Anda di halaman 1dari 8

186 | JURNAL ILMU BUDAYA

Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

PENGGUNAAN GAYA BAHASA EUFEMISME PADA PERNYATAAN


RESMI PRESIDEN JOKOWI PERIODE 2014-2019

Kasri Riswadi1, Muhammad Darwis2, A.B. Takko Bandung3


1,2,3
Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
kasri.riswadi@gmail.com1
hamdarwis@gmail.com2
takkobandung@gmail.com3

Abstract
This research is based on the use of the euphemism style by President Jokowi as head of state. The
purpose of this study is (1) to describe the establishment of the euphemism language style used in
President Jokowi's official statement for the period 2014-2019 and (2) to explain the reasons for the use
of euphemism style in President Jokowi's official statement. The type of research used is qualitative
descriptive language research. The source of the research data is words, phrases, and clauses containing
the use of euphemisms in President Jokowi's official statement for the period 2014-2019. The results
showed that President Jokowi used a style of euphemism in his official statement in the period 2014-
2019. The formation of euphemism style is carried out in the form of figurative expression, flippancy,
circumlocution, and hyperbole. The reason for President Jokowi's use of euphemisms is for the function
of protecting oneself, presenting imagery, insinuating or subtly criticizing, avoiding panic, and the
desire to retain power.
Keywords: Style, Euphemism, Official Statement, President Jokowi

PENDAHULUAN Pendapat lain dikemukakan oleh Agni


Saat menyampaikan sesuatu, (2009, 110) yang menyatakan bahwa
seseorang selalu berupaya agar apa yang eufemisme adalah pengungkapan kata-kata
disampaikan dapat diterima dengan baik yang dipandang tabu atau dirasa kasar
oleh pendengarnya. Penggunaan gaya dengan kata-kata lain yang dianggap halus
Bahasa eufemisme adalah salah satu cara atau lebih pantas. Eufemisme digunakan
yang lazim digunakan. Eufemisme untuk menggantikan ungkapan yang kasar
dipandang berperan penting dalam menjaga dan merugikan dengan ungkapan yang
keharmonisan hubungan dan interaksi lebih halus.
sosial. Fungsi Gaya bahasa eufemisme Praktik komunikasi sehari-hari tak
untuk mengganti kata atau ungkapan yang pernah lepas dari eufemisme, ia banyak
bermakna kasar dengan kata atau ungkapan digunakan dengan pelbagai tujuan
yang lebih halus. Seseorang menggunakan berdasarkan latar belakang
eufemisme agar bisa menyampaikan pesan kepentingannya, misalnya, penggunaan
dengan lebih beretika, sopan, dan santun. eufemisme oleh penguasa atau pemimpin
Eufemisme sebagai gaya Bahasa negara. Era pemerintahan Orde Baru
adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan misalnya, eufemisme sering digunakan oleh
yang tidak menyinggung perasaan orang pemerintah, bahkan penggunaannya
atau angkapan-ungkapan yang halus untuk tampak berlebihan. Hal itu tidak bisa
menggantikan acuan-acuan yang dirasakan dilepaskan dari tujuan politik yang
menghina, menyinggung perasaan atau diinginkan oleh rezim orde Baru di bawah
menyugestikan sesuatu yang tidak kepemimpinan Soeharto agar tidak
menyenangkan (Keraf 2004, 132). menimbulkan gejolak di masyarakat.
187 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Ungkapan diamankan digunakan untuk penggunaan gaya Bahasa eufemisme dalam


