Anda di halaman 1dari 23

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

BAB III.
SIMPATETIK TRIP

III.1. PENDAHULUAN
Penyaluran tenaga listrik dari Gardu Induk ke gardu-gardu Distribusi di
sistem PLN mempergunakan saluran udara tegangan menengah 20 kV
(SUTM) atau saluran kabel tegangan menengah (SKTM), dengan
konfigurasi jaringan radial, spindel dan spot load. Jaringan distribusi primer
radial ini terdiri dari beberapa penyulang dan tersambung bersama pada
satu buah bus di Gardu Induk.
Secara umum dan di standarkan oleh PLN, bahwa dengan maksud
membatasi arus gangguan tanah, maka netral Sistem distribusi tegangan
menengah (20 kV) ditanahkan melalui Tahanan. Tahanan pentanahan
netral yang digunakan PLN ada 3 nilai yaitu 12, 40 dan 500 ohm.
Jaringan distribusi primer PLN yang mempergunakan SUTM sering
mengalami gangguan akibat sentuhan dahan pohon, binatang dan layang-
layang atau untuk jaringan yang menggunakan kabel bawah tanah (SKTM)
mengalami gangguan akibat terpacul atau akibat kurang baiknya mutu
sambungan. Gangguan yang terjadi bisa berupa gangguan 3 fasa, 2 fasa
atau 1 fasa ketanah. Diantara ketiga macam gangguan itu, gangguan 1 fasa
ketanah adalah gangguan yang paling sering terjadi. Dalam Standar PLN
ditetapkan bahwa untuk sistem pentanahan netral melalui Tahanan,
karakteristik arus gangguan tanahnya terhadap lokasi gangguan
membentuk kurva landai, maka Relai Gangguan Tanah yang digunakan
adalah dari jenis Definite Time. Dalam operasinya gangguan tanah yang
terjadi sudah menyebabkan terjadinya simpatetik trip.
Karena pengembangan jaringan, PLN distribusi telah melangggar ketetapan
panjang jaringan untuk suatu sistem pentanahan netral yang dianut (40 )
dengan alasan ekonomis.
Perkembangan jaringan yang dilakukan menyebabkan bertambah besarnya
kapasitansi antara konduktor fasa ke tanah pada jaringan itu masing-
masing , arus kapasitif yang tidak seimbang sewaktu terjadi gangguan 1
fasa ketanah akan mengalir kembali kesumber melalui titik gangguan dan
konduktor fasa yang terganggu tersebut. Tapi karena ada beberapa
penyulang yang terhubung pada bus yang sama di Gardu Induk, maka
ketidak seimbangan arus kapasitif di penyulang yang lain juga akan kembali
kesumber melalui konduktor fasa di penyulang yang terganggu. Arus
kapasitif di Penyulang terganggu menjadi lebih besar lagi menuju ke
sumber, yang kemudian memberi dampak positif yang memberikan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 32


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

kepastian bagi Relai Gangguan Tanah (GFR) untuk mentripkan PMT


penyulang yang terganggu.
Tetapi arus kapasitif di penyulang lain (yang sehat) bisa menjadi lebih besar
dari setelan arus Relai Gangguan Tanah dan karena menggunakan relai
dari jenis Definite Time (sesuai filosofi sistem pengaman gangguan tanah
pada pentanahan netral melalui tahanan), maka arus kapasitif di penyulang
yang sehat ini bisa membuat GFR bekerja (pick up) mentripkan PMT
penyulang sehat tersebut. Kejadian ini disebut simpatetik trip.
Jadi simpatitik trip adalah kejadian terbukanya PMT dari penyulang-
penyulang yang tidak terganggu oleh Relai Gangguan Tanah akibat
gangguan tanah yang terjadi di suatu penyulang (yang terhubung secara
elektris didalam satu Bus)
Didalam paper ini akan dijelaskan kejadian simpatitik trip, perhitungan arus
gangguan tanah berikut arus kapasitif yang masuk ke Relai Gangguan
Tanah dan perhitungan penyetelan relai penyulang dalam rangka
mengantisipasinya, cukup dengan menggunakan paket program excel yang
banyak dikenal oleh staf PLN.

III.2. KAPASITANSI KONDUKTOR (FASA) KE TANAH.

Jaringan distribusi tegangan menengah (20 kV) secara umum dipasok oleh
Trafo tenaga di Gardu Induk (untuk sistem kelistrikan PLN di Jawa/Bali dan
PLN Wilayah atau Kitlur yang kapasitas pembangkitannya sudah
berkembang besar) atau dari Trafo Unit dari PLTD/M (untuk sistem
kelistrikan PLN yang masih relatif kecil).
Tipikal jaringan dimaksud dapat dilihat pada konfigurasi seperti dibawah ini :
Pada gambar III.1 diatas terlihat bahwa antara konduktor fasa dan tanah
akan mempunyai nilai kapasitansi yang dianggap sama pada masing-
masing fasanya, walaupun jarak antara konduktor fasa tersebut ketanah
belum tentu sama.
Jika terjadi gangguan satu fasa ketanah pada salah satu penyulang
(misalkan terjadi di penyulang 1 fasa T), maka kapasitansi ketanah
konduktor fasa yang terganggu menjadi terhubung singkat oleh gangguan
tanah tersebut, sedangkan fasa yang tidak terganggu (fasa R dan fasa S)
tegangannya naik √3 kali, sehingga arus kapasitif konduktor fasa sehat saja
yang mengalir untuk kembali kesumber melalui titik yang terganggu di fasa
T (karena fasa T sedang terhubung ke tanah, yang sementara itu, tanah
berfungsi sebagai titik common dari sumber yang keluarannya di fasa R dan
fasa S, dan dengan beban kapasitansi fasa R dan S ketanah). Pada

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 33


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
penyulang 1 yang terganggu ketanah, arus kapasitif ini di ZCT
menghasilkan resultante = 0 (nol).
Tetapi umumnya jumlah penyulang di Gardu Induk lebih dari satu, maka
analog dengan uraian arus kapasitif di Penyulang yang terganggu, di
Penyulang lain (penyulang yang sehat) juga akan mengalirkan arus kapasitif
ke tanah yang jalan kembali ke sumbernya melalui titik dan ZCT di
penyulang terganggu.

