DOSEN PENGAMPU :
Dr. Muhammad Yusuf Ahmad, M.A
DISUSUN OLEH
Ridho noor fadli : 224210073
Rio gabe martua hutasoit : 224210002
Feriandi hasiholan Nainggolan: 224210066
Zubair zidan Harahap : 224210040
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rah
mat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelom
pok untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul “ IKHSAN KEPADA ALLAH”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang t
ulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap se
moga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Mengapa hal-hal ghaib wajib diimani? Karena, apabila kita perhatikan dengan s
aksama, inti ajaran Islam bertumpu kepada keimanan akan hal yang ghaib. Iman
kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir termasuk surga dan n
eraka, juga qadha dan qadar. Semuanya adalah perkara gaib. Lalu, apa yang dim
aksud dengan gaib itu? Dan, bagaimana kita bisa beriman padahal-hal gaib itu d
engan benar? Secara bahasa, gaib berarti segala sesuatu yang tidak tampak dari
Anda (kullu ma ghaba ‘ank), atau segala sesuatu yang tidak terlihat oleh mata, s
ekalipun sampai ke hati (ma ghaba ‘anil ‘uyun wa in kana muhasshalan filqulu
b). Seseorang yang hanya mendengar suara, tanpa melihat sumber suara. secara
bahasa dikatakan gaib (Ibnu Manzhur, 1998).
Iman kepada yang ghaib berarti percaya kepada segala sesuatu yang tidak bisa d
ijangkau oleh panca indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi ia d
iketahui oleh wahyu yang idterima oleh para nabi dan Rasulullah saw. iman kep
ada yang ghaib adalah salah satu sifat dari orang-orang mukmin. Para ulama ber
beda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan gaib dalam ayat di atas. Ibnu
Katsir menuturkan tujuh pendapat ulama salaf. Semua pendapat tersebut, menur
ut Ibnu Katsir, adalah benar dan semuanya adalah masuk dalam kategori gaib ya
ng dimaksud dalam ayat di atas. Di antaranya adalah riwayat Abul ‘Aliyah yang
merupakan pendapatnya Qatadah bin Da’amah , yaitu beriman kepada Allah, m
alaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir , surga, neraka, hari pertemuan denga
n Allah, mengimani adanya kehidupan setelah kematian, juga hari kebangkitan
Bentuk percaya kepada alam ghaib bukan berarti boleh meminta-minta kepada
makhluk halus, jin, setan, iblis dan sebagaianya. Ini pengertian percaya yang kel
iru. Percaya disini meyakini keberadaan dan eksistensi alam dan makhluk ghaib,
termasuk surga, neraka, malaikat, alam kubur, alam barzakh , padang mahsyar d
an seterusnya. Hal-hal ghaib yang harus diyakini adalah beriman kepada akan te
rjadinya hari kiamat, beriman kepada surga dan neraka.
Dalam penjelasan lain , yang dimaksud dengan beriman kepada yang ghaib adal
ah termasuk di dalamnya beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, menund
ukkan diri serta menyerahkannya sesuai dengan yang diharuskan oleh iman itu.
HIKMAH
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penye
rahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki
oleh iman. Yang ghaib adalah yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra.
Percaya kepada yang ghaib yaitu, mempercayai dan meyakini adanya sesuatu ya
ng maujud yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, karena ada dalil yang m
enunjukkan kepada adanya, seprti adanya Allah, malaikat-malaikat , hari kiama
n dan lain sebagainya. Inti dari kepercayaan kepad semua itu tidak lain bahwa ki
ta harus mempersiapkan diri untuk mati dan masuk kea lam ghaib itu serta mem
pertanggung jawabkan semua amal kita di dunia. Sedangkan percaya pada adan
ya setan dan iblis tidak lain tujuannya agar kita selalu meminta perlingdungan k
epada Allah dari semua godaan makhluk-makhluk laknat itu. Serta selalu menja
uhi bisikan mereka serta ajakan dan rayuannya. Kita percaya bahwa kita sebagai
manusia, mudah diperdaya oleh makhluk itu. Karena itu kita wajib membenteng
i diri dan keluarga dari ‘serangan’ setan dan iblis sesuai dengan petunjuk yang t
elah Rasulullah saw ajarkan kepada kita. Dan percaya pada adanya malaikat tida
k lain tujuannya adalah agar kita selalu merasa diawasi gerak-gerik dan perilaku
kita setiap saat. Bahwa para malaikat itu tidak pernah luput dari pengawasan ser
ta selalu mencatat tindakan positif dan negative sepanjang hayat kita. Bahwa par
a malaikat itu ada yang membantu orang-orang yang berjuang di jalan Allah, ad
a yang bertugas mencabut nyawa dan lain-lainnya.
Kehidupan manusia memang untuk ujian banyak hal yang Allah swt berikan ke
pada manusia melalui kitab suci Al-Qur’an dan informasi-informasi Rasulullah
saw dan manusia hanya diminta sebagai orang yang beriman untuk meyakininya
sedangkan manusia tidak pernah melihatnya dan tidak bisa membuktikannya na
nti. Karena informasi itu dari Allah swt melalui rasul- rasulNya, maka manusia
beriman dan meyakini kebenarannya. Berbeda dengan orang atheis yang menola
k hal seperti itu. Iman membentuk manusia menjadi makhluk individu dan mak
hluk yang jadi anggota masyarakatnya, suka memberi, menolong, berkorban, be
rjihad dan sebagainya. Dalam mencari arti iman itu hendaklah mempelajari seja
rah hidup Nabi Muhammad saw merenungkan ciptaan Allah, menggunakan akal
pikiran dan mempelajari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Iman d
apat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan rusak bila amal seseorang
rusak dan akan bertambah bila nilai dan jumlah amal ditingkatkan. Di dalam Al-
Qur’an sering diusulkan kata takwa sesudah kata iman sebagaimana halnya zaka
t sesudah shalat. Itu menunjukkan bahwa iman itu barulah sempurna jika diserta
i takwa, sebagaimana hanya shalat barulah sempurna jika zakat dikeluarkan.
Dari segi ini dapatlah kita maklumi bahwasannya mendapatkan petunjuk sehing
ga menjadi manusia yang beriman, adalah seagaung - agungnya kenikman yang
dimiliki oleh seseorang. Serta semulia-mulia karunia Allah swt yang dilimpahka
n kepada hambaNya serta mutlak. Wallahu'alam.