menghaluskan kata ditangkap. Contoh pernyataan resmi Presiden Jokowi.
eufemisme ini sangat populer dipakai pada
masa itu. KAJIAN TEORITIS
Eufemisme menjadi suatu strategi 1. Stilistika
untuk mengganti sebuah kata atau Kridalaksana (2008: 157), dalam
ungkapan yang ada ke makna yang lebih Kamus Linguistik, memberikan batasan
halus. Penggantian tersebut dapat stilistika. Menurutnya, stilistika adalah (1)
mengaburkan makna yang ingin ilmu yang menyelidiki bahasa yang
disampaikan seseorang. Eufemisme dipergunakan dalam karya sastra; ilmu
akhirnya menjadi suatu hal yang melekat interdisipliner antara linguistik dan
terhadap penguasa atau pemimpin negara kesusastraan (2) penerapan lingustik pada
untuk tujuan tersebut. Terlebih lagi penelitian gaya bahasa. Musthafa (2008:
pemerintahan dengan stabilitas politik dan 51) berpendapat bahwa stilistika adalah
ekonomi sebagai paradigma kekuasaan, gaya bahasa yang digunakan seseorang
fenomena kebahasaan yang menggunakan dalam mengekspresikan gagasan lewat
eufemisme menjadi sangat potensial. tulisan. Pengertian stilistika yang cukup
Pernyataan resmi Presiden Jokowi komprehensif dan representatif seperti
yang dimaksudkan dalam penelitian ini dikemukakan oleh Tuloli (2000: 6),
adalah semua pernyataan yang disampaikan stilistika atau ilmu gaya bahasa pada
pada periode pertama kepemimpinannya, umumnya membicarakan pemakaian
yaitu periode 2014-2019. Pernyataan bahasa yang khas atau istimewa, yang
Presiden Jokowi banyak tersebar di media merupakan ciri khas seorang penulis, aliran
umum seperti surat kabar, televisi, dan sastra, atau penyimpangan dari bahasa
media daring, akan tetapi dalam penelitian sehari-hari atau dari bahasa yang normal
ini terbatas hanya menggunakan media atau baku, dan sebagainya.
resmi negara sebagai sumber data untuk 2. Gaya Bahasa
memastikan keakuratan data. Menurut Keraf (2006: 113)
Penggunaan gaya bahasa pengertian gaya atau khususnya gaya
eufemisme Presiden Jokowi menarik untuk bahasa dikenal dalam retorika dengan
ditelaah karena latar belakang kefigurannya istilah style. Kata style berasal dari kata
sebagai kepala pemerintahan yang berasal Latin stilus yang berarti semacam alat
dari kalangan sipil. Jokowi juga dinilai untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya
memiliki banyak keunikan dalam bahasa adalah cara pengungkapan pikiran
menjalankan kepemimpinan, seperti melalui bahasa secara khas yang
berbaur langsung ke masyarakat, blusukan, memperlihatkan jiwa kepribadian penulis
membagikan sepeda, termasuk keunikan atau pemakai bahasa. Aminuddin (1995: 4)
dalam menggunakan gaya bahasa saat memberi penjelasan bahwa gaya bahasa
menyampaikan sikap dan pernyataan resmi. atau style merupakan teknik serta bentuk
Gaya bahasa eufemisme pada pernyataan gaya bahasa seseorang dalam memaparkan
resmi Presiden Jokowi menarik untuk gagasan sesuai dengan ide dan norma yang
diteliti guna mengungkap karakteristik digunakan sebagaimana ciri pribadi
pemerintahannya. pemakainya. Adapun Kridalaksana (2008:
Adapun tujuan dalam penelitian ini, 63) memberikan pengertian gaya bahasa
yakni (1) Mendeskripsikan pembentukan atau style adalah (1) pemanfaatan atas
gaya bahasa eufemisme yang digunakan kekayaan bahasa oleh seseorang dalam
dalam pernyataan resmi Presiden Jokowi bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam
periode 2014-2019. (2) Menjelaskan alasan tertentu untuk memperoleh efek-efek
188 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa memiliki empat dasar, yaitu: pertama,
sekelompok penulis sastra. analisis deskriptif harus berlandaskan apa
3. Eufemisme yang dituturkan. Kedua, mengkaji bentuk
Keraf (2005:132) menyatakan adalah hal yang utama, fungsi adalah
bahwa eufemisme digunakan untuk bagian kedua. Ketiga, bahasa dapat
menggantikan kata-kata yang dirasa dijelaskan berdasarkan prinsipnya masing-
menyinggung perasaan atau menyugestikan masing dan dapat mengacu pada referensi
sesuatu yang tidak menyenangkan. yang lain. Keempat, bahasa yang bersifat
Sementara itu, Wardhaugh menyebutkan dinamis, artinya bahasa selalu mengalami
bahwa kata-kata dan ungkapan eufemisme proses perubahan.
memungkinkan kita berbicara tentang hal- Data penelitian ini berupa kata,
hal yang tidak menyenangkan dan frasa, dan kalusa yang mengandung gaya
menetralkan ketidaknyamanan itu, bahasa eufemisme Presiden Jokowi,
misalnya masalah kematian, pengangguran, sedangkan sumber data berupa pernyataan
dan kejahatan. (2002: 231). Selanjutnya resmi Presiden Jokowi periode 2014-2019.
eufemisme juga disebutkan memiliki Data eufemisme yang dianalisis berjumlah
beragam bentuk. 46 buah.
Menurut Allan dan Burridge Metode yang digunakan dalam
(1991:14), ada 16 cara membentuk penelitian ini adalah metode simak
eufemisme, terdiri atas (1) ekspresi figuratif (observasi). Metode simak adalah cara
(figurative expressions), (2) metafora pemerolehan data dengan menyimak
(methapor), (3) flipansi (flippancy), (4) penggunaan bahasa (Sudaryanto,
memodelkan kembali (remodeling), (5) 2015:207). Data yang dikumpulkan adalah