BUS 20 kV PMT
ZCT
TRAFO TENAGA

R S
SUMBER
Penyulang 1

500
T

CeS1
CeR1 CeT1
GFR

PMT
POTENTIAL ZCT
TRANSFORMER

S Penyulang 2

T
CeS2
CeR2 CeT2
Tertier GFR
Open Delta

Gambar III.1 : Penyulang 20 kV

Keterangan:

CeR1, CeS1, CeT1 = Kapasitansi ketanah masing-masing fasa penyulang -1


CeR2, CeS2, CeT2 = Kapasitansi ketanah masing-masing fasa penyulang -2
ZCT = Zero Sequence CT
= Tanda polaritas yang sefasa antara belitan primer dan
sekunder

Sehingga arus kapasitif ini terdeteksi oleh Relai Gangguan tanah penyulang
terganggu tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar III.2
dibawah ini.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 34


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

BUS 20 kV PMT
ZCT
TRAFO TENAGA

R S
SUMBER Penyulang 1

ICR1 ICS1
500
T

IF CeS1
CeR1 CeT1

GFR

ZCT

R S
POTENTIAL
TRANSFORMER Penyulang 2
ICR2 ICS2
T
CeS2
PMT CeR2 CeT2

Tertier GFR
Open Delta

Gambar III.2 : Penyulang 20 kV pada kondisi gangguan 1 fasa ke tanah

III.3. GANGGUAN 1 FASA – TANAH DAN MASALAH SIMPATETIK TRIP


Sistem Distribusi tegangan menengah PLN membatasi besarnya arus
gangguan tanah agar tidak membuat kejutan berarti bagi sistem yaitu
dengan mentanahkan netral sistem melalui Resistor (Tahanan) yang
memberikan kurva arus gangguan yang landai terhadap lokasi gangguan
tanah di sepanjang jaringan. Oleh sebab itu ditetapkan Relai Arus Lebih
gangguan tanah dari jenis Definite Time untuk mengaman jaringan dan diset
sensitif untuk menampung tahanan gangguan yang tinggi.
Karena pengembangan jaringan Distribusi tegangan menengah, gangguan
tanah di jaringan sudah sampai kepada kejadian ikut tripnya penyulang yang
tidak terganggu (sehat), yang kemudian diistilahkan dengan Simpatetik trip.
Sehingga gangguan tanah di satu penyulang menyebabkan pemadaman
lebih luas yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya Simpatetik trip itu, seperti yang
telah di contohkan di Bab II diatas, berikut diperiksa kondisi tegangan dan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 35


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
arus saat gangguan satu fasa ketanah yang sampai menyebabkan Relai
gangguan tanah di Penyulang sehat bekerja mentripkan PMT nya.
Dalam uraian berikut di misalkan gangguan tanah terjadi di Penyulang 1
fasa T pada sistem Distribusi tegangan menengah dengan pentanahan
netral melaui tahanan tinggi (500 )
Gangguan satu fasa (T) ketanah terjadi di Penyulang 1:
a. Tegangan pada fasa yang tidak terganggu dan tegangan Netral:
Gangguan ke tanah yang terjadi di fasa T penyulang 1 mengakibatkan
Kapasitansi CT1 terhubung singkat ketanah oleh gangguan tanah,
sehingga :
 Tegangan fasa R dan fasa S ke tanah diseluruh jaringan distribusi
ini naik sebesar √3 kali Ephase, atau
VRG = √3. Eph dan VSG = √3. Eph
 Kumparan primer Trafo Tegangan (PT) fasa R dan fasa S
merasakan kenaikan tegangan sebesar √3 kali itu dengan vektor
seperti terlihat pada gambar 3 (uraian vektor tegangan dan arus).
 Titik netral trafo tenaga naik sebesar Eph terhadap tanah,
b. Arus 3 Io di titik gangguan
Arus di titik pada Penyulang yang terganggu dalam contoh ini adalah
jumlah arus komponen resistif (ditambah dengan arus induktif jaringan)
dan arus kapasitif yang akan kembali kesumber, sehingga besarnya:

3 I0 = IF + ICeR1 + ICeS1 + ICeR2 + ICeS2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


(A)

ICe Peny.1 ICe Peny.2


dimana :
Eph
IF = Amp ............................ (B)
RN + RL + j( XT + XL )
IF maksimum didapat bila gangguan tanah terjadi di Bus (20 kV).
Untuk gangguan yang ada di jaringan distribusi,arus gangguan yang
bukan komponen resistf + induktif dihitung dengan cara shunt.
Ice = 3 ω Ce Eph Amp
Eph = Tegangan fasa - Netral
ω = 2 π f .L
RN = tahanan NGR , RL = tahanan Jaringan
IF = Arus gangguan tanah dari titik Netral Trafo ke Tanah melalui
NGR
ICR1 = Arus kapasitif fasa R penyulang 1 saat gangguan fasa T
ketanah
ICS1 = Arus kapasitif fasa S penyulang 1 saat gangguan fasa T
ketanah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 36


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
ICR2 = Arus kapasitif fasa R penyulang 2 saat gangguan fasa T
ketanah
ICS2 = Arus kapasitif fasa S penyulang 2 saat gangguan fasa T
ketanah.

Perhatikan rumus (A) diatas, arus ICe penyulang 1 yang terganggu yang
masuk ke Relai gangguan tanah (GFR) akan sama dengan nol karena
saling terkompensir di ZCT.
Arus kapasitif dari fasa yang sehat secara vektoris yang masuk ke Relai
gangguan tanah Penyulang terganggu.

