Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dian Rohdiana

Nim : 204220167

Matkul : Transintegrasi Ilmu

Jurusan/Kelas : Pgmi 1 F

1. Pertemuan pertama : Pengenalan atau orientasi mata kuliah transintegrasi ilmu

Transintegrasi adalah paradigm ilmu yang dibangun dari semangat filsafat


transmodernisme yang kembali memberi tempat bagi nilai tradisi dan agama
keruang public untuk bersama-sama dengan sains menciptakan masa depan yang
lebih baik. paradigma ini dibuat untuk memenuhui kebutuhan dan menjawab
masalah unik dan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat, dikembangkan
berdasarkan pandangan dunia islam, serta diikat oleh nilai universal yang dipahami
secara terbuka, sehingga mampu memberikan ruang eksplorasi kebenaran dari
berbagai sumber yang tidak bertentangan dengan prinsip dasar islam.

2. Pertemuan kedua : akidah dan konsep ketuhanan ahlak

Islam pada hakikatnya yaitu seperangkat aturan atau undang-undang Allah


yang terdapat dalam kitab Allah dan sunah rasulnya yang meliputi perintah dan
larangan serta petunjuk. Aturan tersebut meliputi tiga hal pokok, yaitu aqidah,
ahlak, dan syariat. Aqidah islam berdiri pada keyakinan “tauhid” yaitu keyakinan
tentang wujud Allah, tuhan yang maha esa dan tidak ada yang menyukutuinya.
Ahlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan
sendirinya ahlak mulia akan terbentuk. Sebagai seorang yang beragama islam wajib
lah memiliki aqidah yang kuat sebagai seseorang muslim maka yang harus
dilakukan adalah mempelajari lebih dalam tentang aqidah ahlak. Contoh akidah
dalam kehidupan sehari-sehari yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-larangannya, menjauhkan diri dari semua perbuatan musyrik,
berserah diri dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan sebagainya. Seseorang
yang beriman kepada Allah SWT maka ia harus melakukan semua yang
diperintahkan Allah SWT. Dan menjalani semua yang dilarangnya. Jika ia beriman
kepada kitab Allah, maka ia harus melaksanakan ajaran-ajaran yang ada
didalamnya.
Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat
sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di
sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan
dunia dan akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek
kehidupan keagamaan seorang muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya,
pendidikan dan sebagainya.

Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu
muslim sesuai dengan prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya,
dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung jawab. Lain
halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang
memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung
jawab dihadapan-Nya. Dengan demikian, musnalah tuntunan-tuntunan akhlak dari
kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan
dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pertemuan ketiga dan keempat: alqur’an dan hadist

Al-qur’an dan hadist dalam pendidikan agama islam adalah dua sumber
yang dijadikan sebagai landasan umat islam. Untuk lebih bisa memahami dan
mempelajari isi kandungan Al-qur’an, maka seorang muslim harus memiliki
kemampuan membaca dan menulis Al-qur’an. Selain itu, untuk dapat membaca Al-
qur’an dengan baik dan benar, maka ditempuh melalui proses pendidikan. Karena
pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan manusia yang peranannya sangat
penting. Melalui proses pendidikan seorang dapat diarahkan dan dibimbing untuk
dapat menghadapi kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

Di era milenial ini, banyak dijumpai anak remaja yang belum baik dalam
membaca Al-qurannya dari mulai membaca huruf hijaiyyah, ketetapan membaca
tajwidnya, sampai dengan kelancaran membawa Al-qur’an. Di usia yang sedang
menginjak remaja sudah seharusnya dikenalkan Al-qur’an sejak sedini mungkin.
Agar anak-anak menjadi cinta Al-qur’an dan mampu membaca Al-qur’an dengan
baik sesuai makhraj dan tajwid yang benar.

Membaca Al-qur’an adalah sebuah kebutuhan wajib dan pokok bagi setiap
muslim. Sebab, dengan membaca Al-qur’an keimanan kita semakin meningkat,
menjadikan kita bertambah dekat dengan Allah SWT, serta merupakan cara
termudah untuk semakin paham dengan ayat-ayat Allah SWT. Sementara itu tidak
sedikit umat muslim yang belum mampu membaca Al-quran yang tertulis dengan
huruf arab. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenal huruf hijaiyah terlebih
dahulu.
4. Pertemuan kelima dan keenam: Ushul dan Fiqih

Sebagai hamba Allah yang beriman, sudah selayaknya kita mengerti dan
melaksanakan apa yang Allah kehendaki, sekaligus menjahui apa yang diridhoi
Allah. Untuk mengatahui dan melaksankan kehendak Allah kita harus mengatuhui
hukum islam yang telah ada. Namun, hukum islam menghadapi tantangan lebih
serius, terutama pada abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagaimana ilmu keagamaan lain dalam islam, ilmu ushul fiqh tumbuh dan
berkembang dengan tetap berpijak pada Al-qur’an dan Sunnah, Ushul Fiqh tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman Rosulullah
dan sahabat. Masalah utama yang menjadi bagian ushul fiqh, seperti ijtihad, qiyas,
nasakh, dan takhsis sudah ada pada zaman Rasulallah sahabat.

Objek kajian ilmu fiqh adalah perbuatan mukallaf, ditinjau dari segi hukum
syara’ yang tetap bagianya. Seorang faqih membahas tentang jual beli mukallaf,
sewa-menyewa, pegadaian, perwalian, shalat, puasa, haji, pembunuhan, qazhaf,
pencurian, ikrar dan wakaf yang dilakukan mukalaf, supaya mengerti tentang
hukum syara’ dalam segala perbuatan itu. Maka tujuan ilmu fiqih yaitu menerapkan
hukum-hukum syariat terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqih itu
adalah tempat kembali seorang mufti dalam fatwanya dan tempat kembali mukallaf
untuk mengetahui hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan yang
muncul dari diri.

5. Pertemuan ketujuh: filsafat

Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu suatu hal yang penting,
karena dengan berfilsaftlah dunia pendidikan akan mengetahui hakikat dari makna,
tujuan, metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri.
Arti penting dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah
diketahui dan ditetapkan dapat tercapai. Sebagai intelektual muda yang kelak
menjadi pendidik atau tenaga kependidikan, sudah sewajarnya jika dituntut untuk
berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan masalah
dasar pendidikan, yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung
jawab sosial yang melekat.

Anda mungkin juga menyukai