sirkumlokusi (cirkumlocutions), (6) kliping data yang berasal dari hyper text markup
(clipping), (7) akronim (acronym), (8) language (html) pemberitaan dan informasi
singkatan (abbreviations), (9) pelesapan tentang pernyataan resmi pemerintahan
(omission), (10) satu kata untuk Jokowi yang tersaji di media dan situs resmi
menggantikan satu kata yang lain (one for negara. Adapun teknik yang digunakan
one substution), (11) umum ke khusus adalah (1) mengunduh, diartikan sebagai
(general for specific), (12) sebagian untuk langkah pengamatan awal untuk memindai
keseluruhan (part for whole eupheisms), data-data pernyataan resmi pemerintahan
(13) hiperbola (hyperbole), (14) makna di Jokowi yang mengandung penggunaan
luar pernyataan (understatement), (15) gaya Bahasa eufemisme, (2) catat, diartikan
jargon, dan (16) kolokial (colloquial). sebagai upaya pendokumentasian data-data
Adapun fungsi eufemisme menurut Wijaya kebahasaan dengan cara mencatat teks gaya
dan Rohmadi (2011:86-86) meliputi (1) bahasa eufemisme.
sebagai alat untuk menghaluskan ucapan.
(2) sebagai alat untuk merahasiakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuatu. (3) sebagai alat untuk Data penggunaan gaya Bahasa
berdiplomasi. (4) sebagai alat pendidikan, eufemisme pada pernyataan resmi Presiden
(5) sebagai penolak bahaya. Jokowi periode 2014-2019, diambil dari
website resmi negara www.setkab.go.id
dan dikumpulkan dalam bentuk transkrip
METODE pidato, pengantar rapat, sambutan
Jenis penelitian yang digunakan kunjungan kerja, dan pernyataan pers.
adalah penelitian bahasa bersifat deskriptif Pembentukan Gaya Bahasa Eufemisme
kualitatif. Menurut Nida (dalam Astuti, Presiden Jokowi Periode 2014-2019
2016:38), analisis deskriptif hendaknya a. Ekspresi Figuratif
189 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Ekspresi figuratif adalah suatu bentuk Flipansi adalah bentuk penghalusan kata
menghaluskan kata dengan cara yang maknanya berada di luar
melambangkannya atau mengiaskannya pernyataan itu.
dengan sesuatu yang lain. (3) Beberapa pos kementerian
(1) Tanpa itu, nanti pemain luar yang dengan memasukkan energi baru.
justru akan dominan dan masuk, (setkab.go.id., 27 Juli 2016)
dan kitanya akan jadi, jadi (4) Oleh sebab itu saya mengajak
penonton. (setkab.go.id., 30 Bapak, Ibu, Saudara-saudara
Desember 2014) sekalian untuk mendingingkan
(2) Kemandirian industri pertahanan suasana, terutama di media sosial
bisa dicapai dengan beberapa ini. (setkab.go.id., 13 Juli 2016)
pendekatan yang bisa kita lakukan
secara simultan. (setgab.go.id., 30 Bentuk pengahalusan pada kutipan
Desember 2014) data (3) di atas adalah penggunaan frasa
pakai lagu lama yang merupakan
Pada tuturan (1) di atas terdapat salah penghalusan dalam bentuk flipansi, yakni
satu ungkapan yang disampaikan oleh makna sebenarnya di luar kata itu sendiri.
Presiden Jokowi yaitu pemain luar, yang Lagu lama yang dimaksud di sini bukan
merupakan penghalusan dalam bentuk lagu berupa nyanyian, namun penggunaan
ekpresi figuratif karena mengiaskan istilah frasa pakai lagu lama untuk menghaluskan
pemain luar untuk memaksudkan para makna bahwa dirinya menginginkan agar
pengusaha asing atau pengusaha yang orang-orang yang terlibat dalam
berasal dari luar negeri. pemerintahannya menggunakan cara baru
Tersirat makna bahwa jika pengusaha dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
dalam negeri tidak siap bersaing dalam Sebagai seorang kepala negara yang
mengelola sumber daya alam maka punya pengalaman sebagai kapala daerah,
pengelolaan itu akan diambil alih dan Presiden Jokowi ingin menunjukkan bahwa
didominasi oleh pengusaha asing, sehingga cara-cara lama yang selama ini digunakan
hal tersebut akan membuat kita hanya akan oleh kepala daerah sudah usang sehingga
menjadi penoton di rumah sendiri. perlu menggunakan cara yang baru agar
Dalam petikan kalimat pada data (2), lebih inovatif dan tidak begitu-begitu saja.
terdapat bentuk penghalusan melalui Penghalusan pada petikan data (4)
penggunaan kata simultan untuk diungkapkan Presiden Jokowi dengan frasa
menawarkan beberapa pendekatan yang energi baru, ini juga merupakan bentuk
dapat dilakukan secara bersamaan dalam flipansi karena yang ingin diungkapkan
membangun kemandirian industri sebenarnya adalah ia akan menggunakan
pertahanan. orang baru untuk mengisi pos Menteri yang
Menurut Kamus besar Bahasa akan dilakukan pergantian. Frasa ini
Indonesia (KBBI) arti kata simultan adalah digunakan untuk menegaskan bahwa yang
pemberlakuan pada waktu yang bersamaan dia lakukan bukan reposisi pos Menteri,
atau seretak. Presiden Jokowi melainkan pergantian dengan memasukkan
menggunakan pilihan kata tersebut untuk orang baru di luar dari Menteri yang telah
menunjukkan keinginan dan keseriusaanya menjabat sebelumnya.
dalam memajukan kemandirian industri c. Sirkomlokusi
pertahanan. Sirkumlokusi adalah bentuk
b. Flipansi penghalusan dengan cara
menggunakan kata yang lebih panjang
dan bersifat tidak langsung.
190 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