R S

IF
ICS1 -ICR1
ICR1+ ICS1 -ICR1-ICS1
T,G
ICR1 -ICS1
Gambar III. 3 :Vektor Arus untuk gangguan 1 fasa-
tanah di Penyulang terganggu

Dari gambar 2 & 3 diatas terlihat bahwa:

1. Arus IF mengalir dari Netral (lihat gambar III.2)


2. Fasa T menjadi berpotensial tanah karena sedang terganggu
ketanah.
3. Arus kapasitif fasa R (ICR1 dan ICR2 di Penyulang sehat) leading 900
terhadap tegangan VRT. Arus kapasitif fasa S (ICS1 dan ICS2 di
Penyulang sehat) leading 900 terhadap tegangan VST
(VRT = VRG , VST = VSG)
4. Arus kapasitif kembali kesumbernya lewat titik gangguan di
Penyulang 1 fasa T dan melalui ZCT, khusus ICR1 dan ICS1 di fasa T
ini didalam ZCT arahnya berlawanan dengan vektor arus ICR1 dan
ICS1 di fasa R dan S,
5. Karena penjelasan butir 4, maka arus kapasitif Penyulang 1 (pada
saat gangguan 1 fasa ketanah) resultantenya didalam ZCT = nol.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 37


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
6. Arus residu yang dihasilkan oleh ZCT pada penyulang 1 yang
masuk ke relai adalah:
 IF dengan arah kembali ke sumber (terminal fasa T Trafo) melalui
titik gangguan.
 ICR2 dan ICS2 (arus kapasitif penyulang 2) kembali ke Sumber juga
melalui fasa T (penyulang 1) yang sedang terganggu ke tanah.
Uraian vektor arus yang masuk ke Relai gangguan tanah penyulang 1
(penyulang terganggu) seperti terlihat pada gambar 4 dibawah ini:

R S
IF yang dominan IR sefasa dengan VNT,
(ICR2 + ICS2) leading 900 terhadap VNT.
N Resultante IR dan (ICR2 + ICS2) yang
mengerjakan relai gangguan tanah.

3 I0 =IR + (ICR2+ICS2)
IR
ICS2
ICR2 + ICS2
T, G
ICR2
ICe penyulang 2 yang masuk
ke GFR penyulang 1.

Gambar III. 4 : Vektor Arus IR dan ICe pada penyulang


1 yang terganggu satu fasa ketanah

Sementara di Penyulang 2 (penyulang sehat), arus kapasitif ICR2 dan


ICS2 juga mengalir masuk ke Relai gangguan tanah penyulang 2, dan
karena setelan Relai gangguan tanah ini di set rendah (sensitif)
untuk menampung Rarc (tahanan gangguan), maka Relai gangguan
tanah dari jenis definite ini dapat mentripkan PMT Penyulang 2 (yang
tidak mengalami gangguan satu fasa ketanah).
Inilah yang selalu membuat masalah di sistem distribusi PLN. seperti
yang dikenal dengan istilah Simpatetik trip.
Simpatetik trip dimaksud dibahas untuk diselesaikan dalam makalah
ini. Gambar vektor arusnya, lihat gambar III.5.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 38


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

R S

ICS2
ICR2 + ICS2 Hanya ICe penyulang 2 yang
masuk ke GFR penyulang 2.
ICR2

Gambar III. 5 : Vektor ICe pada penyulang 2 pada


gangguan satu fasa ketanah di penyulang
1

7. Pada butir 2 diatas (fasa T berpotensial tanah), kumparan primer dari


potensial transformer (PT) fasa T terhubung singkat oleh gangguan,
sehingga tidak menginduksikan tegangan ke tersier PT fasa T dalam
rangkaian open delta, tetapi kumparan PT fasa R dan fasa S menjadi
terkena tegangan √3 kalinya dan sudut tegangan antara VR dan
VS tidak lagi 1200 tetapi menjadi 600 . Bila digambarkan dapat
dilihat pada gambar III.6 dibawah ini.
VRG VSG
Kumparan
Primer
R 20.000/√3 S
Vektor
tegangan
primer
600
Titik bersama T dan juga
G akibat gangguan fasa
T ketanah T,G
T,G
a
a Vr n Vektor
r tegangan
Kumparan Van tertier
Tertier
s 110/3 Vs n

n n

Gambar III. 6a : Potensial Transformer Gambar III. 6b : vektor dari tegangan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 39


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Karena tegangan primer Potensial Transformer naik √3 kali, maka
masing - masing kumparan tersier terinduksi tegangan sebesar
110/3x√3 = 100/√3.
Lihat pula sambungan belitan tertier Potensial Transformer antara Vrn
dan Vsn membentuk hubungan vektor dengan sudut 1200 sehingga
resultante nya menjadi √3 kalinya lagi atau Van = 110 /√3 x √3 = 110
Volt.
Bila dilihat vektor Van (vektor tegangan urutan nol untuk pentanahan
tahanan tinggi) pada gambar III.6b, ternyata sefasa vektor tegangan
VNT pada gambar III.3. Uraian vektor tegangan dan arus ini
bermanfaat bagi salah satu penyelesaian masalah simpatetik trip
akibat gangguan tanah.

III.4. SOLUSI SIMPATETIK TRIP DENGAN RELAY ARAH GANGGUAN


TANAH
Tegangan Van (output open delta PT) pada uraian Bab III dapat digunakan
sebagai referensi, kalau relay arah akan digunakan sebagai pengaman
gangguan tanah. Selektifitas Relai arah gangguan tanah dapat diharapkan
karena arus Resistif dari gangguan tanah hanya mengalir pada penyulang
yang terganggu saja, sementara penyulang yang sehat mengalir arus
kapasitif yang mempunyai beda sudut 900 leading terhadap tegangan 3V0.
Dengan memilih karakteristik Relai arah gangguan tanah yang hanya
mendeteksi arus Resistif saja, maka selektifitas kerja Relai gangguan tanah
dapat diharapkan tidak menyebabkan simpatetik trip. Agar jelasnya arus
residu 3Io dan tegangan Van (3Vo) yang mengerjakan Relai arah gangguan
tanah disederhanakan sebagai terlihat pada gambar 7 dibawah ini.

