Bab Iii - Simpatetik Trip
Bab Iii - Simpatetik Trip
BAB III.
SIMPATETIK TRIP
III.1. PENDAHULUAN
Penyaluran tenaga listrik dari Gardu Induk ke gardu-gardu Distribusi di
sistem PLN mempergunakan saluran udara tegangan menengah 20 kV
(SUTM) atau saluran kabel tegangan menengah (SKTM), dengan
konfigurasi jaringan radial, spindel dan spot load. Jaringan distribusi primer
radial ini terdiri dari beberapa penyulang dan tersambung bersama pada
satu buah bus di Gardu Induk.
Secara umum dan di standarkan oleh PLN, bahwa dengan maksud
membatasi arus gangguan tanah, maka netral Sistem distribusi tegangan
menengah (20 kV) ditanahkan melalui Tahanan. Tahanan pentanahan
netral yang digunakan PLN ada 3 nilai yaitu 12, 40 dan 500 ohm.
Jaringan distribusi primer PLN yang mempergunakan SUTM sering
mengalami gangguan akibat sentuhan dahan pohon, binatang dan layang-
layang atau untuk jaringan yang menggunakan kabel bawah tanah (SKTM)
mengalami gangguan akibat terpacul atau akibat kurang baiknya mutu
sambungan. Gangguan yang terjadi bisa berupa gangguan 3 fasa, 2 fasa
atau 1 fasa ketanah. Diantara ketiga macam gangguan itu, gangguan 1 fasa
ketanah adalah gangguan yang paling sering terjadi. Dalam Standar PLN
ditetapkan bahwa untuk sistem pentanahan netral melalui Tahanan,
karakteristik arus gangguan tanahnya terhadap lokasi gangguan
membentuk kurva landai, maka Relai Gangguan Tanah yang digunakan
adalah dari jenis Definite Time. Dalam operasinya gangguan tanah yang
terjadi sudah menyebabkan terjadinya simpatetik trip.
Karena pengembangan jaringan, PLN distribusi telah melangggar ketetapan
panjang jaringan untuk suatu sistem pentanahan netral yang dianut (40 )
dengan alasan ekonomis.
Perkembangan jaringan yang dilakukan menyebabkan bertambah besarnya
kapasitansi antara konduktor fasa ke tanah pada jaringan itu masing-
masing , arus kapasitif yang tidak seimbang sewaktu terjadi gangguan 1
fasa ketanah akan mengalir kembali kesumber melalui titik gangguan dan
konduktor fasa yang terganggu tersebut. Tapi karena ada beberapa
penyulang yang terhubung pada bus yang sama di Gardu Induk, maka
ketidak seimbangan arus kapasitif di penyulang yang lain juga akan kembali
kesumber melalui konduktor fasa di penyulang yang terganggu. Arus
kapasitif di Penyulang terganggu menjadi lebih besar lagi menuju ke
sumber, yang kemudian memberi dampak positif yang memberikan
Jaringan distribusi tegangan menengah (20 kV) secara umum dipasok oleh
Trafo tenaga di Gardu Induk (untuk sistem kelistrikan PLN di Jawa/Bali dan
PLN Wilayah atau Kitlur yang kapasitas pembangkitannya sudah
berkembang besar) atau dari Trafo Unit dari PLTD/M (untuk sistem
kelistrikan PLN yang masih relatif kecil).
Tipikal jaringan dimaksud dapat dilihat pada konfigurasi seperti dibawah ini :
Pada gambar III.1 diatas terlihat bahwa antara konduktor fasa dan tanah
akan mempunyai nilai kapasitansi yang dianggap sama pada masing-
masing fasanya, walaupun jarak antara konduktor fasa tersebut ketanah
belum tentu sama.
Jika terjadi gangguan satu fasa ketanah pada salah satu penyulang
(misalkan terjadi di penyulang 1 fasa T), maka kapasitansi ketanah
konduktor fasa yang terganggu menjadi terhubung singkat oleh gangguan
tanah tersebut, sedangkan fasa yang tidak terganggu (fasa R dan fasa S)
tegangannya naik √3 kali, sehingga arus kapasitif konduktor fasa sehat saja
yang mengalir untuk kembali kesumber melalui titik yang terganggu di fasa
T (karena fasa T sedang terhubung ke tanah, yang sementara itu, tanah
berfungsi sebagai titik common dari sumber yang keluarannya di fasa R dan
fasa S, dan dengan beban kapasitansi fasa R dan S ketanah). Pada
BUS 20 kV PMT
ZCT
TRAFO TENAGA
R S
SUMBER
Penyulang 1
500
T
Ω
CeS1
CeR1 CeT1
GFR
PMT
POTENTIAL ZCT
TRANSFORMER
S Penyulang 2
T
CeS2
CeR2 CeT2
Tertier GFR
Open Delta
Keterangan:
Sehingga arus kapasitif ini terdeteksi oleh Relai Gangguan tanah penyulang
terganggu tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar III.2
dibawah ini.