(5) Kemudian, agar industri untuk tanah air, untuk tumpah


pertahanan bisa lebih efisien, darah Indonesia kita tercinta,
maka kita harus dan untuk selalu ingat
mengembangkan teknologi memperjuangkan
ganda sipil-militer, kesejahteraan,, (setkab.go.id.,
(setkab.go.id., 30 Desember 22 Oktober 2015)
2014) Kutipan data (7) adalah bentuk gaya
(6) Penembakan oleh Kelompok Bahasa eufemisme yang hiperbola. Dalam
Kriminal Bersenjata di Papua data ini, Presiden Jokowi menggunakan
yang telah mengakibatkan frasa mewakafkan hidupnya, yang terkesan
gugurnya para pekerja yang melebih-lebihkan karena ia dapat saja
tengah bertugas membangun menggunakan frasa mengabdikan diri.
jalan Trans Papua. Dalam kesempatan tersebut, Presiden
(setkab.go.id., 5 Desember 2018) Jokowi menggunakan frasa mewakafkan
hidupnya untuk membuat kesan islami
Bentuk gaya eufemisme (5) karena berbicara mengenai pengabdian
penggunaan kata-kata yang lebih Panjang para santri bagi bangsa dan negara.
dan bersifat tidak langsung tampak pada Bentuk gaya Bahasa eufemisme
ungkapan teknologi ganda sipil-militer, yang hiperbola juga tampak pada data (8)
yang maknanya secara tidak langsung ini, Presiden Jokowi menggunakan frasa
adalah penggunaan teknologi yang dapat untuk tumpah darah Indonesia, yang
digunakan secara bersama, tidak hanya terkesan melebih-lebihkan karena ia dapat
oleh kalangan militer, tetapi juga dapat saja menggunakan frasa pengorbanan jiwa
dimanfaatkan oleh kalangan sipil. dan raga. Dalam kesempatan tersebut,
Bentuk gaya eufemisme pada data Presiden Jokowi menggunakan frasa
(6) Presiden Jokowi menggunakan tumpah darah Indonesia sebagai bentuk
ungkapan Kelompok Kriminal Bersenjata pujian dan kesan penghargaanya yang besar
untuk melabeli kelompok pemberontak di kepada kaum santri yang telah berjuang dan
Papua. Penggunaan frasa Kelompok rela mengorbankan jiwa dan raganya bagi
Kriminal Bersenjata ini merupakan bentuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
sirkomlokusi karena menggunakan Alasan Penggunaan Gaya Eufemisme
beberapa kata, padahal jika dimaknai dari Presiden Jokowi Periode 2014-2019
bentuk kriminal yang dilakukan kelompok Alasan penggunaan gaya bahasa
tersebut ia dapat dilabeli sebagai kelompok eufemisme Presiden Jokowi periode 2014-
terorisme. 2019 berkaitan dengan latar belakang
Presiden Jokowi baik secara budaya,
d. Hiperbola politik, maupun sosial kultural.
Hiperbola adalah ungkapan yang a. Eufemisme untuk melindungi diri
melebih-lebihkan. Ekspresi eufemisme dapat digunakan
(7) Sejarah mencatat para santri sebagai strategi seorang kepala
telah mewakafkan hidupnya pemerintahan untuk melindungi diri dari
untuk mempertahankan sorotan yang berlebihan dari
kemerdekaan Indonesia…. masyarakat. Seperti saat mengeluarkan
(setkab.go.id., 22 Oktober kebijakan yang tidak populer ataupun
2015) kebijakan yang dapat mengundang pro
(8) Dengan mewarisi semangat ini dan kontra di masyarakat.
para santri selalu ingat untuk (9) Ini keputusan politik. Sekarang
selalu berjihad kepada bangsa, lalu lintas juga biasa-biasa saja, di
191 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

atas tidak ada pengerjaan, tapi hanya di pulau Jawa. Oleh karena itu, opini
