Nim : 204220167
Jurusan/Kelas : Pgmi 1 F
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu
muslim sesuai dengan prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya,
dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung jawab. Lain
halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang
memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung
jawab dihadapan-Nya. Dengan demikian, musnalah tuntunan-tuntunan akhlak dari
kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Al-qur’an dan hadist dalam pendidikan agama islam adalah dua sumber
yang dijadikan sebagai landasan umat islam. Untuk lebih bisa memahami dan
mempelajari isi kandungan Al-qur’an, maka seorang muslim harus memiliki
kemampuan membaca dan menulis Al-qur’an. Selain itu, untuk dapat membaca Al-
qur’an dengan baik dan benar, maka ditempuh melalui proses pendidikan. Karena
pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang peranannya sangat
penting. Melalui proses pendidikan seorang dapat diarahkan dan dibimbing untuk
dapat menghadapi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.
Di era milenial ini, banyak dijumpai anak remaja yang belum baik dalam
membaca Al-qurannya dari mulai membaca huruf hijaiyyah, ketetapan membaca
tajwidnya, sampai dengan kelancaran membawa Al-qur’an. Di usia yang sedang
menginjak remaja sudah seharusnya dikenalkan Al-qur’an sejak sedini mungkin.
Agar anak-anak menjadi cinta Al-qur’an dan mampu membaca Al-qur’an dengan
baik sesuai makhraj dan tajwid yang benar.
Membaca Al-qur’an adalah sebuah kebutuhan wajib dan pokok bagi setiap
muslim. Sebab, dengan membaca Al-qur’an keimanan kita semakin meningkat,
menjadikan kita bertambah dekat dengan Allah SWT, serta merupakan cara
termudah untuk semakin paham dengan ayat-ayat Allah SWT. Sementara itu tidak
sedikit umat muslim yang belum mampu membaca Al-quran yang tertulis dengan
huruf arab. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenal huruf hijaiyah terlebih
dahulu.
4. Pertemuan kelima dan keenam: Ushul dan Fiqih
Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita mengerti dan
melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjahui apa yang diridhoi
Allah. Untuk mengatahui dan melaksankan kehendak Allah kita harus mengatuhui
hukum islam yang telah ada. Namun, hukum islam menghadapi tantangan lebih
serius, terutama pada abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana ilmu keagamaan lain dalam islam, ilmu ushul fiqh tumbuh dan
berkembang dengan tetap berpijak pada Al-qur’an dan Sunnah, Ushul Fiqh tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman Rosulullah
dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian ushul fiqh, seperti ijtihad, qiyas,
nasakh, dan takhsis sudah ada pada zaman Rasulallah sahabat.
Objek kajian ilmu fiqh adalah perbuatan mukallaf, ditinjau dari segi hukum
syara’ yang tetap bagianya. Seorang faqih membahas tentang jual beli mukallaf,
sewa-menyewa, pegadaian, perwalian, shalat, puasa, haji, pembunuhan, qazhaf,
pencurian, ikrar dan wakaf yang dilakukan mukalaf, supaya mengerti tentang
hukum syara’ dalam segala perbuatan itu. Maka tujuan ilmu fiqih yaitu menerapkan
hukum-hukum syariat terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqih itu
adalah tempat kembali seorang mufti dalam fatwanya dan tempat kembali mukallaf
untuk mengetahui hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan yang
muncul dari diri.
Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu suatu hal yang penting,
karena dengan berfilsaftlah dunia pendidikan akan mengetahui hakikat dari makna,
tujuan, metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri.
Arti penting dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah
diketahui dan ditetapkan dapat tercapai. Sebagai intelektual muda yang kelak
menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya jika dituntut untuk
berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan masalah
dasar pendidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung
jawab sosial yang melekat.