Abstract
This research is based on the use of the euphemism style by President Jokowi as head of state. The
purpose of this study is (1) to describe the establishment of the euphemism language style used in
President Jokowi's official statement for the period 2014-2019 and (2) to explain the reasons for the use
of euphemism style in President Jokowi's official statement. The type of research used is qualitative
descriptive language research. The source of the research data is words, phrases, and clauses containing
the use of euphemisms in President Jokowi's official statement for the period 2014-2019. The results
showed that President Jokowi used a style of euphemism in his official statement in the period 2014-
2019. The formation of euphemism style is carried out in the form of figurative expression, flippancy,
circumlocution, and hyperbole. The reason for President Jokowi's use of euphemisms is for the function
of protecting oneself, presenting imagery, insinuating or subtly criticizing, avoiding panic, and the
desire to retain power.
Keywords: Style, Euphemism, Official Statement, President Jokowi
tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa memiliki empat dasar, yaitu: pertama,
sekelompok penulis sastra. analisis deskriptif harus berlandaskan apa
3. Eufemisme yang dituturkan. Kedua, mengkaji bentuk
Keraf (2005:132) menyatakan adalah hal yang utama, fungsi adalah
bahwa eufemisme digunakan untuk bagian kedua. Ketiga, bahasa dapat
menggantikan kata-kata yang dirasa dijelaskan berdasarkan prinsipnya masing-
menyinggung perasaan atau menyugestikan masing dan dapat mengacu pada referensi
sesuatu yang tidak menyenangkan. yang lain. Keempat, bahasa yang bersifat
Sementara itu, Wardhaugh menyebutkan dinamis, artinya bahasa selalu mengalami
bahwa kata-kata dan ungkapan eufemisme proses perubahan.
memungkinkan kita berbicara tentang hal- Data penelitian ini berupa kata,
hal yang tidak menyenangkan dan frasa, dan kalusa yang mengandung gaya
menetralkan ketidaknyamanan itu, bahasa eufemisme Presiden Jokowi,
misalnya masalah kematian, pengangguran, sedangkan sumber data berupa pernyataan
dan kejahatan. (2002: 231). Selanjutnya resmi Presiden Jokowi periode 2014-2019.
eufemisme juga disebutkan memiliki Data eufemisme yang dianalisis berjumlah
beragam bentuk. 46 buah.
Menurut Allan dan Burridge Metode yang digunakan dalam
(1991:14), ada 16 cara membentuk penelitian ini adalah metode simak
eufemisme, terdiri atas (1) ekspresi figuratif (observasi). Metode simak adalah cara
(figurative expressions), (2) metafora pemerolehan data dengan menyimak
(methapor), (3) flipansi (flippancy), (4) penggunaan bahasa (Sudaryanto,
memodelkan kembali (remodeling), (5) 2015:207). Data yang dikumpulkan adalah
sirkumlokusi (cirkumlocutions), (6) kliping data yang berasal dari hyper text markup
(clipping), (7) akronim (acronym), (8) language (html) pemberitaan dan informasi
singkatan (abbreviations), (9) pelesapan tentang pernyataan resmi pemerintahan
(omission), (10) satu kata untuk Jokowi yang tersaji di media dan situs resmi
menggantikan satu kata yang lain (one for negara. Adapun teknik yang digunakan
one substution), (11) umum ke khusus adalah (1) mengunduh, diartikan sebagai
(general for specific), (12) sebagian untuk langkah pengamatan awal untuk memindai
keseluruhan (part for whole eupheisms), data-data pernyataan resmi pemerintahan
(13) hiperbola (hyperbole), (14) makna di Jokowi yang mengandung penggunaan
luar pernyataan (understatement), (15) gaya Bahasa eufemisme, (2) catat, diartikan
jargon, dan (16) kolokial (colloquial). sebagai upaya pendokumentasian data-data
Adapun fungsi eufemisme menurut Wijaya kebahasaan dengan cara mencatat teks gaya
dan Rohmadi (2011:86-86) meliputi (1) bahasa eufemisme.
sebagai alat untuk menghaluskan ucapan.
