Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR INFORMASI PADA KLAUSA BAHASA

MINANGKABAU
Sebuah telaah tipologi grammatical dan struktur informasi1

Jufrizal
FBSS Universitas Negeri Padang
Rusdi
FBSS Universitas Negeri Padang
Lely Refnita
(FKIP Universitas Bung Hatta, Padang)2
e-mail: juf_ely@yahoo.com

Abstract

There are three types of clause in Minangkabaunese based on the typological


analysis, namely: active, passive, and topicalization one. Accordingly, each
clause has special information structure which makes they are different in
communicating messages. This article tries to describe the types of clauses in
Minangkabaunese based on typological analysis and then the discussion is
continued in order to know the information structure in each clause. This article
is derived and developed based on the result of a fundamental research conducted
for the first year (2008) in West-Sumatra.

Key words/ phrases: information structure, grammatical typology, voice,


active, passives, topicalization

A. PENDAHULUAN kan adanya jenis-jenis klausa yang


Secara teoretis, klausa adalah unit berbeda dengan struktur informasi dan
bahasa terkecil yang mengemas infor- nilai kesantunan berbahasa yang berbeda
masi utuh dalam bahasa manusia. pula.
Struktur informasi klausa tidak hanya Kajian tentang jenis-jenis klausa
terkemas berdasarkan tataurutan kata dan struktur informasi serta nilai kesan-
beserta kaidahnya, tetapi juga berkenaan tunan berbahasa yang menyertainya
dengan fungsi komunikatif dan nilai mempunyai arti penting untuk mengung-
sosial-budaya bahasa yang bersangkutan. kapkan adanya keberhubungan antara
Oleh karena itu, klausa dengan struktur struktur bahasa dengan makna dan nilai
informasinya berkaitan dengan nilai sosial-budaya. Artikel ini men-coba
sosial-budaya bahasa yang bersangkut- untuk mengungkapkan dan menjelaskan
an; salah satunya adalah adanya nilai jenis-jenis klausa BM dan struktur
kesantunan yang berbeda dari jenis informasi yang dikemasnya. Sehubungan
klausa yang berbeda. Diduga bahwa dengan itu, pokok bahasan artikel ini
tipologi klausa suatu bahasa menyebab- adalah: “apa saja jenis klausa yang ada
1
Artikel ini adalah sebagian dari hasil Penelitian Fundamental yang berjudul ―Struktur Informasi dan Nilai
Kesantunan Berbahasa pada Klausa Bahasa Minangkabau: Telaah Tipologi Gramatikal dan Linguistik Kebudayaan‖
yang telah dilaksanakan untuk tahun pertama (2008).
2
Ketiga penulis ini adalah tim peneliti: Penelitian Fundamental ini. 58
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

dalam BM dan bagaimana struktur Satu bahasa disebut sebagai bahasa


informasi yang dikemasnya?” bertipologi akusatif apabila secara
gramatikal bahasa tersebut memper-
B. Tinjauan Ringkas Teori Terkait lakukan S (satu-satunya argumen pada
1. Tipologi Bahasa dan Diatesis klausa intransitif) sama dengan A
Penelaahan perihal klausa pada (argumen agen pada klausa transitif),
artikel ini didasarkan pada teori tipologi dan perlakuan yang berbeda diberikan
gramatikal yang berkaitan dengan pada P (argumen pasien pada klausa
tataran morfosintaksis. Oleh karena itu, transitif). Dengan demikian S = A, ≠ P.
kajian teori tentang tipologi bahasa dan Sementara itu, bahasa bertipologi aktif
diatesis pada bagian ini diarahkan pada adalah kelompok bahasa yang menun-
sifat-prilaku tipologis tataran morfo- jukkan adanya sekelompok S yang
sintaksis. Sebutan bahasa akusatif, berprilaku sama dengan P dan seke-
ergatif, atau bahasa aktif dikaitkan lompok S yang berprilaku sama dengan
dengan tipologi gramatikal dan sistem A dalam satu bahasa (Sa = A, Sp = P).
aliansi gramatikal pada tataran morfo- Para peneliti dan ahli tipologi telah
sintaksis. Dalam tipologi linguistik, berpendapat bahwa bahasa Inggris
sebutan gramatikal lazim dirujuk sebagai adalah contoh bahasa bertipologi
tataran morfosintaksis. Sehubungan akusatif, bahasa Kaetatungu adalah
dengan itu, pembahasan klausa dan contoh bahasa bertipologi ergatif, dan
diatesis dalam penelitian ini didasarkan bahasa Choctaw digolongkan ke dalam
pada data kebahasaan secara morfo- bahasa aktif (lihat lebih jauh Blake,
sintaksis dengan penekanan pada aspek 1988; Blake, 1990; Artawa, 2005).
sintaktisnya. Pentipologian bahasa secara
Satu bahasa dikatakan bertipologi gramatikal dalam tipologi linguistik
ergatif apabila argumen pasien (P) dari dapat dikaitkan dengan sistem aliansi
predikat klausa transitif diperlakukan gramatikal (grammatical alliance).
sama dengan satu-satunya argumen Aliansi gramatikal adalah sistem atau
predikat klausa intransitive (S), dan kecendrungan persekutuan gramatikal
perlakuan yang berbeda diberikan pada dalam atau antar klausa dalam satu
argumen agen (A) dari predikat klausa bahasa, apakah S = A, S = P, atau Sa =
transitif (S = P, ≠ A). ―Perlakuan sama‖ A dan Sp = P (lihat Dixon, 1994; Arka,
dalam hal ini dapat terjadi pada tataran 2000; Payne, 2002, Jufrizal, 2004a).
morfologis dan sintaktis. Apabila per- Menurut Dixon (1994), sistem aliansi
lakuan yang sama tersebut diperlihat-kan gramatikal yang dijadikan titik perhatian
secara morfologis, bahasa itu dikatakan untuk pentipologian bahasa-bahasa di
sebagai bahasa bertipologi ergatif secara dunia secara garis besar dibagi tiga,
morfologis. Jika perlakuan yang sama itu yakni: sistem akusatif, (S = A, ≠ P),
ditunjukkan dalam proses sintaktis, sistem ergatif (S = P, ≠ A), dan sistem S-
bahasa yang bersangkutan disebut terpilah (sistem aktif) (Sa = A, Sp = P).
sebagai bahasa bertipologi ergatif secara Pentipologian bahasa bukanlah penge-
sintaktis. Dalam hal ini, penting diingat lompokan yang bersifat mutlak,
bahwa tidak semua bahasa bertipologi melainkan sesuatu yang lebih sebagai
ergatif secara morfologis adalah juga kecendrungan. Tidaklah mengherankan
ergatif secara sintaktis (Comrie, 1989; bila ada bahasa yang sulit atau tidak bisa
Artawa, 2000; Artawa, 2005). dimasukkan ke dalam tipologi yang telah

