Proposal
Penelitian Karya Tulis Ilmiah
HALAMAN JUDUL
Diajukan oleh :
Maslichatun
A1181035
Kepada
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA
SEMARANG
DESEMBER 2020
Usulan Penelitian Karya Tulis Ilmiah
Diajukan :
Maslichatun
A1181035
Tanggal : Tanggal :
INTISARI
PENDAHULUAN
banyak terjadi dimasyarakat. Salah satu penyakit degeneratif yang paling banyak
dijumpai adalah penyakit diabetes mellitus (DM). DM adalah suatu kelainan yang
saat ini prevalensi DM terus mengalami peningkatan di Dunia, baik pada negara
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) pada
tahun 2017 sebanyak 261 juta dan tahun 2018 terdapat 276 juta penderita DM di
Dunia. Di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 6,9 juta dan 2018 terdapat 7,2
mellitus di Jawa Tengah pada tahun 2019 sebanyak 1,3 juta dan 2018 sebanyak
1,5 juta pasien (Dinkes Jateng, 2018). Di Kabupaten Jepara pada tahun 2018
terdapat 5861 kasus DM. Data yang diperoleh dari Puskesmas Mayong diperoleh
DM atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu
akibat efek dari sekresi insulin atau fungsi insulin atau kedua-duanya
(Salistyaningsih et al., 2011). Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu
DM tipe 1 yaitu dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau
tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. DM tipe 2 lebih banyak
ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus DM di seluruh dunia (Maulana,
2011).
darah dua sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa DM,
orang normal. Kelainan pembuluh darah sudah dapat terjadi sebelum DMnya
kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak
farmakologis yang sering digunakan adalah insulin dan obat hipoglikemik oral
kombinasi OHO dan insulin biasanya terapi insulin dapat diberikan pada malam
hari sedangkan untuk terapi OHO diberikan pada siang hari (Dipiro et al., 2009).
masalah terkait obat yang dialami oleh penderita. Masalah terkait obat
oral dan insulin sering kali digunakan dalam pengobatan diabetes melitus tipe-2
penelitian Saputri, dkk (2016) obat yang sering digunakan adalah obat golongan
sulfonilurea dan biguanid karena merupakan obat pilihan pertama untuk pasien
yang mempunyai berat badan normal dan kurang, pada penelitian ini juga
yang dapat memberikan kesempatan biguanid untuk bekerja efektif. Selain itu
pada penelitian Arnold Hongdiyanto, dkk (2015) kombinasi OHO dan insulin,
yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal yang
diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis
indikasi 96,67%, tepat obat tanpa penyakit penyerta 50%, dengan penyakit
penyerta 80%, tepat dosis 100% (Rahmianis, 2006). Penelitian lain yang
terdiri atas obat yang tidak aman 3 11,11%, obat yang bukan drug of choice
19,44%, obat yang dikontraindikasikan 47,22%, dan kombinasi obat yang tidak
mengurangi efek samping yang tidak diinginkan. Maka dari itu perlu dilakukan
evaluasi penggunaan obat antidiabetes oral kombinasi insulin pasien rawat inap
C. Batasan Masalah
1. Penggunaan obat OHO dan Insulin khususnya pada pelayanan rawat inap
Jepara.
D. Keaslian Penelitian
antidiabetes oral kombinasi insulin pasien rawat inap pada pasien diabetes
melitus tipe-2. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya tentang evaluasi
penggunaan obat anti diabetes oral kombinasi insulin pasien rawat inap pada
1. Bagi peneliti
obat, kombinasi obat, hasil penurunan kadar glukosa darah dan hasil
hemoglobin-glikosilat (HbA1c)
2. Bagi instansi
Mayong Jepara.
F. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes melitus
a. Definisi
b. Klasifikasi DM
1) DM tipe 1
2018).
2) DM tipe-2
DM tipe-2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum. Dimana
3) DM tipe lain
4) DM gestasional
(ADA, 2018).