BUS 20 kV PMT
ZCT
TRAFO TENAGA
R S
SUMBER Penyulang 1
ICR1 ICS1
500
T
Ω
IF CeS1
CeR1 CeT1
GFR
ZCT
R S
POTENTIAL
TRANSFORMER Penyulang 2
ICR2 ICS2
T
CeS2
PMT CeR2 CeT2
Tertier GFR
Open Delta
Perhatikan rumus (A) diatas, arus ICe penyulang 1 yang terganggu yang
masuk ke Relai gangguan tanah (GFR) akan sama dengan nol karena
saling terkompensir di ZCT.
Arus kapasitif dari fasa yang sehat secara vektoris yang masuk ke Relai
gangguan tanah Penyulang terganggu.
R S
IF
ICS1 -ICR1
ICR1+ ICS1 -ICR1-ICS1
T,G
ICR1 -ICS1
Gambar III. 3 :Vektor Arus untuk gangguan 1 fasa-
tanah di Penyulang terganggu
R S
IF yang dominan IR sefasa dengan VNT,
(ICR2 + ICS2) leading 900 terhadap VNT.
N Resultante IR dan (ICR2 + ICS2) yang
mengerjakan relai gangguan tanah.
3 I0 =IR + (ICR2+ICS2)
IR
ICS2
ICR2 + ICS2
T, G
ICR2
ICe penyulang 2 yang masuk
ke GFR penyulang 1.
R S
ICS2
ICR2 + ICS2 Hanya ICe penyulang 2 yang
masuk ke GFR penyulang 2.
ICR2
n n
Van =3V0
3 I0 =IR + (ICR2+ICS2)
IR
Trip
(ICR2 + ICS2) n
N
IR Van = 3V0
Trip
Gambar III.8 : Vektor tegangan 3Vo, arus 3Io
dan karakteristik Relai arah
gangguan tanah
Karena besar arus kapasitip yang masuk ke Relai arah gangguan tanah
tidak tetap, tergantung dari nilai kapasitansi Penyulang-Penyulang yang
tersambung pada satu Bus 20 kV, maka kepastian kerja Relai arah
gangguan tanah hanya di peroleh dari resistip saja (IR).
Besarnya Arus IR maksimum (untuk sistem pentanahan tahanan 500 Ohm)
adalah sebesar : (20000/√3)/500 = 23,1 Ampere).
Kalau digunakan ZCT dengan ratio 200/5 maka arus gangguan tanah
"Resistif" yang masuk ke Relai adalah :
(23,1/200) x 5 Ampere = 0,577 Ampere
N IR Van = 3V0
Trip
Gangguan tanah tidak selalu “solid fault”, lebih banyak gangguan yang
melalui “tahanan gangguan” yang mengecilkan arus gangguan tanah, maka
untuk mendapatkan sensitivity Relay gangguan tanah, Relai harus bisa
bekerja (pick up) bila di injeksikan arus, misalnya 30% x 0,577 Ampere =
0,173 Ampere yang sudutnya 0o terhadap tegangan 3Vo.
Kalau arus kapasitif yang masuk ke Relai gangguan tanah akan
dimanfaatkan, maka sudut Relai gangguan tanah (3Io leading terhadap 3Vo)
dibuat 45o atau 60o sehingga karakteristiknya berbeda dari karakteristik di
gambar 8 tetapi seperti gambar III. 9.
Disini harus diperhatikan besar arus kapasitif dari masing-masing Penyulang
sehat (tidak terganggu) agar tidak sampai memotong karakteristik Relai
Gangguan Tanah di Penyulang sehat. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan terjadi Simpatetik Trip (kegagalan selektifitas). Bila hal ini tidak
diperhatikan betul-betul, walaupun Relai gangguan tanah yang digunakan
sudah dari jenis Directional, simpatetik trip masih terjadi karena arus
kapasitif penyulang sehat sewaktu terjadi gangguan satu fasa ke tanah di
salah satu penyulang, masih bisa masuk kedalam karakteristik kerja Relai
gangguan tanah. Lihat gambar III. 9, arus resistif IR memang tidak
masuk ke penyulang yang sehat, tetapi (ICR2+ICS2) masih bisa memotong
karakteristik Relai, kalau arus kapasitif tersebut terlalu besar. Apalagi pada
sistem dengan pentanahan netral melalui tahanan tinggi dimana setting arus
Relai gangguan tanahnya sangat rendah dan penyulangnya menggunakan
Gambar III. 10 : Vektor tegangan 3Vo, arus 3Io dan karakteristik Relai arah gangguan
tanah, masih mungkin terjadi simpatetik trip
Sesuai penjelasan terdahulu (gambar 2) arus ICR2 dan ICS2 yang mengalir
dari bus 20 kV keluar kearah jaringan adalah leading 90o terhadap
tegangannya (VRT atau VST), atau resultantenya leading 90o terhadap 3Vo
Kalau vektor arus dan tegangan urutan nol itu digambarkan pada
karakteristik Relai arah gangguan tanah pada penyulang sehat, maka arus
kapasitif yang mengalir ke Relai masih bisa membuat Relai arah gangguan
tanah bekerja seperti terlihat pada gambar III.10 diatas.