yang bekerja di dalam tanah tersebut dimanfaatkan olehnya untuk
terus tidak berhenti. menyatakan sebaliknya agar terkesan
(setkab.go.id., 21 September berbeda.
2015) c. Eufemisme untuk menyindir atau kritik
Gaya Bahasa eufemisme pada data halus
(9) adalah pengahalusan kata yang Penggunaan gaya bahasa
maknanya berada di luar pernyataan itu. eufemisme dapat dilakukan dengan
Presiden Jokowi tampak menggunakan mengkritik halus atau menyindir seseorang
frasa keputusan politik yang dapat dimaknai atau pihak-pihak tertentu, yaitu dengan cara
secara tidak langsung bahwa keputusan tidak langsung, dengan bahasa-bahasa
yang ia keluarkan bukanlah keputusannya simbol yang membuat orang lain tidak
secara sepihak, melainkan keputusan yang diserang. Menyindir dengan halus termasuk
dilakukan secara politik dengan melibatkan lazim dilakukan oleh Presiden Jokowi, hal
sejumlah pihak. Penggunaan frasa itu disebabakan latar belakang budaya
keputusan politik ini merupakan bentuk dirinya sebagai orang Jawa solo yang
penggunaan kata-kata yang melindungi diri dikenal lembut dan halus dalam bertutur.
untuk tidak menyebutkan keputusan (11) Kalau kita pakai lagu lama, bulan
presiden yang mempersonifikasikan Juli atau September baru panas,
dirinya. enam bulan tidak ada peredaran
b. Eufemisme untuk pencitraan uang…. (setkab.go.id., 21
Gaya bahasa eufemisme dapat Oktober 2015)
digunakan oleh seorang penguasa Eufemisme kritik atau sindiran pada
sebagai strategi membangun citra yang data (3) terlihat pada penggunaan klausa
baik di mata rakyat yang dipimpinnya. kalau kita pakai lagu lama. Makna lagu
Pencitraan melalui penggunaan gaya lama di sini bukan berupa nyanyian lagu,
bahasa bahkan merupakan hal yang namun merupakan sindiran tentang cara
lazim dipraktikkan seorang pemimpin, pengelolaan negara selama ini atau sebelum
untuk tujuan disukai dan dipercaya era pemerintahannya yang ia anggap usang
kemampuan memimpinnya. dan tidak inovatif. Cara-cara tersebut bagi
(10) Terus pembangunan tidak Jawa Jokowi yang menyebabkan pertumbuhan
sentris, harus keluar Jawa. ekonomi negara tidak pernah terpacu.
(setkab.go.id., 21 Oktober 2015) d. Eufemisme untuk menghindari
Pernyataan Presiden Jokowi tentang kepanikan
pembangunan tidak jawa sentris Eufemisme dapat digunakan sebagai
sebagaimana dalam kutipan data (10) strategi penguasa untuk menghindari
merupakan pernyataan yang menunjukkan rasa takut dan panik di masyarakat.
pencitraan karena kenyataannya sebelum Dalam konteks ini, rentetan aksi
era pemerintahan dirinya pembangunan demonstrasi berjilid-jilid pada akhir
juga telah banyak dilakukan di luar pulau tahun 2016 hingga awal tahun 2017
Jawa, baik itu di Pulau Sumatera, Sulawesi, adalah hal yang banyak
Kalimantan, hingga Papua. melatarbelakangi.
Pernyataan Presiden Jokowi tentang (12) Banyak orang yang
pembangunan tidak jawa sentris ini juga menyampaikan sekarang ini
dilatari konteks politik. Selama ini opini Jakarta panas. Sebetulnya tidak
publik menilai bahwa setiap Presiden yang panas, hanya hangat.
memimpin Indonesia selalu memiliki (setkab.go.id., 24 November 2016)
kecenderungan memusatkan pembangunan
192 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