Van =3V0
3 I0 =IR + (ICR2+ICS2)
IR
Trip

(ICR2 + ICS2) n

Gambar III. 7 : Vektor Tegangan 3Vo, arus 3Io dan Karakteristik


Relai Arah gangguan tanah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 40


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
• Van diambil dari gambar 6b
 IR dan (ICR2 + ICS2) diambil dari gambar 4
Tegangan dan arus diatas yang masuk ke Relay Arah gangguan tanah.
Sudut antara tegangan referensi (Van) dan arus yang masuk ke Relai
ditentukan oleh besarnya arus kapasitip (dalam hal ini ICR2 + ICS2) atau
secara umum dapat dikatakan pergeseran sudut arus gangguan yang
masuk ke Relai arah gangguan tanah ditentukan oleh jumlah vektor arus
resistif dan arus kapasitif Penyulang-Penyulang yang tidak terganggu.

(ICR2 + ICS2) (IR + ICR2 + ICS2)

N
IR Van = 3V0

Trip
Gambar III.8 : Vektor tegangan 3Vo, arus 3Io
dan karakteristik Relai arah
gangguan tanah

Untuk memudahkan pengertian agar berada pada bentuk kwadran yang


selama ini difahami maka gambar III.7 kita putar 90 lagging menjadi seperti
gambar III. 8.

Karena besar arus kapasitip yang masuk ke Relai arah gangguan tanah
tidak tetap, tergantung dari nilai kapasitansi Penyulang-Penyulang yang
tersambung pada satu Bus 20 kV, maka kepastian kerja Relai arah
gangguan tanah hanya di peroleh dari resistip saja (IR).
Besarnya Arus IR maksimum (untuk sistem pentanahan tahanan 500 Ohm)
adalah sebesar : (20000/√3)/500 = 23,1 Ampere).
Kalau digunakan ZCT dengan ratio 200/5 maka arus gangguan tanah
"Resistif" yang masuk ke Relai adalah :
(23,1/200) x 5 Ampere = 0,577 Ampere

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 41


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

(ICR2 + ICS2) (IR + ICR2 + ICS2)

N IR Van = 3V0

Trip

Gambar III. 9 :Vektor tegangan 3Vo, arus 3Io dan karakteristik


Relai arah gangguan tanah

Gangguan tanah tidak selalu “solid fault”, lebih banyak gangguan yang
melalui “tahanan gangguan” yang mengecilkan arus gangguan tanah, maka
untuk mendapatkan sensitivity Relay gangguan tanah, Relai harus bisa
bekerja (pick up) bila di injeksikan arus, misalnya 30% x 0,577 Ampere =
0,173 Ampere yang sudutnya 0o terhadap tegangan 3Vo.
Kalau arus kapasitif yang masuk ke Relai gangguan tanah akan
dimanfaatkan, maka sudut Relai gangguan tanah (3Io leading terhadap 3Vo)
dibuat 45o atau 60o sehingga karakteristiknya berbeda dari karakteristik di
gambar 8 tetapi seperti gambar III. 9.
Disini harus diperhatikan besar arus kapasitif dari masing-masing Penyulang
sehat (tidak terganggu) agar tidak sampai memotong karakteristik Relai
Gangguan Tanah di Penyulang sehat. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan terjadi Simpatetik Trip (kegagalan selektifitas). Bila hal ini tidak
diperhatikan betul-betul, walaupun Relai gangguan tanah yang digunakan
sudah dari jenis Directional, simpatetik trip masih terjadi karena arus
kapasitif penyulang sehat sewaktu terjadi gangguan satu fasa ke tanah di
salah satu penyulang, masih bisa masuk kedalam karakteristik kerja Relai
gangguan tanah. Lihat gambar III. 9, arus resistif IR memang tidak
masuk ke penyulang yang sehat, tetapi (ICR2+ICS2) masih bisa memotong
karakteristik Relai, kalau arus kapasitif tersebut terlalu besar. Apalagi pada
sistem dengan pentanahan netral melalui tahanan tinggi dimana setting arus
Relai gangguan tanahnya sangat rendah dan penyulangnya menggunakan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 42


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Kabel tanah yang nilai kapasitansinya besar sehingga arus kapasitifnya


lebih besar dari arus resistifnya.
Pada Penyulang yang tidak terganggu, arus yang masuk ke Relai arah
gangguan tanah adalah arus kapasitip dari fasa-fasa yang sehat, yaitu ICR2
dan ICS2.

(ICR2 + ICS2) yang terlalu


Van besar bisa masuk ke
karakteristik relai arah
dan mentripkan PMT,
(ICR2 + ICS2) simpatetik masih terjadi.
ICS2

(ICR2 + ICS2) N Van = 3V0


ICR2
Trip

Gambar III. 10 : Vektor tegangan 3Vo, arus 3Io dan karakteristik Relai arah gangguan
tanah, masih mungkin terjadi simpatetik trip

Sesuai penjelasan terdahulu (gambar 2) arus ICR2 dan ICS2 yang mengalir
dari bus 20 kV keluar kearah jaringan adalah leading 90o terhadap
tegangannya (VRT atau VST), atau resultantenya leading 90o terhadap 3Vo
Kalau vektor arus dan tegangan urutan nol itu digambarkan pada
karakteristik Relai arah gangguan tanah pada penyulang sehat, maka arus
kapasitif yang mengalir ke Relai masih bisa membuat Relai arah gangguan
tanah bekerja seperti terlihat pada gambar III.10 diatas.

