Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN SINTAGMATIK PARADIGMA DALAM KAJIAN

BAHASA
(SYNTAGMATIC AND PARADIGMATIC APPROACH IN THE STUDY
OF LANGUAGE)

Prof. Dr. Zainuddin M.Hum


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

Abstract

This study discusses the syntagmatic and paradigmatic phenomena in language


studies. In other words, this study is a syntagmatic and paradigmatic relation in
language studies. The syntagmatic and paradigmatic relations are based on 2
(two) aspects of language phenomena, namely 1. Intralinguistic aspects and 2.
Extralinguistic aspects. In the intralinguistic aspects of syntagmatic and
paradigmatic relations, language units are analyzed at the phonological,
morphological, and syntactic levels. Whereas in extralinguistic analysis the
syntagmatic and paradigmatic meanings of phonological internal units of the
word (phoneme) and segmentation of morphological units in morphological
processes (morpheme and afix) in syntactic units. In other words, syntagmatic and
paradigmatic ideas (notion) linked to lingual elements or units of language can be
distinguished that in a syntagmatic and paradigmatic process where syntagmatic
relations are horizontal (semantic) meanings. Whereas the paradigmatic relation
is a form relation or vertical relation. With the understanding that the
syntagmatic relationship is the representation relationship (horizontal) and the
inabsentia relationship is the vertical relationship.

Keywords: syntagmatic, paradigmatic, language.

Abstrak

Kajian ini membahas tentang fenomena sintagmatik dan paradigmatic dalam


kajian bahasa. Dengan kata lain kajian ini merupakan relasi sintagmatik dan
paradigmatik dalam kajian bahasa. Relasi sintagmatik dan paradigmatik
berdasarkan pada 2 (dua) aspek fenomena bahasa yaitu 1. Aspek intralinguistik
dan 2. Aspek ekstralinguistik. Pada aspek intralinguistik relasi sintagmatik dan
paradigmatik dianalisis satuan-satuan bahasa pada tataran fonologi, morfologi,
dan sintaksis. Sedangkan pada ekstralinguistik dianalisis makna sintagmatik dan
paradigmatik pada satuan-satuan internal kata secara fonologis (fonem) dan
segmentasi atas satuan morfologis dalam proses morfologis (morfem dan afix)
dalam satuan sintaksis. Dengan kata lain, gagasan (notion) sintagmatik dan
paradigmatik yang ditautkan dengan unsur-unsur atau satuan lingual kebahasaan
dapat dibedakan bahwa dalam proses sintagmatik dan paradigmatik dimana relasi

95
sintagmatik adalah relasi makna (semantik) secara horizontal. Sedangkan relasi
paradigmatik adalah relasi bentuk atau relasi vertikal. Dengan pengertian bahwa
hubungan sintagmatik adalah hubungan inpresentia (horizontal) dan hubungan
inabsentia yaitu hubungan vertikal.
Kata kunci: sintagmatik, paradigmatik, bahasa.

96
1. Pendahuluan kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah
bahasa dalam ilmu linguistik. Kedua, ada
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengertian istilah bahasa dalam arti harafiah.
pengetahuan dan teknologi sebagai indikator Arti itu yang kita temukan dalam ungkapan
perkembangan suatu bangsa, maka bahasa seperti ilmu bahasa (linguistik), seperti
merupakan suatu wahana penyampaian ilmu beberapa bahasa di dunia, bahasa Indonesia,
pengetahuan dan teknologi kepada bahasa Inggris, bahasa Perancis dan lain
masyarakat, juga dapat dipergunakan sebagainya. Dalam pengertian demikian kita
sebagai tolak ukur kecanggihan bahasa dan sebaiknya juga membedakan tiga istilah
pemakainya. Masyarakat yang dapat language, langue dan parole yang
menggunakan bahasa dengan ciri-ciri dipelopori oleh linguist ini Ferdinand de
tertentu dalam pemasyarakatan ilmu Saussure dimana parole dibedakan sebagai
pengetahuan dan teknologi merupakan objek linguistik, langue adalah objek yang
masyarakat modern dan canggih. sedikit lebih abstrak dan yang paling abstrak
Selanjutnya, apabila bahasa yang baik dan adalah langage (lihat Verhaar, 1999: 67).
benar digunakan secara terus-menerus di
dalam pemasyarakatan ilmu pengetahuan 2. Latar Belakang Teoritis
dan teknologi pastilah penggunaan bahasa
yang demikian akan menjalar pengaruhnya Terkait dengan kajian bahasa pada
pada penggunaan bahasa sehari-hari prinsipnya tidak terlepas dari latar belakang
(http://badriyadi.wordpress.com/artikel- teoritis yaitu bagaimana perkembangan
bahasa/bahasa-dan-itek/) suatu pendekatan itu sendiri yang menjadi
dasar pengkajian atau penelitian bahasa.
Berbicara mengenai bahasa berarti Bapak Linguistik Modern, Ferdinand de
berbicara tentang linguistik karena linguistik Saussure (1857-1913) dalam bukunya
objek kajiannya adalah bahasa. Akan tetapi Course de Linguistique Generale, memuat
perlu dipahami ada dua istilah bahasa. beberapa pendekatan dalam kajian bahasa,
Pertama istilah bahasa sering dipakai dalam seperti yang telah dikemukakan pada
arti kiasan seperti dalam ungkapan bahasa pendahuluan dari tulisan ini. Buku tersebut
tari, bahasa alam, bahasa tubuh dan lain sudah diterjemahkan ke dalam berbagai
sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti bahasa, diantaranya dalam bahasa Inggris

