581 jiwa.

4.

Kecamatan Lemahsugih : 57.928 jiwa.

5.

Kecamatan Sumberjaya : 57.353 jiwa.

Mayoritas Masyarakat Majalengka berasal dari etnis Sunda. Bahasa yang digunakan Bahasa Sunda, akan tetapi memiliki perbedaan beberapa
arti dan kosakata dengan Bahasa Sunda di Kawasan Priangan. Bahasa Sunda di Majalengka merupakan bahasa Sunda dialek Tengah Timur.
Dibeberapa wilayah Majalengka masyarakatnya merupakan EtnisCirebon/Wong Cerbon dan menggunakan bahasa Cirebon, seperti di utara dan
Timur Jatitujuh, Kertajati, Ligung, Sumberjaya dan Desa Patuanan di Kecamatan Leuwimunding.

Kesenian Daerah[sunting | sunting sumber]


Sebagai wilayah yang dilalui oleh dua kebudayaan besar yaitu Sunda & Cirebon maka Kabupaten Majalengka memiliki keragaman seni budaya
yaitu

Sampyong

Wayang Golek

Gaok

Jaipong

Sintren

Tarling

Tari topeng Beber

Kuda Penca

Anda mungkin juga menyukai