59
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

ada secara gramatikal. Kenyataan seperti dasarnya berdiatesis ergatif dan turunan-
ini juga memungkinkan terjadinya nya adalah klausa yang berdiatesis
bahasa dengan tipologi campur atau antipasif. Dengan demikian, bahasa
netral. akusatif mengenal adanya konstruksi
Sekarang mari dilihat perihal klausa aktif-pasif, dan bahasa ergatif
diatesis dalam kaitannya dengan tipologi mengenal diatesis ergatif-antipasif. Ber-
bahasa. Lyons (1987:371—373) men- kenaan dengan pertentangan secara
jelaskan bahwa istilah diatesis (dari semantis tersebut, ada lagi sebutan lain
bahasa Yunani diathesis ‗keadaan‘, untuk jenis klausa yang perbuatan subjek
‗pengaturan‘, atau ‘fungsi‘) dan voice pelaku jatuh atau berpengaruh pada
(dari bahasa Latin vox ‗bunyi‘, ‗nada‘, dirinya sendiri. Diatesis seperti itu
‗suara‘) dipakai secara bergantian (= namanya diatesis medial. Perihal diatesis
sama) dalam linguistik yang merujuk ke medial tidak menjadi perhatian utama
perihal dikotomi ‗aktif-pasif‘ (dalam penelitian ini.
penelitian ini sebutan diatesis digunakan Menurut Dixon (1994), perubahan
untuk pengertian yang sama dengan cenderung terdapat pada bahasa-bahasa
voice). Menurut Shibatani (dalam yang tergolong dalam bahasa yang
Shibatani (ed.), 1988:3), diatesis di- mempunyai ―pemarkah sintaktis‖, diban-
pahami sebagai suatu mekanisme yang dingkan dengan bahasa yang menunjuk-
memilih unsur-unsur sintaktis utama – kan ―pemarkah semantis‖. Dikotomi
subjek—secara gramatikal dari fungsi ―aktif - pasif‖ telah cukup dimaklumi
semantis dasar (kasus atau peran sebagai diatesis pada bahasa akusatif,
tematis) klausa. Pada umumnya, bahasa- sementara dikotomi ―ergatif-antipasif‖
bahasa di dunia mempunyai strategi ditemukan pada bahasa ergatif.
diatesis dasar; biasanya yang dikenal Pengertian pasif dan ergatif sering mem-
adalah aktif-pasif. Pertentangan aktif- bingungkan karena keduanya mem-
pasif merupakan pertentangan semantic; punyai persamaan sekaligus perbedaan.
pada diatesis aktif subjek bertindak atas Dengan demikian, klausa berdiatesis
entitas lain, sementara pada diatesis pasif pasif (klausa turunan pada bahasa
subjek dipengaruhi atau tempat jatuhnya akusatif) sering bercampur pengertian-
perbuatan yang diungkapkan oleh verba. nya dengan klausa berdiatesis ergatif
Kridalaksana (1993:43) secara lebih (klausa dasar pada bahasa ergatif).
praktis menyebutkan bahwa diatesis Comrie (dalam Shibatani (ed.), 1988:9)
adalah kategori gramatikal yang me- menjelaskan perbandingan antara pasif
nunjukkan hubungan antara partisipan dan ergatif yang cukup rumit itu.
atau subjek dengan perbuatan yang Menurutnya: (a) pasif dan ergatif adalah
dinyatakan oleh verba pada klausa. struktur yang ―serupa‖, yaitu paling
Ahli dan peneliti tipologi linguistik tidak memberikan ciri kesubjekan pada
berkesimpulan bahwa pada bahasa terhadap pasien, bukan terhadap agen,
akusatif, misalnya bahasa Inggris, yang walaupun ciri kesubjekan pasien pada
dianggap sebagai klausa dasar adalah pasif lebih besar dari pada ergatif; (b)
konstruksi klausa berdiatesis aktif. pasif dan ergatif adalah struktur yang
Sementara itu, konstruksi klausa ber- berbeda dalam hal bahwa integrasi agen
diatesis pasif merupakan konstruksi struktur ergatif lebih kuat dari pada
turunannya. Pada bahasa ergatif, misal- integrasi agen struktur pasif; dan (c)
nya bahasa Dyrbal, konstruksi klausa pasif dan ergatif dalam hal pemarkahan;