Contoh penerapan Relai arah gangguan tanah ini terdapat di sistem


distribusi 20 kV di Jawa Timur, dan pentanahan netralnya melalui Tahanan
500 Ohm. Relai arah gangguan tanah yang digunakan adalah dari merk
METI buatan GEC
Polaritas Tegangan dari Tersier Open Delta dan Arus dari ZCT dimasukan
ke Relai sesuai buku petunjuk METI 13 (GEC).
S1 ZCT disambung ke Terminal 27 Relai METI 13
S2 ZCT disambung ke Terminal 28 Relai METI 13

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 43


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

da dari tertier Open Delta disambung ke Terminal 22 Relai METI 13


dn dari tertier Open Delta disambung ke Terminal 21 Relai METI 13
(Cek kebenaran sambungan ini dengan kenyataan dilapangan)
Mengingat kecilnya arus resistif yang harus dideteksi oleh Relai (maksimum
0,577 Ampere), maka untuk mendapatkan sensitifitas kerja Relai, rating
Arus METI 13 dipilih 1 Amper dan operating rangenya diharapkan dapat
bekerja pada 0,173 Amp (contoh perhitungan diatas mengambil 30% arus
resistif maksimum), atau pada sensitivity lain 20% atau 25%.
Ada dua pola kerja Relay arah gangguan tanah yang dapat diterapkan:
a. Ada cara pengoperasian Relai arah gangguan tanah yang terdiri dari
2 elemen terpisah yaitu elemen arus dan elemen Arah dimana
rangkaian kontrol trippingnya dibuat seri. Logic tripping seperti ini
dirasakan agak menghawatirkan, karena sejak terjadinya gangguan
tanah disalah satu Penyulang. Elemen arus lebih di Penyulang yang
sehat pick up dan menghitung waktu, sampai menutup kontak, pada
saat itu kontak Elemen arah membuka sehingga tidak trip, tapi sesaat
terjadi tripping pada Penyulang yang memang terganggu,
kehawatiran adanya transient yang menyebabkan elemen arah
berbalik menutup kontak sesaat saja, maka pada Penyulang yang
sehat bisa juga ikut trip.
b. Cara lain adalah kontak normally Close dari elemen Arah dipakai
untuk menghubung singkat elemen arus lebih. Elemen arus lebih ini
baru menghitung waktu bila hubung singkat elemen arus dilepas, hal
ini terjadi saat sudut dan besar arusnya sudah masuk kedalam
karakteristik Relai arah gangguan tanah, sehingga walaupun ada
transient yang bisa membalik arah pada Relai arahnya, output
tripping rangkaian logic ini tidak sampai terjadi. Cara ini agak lebih
aman daripada cara pertama tadi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 44


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Catatan : Untuk memberi gambaran besarnya Arus kapasitif dari suatu kabel,
berikut ini tabel besar arus kapasitif kabel 20 kV XLPE

Luas
Ce I3ce = 3ωCeEph
penampang
2 ( µF/Km ) (A/Km)
(mm )

3 x 150 0,26 2,83

3 x 240 0,31 3,37

3 x 300 0,34 3,70

III.5. SOLUSI LAIN MASALAH SIMPATETIK DENGAN GFR INVERSE


Telah dijelaskan diatas (bab III) terjadinya simpatetik trip pada penyulang-
penyulang 20 kV akibat gangguan 1 fasa - tanah di salah satu penyulang
dan cara penanggulang dengan menggunakan Relai arah gangguan tanah.
Ada alternatif lain yang masih bisa diusahakan dalam penanggulangan
simpatetik trip bila tidak tersedia Relai arah gangguan tanah. Berikut,
dibahas penangulangan simpatetik trip akibat gangguan 1 fasa ketanah
pada salah satu penyulang 20 kV dengan memggunakan Relai arus lebih
gangguan tanah dari jenis inverse.
Karena menggunakan Relai arus lebih biasa dari jenis Inverse, maka
koordinasi penyetelannya dilakukan dengan perhitungan biasa (sederhana)
yang biasa dilakukan pada perhitungan koordinasi relai arus lebih
pengaman hubung singkat (fasa-tanah), untuk memudahkan perhitungan,
nilai arus kapasitif dihitung terpisah dari hitungan arus gangguan hubung
singkat menurut simetrikal komponen untuk kemudian dimasukkan kedalam
perhitungan setelan arus dan setelan waktu (tms). Seperti biasa agar mudah
dipelajari dan diterapkan, perhitungan ini menggunakan program microsoft
Excel, dengan harapan apabila akan dipelajari ulang, dapat menelusurinya
kembali proses berhitung di sel-sel Excel.
Sebagai contoh, diambil 4 buah penyulang distribusi 20 kV yang dipasok
dari Trafo 150/20 kV, Kapasitas 60 MVA dengan Xtrafo = 10 %).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 45


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
20 kV
Penyulang4
20 MVA
150 kV
11 %

Penyulang3

40 Ω
Penyulang2
1047 MVA

ZLINE dan kapasitansi


penyulang, lihat data
Penyulang1

Gambar III. 11 : Diagram satu garis Distribusi 20 kV

1. DATA MVA SHORT CIRCUIT DI BUS 150 kV DI GARDU INDUK


Data ini diperlukan untuk menggantikan Impedansi sumber yang terbaca
dari Bus 150 kV ke arah Sistem secara keseluruhan, dimana Impedansi
sumber tersebut dapat dihitung balik dengan menggunakan data MVA
hubung singkat tersebut. Untuk contoh dalam perhitungan ini diambil
sebuah angka MVA hubung singkat di Bus 150 kV sebesar 1047 MVA.
Selanjutnya dengan data MVA hubung singkat ini, dihitung nilai Reaktansi
dari sumber yang ada dibelakang Bus 150 kV dengan mempergunakan
rumus: Z = (KV)2/MVASC = 202/1047 = 0,382 Ohm, karena dengan
anggapan bahwa Impedansi sumber tersebut lebih dominan nilai Reaktansi,
sementara nilai Resistansi kecil sekali dan dianggap sama dengan nol,
maka Impedansi sumber tersebut di ekspresikan sebesar: ( 0 + j 0,382)
Ohm..
2. DATA TRAFO GARDU INDUK
Kapasitas 20 MVA
Impedansi Trafo 11 % = 2,2 Ohm
Volt Primer 150 kV
Volt Sekunder 20 kV
Belitan Delta 1 Xo = 6,6 Ohm
I Nominal 20 kV 577,4 Amper
Ratio C.T ( 20 kV ) 600 5
Pentanahan 20 kV 40 Ohm