Catatan : Untuk memberi gambaran besarnya Arus kapasitif dari suatu kabel,
berikut ini tabel besar arus kapasitif kabel 20 kV XLPE
Luas
Ce I3ce = 3ωCeEph
penampang
2 ( µF/Km ) (A/Km)
(mm )
Penyulang3
40 Ω
Penyulang2
1047 MVA
3. DATA PENYULANG 20 kV
PENYULANG 1 R jX PENYULANG 2 R jX
Z1 / km 0.103 0.364 Z1 / km 0.103 0.364
Z0 / km 0.270 0.580 Z0 / km 0.270 0.580
Saluran terpanjang 15 km Saluran terpanjang 14 km
Z1 Saluran 1.545 5.46 Z1 Saluran 1.442 5.096
Z0 Saluran 4.050 8.700 Z0 Saluran 3.780 8.120
Kapasitansi Ce 0.03 uF Kapasitansi Ce 0.02 uF
Total panjang saluran 120 km *) Total panjang saluran 80 km *)
X kapasitansi total 884.2 Ohm X kapasitansi total 1989 Ohm
*) termasuk percabangan *) termasuk percabangan
PENYULANG 3 R jX PENYULANG 4 R jX
Z1 / km 0.103 0.364 Z1 / km 0.103 0.364
Z0 / km 0.270 0.580 Z0 / km 0.270 0.580
Saluran terpanjang 20 km Saluran terpanjang 16 km
Z1 Saluran 2.06 7.28 Z1 Saluran 1.648 5.824
Z0 Saluran 5.400 11.600 Z0 Saluran 4.320 9.280
Kapasitansi Ce 0.05 uF Kapasitansi Ce 0.06 uF
Total panjang
Total panjang saluran 80 km *) saluran 80 km *)
X kapasitansi total 795.8 Ohm X kapasitansi total 663.1 Ohm
*) termasuk percabangan *) termasuk percabangan
25% Panj Sal 2911.4 2521 281.8 39.18 25% Panj Sal 2981.4 2582 282.2 17.41
50% Panj Sal 2151.0 1863 276.2 50% Panj Sal 2228.9 1930 276.9
75% Panj Sal 1703.8 1476 270.4 75% Panj Sal 1777.9 1540 271.5
100% Panj Sal 1410.0 1221 264.5 100% Panj Sal 1478.0 1280 266.1
I Ce penyulang lain Ice2 + Ice3 + Ice4 = 113.2 I Ce penyulang lain Ice1 + Ice3 + Ice4 = 134.9
I Hubung Singkat PENYULANG 3 I Hubung Singkat PENYULANG 4
Lokasi Lokasi
Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa Ice3 Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa Ice4
25% Panj Sal 2605.2 2256 279.9 43.53 25% Panj Sal 2844.7 2464 281.4 52.24
50% Panj Sal 1830.9 1586 272.3 50% Panj Sal 2078.4 1800 275.4
75% Panj Sal 1410.0 1221 264.5 75% Panj Sal 1635.7 1417 269.2
100% Panj Sal 1146.1 992.5 256.7 100% Panj Sal 1348.0 1167 263.0
I Ce penyulang lain Ice1 + Ice2 + Ice4 = 108.8 ICe penyulang lain Ice1 + Ice2 + Ice3 = 100.1
IFAULT 0,02
tset x -1
Iset x CTratio
.tms =
0,14
III.6. KESIMPULAN
1. Jika terdapat beberapa buah penyulang 20 kV di Gardu Induk dengan
pentanahan netral melalui tahanan dan jaringan SUTM yang panjang
atau menggunakan kabel tanah, untuk menghindari simpatetik trip jika
terjadi gangguan 1 phasa ke tanah pada salah satu penyulang, relai
arah gangguan tanah diharapkan membantu menyelesaikan masalah,
walaupun masih ada kelemahannya.
2. Bila tidak tersedia Relai arah gangguan tanah, Relai arus lebih
gangguan tanah dengan karakteristik inverse dapat membantu
menyelesaikan maslah simpatetik trip, selektifitas relai gangguan
tanah antara relai di penyulang dan di incoming 20 kV, bahkan dengan
penyulang sehat dapat dicapai.
3. Perhitungan arus gangguan hubung singkat mutlak harus dikuasai
oleh petugas proteksi untuk mendukung pekerjaan koordinasi proteksi,
perhitungan dengan fasilitas program excel sangat membantu dalam
meningkatkan pengetahuan bidang koordinasi proteksi.