60
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

struktur pasif adalah struktur bermarkah, ditandai dengan perpindahan P ke posisi


sedangkan struktur ergatif adalah struk- luar inti; dan (iv) perubahan struktur
tur yang tidak bermarkah. Secara lebih tersebut dimarkahi secara formatif. Di
praktis, Siewierska (1984) merumuskan samping dari sudut pandang sintaktis,
bahwa konstruksi pasif mempunyai ciri- Dixon (1994) juga menyatakan bahwa
ciri: (i) subjek klausa pasif adalah objek secara semantis konstruksi antipasif
langsung dari klausa aktif asalnya; (ii) terfokus pada fakta bahwa A dasar
subjek klausa aktif (asal) direalissikan mengambil bagian dalam aktivitas yang
sebagai frasa adjung dalam klausa pasif melibatkan objek.
(turunan) atau dilesapkan; dan (iii) Fenomena diatesis menjadi pokok
verbanya bermarkah (morfologis) pasif. kajian penting dalam tipologi linguistik,
Konstruksi ergatif pada bahasa khususnya pada bidang sintaksis dalam
ergatif dipertentangkan dengan kons- kaitannya dengan semantik. Tinjauan
truksi antipasif sebagai konstruksi sekilas tentang diatesis dan kaitannya
turunannya. Berdasarkan kekomplesitas- dengan klausa dasar dan turunan di atas
an formalnya, bentuk verba konstruksi menggambarkan bahwa pada bahasa
ergatif lebih sederhana secara morfologis akusatif ada dua jenis klausa, yaitu
apabila dibandingkan dengan antipasif. klausa aktif dan klausa pasif. Sementara
Jika dilihat tingkat keproduktifannya, itu, klausa ergatif dan klausa antipasif
bentuk ergatif lebih produktif dari pada ada pada bahasa ergatif. Dikotomi
bentuk antipasif dalam hal bahwa tidak seperti ini cukup mudah secara teoretis.
semua verba ergatif dapat diubah Akan tetapi, apabila telah dihadapakan
menjadi bentuk antipasif. Jika konstruksi pada data bahasa dengan beragam sifat-
ergative ada ―kemiripan‖ dengan kons- perilaku gramatikalnya, pendikotomian
truksi pasif, maka konstruksi anti-pasif tersebut dapat menjadi begitu rumit.
sering pula ―dimiripkan‖ dengan kons- Dalam hal ini dibutuhkan pengujian
truksi aktif. Namun demikian, keduanya tipologi gramatikal terhadap kumpulan
dapat lebih mudah dibedakan, baik data yang ada melalui pencermatan
secara gramatikal maupun semantis. secara sungguh-sungguh. Penelitian ini
Istilah antipasif mula-mula diper- berupaya untuk mempelajari dan men-
kenalkan oleh Silverstein untuk me- gelompokkan sifat-perilaku gramatikal
namai konstruksi intransitif turunan yang klausa BM sehingga ditemukan apa saja
terdapat pada bahasa ergatif (lihat jenis-jenis klausa bahasa daerah tersebut
Artawa, 2005:15). Silverstein memper- secara tipologis dan diatesis.
lakukan antipasif sebagai analog untuk
konstruksi pasif. Pada konstruksi pasif, 2. Struktur Informasi: Pengertian
agen verba transitif diungkapkan sebagai Dasar dan Pengelompokannya
adjung dan dapat dilesapkan. Pada Bahasa adalah sarana cerdas yang
konstruksi antipasif, pasien konstruksi paling lentur dan paling berdaya-guna
transitif, bukan agen, yang dapat yang dimiliki dan dikembangkan oleh
dilesapkan dari klausa. Dixon (1994) manusia. Di antara fungsi bahasa yang
mendefinisikan turunan antipasif sebagai begitu jelas dan mendasar adalah ke-
mekanisme sintaksis yang memiliki ciri- mampuannya untuk menggambarkan
ciri: (i) membentuk klausa intransitif ―perihal‖ dunia, termasuk menggambar-
turunan; (ii) argumen A konstruksi dasar kan dirinya sendiri (lihat Duranti,
bergeser ke posisi S gramatikal; (iii) 1997:7). Kelenturan dan keberdayaan