Presiden Jokowi menggunakan ekspresi figuratif (figurative expressions)


ungkapan sebetulnya tidak panas, hanya yaitu menghaluskan kata dengan cara
hangat merupakan bentuk pengunaan kata- melambangkannya dengan sesuatu yang
kata yang mendamaikan daripada lain. Kedua, bentuk flipansi (flippancy)
penggunaan kata panas dan menegangkan. yaitu penghalusan kata yang maknanya
Konteks pernyataan ini adalah berada di luar pernyataan itu. Ketiga,
penggambarannya mengenai situasi kota bentuk sirkumlokusi (circumlocution) yaitu
Jakarta saat itu yang diwarnai sejumlah aksi penghalusan dengan cara menggunakan
demonstrasi yang berpotensi ricuh. kata yang lebih panjang dan bersifat tidak
e. Eufemisme untuk keinginan langsung. Keempat, bentuk hiperbola
mempertahankan kekuasaan (hyperbole) atau suatu ungkapan yang
Penggunaan eufemisme yang juga melebih-lebihkan.
penting adalah untuk menunjukkan Selanjutnya, alasan penggunaan
keinginan mempertahankan kekuasaan. gaya Bahasa eufemisme pada pernyataan
Dalam konteks politik, penggunaan kata resmi Presiden Jokowi diorientasikan
yang menunjukkan diri sebagai kepala berdasarkan fungsinya. Ada lima alasan
negara yang menyerukan agar untuk hal tersebut, yakni untuk melindungi
menghargai proses demokrasi tidaklah diri, menghadirkan pencitraan, menyindir
benar-benar menggambarkan keadaan atau kritik halus, menghindari kepanikan,
yang dimaksud. dan keinginan untuk mempertahankan
(13) Tetapi saya juga tidak kekuasaan.
memberikan toleransi kepada Berkaitan dengan hasil penelitian
siapa pun juga yang akan yang ditemukan, saran untuk peningkatan
mengganggu keamanan, yang dan pengembangan wawasan ilmu
akan mengganggu proses-proses kebahasaan berkaitan dengan gaya Bahasa
demokrasi, dan yang mengganggu yaitu, penelitian tentang gaya Bahasa
persatuan negara yang amat kita eufemisme ini dapat dilakukan dengan
cintai ini, terutama perusuh- menggunakan pendekatan analisis wacana
perusuh. (setkab.go.id., 22 Mei kritis (AWK). Selain itu, penelitian ini
2019) dapat juga dikembangkan lebih lanjut dan
Pernyataan yang akan mengganggu meluas ke ranah penelitian yang lain,
proses-proses demokrasi pada data (5) seperti gaya Bahasa sarkasme dan
merupakan bentuk eufemisme untuk vulgarisme, ataupun dengan objek yang
menyoroti aksi orang-orang yang tidak lebih luas yakni pengguna Bahasa bukan
terima hasil pemilihan presiden tahun 2019. hanya oleh kalangan pemerintah.
Kata-kata mengganggu proses demokrasi
dianggap lebih tepat digunakan dalam DAFTAR PUSTAKA
konteks politik Jokowi, tidak hanya sebagai
presiden yang bertanggungjawab terhadap Agni, Binar. (2009). Sastra Indonesia
keamanan negara, tetapi juga sebagai calon Lengkap: Pantun Puisi Majas
presiden yang berpotensi menang pada Peribahasa Kata Mutiara. Jakarta:
momentum pemilu tersebut. Hi-Fest Publising.
Aminuddin. (1995). Stilistika: Pengantar
SIMPULAN Memahami Bahasa dalam Karya
Proses pembentukan gaya Bahasa Sastra. Semarang: IKIP Semarang
eufemisme pada pernyataan resmi Presiden Press.
Jokowi periode 2014-2019 dilakukan Allan, K., & Burridge, K. (1991).
dalam empat bentuk. Pertama, bentuk Euphemisme anddyphemisme
193 | JURNAL ILMU BUDAYA
Volume 9, Nomor 2, Tahun 2021 E-ISSN: 2621-5101 P-ISSN:2354-7294