Akan tetapi faktor genetik atau keturunan memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam kasus diabetes ini. Selain karena faktor keturunan adapun
resisten insulin dan juga gaya hidup yang dapat menjadi penyebab
DM tipe 2 terjadi karena 2 faktor yaitu resisten insulin dan defek fungsi
2019).
e. Komplikasi DM
1) Komplikasi Akut
hiperglikemik :
(a) Hipoglikemik
kemolakto asidosis.
2) Komplikasi kronis
mikrovaskuler :
2019).
f. Diagnosis DM tipe 2
harus dipertimbangkan pada usia dini dan lebih sering pada individu
dengan faktor risiko misalnya riwayat keluarga DM, obesitas. Diagnosis
adalah kurang dari 100 mg/dL dan untuk HbA1c adalah 5,6 mmol/L.
Kadar glukosa puasa yang buruk adalah 100 mg/dL - 125 mg/dL dan
untuk HbA1c adalah 5,6 mmol/L-6,9 mmol/L. Kadar glukosa plasma 2 jam
setelah tes toleransi gula oral (TTGO) adalah 140 mg/dL-199 mg/dL dan
g. Terapi DM tipe-2
a) Latihan jasmani
b) Diet diabetes
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
c) Komposisi makanan
2019).
d) Pendidikan kesehatan
2) Terapi farmakologis
(PERKENI, 2015).
2. Obat hiperglikemik oral dan insulin
sama karena hal ini tergantung pada kekuatan ikatan antara obat
dalam dosis yang sama. Rata-rata, HbA1c akan turun 1,5% menjadi
biasa terjadi, efek samping yang kurang umum termasuk ruam kulit,
pelepasan insulin. Kedua obat ini bekerja cepat dan singkat, dan
diminum dekat sebelum tiap kali makan. Repaglinid diberikan
hanya efektif bila masih ada fungsi sebagai sel islet pankreas.
dalam terapi untuk semua pasien DM tipe-2 karena itu adalah satu-
2009).
(4) Golongan tiazolidindion
baik untuk obat ini adalah pasien yang mendekati level HbA1c
pada usia lanjut relatif lebih aman karena tidak merangsang sekresi
Defisiensi insulin dapat dibagi menjadi dua yaitu defisiensi basal dan
5. Campuran (Pre-mixe)
paling efektif menurunkan gula darah), dan duration (berapa lama insulin
60 menit.
3) Intermediate-acting digunakan untuk mencukupi insulin selama
utama insulin adalah hepar, otot, dan adiposa. Peran utamanya antara
Semua efek ini dilakukan dengan stimulasi transport substrat dan ion ke
c. Terapi kombinasi
hanya satu jenis obat saja, baik pemberian secara oral atau disebut juga
B. Landasan Teori
C. Kerangka Empiris
peningkatan insiden dan biaya yang tinggi dengan hasil yang buruk. Faktor risiko
genetik, usia, gaya hidup, dan obesitas dapat menyebabkan DM tipe II. DM tipe II
terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi insulin sehingga glukosa tinggi
yang digunakan untuk meregulasi Kadar gula darah pada pasien DM tipe II.
badan, mengatur diet, dan latihan jasmine teratur juga berpengaruh terhadap
control gula darah yang juga dapat mempengaruhi Kadar HbA1c (Perkeni, 2015).
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat
METODOLOGI PENELITIAN
medik. Penelitian ini mengambil data 6 bulan, yaitu Juli 2020-Desember 2020.
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data Rekam Medik pasien DM
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
sebagai berikut :
Keterangan:
N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
d : tingkat kesalahan
a. Kriteria Inklusi
pengobatan.
b. Kriteria Eksklusi
insulin.
rekam medik pasien yang didapatkan dari ruang Rekam Medik, selanjutnya
disajikan dalam bentuk angka yang menunjukkan nilai dari variabel. Data
b. Nama dokter
c. Diagnosa
e. Hasil HbA1c
D. Definisi Operasional
1. Rekam medis adalah data rekam medis merupakan data demografi pasien,
meliputi nama, jenis kelamin, usia, data-data diagnosis, dan jenis obat yang
2. Jenis obat adalah jumlah jenis obat yang diresepkan pada pasien DM tipe II
4. Tepat dosis adalah ketetapan jumlah obat yang diberikan pada pasien DM
tipe II, dimana dosis berada dalam rentang yang direkomendasikan serta
sesuai dengan usia dan kondisi pasien, dan sesuai dengan pedomen
Perkeni 2015.