61
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

bahasa sebagai alat komunikasi telah dan benar apa yang dikomunikasikan oleh
terus memungkinkan umat manusia kalimat itu. Apabila itu tidak terjadi
untuk berkembang secara sosial-budaya maka akan terjadi kegagalan komuni-
dan mencapai kesejahteraan hidup kasi. Untuk menghindari kesalahpaham-
mereka. Bahasa adalah sistem tanda an, penutur mesti mencipta dan me-
yang begitu rumit, terikat kaidah, dan rangkai kalimat secara gramatikal agar
terpakai oleh masyarakat penuturnya dapat ditafsirkan oleh pendengar sesuai
sebagai alat komunikasi. Foley (1997: dengan yang dimaksud penutur. Aspek
27) berpendapat bahwa bahasa adalah yang paling penting dalam merangkai
sistem tanda dan kaidah-kaidah peng- tersebut adalah penyebaran (distribusi)
gabungannya. Dia menambahkan bahwa informasi dalam kalimat itu. Distribusi
semua tanda-tanda linguistik, pelambang informasi dalam kalimat itulah yang
-pelambang tersebut, indeks atau symbol secara umum disebut struktur informasi
-simbolnya, mempunyai struktur ganda, (information structure).
yaitu struktur bentuk dan struktur Berdasarkan kajian gramatikal dan
makna. semantis, kalimat merupakan konstruksi
Keberhubungan antara dua lapis pembawa makana utama dalam bahasa.
struktur bahasa, struktur bentuk dan Kemasan satuan makna gramatikal yang
struktur makna, begitu tertata dan lazim, dibawa oleh kalimat merupakan kemas-
meskipun derajat kepastian hubungan an ujaran bermakna lengkap yang di-
keduanya bukan bersifat ―pasti‖. Yang tandai oleh satuan utuh intonasi argu-
jelas adalah bahwa struktur bahasa ment inti. Gundel (1988: 13) meng-
bukan bersifat semena-mena. Menurut ungkapkan bahwa prinsip dasar tata-
Foley (1997: 29), aturan - aturan peng- bahasa sejak zaman Plato dan Aristoteles
gabungan unsur-unsur bahasa yang men- adalah bahwa kalimat dibagi menjadi
jadi kaidah - kaidah tanda tersebut tertata dua bagian utama, yakni subjek dan
sedemikian rupa untuk membentuk tata- predikat. Meskipun secara leksikal kata
bahasa bahasa yang bersangkutan. juga membawa makna, namun kemasan
Secara lebih khusus, tata-bahasa dirujuk makna bahasa yang dibawa oleh kalimat
sebagai tatakata dan tata-kalimat, yakni merupakan makna satuan kebahasaan
tataran morfosintaksis. Kebanyakan yang mendasari pengembangan makna
bahasa, terutama bahasa-bahasa agluti- yang lebih luas. Dengan demikian,
natif dan polisintetis, menggunakan struktur informasi secara gramatikal ada
morfologi dan sintaksis secara ber- pada kalimat. Lambrecht (1996:5)
samaan, walaupun derajat kepentingan menjelaskan bahwa struktur informasi
salah satu atau keduanya dapat beragam adalah komponen tatabahasa kalimat
dan berbeda secara lintas bahasa. yang di dalamnya proposisi sebagai
Van Valin, Jr. dan LaPolla (2002: perwujudan konseptual dari keadaan
199) memberi gambaran yang cukup dipsangkan dengan struktur leksiko-
menarik tentang kalimat sebagai gramatikal dalam kaitannya dengan
pembawa makna lengkap. Menurut keadaan mental pelibat bicara yang
mereka, apabila sebuah kalimat diujar- menggunakan dan menafsirkan struktur-
kan atau ditulis, maka kalimat tersebut struktur tersebut sebagai unit informasi
melakukan fungsi komunikatif dalam dalam konteks wacana tertentu.
konteks tertentu. Si pendengar atau Apabila dikaitkan dengan kalimat,
lawan bicara harus menafsirkan dengan struktur informasi kalimat adalah ung-

62
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

kapan formal (ungkapan yang ber- pasangan-psangan kalimat yang setara,


bentuk) dan penstrukturan pragmatis tetapi secara formal dan pragmatis ber-
suatu proposisi dalam sebuah wacana beda, seperti kalimat aktif–pasif, kalimat
(Lambrecht, 1996: 6). Lebih jauh kanonis – pentopikalan, kalimat kanonis
Lambrecht menjelaskan bahwa proposisi - terbelah atau pelepasan, kalimat
yang mempunyai penstrukturan prag- penekanan subjek – penekanan predikat,
matis pemengalam akan disebut pro- dan sebagainya. Pasangan - pasangan
posisi terstruktur secara pragmatis. kalimat yang demikian (memakai istilah
Kategori struktur informasi yang paling Dane, 1966) disebut pasangan kalimat
penting adalah: (i) praanggapan dan setara (allosentences). Perbedaan struk-
penegasan (assertion), yang berkenaan tur informasi kalimat-kalimat tersebut
dengan penstrukturan proposisi ke dalam selalu dipahami dalam pengertian per-
bagian-bagian yang dalam bagian ter- bedan antara kalimat-kalimat tersebut,
sebut seorang penutur menduga orang misalnya terhadap latar belakang ke-
yang diajak bicara telah mengetahui atau beradaan, tetapi pilihan gramatikalnya
tidak mengetahui lagi; (ii) keteridenti- tidak terpakai untuk mengungkapkan
fikasian dan penggiatan yang berkenaan proposisi tertentu.
dengan dugaan penutur tentang keadaan Menurut van Valin, Jr., dan
perwujudan mental rujukan wacana Lapolla (2002: 199), kajian struktur
dalam pikiran lawan bicara pada saat informasi sebenarnya kembali pada kerja
terjadi ujaran; dan (iii) topik dan fokus, ahli bahasa Mathesius pada tahun 1920-
yang berkenaan dengan nilai perkiraan an. Pada masa linguistik modern, kajian
dari keterperkiraan atau ketidakperkiraan struktur informasi yang terkenal
relatif dari hubungan antara proposisi dilakukan oleh Kuno (1972,1975), Sgall,
dan unsure - unsurnya dalam situasi Hajicova, dan Panevova (1986), Firbas
wacana tertentu. Dari tiga pengelom- (1964, 1966, 1992), Halliday (1967,
pokan struktur informasi ini terlihat 1985), Prince (1981), Chafe (1976,
bahwa ada keberkaitan antara aspek 1987), Dryer (1996), Lambrecht (1986,
psikologis, pragmatis, dan gramatikal 1987, 1994), dan yang lainnya. Konsep
bahasa. Aspek gramatikal berkaitan dasar dan gagasan teoretis seperti di-
dengan bentuk dan struktur bahasa yang kemukakan oleh Lambrecht (1996) dan
lazim adanya. dipapar-jelaskan lagi oleh van Valin, Jr.,
Lambrecht (1996:6) juga menye- dan Lapolla (2002) dijadikan landasan
butkan bahwa struktur informasi secara teori penelitian ini. Apa itu informasi?
formal-struktural diwujudkan dalam Lambrecht (lihat van Valin, Jr., dan
aspek prosodi, pemarkah gramatikal Lapolla, 2002) mengemukakan bahwa
khusus, bentuk-bentuk unsur sintaksis, ada perbedaan antara: (i) keadaan -
posisi dan urutan konstituen dalam keadaan pragmatis dasar dari masing-
kalimat, bentuk konstruksi gramatikal masing unsur kalimat dalam pikiran
kompleks, dalam dalam pilihan kata pelibat ujaran; dan (ii) hubungan-
tertentu di antara butir-butir leksikal hubungan pragmatis yang terjalin antara
yang berhubungan. Berdasarkan pen- rujukan-rujukan dan proposisi yang di
jelasan ini, struktur informasi ada pada dalamnya mereka memainkan peran
semua tataran pembawa makna dari predikat dan argument. Pertautan relasi-
system gramatikal. Analisis struktur relasi pragmatis itulah yang membuat
informasi terpusat pada perbandingan informasi itu ada.