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 46


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

3. DATA PENYULANG 20 kV

PENYULANG 1 R jX PENYULANG 2 R jX
Z1 / km 0.103 0.364 Z1 / km 0.103 0.364
Z0 / km 0.270 0.580 Z0 / km 0.270 0.580
Saluran terpanjang 15 km Saluran terpanjang 14 km
Z1 Saluran 1.545 5.46 Z1 Saluran 1.442 5.096
Z0 Saluran 4.050 8.700 Z0 Saluran 3.780 8.120
Kapasitansi Ce 0.03 uF Kapasitansi Ce 0.02 uF
Total panjang saluran 120 km *) Total panjang saluran 80 km *)
X kapasitansi total 884.2 Ohm X kapasitansi total 1989 Ohm
*) termasuk percabangan *) termasuk percabangan

PENYULANG 3 R jX PENYULANG 4 R jX
Z1 / km 0.103 0.364 Z1 / km 0.103 0.364
Z0 / km 0.270 0.580 Z0 / km 0.270 0.580
Saluran terpanjang 20 km Saluran terpanjang 16 km
Z1 Saluran 2.06 7.28 Z1 Saluran 1.648 5.824
Z0 Saluran 5.400 11.600 Z0 Saluran 4.320 9.280
Kapasitansi Ce 0.05 uF Kapasitansi Ce 0.06 uF
Total panjang
Total panjang saluran 80 km *) saluran 80 km *)
X kapasitansi total 795.8 Ohm X kapasitansi total 663.1 Ohm
*) termasuk percabangan *) termasuk percabangan

4. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT


Perhitungan Arus gangguan hubung singkat untuk keperluan
menanggulangi masalah simpatetik trip diutamakan pada perhitungan
gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah. Hasil perhitungan gangguan
hubung singkat 2 fasa dan 3 fasa yang ditampilkan dalam tulisan ini tidak
digunakan, simulasi lokasi gangguan dibuat untuk titik-titik gangguan 25
%, 50%, 75% dan 100% nilai impedansi jaringan distribusi, dan dihitung
pada setiap penyulang dari 4 buah penyulang keluar dari Gardu Induk,
Rumus yang dipakai dalam menghitung arus gangguan hubung singkat
secara umum adalah rumus dari komponen simetris sebagai berikut
dibawah ini:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 47


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
a. Hubung singkat 1 fasa-tanah : I1φ = 3 Eph / (Z1 + Z2 + Z0) Amper
Impedansi Z1, Z2 dan Z0 yang dihitung adalah nilai ekivalen mulai
dari trafo di Gardu Induk sampai ke titik gangguan.
b. Hubung singkat 2 fasa: If2φ = E/(Z1 + Z2) Amper.
Impedansi Z1 = Z2 yang dihitung adalah nilai ekivalen mulai dari trafo
di Gardu induk sampai dengan titik gangguan.
c. Hubung singkat 3 fasa: I3φ= E/Z1
Impedansi Z1 yang dihitung adalah nilai ekivalen mulai dari trafo di
Gardu induk sampai dengan titik gangguan.

Dari ketiga rumus diatas, Rumus butir a yang digunakan dalam


perhitungan besar arus gangguan hubung singkat satu fasa ketanah.
Dengan menggunakan fasilitas software EXCEL arus gangguan hubung
singkat satu fasa ketanah dihitung sesuai dengan ketetapan lokasi
gangguan tersebut diatas sehingga hasil hitungan hubung singkat itu
dapat dilihat dibawah ini;

I Hubung Singkat PENYULANG 1 I Hubung Singkat PENYULANG 2


Lokasi Lokasi
Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa Ice1 Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa Ice2

25% Panj Sal 2911.4 2521 281.8 39.18 25% Panj Sal 2981.4 2582 282.2 17.41
50% Panj Sal 2151.0 1863 276.2 50% Panj Sal 2228.9 1930 276.9
75% Panj Sal 1703.8 1476 270.4 75% Panj Sal 1777.9 1540 271.5
100% Panj Sal 1410.0 1221 264.5 100% Panj Sal 1478.0 1280 266.1

I Ce penyulang lain Ice2 + Ice3 + Ice4 = 113.2 I Ce penyulang lain Ice1 + Ice3 + Ice4 = 134.9
I Hubung Singkat PENYULANG 3 I Hubung Singkat PENYULANG 4
Lokasi Lokasi
Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa Ice3 Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa Ice4

25% Panj Sal 2605.2 2256 279.9 43.53 25% Panj Sal 2844.7 2464 281.4 52.24
50% Panj Sal 1830.9 1586 272.3 50% Panj Sal 2078.4 1800 275.4
75% Panj Sal 1410.0 1221 264.5 75% Panj Sal 1635.7 1417 269.2
100% Panj Sal 1146.1 992.5 256.7 100% Panj Sal 1348.0 1167 263.0

I Ce penyulang lain Ice1 + Ice2 + Ice4 = 108.8 ICe penyulang lain Ice1 + Ice2 + Ice3 = 100.1