language used as shield and Sebagai Bahan Ajar Bahasa


weapon. New York: Oxford Indonesia. Surakarta: University
University Press. Research Colloqium.
Astuti, Amelia Yuli. (2016). Eufemisme Sudaryanto. (2015). Metode Aneka Teknik
Bahasa Pendukung Capres RI Analisis Data. Yogyakarta: Duta
Tahun 2014 Dalam Akun Facebook: Wacana University Press.
Kajian Sosioprgmatik. Tesis. Tuloli, Nani. (2000). Kajian Sastra.
Padang: Universitas Andalas. Gorontalo: Nurul Jannah.
C Ren, HAO Yu. (2013). Euphemism From Wardhaugh, Ronald. (2002). An
Sociolinguistics Perspective. Intoductions to Sociolinguistics.
Studies in Sociology of Science, 4, Massachusetts: Blackwell
(4), 45-48. Publishers Inc.
Chaer. Abdul. (2014). Lingusitik Umum. Wijana, I Dewa Putu & Muhammad
Jakarta: Rineka Cipta. Rohmadi. (2008). Semantik, Teori
Darwis, Muhammad dan Kamsinah. dan Analisis. Surakarta: Yuma
(2013). Penggunaan Eufemisme Pustaka.
Sebagai Strategi Kesantunan
Bertutur dalam bahasa Bugis:
Analisis Stilistika. Makalah.
Slangor: ATMA Universitas
Kebangsaan Malaysia.
Heriyanto, Ariel. (1996). Bahasa dan
Kuasa: Tatapan Posmodernisme‖
dalam Bahasa dan Kekuasaan
(Latif dan Ibrahim, ed.) Bandung:
Mizan.
Keraf, Gorys. (2004). Komposisi. Flores:
Nusa Indah.
Keraf, Gorys. (2005). Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus
Linguistik Edisi ke-4. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. (2012). Metode Penelitian
Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode,
Tekhniknya. Jakarta: Rajawali Pers.
Musthafa, Bachrudin. (2008). Teori dan
Praktik Sastra dalam Penelitian dan
Pengajaran. Bandung: UPI.
Sariah. (2017). Manipulasi Realitas
Melalui Eufemisme Bahasa dalam
Berita Politik Koran Tempo.
Metalingua, 15 (1), 87–102.
Setiawaty, Rany dan Wahyudi, Agus Budi.
(2018). Bentuk Dan Fungsi
Eufemisme Dalam Komentar Akun
Facebook Presiden Joko Widodo

Anda mungkin juga menyukai