63
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

Lambrecht, seperti dipaparkan lagi nya dalam konsteks fisik atau hubungan-
oleh van Valin, Jr., dan Lapolla (2002: nya ke sesuatu dalamkonsteks fisik atau
200) mencontohkan, apabila seseorang linguistic, tetapi belum sebagai fokus
berkata It was John that left early ‗ John terakhir kesengajaan; atau (iii) tak aktiv
lah yang berangkat dahulu‘, rujukan (inactive), apabila rujukan tersebut
John mesti telah diketahui oleh pen- dalam memori jangka panjang pen-
dengar; inilah yang telah ada pada pikir- dengar, belum lagi dalam memori jangka
an pendengar. Proposisi ‗seseorang telah -pendeknya.
berangkat dahulu‘ juga mesti telah di- Predikatif FN a lawyer, pada John
ketahui oleh pendengar. Dengan demi- is a lawyer, adalah bukan referensial,
kian, informasi baru yang dibawa oleh sebab bukan merujuk ke satu wujud
ujaran ini yaitu ‗John adalah seseorang tetapi lebih sebagai mencirikan rujukan
yang telah berangkat dahulu‘. Relasi- yang telah diketahui. Rujukan umum,
relasi pragmatis antara informasi tak seperti grapes pada Grapes are good for
lengkap (yakni proposisi terbuka) bahwa you, adalah sesuatu yang bukan khusus
‗seseorang telah berangkat dahulu‘ (apa karena bukan wujud individu. Rujukan
yang disebut praanggapan) dan rujukan umum ditetapkan sebagai rujukan ter-
John (apa yang disebut fokus) itulah tentu yang diambil oleh perwujudan
yang menjadi pokok penting struktur rujukan dalam wacana tertentu yang
informasi. Relasi-relasi pragmatis ini ditentukan oleh berbagai faktor yang
dapat diwujudkan dengan cara yang tercakup dalam konteks keseluruhan, ter-
berbeda dalam struktur informasi sebuah masuk satus pengaktifan, struktur infor-
kalimat. masi, dan faktor khusus bahasa tertentu
Apabila sebuah rujukan diper- seperti strategi kesantunan dan kecende-
kenalkan pertama kali ke dalam wacana, rungan pemakaian elipsis.
rujukan tersebut adalah baru, dan dalam
banyak bahasa ditandai sebagai frasa C. METODE PENELITIAN
nomina (FN) tak terbatas. Rujukan baru Tujuan utama penelitian ini adalah
tersebut dapat juga diperkenalkan seba- mengkaji jenis klausa dan struktur infor-
gai ‗terpaut‘ ke beberapa rujukan tak masi yang ada pada masing-masing jenis
tertentu lainnya, sebagaimana dalam a klausa BM. Data dan pembahasan yang
guy I know from school. Dalam bahasa ada dalam artikel ini didasarkan pada
ini (Inggris), kasus seperti ini mengarah penelitian fundamental yang dilaksana-
ke pemakaian sebagai topic. Kedua jenis kan untuk tahun pertama 2008. Peneli-
rujukan baru tersebut (FN tak terbatas tian ini termasuk ke dalam jenis peneli-
dan topic) dibedakan juga dengan istilah tian deskriptif - kualitatif dan eksplana-
rujukan takterpat, ‗sangat baru‘ dan toris-sinkronis.Data penelitian ini adalah
rujukan terpaut. Apabila rujukan dapat klausa, kalimat, dan ujaran-ujaran BM
diidentifikasikan ke lawan bicara, maka umum, yaitu ragam BM yang dipakai
rujukan tersebut akan berupa salah satu untuk berkomunikasi antar dialek yang
dari tiga keadaan pengaktifan, yaitu: (i) ada di Sumatera Barat. (lihat Nida, 1970;
aktif (active), apabila rujukan itu adalah Samarin, 1966; Jufrizal, 2004).
fokus terakhir kesengajaan; (ii) dapat Ada 28 orang informan utama
dicapai (accessible), jika rujukan ter- penelitian ini (16 orang laki-laki, dan 12
sebut dapat dicapai secara tekstual, situa- orang perempuan yang berasal dari 14
sional, dan inferensial melalui keadaan- kota dan ibu kabupaten dan kecamatan