(2) sebagai alat untuk merahasiakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuatu. (3) sebagai alat untuk Data penggunaan gaya Bahasa
berdiplomasi. (4) sebagai alat pendidikan, eufemisme pada pernyataan resmi Presiden
(5) sebagai penolak bahaya. Jokowi periode 2014-2019, diambil dari
website resmi negara www.setkab.go.id
dan dikumpulkan dalam bentuk transkrip
METODE pidato, pengantar rapat, sambutan
Jenis penelitian yang digunakan kunjungan kerja, dan pernyataan pers.
adalah penelitian bahasa bersifat deskriptif Pembentukan Gaya Bahasa Eufemisme
kualitatif. Menurut Nida (dalam Astuti, Presiden Jokowi Periode 2014-2019
2016:38), analisis deskriptif hendaknya a. Ekspresi Figuratif
189 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294
Ekspresi figuratif adalah suatu bentuk Flipansi adalah bentuk penghalusan kata
menghaluskan kata dengan cara yang maknanya berada di luar
melambangkannya atau mengiaskannya pernyataan itu.
dengan sesuatu yang lain. (3) Beberapa pos kementerian
(1) Tanpa itu, nanti pemain luar yang dengan memasukkan energi baru.
justru akan dominan dan masuk, (setkab.go.id., 27 Juli 2016)
dan kitanya akan jadi, jadi (4) Oleh sebab itu saya mengajak
penonton. (setkab.go.id., 30 Bapak, Ibu, Saudara-saudara
Desember 2014) sekalian untuk mendingingkan
(2) Kemandirian industri pertahanan suasana, terutama di media sosial
bisa dicapai dengan beberapa ini. (setkab.go.id., 13 Juli 2016)
pendekatan yang bisa kita lakukan
secara simultan. (setgab.go.id., 30 Bentuk pengahalusan pada kutipan
Desember 2014) data (3) di atas adalah penggunaan frasa
pakai lagu lama yang merupakan
Pada tuturan (1) di atas terdapat salah penghalusan dalam bentuk flipansi, yakni
satu ungkapan yang disampaikan oleh makna sebenarnya di luar kata itu sendiri.
Presiden Jokowi yaitu pemain luar, yang Lagu lama yang dimaksud di sini bukan
merupakan penghalusan dalam bentuk lagu berupa nyanyian, namun penggunaan
ekpresi figuratif karena mengiaskan istilah frasa pakai lagu lama untuk menghaluskan
pemain luar untuk memaksudkan para makna bahwa dirinya menginginkan agar
pengusaha asing atau pengusaha yang orang-orang yang terlibat dalam
berasal dari luar negeri. pemerintahannya menggunakan cara baru
Tersirat makna bahwa jika pengusaha dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
dalam negeri tidak siap bersaing dalam Sebagai seorang kepala negara yang
mengelola sumber daya alam maka punya pengalaman sebagai kapala daerah,
pengelolaan itu akan diambil alih dan Presiden Jokowi ingin menunjukkan bahwa
didominasi oleh pengusaha asing, sehingga cara-cara lama yang selama ini digunakan
hal tersebut akan membuat kita hanya akan oleh kepala daerah sudah usang sehingga
menjadi penoton di rumah sendiri. perlu menggunakan cara yang baru agar
Dalam petikan kalimat pada data (2), lebih inovatif dan tidak begitu-begitu saja.
terdapat bentuk penghalusan melalui Penghalusan pada petikan data (4)
penggunaan kata simultan untuk diungkapkan Presiden Jokowi dengan frasa
menawarkan beberapa pendekatan yang energi baru, ini juga merupakan bentuk
dapat dilakukan secara bersamaan dalam flipansi karena yang ingin diungkapkan
membangun kemandirian industri sebenarnya adalah ia akan menggunakan
pertahanan. orang baru untuk mengisi pos Menteri yang
Menurut Kamus besar Bahasa akan dilakukan pergantian. Frasa ini
Indonesia (KBBI) arti kata simultan adalah digunakan untuk menegaskan bahwa yang
pemberlakuan pada waktu yang bersamaan dia lakukan bukan reposisi pos Menteri,
atau seretak. Presiden Jokowi melainkan pergantian dengan memasukkan
menggunakan pilihan kata tersebut untuk orang baru di luar dari Menteri yang telah
menunjukkan keinginan dan keseriusaanya menjabat sebelumnya.
dalam memajukan kemandirian industri c. Sirkomlokusi
pertahanan. Sirkumlokusi adalah bentuk
b. Flipansi penghalusan dengan cara
menggunakan kata yang lebih panjang
dan bersifat tidak langsung.
