Anda di halaman 1dari 4

KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI FILOSOFI PADA ARSITEKTUR MASJID

TUA JERRAE ALLAKUANG KABUPATEN SIDRAP.

A. PENDAHULUAN
Sidenreng Rappang atau biasa disebut dengan Sidrap merupakan bagian dari
wilayah ajatappareng. Sejarah penyebaran ajaran Islam di daerah Sidrap dan sekitarnya
tidak terlepas dari kisah Datuk Tellue atau arung Tellue, tiga pendakwah penyebar ajaran
Islam dari Minangkabau di Sumatera Barat. Datuk Tellue terus berperan dalam masuknya
ajaran Islam ke daerah yang dikenal sebagai daerah persawahan di Sulawesi Selatan.
Dari cerita yang banyak beredar dikalangan tokoh agama yang ada di Sidrap
menjelaskan bahwa pemuda yang bernama Abdul Rahman menimba ilmu agama dari
Datuk ri Bandang pada awal abad ke-17. Setelah Abdul Rahman dianggap pengetahuan
agama nya memadai, Datuk ri Bandang menugaskan menyebarkan ajaran agama Islam di
daerah Maros, Pangkajene, Barru serta sebagian wilayah konfederasi ajatappareng yaitu
Sawitto, Suppa, Sidenreng, Rappang dan Allakuang.
Dalam melakukan penyebaran ajaran Islam Abdul Rahman dikenal dengan
sebutan Tuang Pekki yang berarti orang pandai mengajarkan Islam, sebuah nama yang
terkanal di Barru. Gelar lain dari Abdul Rahman adalah syekh Bojo, diambil dari nama
desa tempatnya tinggal. Syekh Bojo menginjakkan kaki nya di daerah Sidrap pertama kali
di Allakuang. Setibanya di Allakuang, sykeh Bojo mengajak Nenek Mallomo untuk masuk
ke ajaran Islam dan melakukan syiar keagamaan. Nenek Mallomo merupakan tokoh
penting dalam perjuangan Islam di tanah Sidrap. Sebelum bertemu dengan Syekh Bojo,
Nenek Mallomo telah mengajarakan ajaran yang sesuai dengan ajaran Islam, ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan salah satu tetuah yang berada di daerah Allakuang yang
menjadi titik awal penyebaran Islam di Sidrap.
Berbicara jejak sejarah peradaban Islam banyak tersebar di Sulawesi Selatan,
salah satu nya adalah berupa masjid Tua Jerrae yang terletak di Desa Allakuang Kabupaten
Sidenreng Rappang, yang menjadi saksi akan penyebaran ajaran Islam di tanah Nenek
Mallomo.
Dua tahun setelah masuknya Islam di Kerajaan Sidenreng, Addatuang
Sidenreng La Patiroi, Nene' Mallomo dan Syekh Bojo membangun Masjid Tua Jerrae
Allahakung sebagai pusat pengembangan Islam. Masjid ini dibangun di Allakang yang
difokuskan pada tempat kerajaan pada saat itu dan menjadi masjid pertama yang dibangun
pada masa pemerintahan Sidenreng Rappang.(Riska, 2020)
1
Arsitektur masjid tua Jerra’e tidak jauh berbeda dengan arsitektur masjid pada
masa nya. Menurut beberapa catatan sejarah dan wawancara dengan tokoh setempat yang
bernama Haji Indar mengatakan bahwa struktur dari masjid tua jerra’e berasal dari batu
ladang atau pohon cabe. Jika kita mengartikan kata batu ladang diartikan ke dalam bahasa
Indoensia akan berarti tumbuhan cabe. Mengingat tumbuhan cabe struktur pohonnya kecil
dan rapuh. Menelusuri lebih mendalam terkait struktur masjid berupa batu ladang ternyata
batang pohon yang diambil dari dalam hutan.

Gambar 1 dan 2: Struktuk Tiang Utama Masjid Tua Jerra’e


Sumber: Hasil Studi Lapangan Arsitekru Masji, 26 November 2022

Gambar 3: Wawancara dengan salah satu Tokoh Allakuang, terkait Masjid Tua Jerra’e.
Sumber: Hasil Survei lapangan Arsitektur Masjid, 26 November 2022

Arsitektur Masjid Tua Jerra’e memiliki kesamaan dengan 3 masjid tua lainnya
yang ada di Sulawesi Selatan, yaitu; 1) Masjid Tua Palopo; 2) Masjid Tua Jerra’e di Sidrap;
dan 3) Masjid Tua Katangka. Ketiga masjid ini memiliki bentuk dasar yang sama yaitu itu
bentuk persegi dengan bentuk atap prisma bersusun. Analisis bentuk masjid tua jerra’e
dalam kajian nilai-nilai filosofi yang berkaitan dengan ajaran Islam dan kebudayaan

2
setempat, sehingga menghasilkan sebuat temuan yang menjelaskan makna yang
terkandung dari desain arsitektur masjid tua jerra’e.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang akan
digunakan adalah: seperti apa karakter dan nilai-nilai filosofi arsitektur masjid tua jerra;e
allakuang kabupaten sidrap.

C. METODE PENELITIAN
Arsitektur Masjid yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan yang banyak
mendapatkan pengaruh dari kebudayaan lokal, ajaran Islam yang diwariskan oleh para
penyebar ajaran Islam. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengeksplorasi arsitektur
masjid tua jerra’e sebagai pusat penyebaran ajaran Islam pertama di Kabupaten Sidrap.
Tahap pertama adalah mengungkap pada sejarah masuknya Islam di Kabupaten
Sidrap hingga terbangunnya masjid pertama di Sidrap. Pada tahapan ini akan menjadi
dasar penelitian sebelum masuk kepada tahap pengungkapan bentuk dan nilai-nilai filosofi
pada arsitektur masjid tua Jerra’e. Tahap kedua, melalukan analisis meta data berupa
kondisi eksisting lokasi penelitian dan arsitektur masjid jerra’e. Tahapan ini akan
mengukap seperti apa bentuk arsitekur masjid tua jeraa’e dan nilai-nilai filosofi yang
terkandung dalam setiap desain arsitekturnya.Tahapan terkahir adalah mengukapkan
keterkaitan nilai-nilai filosofi arsitektur masjid tua jerra’e dengan ajaran Islam yang
disebarkan oleh Syekh Bojo, Nenek Mallomo dan Addatua Sidenreng La Patiroi.
Adapun lokasi penelitian berada pada wilayah pemerintahan Kabupaten
Sidenreng Rappang, Kecamatan Maritenggae, Desa Allakuang. Masjid ini berjarak sekitar
kurang lebih 5 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Sidrap atau sekitar kurang lebih 15
menit waktu tempuh dari kota Sidrap.

Gambar 4: Lokasi Penelitian


Sumber: Google Maps.

3
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah, menemukan makna
dari setiap bentuk arsitektur yang ada di masjid tua jerra’e berdasarkan nilai-nilai filosofi
yang terkait dengan nilai-nilai budaya lokal dan ajaran Islam.

E. Daftar Pustaka
Riska. (2020). MASJID TUA JERRAE ALLAKUANG SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN
ISLAM DI KERAJAAN SIDENRENG PADA ABAD XVII.

Anda mungkin juga menyukai