64
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

(masing - masingnya 2 orang) di Pemerintah AKT-bina masyarakat


Sumatera Barat, yang merupakan daerah kecil
sebaran penutur BM. Kota dan ibu ‗Pemerintah membina masyarakat
kabupaten/ kecamatan yang menjadi kecil‘
daerah asal informan itu adalah: Padang,
(1b) Masarakat ketek di- bina dek
Bukittinggi, Padang Panjang, Parimanan,
pamarentah.
Batusangkar, Payakumbuh, Lubuk
Masyarakat kecil PAS-bina oleh
Basung, Lubuk Sikaping, Simpang
pemerintah
Ampek/ Air Bangih, Solok, Sawahlunto,
‗Masyarakat kecil dibina oleh
Koto Baru/ Sungai Rumbai, Painan, dan
pemerintah‘
Indropuro. Sumber data tulis lain dari
penelitian ini adalah jawaban/ tanggapan (1c) Masarakat ketek ta- bina (dek)
dari responden yang diperoleh melalui pamarentah.
penyebaran angket (kuisioner) yang Masyarakat kecil PAS-bina oleh
disebarkan pada 14 kota/ ibu kabupaten/ pemerintah
kecamatan seperti disebut di atas. Ada ‗Masyarakat kecil terbina oleh
310 orang responden yang memberikan pemerintah‘
jawaban tertulis melalui kuisioner yang
(1d) Masyarakat ketek ba- bina (dek
disebarkan. Dua metode pengumpulan
pamarentah).
data yang digunakan pada penelitian
Masyarakat kecil PAS-bina oleh
untuk tahun pertama ini adalah: (i)
pemerintah
metode linguistik lapangan; dan (ii)
‗Masyarakat kecil dibina oleh
metode kepustakaan. Data dianalisis
pemerintah‘
secara deskriptif - argumentatif berdasar-
kan dan memperhatikan pokok - pokok
Data (1a) di atas adalah klausa BM
teori dan kerangka kerja tipologi
dengan diatesis aktif yang ditandai oleh
linguistik dan linguistik kebudayaan.
pemarkah morfologis ma- pada verba-
nya. Secara gramatikal, rangkaian kons-
D. ANALISIS DATA DAN PEM- truksi klausa seperti yang ditandai
BAHASAN dengan b, c, dan d untuk setiap nomor
Tipologi tataurutan kata klausa data adalah juga konstruksi yang
dasar BM adalah S – V – O. Dikotomi berterima dan lazim adanya dalam BM.
klausa berdiatesis aktif – pasif ada dan Ada tiga pemarkah morfologis pada
jelas pada bahasa bertipologi nominatif- masing-masing klausa yang merupakan
akusatif (bahasa akusatif). Dengan klausa turunan dari klausa dasar yang
demikian, secara teoretis, bahasa daerah ditandai dengan a tersebut, yaitu prefiks
di Sumatera Barat ini mengenal dan di- , ta- , dan ba- . Berdasarkan landasan
membedakan secara gramatikal dan teoretis seperti yang dipaparkan pada
semantis klausa aktif dan pasif. Untuk bagian terdahulu, klausa b, c, dan d yang
itu, dua jenis klausa (aktif dan pasif) merupakan rangkaian lanjutan dari
menjadi bahasan awal tentang jenis-jenis klausa a adalah klausa berdiatesis pasif
klausa dalam BM. Mari dicermati se- dalam BM. Pasif dengan pemarkah di-
rangkaian data berikut ini! membawa makna sengaja dan jenis pasif
yang mementingkan peran pelaku (agen)
(1a) Pamarentah mam-bina masarakat (volitional dan agent-oriented passive).
ketek. Sementara itu, pemasifan (konstruksi

65
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

pasif yang dimarkahi oleh) dengan (39a) di atas tidak berterima secara
prefiks ta- membawa kandungan makna gramatikal apabila dipaksi untuk me-
dan implikasi semantis tak-sengaja dan nerima afiks pada verbanya. Dengan
kurang mementingkan peran pelaku demikian, (2c) berikut ini tidak ber-
(non-volitional and less-oriented agent terima secara gramatikal dalam BM.
passive).
Di samping mengenal klausa aktif (2c) * Rundiang sapatah ambo ma-
dan pasif, BM juga mempunyai kons- nyampai-an.
truksi lain yang kurang tepat disebut
sebagai klausa aktif atau pasif. Untuk Berkenaan dengan verba pada
menelaahnya lebih jauh, terlebih dahulu konstruksi ini mesti hadir tanpa afiks,
mari diperhatikan serangkaian contoh maka untuk memudahkan rujukan
klausa berikut ini! konstruksi seperti (2a) disebut sebagai
konstruksi zero dalam BM. Telaah
(2a) Rundiang sapatah ambo
sejauh ini menunjukkan bahwa adalah
sampaian.
lebih aman secara gramatikal untuk
Rundingan sepatah saya
menyebut dan menetapkan konstruksi
sampaikan
zero BM sebagai konstruksi pen-
‗Rundingan sepatah saya
topikalan, yaitu konstuksi klausa yang
sampaikan‘
melibatkan fungsi-fungsi pragmatis pada
(2b) Ambo ma-nyampai-an rundiang tataran sintaksis.
sapatah. Secara pragmatis, klausa aktif
Saya AKT-sampai-kan rundingan adalah konstruksi gramatikal yang
sepatah mementingkan pelaku (agen) dan si
‗Saya menyampaikan rundingan penutur menghendaki pelaku menjadi
sepatah‘ topik pembicaraan. Akan tetapi, karena
struktur gramatikal klausa tersebut tidak
Konstruksi klausa seperti (2a) di atas bersifat tertanda, melainkan tak tertanda
adalah konsstruksi klausa yang berbeda saja, maka walaupun agen adalah juga
dari dua jenis klausa (aktif dan pasif) topik namun secara keseluruhan tidak
yang telah dibahas sebelum ini. Per- terjadi penyebaran dan kemasan infor-
bedaannya tidak hanya dari segi makna masi yang bersifat istimewa. Semua
tetapi juga diperlihatkan oleh selalu butir-butir informasi pada klausa seperti
tidak hadirnya permarkah morfologis itu tidak mempunyai peran psikologis
apapun pada verbanya. Konstruksi ini dan pragmatis yang mendapat perlakuan
ditandai oleh ketidakhadiran afiks khusus. Struktur informasi pada klausa
apapun sebagai akibat proses gramatikal aktif lebih bersifat ―datar‖ dan ―apa ada-
yang terjadi, yaitu pengedepanan FN nya‖ dari pada ada yang bersifat ter-
yang secara tataurut kata klausa dasar selubung dan atau psikologis-pragmatis.
BM terletak setelah verbanya (seperti Keteridentifikasian dan peng-giatan
yang diperlihatkan oleh (2b), yang pesan atau sebaran informasi pada
secara gramatikal adalah konstruksi klausa aktif tidak memerlukan tafsiran
klausa dasar. Konstruksi yang tidak psikologis-pragmatis khusus. Pembicara
mempunyai pemarkah morfologis pada dan lawan bicara sama-sama berada
verbanya seperti (2a) adalah bentuk yang pada posisi ―menyampaikan‖ dan ―ingin
diturunkan dari (2b). Konstruksi (2a) dan tahu‖ informasi baru secara apa adanya.