190 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294
atas tidak ada pengerjaan, tapi hanya di pulau Jawa. Oleh karena itu, opini
yang bekerja di dalam tanah tersebut dimanfaatkan olehnya untuk
terus tidak berhenti. menyatakan sebaliknya agar terkesan
(setkab.go.id., 21 September berbeda.
2015) c. Eufemisme untuk menyindir atau kritik
Gaya Bahasa eufemisme pada data halus
(9) adalah pengahalusan kata yang Penggunaan gaya bahasa
maknanya berada di luar pernyataan itu. eufemisme dapat dilakukan dengan
Presiden Jokowi tampak menggunakan mengkritik halus atau menyindir seseorang
frasa keputusan politik yang dapat dimaknai atau pihak-pihak tertentu, yaitu dengan cara
secara tidak langsung bahwa keputusan tidak langsung, dengan bahasa-bahasa
yang ia keluarkan bukanlah keputusannya simbol yang membuat orang lain tidak
secara sepihak, melainkan keputusan yang diserang. Menyindir dengan halus termasuk
dilakukan secara politik dengan melibatkan lazim dilakukan oleh Presiden Jokowi, hal
sejumlah pihak. Penggunaan frasa itu disebabakan latar belakang budaya
keputusan politik ini merupakan bentuk dirinya sebagai orang Jawa solo yang
penggunaan kata-kata yang melindungi diri dikenal lembut dan halus dalam bertutur.
untuk tidak menyebutkan keputusan (11) Kalau kita pakai lagu lama, bulan
presiden yang mempersonifikasikan Juli atau September baru panas,
dirinya. enam bulan tidak ada peredaran
b. Eufemisme untuk pencitraan uang…. (setkab.go.id., 21
Gaya bahasa eufemisme dapat Oktober 2015)
digunakan oleh seorang penguasa Eufemisme kritik atau sindiran pada
sebagai strategi membangun citra yang data (3) terlihat pada penggunaan klausa
baik di mata rakyat yang dipimpinnya. kalau kita pakai lagu lama. Makna lagu
Pencitraan melalui penggunaan gaya lama di sini bukan berupa nyanyian lagu,
bahasa bahkan merupakan hal yang namun merupakan sindiran tentang cara
lazim dipraktikkan seorang pemimpin, pengelolaan negara selama ini atau sebelum
untuk tujuan disukai dan dipercaya era pemerintahannya yang ia anggap usang
kemampuan memimpinnya. dan tidak inovatif. Cara-cara tersebut bagi
(10) Terus pembangunan tidak Jawa Jokowi yang menyebabkan pertumbuhan
sentris, harus keluar Jawa. ekonomi negara tidak pernah terpacu.
(setkab.go.id., 21 Oktober 2015) d. Eufemisme untuk menghindari
Pernyataan Presiden Jokowi tentang kepanikan
pembangunan tidak jawa sentris Eufemisme dapat digunakan sebagai
sebagaimana dalam kutipan data (10) strategi penguasa untuk menghindari
merupakan pernyataan yang menunjukkan rasa takut dan panik di masyarakat.
pencitraan karena kenyataannya sebelum Dalam konteks ini, rentetan aksi
era pemerintahan dirinya pembangunan demonstrasi berjilid-jilid pada akhir
juga telah banyak dilakukan di luar pulau tahun 2016 hingga awal tahun 2017
Jawa, baik itu di Pulau Sumatera, Sulawesi, adalah hal yang banyak
Kalimantan, hingga Papua. melatarbelakangi.
Pernyataan Presiden Jokowi tentang (12) Banyak orang yang
pembangunan tidak jawa sentris ini juga menyampaikan sekarang ini
dilatari konteks politik. Selama ini opini Jakarta panas. Sebetulnya tidak
publik menilai bahwa setiap Presiden yang panas, hanya hangat.
memimpin Indonesia selalu memiliki (setkab.go.id., 24 November 2016)
kecenderungan memusatkan pembangunan
192 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294