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 48


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
5. PERHITUNGAN ARUS KAPASITIF
Apabila terjadi gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah pada salah satu
penyulang distribusi diantara 4 penyulang yang ada, maka 3 penyulang
lainnya yang tidak terganggu akan menyumbang arus kapasitif ke
penyulang terganggu melalui titik gangguan, seperti yang telah dijelaskan
pada Bab III. Besar arus kapasitif tersebut dihitung dengan
mempergunakan persamaan:
Ice = 3.Eph / Xtotal kapasitif penghantar Amper
Dengan memanfaatkan EXCEL, nilai arus kapasitif dihitung sesuai rumus
diatas yang hasilnya sebagai berikut :
• Untuk penyulang 1: Ice1 = (3.20.000/V3) . 884,2 = 39,18 Amp
• Untuk penyulang 2: Ice2 = (3. 20.000/V3). 1989 = 17,41 Amp
• Untuk penyulang 3: Ice3 = (3. 20.000/V3). 795,8 = 43,53 Amp
• Untuk penyulang 4: Ice4 = (3. 20.000/V3). 663,1 = 52,24 Amp
Nilai-nilai arus kapasitif ini akan kembali kesumber melalui titik di
penyulang yang terganggu, sehingga pengertiannya adalah jika gangguan
satu fasa ketanah terjadi pada salah satu penyulang, maka arus kapasitif
penyulang-penyulang lain seolah memberi sumbangan arus gangguan di
Penyulang terganggu, uraian selengkapnya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Gangguan 1 fasa ke tanah pada penyulang 1, jumlah arus kapasitif
dari penyulang 2,3 dan 4 akan mengalir di penyulang 1 melalui titik
gangguan tanah kembali ke sumber dan dirasakan oleh relai
gangguan tanah di penyulang 1, yang dalam hal ini jumlahnya adalah
sebesar 113,2 Amp.
b. Gangguan 1 fasa ke tanah pada penyulang 2, jumlah arus kapasitif
dari penyulang 1,3 dan 4 akan mengalir di penyulang 2 melalui titik
gangguan tanah kembali ke sumber dan dirasakan oleh relai
gangguan tanah di penyulang 2 yang dalam hal ini jumlahnya adalah
sebesar 134,9 Amp.
c. Gangguan 1 fasa ke tanah pada penyulang 3, jumlah arus kapasitif
dari penyulang 1,2 dan 4 akan mengalir di penyulang 3 melalui titik
gangguan tanah kembali ke sumber dan dirasakan oleh relai
gangguan tanah di penyulang 3 yang dalam hal ini jumlahnya adalah
sebesar 108,8 Amp.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 49
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
d. Gangguan 1 fasa ke tanah pada penyulang 4, jumlah arus
kapasitif dari penyulang 1,2 dan 3 akan mengalir di penyulang 4
melalui titik gangguan tanah kembali ke sumber dan dirasakan oleh
relai gangguan tanah di penyulang 4 yang dalam hal ini jumlahnya
adalah sebesar 100,1 Amp.

6. PERHITUNGAN SETELAN RELAI


Dari adanya tambahan arus kapasitif penyulang sehat yang masuk ke relai
gangguan tanah (dalam hal penanggulangan simpatetik trip menggunakan
relai arus lebih gangguan tanah dari jenis invese) dimanfaatkan untuk
membedakan waktu kerja dari relai di Penyulang terganggu dan waktu
kerja relai di Penyulang sehat.
Dengan demikian setelan arusnya berdasarkan hasil perhitungan arus
gangguan satu fasa ke tanah biasa (tanpa arus kapasitif) tetapi untuk
setelan waktunya (tms) dihitung dengan memperhitungkan arus kapasitif
penyulang sehat.
Untuk keperluan koordinasi, setelan relai gangguan tanah yang terpasang
di seksi paling hilir diambil ketentuan waktu kerja selama 0,3 detik untuk
gangguan tanah yang terjadi persis di depan relai gangguan tanah
tersebut , sedang untuk relai gangguan tanah yang berada di seksi satu
tingkat disebelah hulunya, waktu kerjanya dibuat lebih lama 0,4 detik,
sehingga relai gangguan tanah itu bekerja selama (0,3 + 0,4) detik = 0,7
detik untuk gangguan yang terjadi di depan relai di sisi hilir tadi.
Setelan waktu relai arus lebih gangguan tanah dari jenis normal inverse
dihitung berdasarkan pada persamaan sebagai berikut:

IFAULT 0,02
tset x -1
Iset x CTratio
.tms =
0,14

Karena mudahnya proses berhitung ini, kembali fasilitas microsoft EXCEL


cukup bermanfaat membantu perhitungan koordinasi.
Nilai setelan arus relai gangguan tanah dihitung sebesar 10% x arus
gangguan tanah terkecil di penyulang itu (gangguan tanah diujung
penyulang), sedangkan setelan waktu tms dari relai gangguan tanah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 50


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
dihitung sesuai rumus dan ketentuan lokasi gangguan seperti disebutkan
diatas, hasilnya disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Relay O.C/ G.F di Incoming


Karakteristik Relay
Relai In Trafo C.T Ratio Definite Inverse
577,35 120 I set t set I set tms
O.C 5,77 0,7 5,05 0,16
G.F 0,5 0,7 0,5 0,16

Relay O.C/G.F di Penyulang 1


Arus Karakteristik Relay
Beban C.T Ratio Definite Inverse
(A) I set t set I set tms
100 300 :5
OC 2,00 0,3 1,75 0,15
GF 0,5 0,3 0,5 0,10

Relay O.C/ G.F di Penyulang 2


Arus Karakteristik Relay
Beban C.T Ratio Definite Inverse
(A) I set t set I set tms
100 300 :5
OC 2,00 0,3 1,75 0,15
GF 0,5 0,3 0,5 0,10

Relay O.C/ G.F di Penyulang 3


Arus Karakteristik Relay
Beban C.T Ratio Definite Inverse
(A) I set t set I set tms
100 300 :5
OC 2,00 0,3 1,75 0,14
GF 0,5 0,3 0,5 0,10

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 51


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Relay O.C/ G.F di Penyulang 4


Arus Karakteristik Relay
Beban C.T Ratio Definite Inverse
(A) I set t set I set tms
100 300 :5
OC 2,00 0,3 1,75 0,15
GF 0,5 0,3 0,5 0,10

7. PEMERIKSAAN WAKTU KERJA RELAY INVERSE


Apabila telah selesai menghitung nilai setelan arus dan setelan waktu
(tms) dari relai gangguan tanah pada masing-masing penyulang, perlu
diperiksa/ diuji apakah masih menyebabkan simpatetik trip pada
penyulang sehat sewaktu terjadi gangguan tanah di salah satu penyulang,
juga dengan EXCEL :
Selektifitas diperiksa dulu antara satu penyulang terhadap Incoming Trafo
tenaga kemudian dilanjutkan terhadap Penyulang lain.