66
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

Struktur informasinya tidak memuat Dengan kata lain, kadar orientasi ―ke-
makna yang memerlukan tafsiran khusus objekan - kepasienan‖ konstruksi pen-
di luar butir-butir klausa yang sudah ada topikalan tidak sekuat yang terjadi pada
secara gramatikal. Inilah konstuksi pemasifan
klausa yang paling literal, normal, dan Meskipun pentopikalan dan pe-
memenuhi fungsi informative-deklaratif. masifan sama-sama merupakan kons-
Tidaklah mengherankan jika ahli bahasa, truksi turunan yang bersifat ―keobjekan
terutama yang membahas tataran grama- –kepasienan‖, namun ada perbedaan
tikal, menetapkan bahwa klausa aktif- semantis ―keobjekan‖ dari kedua kons-
deklaratif sebagai klausa dasar pada truksi tersebut. Sifat perilaku keobjekan
bahasa akusatif. Sedangkan bentuk atau kepasienan pada konstruksi pasif
klausa lain dianggap sebagai klausa lebih tinggi. Bahkan kedudukan FN yang
turunan. merupakan objek (pasien) pada klausa
Klausa pasif secara gramatikal dan dasar naik menjadi subjek gramatikal
semantis tidak memberi kesempatan pada konstruksi pasifnya. Ini berarti
―pertama‖ kepada pendengar (lawan bahwa penonjolan objek/pasien sampai
bicara) untuk mengetahui dan mem- menggantikan kedudukan FN subjek
perhatikan pelaku perbuatan. Yang klausa dasarnya. Pada konstruksi pen-
dipentingkan oleh penutur untuk diinfor- topikalan di sisi lain, ―penyembunyian‖
masikan adalah ―tempat jatuh‖ perbuatan peran semantis FN sebagai agen atau
dan apa yang diperbuat. Ihwal kepasien- aktor tidak begitu tinggi. FN yang
an lah yang menjadi tonjolan informasi berkedudukan sebagai relasi gramatikal
pada klausa pasif. Dengan demikian, subjek dan sekaligus merupakan topik
struktur informasi yang dikemas oleh pada klausa dasar hanya berkurang
klausa pasif adalah penekanan pada perannya. Kedudukannya sebagai subjek
perihal hasil atau tempat jatuh perbuatan, gramatikal tidak tergantikan namun
bukan pada pelaku perbuatan tersebut. fungsi pragmatisnya sebagai topik di-
Pentopikalan merupakan kons- gantikan oleh FN yang bukan topik pada
truksi gramatikal yang mempunyai klausa dasar melalui proses gramatikal
struktur informasi berbeda dari kons- pentopikalan.
truksi aktif dan konstruksi pasif.
Sebagaimana halnya pada konstruksi E. SIMPULAN DAN SARAN
pasif, konstruksi pentopikalan membawa Kajian ini kembali menguatkan
makna ―keobjekan‖ atau ―kepasienan‖. temuan sebelumnya (Jufrizal, 2004; dan
Informasi makna yang dikemas oleh Jufrizal dkk., 2006) bahwa BM adalah
konstruksi pentopikalan dalam BM bahasa akusatif secara sintaksis.
menyiratkan ―penyembunyian‖ peran Munculnya asumsi bahwa BM mem-
agen (pelaku perbuatan atau diri punyai klausa ergatif didasarkan atas
penutur) di balik pentopikan unsur kenyataan bahwa keakusatifan BM tidak
klausa yang sebelumnya (pada klausa mutlak sama dengan keaksuatifan dalam
dasar) bukan topik. Pada pentopikalan, bahasa Inggris, misalnya. Adanya klausa
peran subjek gramatikal yang dimiliki konstruksi zero dan klausa intransitif
oleh FN pada klausa dasarnya tidak berpemarkah ba- dalam BM memberi
tergantikan. Hanya saja perannya peluang untuk mendukung asumsi ini.
sebagai topik digantikan oleh FN yang Akan tetapi, pencermatan yang lebih
pada konstruksi dasarnya bukan topik. mendalam terhadap bentuk - bangun