5. Tepat indikasi penyakit yaitu pemberian obat pada pasien DM tipe II sesuai
dengan diagnosis dan ditunjang dengan data lab dan gejala klinis yang
mendukung
E. Instrumen Penelitian
F. Jalannya Penelitian
1. Tahap I
Pengumpulan studi literatur yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe-
Mayong Jepara”.
2. Tahap II
3. Tahap III
4. Tahap IV
G. Analisis Data
Jepara dilakukan secara deskriptif. Analisis hasil dalam penelitian ini meliputi
dilakukan uji Anova. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar
OHO dan insulin terhadap penurunan kadar gula darah sebelum dan
ADA (2018). 'Diabetes care', The Journal Of Clinical And Applied Research And
Education, vol. 41
ADA (2019). ‘Diabetes care’, The Journal Of Clinical And Applied Research And
Education, vol. 42
Almasdy, D., Sari, D. P., Darwin, D., & Kurniasih, N. (2015). 'Evaluasi
penggunaan obat antidiabetik pada pasien diabetes melitus tipe-2 di
suatu rumah sakit pemerintah kota Padang - Sumatera Barat', Jurnal
Sains Farmasi & Klinis, vol. 02, (01), p. 104–110.
Arifin, I., Prasetyaningrum, E., & Andayani, T. M. (2006).Evaluasi kerasionalan
pengobatan diabetes mellitus tipe 2 pada pasien rawat inap di
Rumahsakit Bhakti Wira Tamtama Semarang tahun 2006. Semarang:
Universitas Wahid Hasyim.
Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. (2014). 'Analisis faktor resiko
penyebab terjadinya diabetes melitus tipe 2 pada wanita usia produktif di
puskesmas Wawonasa', Jurnal e-Biomedik, vol. 2(2).
Decroli, E. (2019). diabetes mellitus tipe 2. Badan Ilmu Penyakit Dalam : Padang.
Dipiro, J., Schwinghammer, T. L., Dipiro, C. V, & Wells, B. G. (2009).
Pharmacotherapy handbook (7th ed.).
Dipiro, J., Schwinghammer, T. L., Dipiro, C. V, & Wells, B. G. (2017).
Pharmacotherapy handbook (10th ed.).
Fatimah, R. N. (2015). 'Diabetes melitus tipe 2', Jurnal Majoriti, vol. 4, p. 93–101.
Hongdiyanto, A. (2014). Evaluasi kerasionalan pengobatan diabetes melitus tipe
2 pada pasien rawat inap di rsup prof. Dr. RD Kandou manado
tahun 2013. PHARMACON, 3(2).
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/
S0168822719312306#:~:text=The%20global%20diabetes%20prevalence
%20in,-income%20countries%20(4.0%25). (diakses 2 februari 2021)
https://www.who.int/health-topics/diabetes#tab=tab_1 (diakses 2 februari 2021 )
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes (diakses 2 februari
2021)
Isnaini, N., & Ratnasari, R. (2018). 'Faktor risiko mempengaruhi kejadian
Diabetes mellitus tipe dua'. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah,
vol. 14, no.1, p. 59–68.
Kemenkes (2019). Pedoman pelayanan kefarmasian pada diabetes melitus.
Kementrian Kesehatan RI : Jakarta.
PERKENI. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia 2015. PB PERKENI:Jakarta.
Rahayuningsih, N. (2017). Evaluasi kerasionalan pengobatan diabetes melitus
tipe 2 pada pasien rawat inap di RSUD dr. SoekardjoTasikmalaya.
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu
Keperawatan, Analisis Kesehatan dan Farmasi, 17(1), 183-197.
Rismayanthi, C. (2010). Terapi insulin sebagai alternatif pengobatan bagi
penderita diabetes. Medikora, (2).