Selektifitas relai Penyulang terhadap Incoming

Relai di Incoming Relai Penyulang 1


tms O.C = 0.16 tms O.C= 0.15 Gang. Gangg.
Lokasi Gangguan tms G.F = 0.16 tms G.F= 0.10 Pen. 1 Pen lain
3 fasa 2 fasa 1 fasa 3 fasa 2 fasa 1 fasa
25% Panjang Sal. 0.70 0.77 0.70 0.30 0.31 0.30 2.66
50% Panjang Sal. 0.87 0.98 0.71 0.33 0.35 0.30
75% Panjang Sal. 1.07 1.24 0.72 0.36 0.38 0.30
100% Panjang Sal. 1.31 1.58 0.73 0.39 0.41 0.31

Selektifitas relai Penyulang terhadap Penyulang lain

Relay Penyulang 1 Relay Penyulang 2


tms OC= 0,15 Gang. Gangg tms O.C= 0,15 Gang. Gangg
tms GF= 0,10 Pen.1 Pen lain tms G.F= 0,10 Pen.2 Pen lain
3 fasa 2 fasa 1 fasa 3 fasa 2 fasa 1 fasa
0,30 0,31 0,30 2,66 0,30 0,31 0,30 td krja
0,33 0,35 0,30 0,33 0,34 0,30
0,36 0,38 0,30 0,35 0,37 0,30
0,39 0,41 0,31 0,38 0,40 0,31

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 52


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Relay Penyulang 3 Relay Penyulang 4


tms OC= 0,14 Gang. Gangg tms O.C= 0,15 Gang. Gangg
tms GF= 0,10 Pen. 3 Pen lain tms G.F= 0,10 Pen. 4 Penlain
3 fasa 2 fasa 1 fasa 3 fasa 2 fasa 1 fasa
0,31 0,33 0,30 0,79 0,30 0,32 0,30 0,66
0,35 0,37 0,30 0,34 0,35 0,30
0,39 0,41 0,31 0,37 0,39 0,31
0,42 0,45 0,31 0,39 0,42 0,31

Dari pemeriksaan waktu kerja relai gangguan tanah pada tiap-tiap


penyulang untuk gangguan tanah yang terjadi di salah satu penyulang
memberikan gambaran yang dapat memberi keyakinan bahwa simpatetik
trip dapat pula ditanggulangi dengan penggunaan relai arus lebih
gangguan tanah dari jenis inverse. Perhitungan setelan relai gangguan
tanah (GF) dengan karakteristik Relai inverse diatas, tms yang didapat
rata-rata sebesar 0,1 dan setelah diuji/ diperiksa waktu kerja relai
gangguan tanah di salah satu penyulang 20 kV yang terganggu
menunjukkan bahwa waktu untuk melepas PMT selama 0,3 detik sesuai
dengan yang diharapkan pada waktu menghitung setelan waktu (tms)
sementara waktu kerja relai gangguan tanah di penyulang lain (yang
sehat) dan di incoming Trafo Tenaga rata-rata selama 0,7 detik. Ini
menandakan bahwa perbedaan waktu kerja relai penyulang dan incoming
atau penyulang sehat sebesar 0,4 detik sudah dianggap selektif.
Untuk pengamatan/ pemeriksaan waktu kerja relai gangguan tanah di satu
sistem distribusi 20 kV dengan 4 penyulang keluar dari Gardu Induk
diambil contoh sebagai berikut :
Misalkan gangguan terjadi di penyulang 1,
arus kapasitif dari penyulang 2 = 17,41 Amp
arus kapasitif dari penyulang 3 = 43,53 Amp
arus kapasitif dari penyulang 4 = 52,24 Amp
Arus Kapasitif ini dijumlahkan secara vektoris dengan arus gangguan
resistif yang dihitung dengan cara konvensional. Jumlah vektoris arus
gangguan Resistif dan kapasitif ini yang dipakai untuk perhitungan setelan
waktu (tms) relai gangguan tanah di penyulang1, sedang arus kapasitif
penyulang 2,3 dan 4 dipakai untuk memeriksa waktu kerja relai gangguan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 53


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
tanah di penyulang masing-masing sewaktu terjadi gangguan tanah di
penyulang 1.
Dengan karakteristik inverse inilah terjadi perbedaan waktu kerja antara
relai gangguan tanah penyulang terganggu dan relai gangguan tanah di
penyulang sehat yang dapat menyelesaikan masalah simpatetik trip. Relai
gangguan tanah penyulang sehat (2,3 dan 4) bekerja lebih lama
dibandingkan dengan relai gangguan tanah di penyulang 1 (terganggu),
sehingga relai gangguan tanah penyulang 1 sudah mentripkan PMTnya,
sedangkan relai gangguan tanah yang terpasang pada penyulang 2,
penyulang 3 dan penyulang 4 belum sempat mentripkan PMTnya,
gangguan tanah sudah di clear kan oleh relai gangguan tanah di
penyulang 1.

III.6. KESIMPULAN
1. Jika terdapat beberapa buah penyulang 20 kV di Gardu Induk dengan
pentanahan netral melalui tahanan dan jaringan SUTM yang panjang
atau menggunakan kabel tanah, untuk menghindari simpatetik trip jika
terjadi gangguan 1 phasa ke tanah pada salah satu penyulang, relai
arah gangguan tanah diharapkan membantu menyelesaikan masalah,
walaupun masih ada kelemahannya.
2. Bila tidak tersedia Relai arah gangguan tanah, Relai arus lebih
gangguan tanah dengan karakteristik inverse dapat membantu
menyelesaikan maslah simpatetik trip, selektifitas relai gangguan
tanah antara relai di penyulang dan di incoming 20 kV, bahkan dengan
penyulang sehat dapat dicapai.
3. Perhitungan arus gangguan hubung singkat mutlak harus dikuasai
oleh petugas proteksi untuk mendukung pekerjaan koordinasi proteksi,
perhitungan dengan fasilitas program excel sangat membantu dalam
meningkatkan pengetahuan bidang koordinasi proteksi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 54

Anda mungkin juga menyukai