67
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

klausa BM, termasuk konstruksi zero Arka, I Wayan. 2000. ‗Beberapa Aspek
dan klausa bermarkah ba-, tidak men- Intransitif Terpilah pada
dukung kebenaran asumsi ini. Kajian Bahasa Nusantara: Sebuah
lintas-bahasa dan tipologis mendukung Analisis Leksikal-Fungsional‖
dan membuktikan bahwa tipologi grama- dalam Kajian Serba Linguistik
tikal suatu bahasa tidak bersifat mutlak untuk Anton Moeliono Pereksa
dan kaku, melainkan lebih bersifat Bahasa (Bambang Kaswanti
kecenderungan. Telaah stuktur informasi Purwo (editor). Jakarta: Unika
klausa-klausa BM (aktif, pasif, dan pen- Atmajaya dan PT. BPK
topikalan) menunjukkan bahwa klausa Gunung Mulia.
yang berbeda mengemas struktur infor-
masi yang berbeda; ada perbedaan struk- Artawa, I Ketut. 2000. ‘Alternasi
tur informasi yang dibawa/dikemas oleh Diatesis pada Beberapa Bahasa
klausa aktif, pasif, dan pentopikalan. Nusantara‘ dalam Kajian Serba
Temuan penting lain penelitian Linguistik untuk Anton
ini adalah bahwa BM mempunyai tiga Moeliono Pereksa Bahasa
jenis klausa berdasarkan diatesis, yaitu (Bambang Kaswanti Purwo
klausa aktif, pasif, dan pentopikalan. (editor). Jakarta: Unika
Klausa pentopikalan bukan murni Atmajaya dan PT. BPK
bersifat gramatikal, sehingga sulit untuk Gunung Mulia.
menetapkan perihal diatesisnya. Asumsi
bahwa ada perbedaan struktur informasi Artawa, I Ketut. 2005. ‖Tipologi Bahasa
yang dibawa/dikemas oleh klausa aktif, dan Komunikasi Lintas
pasif, dan pentopikalan didukung oleh Budaya‖ (Orasi Ilmiah
bukti-bukti kebahasaan yang cukup kuat. Pengukuhan sebagai Guru
Ini menjadi temuan penting penelitian Besar Linguistik di Fakultas
ini bahwa pada klausa aktif struktur Sastra Universitas Udayana).
informasinya bersifat apa adanya dan Denpasar: Universitas
tidak mempunyai tendensi psikologis Udayana.
dan pragmatis yang berlebihan. Struktur
informasi pada klausa pasif bersifat Blake, Barry J. 1988. ‗Tagalog and
―penyembunyian‖ atau ―penyamaran‖ Manila-Mt. Isa axis‖. La Trobe
peran agen secara jelas. Sedangkan pada Working Papers dalam
konstruksi pentopikalan struktur infor- Linguistics I, halaman: 77 – 90.
masinya bersifat topik dan fokus. Peng-
utamaan informasinya tergantung pada Blake, Barry J. 1990. Relational
fungsi-fungsi pragmatis penutur. Tim Grammar. London: Routledge.
peneliti menyarankan kepada pemerhati
dan peneliti bahasa untuk mencermati Comrie, Bernard. 1983, 1989. Language
temuan dan simpulan penelitian ini dan Universals and Linguistic
dapat menindak-lanjutinya secara kons- Typology. Oxford: Basil
truktif. Blackwell Publisher Limited.

DAFTAR PUSTAKA Dixon, R. W. M. 1994. Ergativity.


Cambridge: Cambridge
University Press.

68
Lingua Didaktika Volume 2 Edisi 4 Tahun 2 Juli 2009

Cambridge: Cambridge
Duranti, Allessandro. 1997. Lingusitic University Press.
Anthropology. Cambridge:
Cambridge University Press. Nida, Eugene A. 1970. Morphology: The
Descriptive Analysis of Word.
Foley, William A. 1997. Ann Arbor: The University of
Anthropological Linguistics. Michigan.
Oxford; Blackwell, Ltd.
Payne, Thomas E. 2002. Describing
Gundel, Jeanette K. 1988. The Role of Morphosyntax: A Guide for
Topic and Comment in Field Linguistics. Cambridge:
Linguistic Theory. New York: Cambridge University Press.
Garland Publishing, Inc.
Samarin, W. J. 1966. Field Linguistics:
Jufrizal. 2004. ―Struktur Argumen dan A Guide to Linguistic Field
Aliansi Gramatikal Bahasa Work. New York: Holt,
Minangkabau‖ (disertasi doktor Rinehart and Winston.
belum terbit). Denpasar:
Program Pascasarjana Shibatani, Masayhosi (editor). 1988.
Universitas Udayana. Passive and Voice.
Amsterdam: John Benjamin
Jufrizal., Zul Amri., dan Refnaldi. 2006. Publishing.
―Pentopikalan dalam Bahasa
Minangkabau dan Kaitannya Siewierska, A. 1984. The Passive: A
dengan Upaya Pembinaan Comparative Linguistic
Sosial-Budaya Masyarakat Analysis. London: Crook Helm.
Minangkabau‖ (laporan
penelitian Belem terbit). Van Valin, Jr., Robert D., dan Lapolla,
Padang: Fakultas Bahasa Sastra Randy J. 2002. Syntax:
dan Seni Universitas Negeri Sentence, Meaning, and
Padang. Function. Cambridge:
Cambridge University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus
Linguistik. (edisi ke-3). Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Lambrecht, Kund. 1996. Information


Structure and Sentence Form:
Topic, Focus, and the Mental
Representations of Discourse
Referents. Cambridge:
Cambridge University Press.
Lyons, John. 1987. Introduction to
Theoretical Linguistics.

69

Anda mungkin juga menyukai