97
diterjemahkan oleh Wade Baskin (tahun digunakan daripada sintagmatik dan
1966) dan juga sudah diterjemhakan ke paradigmatic, sebab kedua istilah itu dapat
dalam bahasa Indonesia oleh Rahayu digunakan atau diterapkan pada tataran
Hidayat (tahun 1988). Dalam buku tersebut bahasa, yaitu fonetik fonemik, morfologi
de Saussure membedakan suatu pendekatan sintaksis, juga pada tartan leksikon (dalam
(approach) yaitu hubungan sintagmatik Chaer 2007: 51-51). Menurut Chaer, seorang
dengan paradigmatik di dalam kajian unit- linguis Denmark yakin Louis Hjelmslev,
unit tata bahasa. Menurut de Sausure yang mengganti istilah asosiatif dengan istilah
dimaksud dengan hubungan sintagmatik paradigmatik tidak hanya beraku pada
adalah hubungan yang terdapat diantara tataran morfologi saja, tetapi juga berlaku
unit-unit bahasa secara konkret (in untuk semua tataran bahasa. Misalnya dalam
presentiai). Sedangkan yang dimaksud kalimat Dia membawa istrinya
dengan unit-unit bahasa yaitu hubungan- dibandingkan dengan kalimat Dia mengajak
hubungan yang terdapat diantara satuan- anaknya, maka hubungan kata membawa
satuan bahasa itu, seperti antara fonem yang dan mengajak dan hubungan antara istrinya
satu dengan fonem yang lain maupun antara dan anaknya adalah bersifat paradigmatik.
morfem dengan yang lain disebut
sintagmatik. Jadi sintagmatik sering disebut 3. Pengertian Pendekatan (Approach)
dengan hubungan linear (horizontal) antara
satuan-satuan bahasa atau unit-unit bahasa. Setiap kajian bahasa berdasar suatu
Sedangkan hubunan paradigmatik disebut pendekatan (approach) Hal ini berarti bahwa
juga hubungan vertical, dimana menyangkut tidak ada kajian bahasa yang bebas dari nilai
suatu pendistribusian (mempertukarkan) atau anggapan dasar) Halliday, 1994 dalam
konstituen tertentu dengan konstituen Saragih 2003: 1). Dalam kajian ini disajikan
lainnya dalam unit-unit bahasa. dua konsep atau pendekatan yang mendasar,
John R. Firth (1890-1960), seorang yaitu yang membedakan pendekatan
linguis Inggris, menyebut hubungan sintagmatik dan paradigmatik (syntagmatic
sintagmatik itu dengan istilak struktur, dan and paradigmatic approach) terhadap kajian
hubungan paradigmatik itu dengan istilah bahasa. Pendekatan sintagmatik dan
system. Verhaar (1978) berpendapat istilah paradigmatik mendapat tempat yang sangat
struktur dan system itu lebih tepat untuk penting di dalam ihwal kajian atau penelitian

98
bahasa. Hal ini sengat berpengaruh sejalan hubungan paradigmatik itu dengan istilah
dengan dinamika perkembangan linguistik system, kemudian Verhaar (1978)
sejak de Saussure (1857-1919) yang sependapat dengan Firth istilah struktur dan
dianggap sebagai Bapak linguiatik Modern system itu lebih dominan digunakan atau
(The Father of Modern Lingusitics), dalam diterapkan pada semua tataran bahasa yaitu
perjalanannya buku tersebut diterjemahkan fonetik, fonemik, morfologi dan sintaksis
ke dalam bahasa Ingrris tahun 1966 oleh juga pada tataran leksikon. Untuk lebih
Wase Baskin yang berjudul Course in lanjut perbedaan pandangan tentang istilah
General Linguistics. Gagasan ini kemudian yang dikemukakan oleh beberapa linguis di
memberikan pilihan (warna) baru bagi pakar atas akan diuraikan pada latar belakang
dan praktisi bahasa dalam ihwal kajian teoritis dari kajian ini.
bahasa pada umumnya dan pembelajaran Pengaruh pendekatan hubungan
bahasa pada khususnya. Adapun pandangan sintakmatik dan paradigmatik terhadap
yang dimuat di dalam buku tersebut terdiri kajian abahsa atau pengajaran bahasa
dari beberapa pendekatan dalam kajian membawa konsekuensi logis bagi para
bahasa yakni (1) telaah sinkronik dan peneliti dan para pengajar bahasa dewasa ini
diakronik, (2) perbedaa langue dan parole, dengan beberapa asoek unit linguistic seperti
(3) perbedaan sihnifiant dan signifie, dan (4) yang dinyatakan M. Finocchiaro (1980),
hubungan sintagmatik dan paradigmatik. bentuk-bentuk linguistik yang mencakup
Pendekatan sintagmatik dan kata, frasa, ataupun klausa.
paradigmatik yang dipelopori oleh de Kecenderungan untuk memperhatikan
Saussure itu diperkaya dengan pandangan suatu pendekatan di dalam kajian bahasa
seorang linguis Denmark yakni louis serta pembelajaran bahasa yang
Hjelmslev mengambil alih konsep de dikembangkan oleh de Saussure tidak saja
Saussure tersebut dengan sedikit perubahan menonjol di dalam ihwal pengkajian bahasa
dimana beliau mengganti istilah asosiatif asing atau abahsa kedua, khususnta di dalam
dengan istilah paradigmatik serta pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa
memberinya pengertian yang lebih luas. asing, akan tetapi di negeri kita
Sedangkan John R. Firth (1890-1960), kecenderungan ini juga mempengaruhi
seorang linguis Inggris menyebut hubungan pandangan-pandangan yang mendasari
sintakmatik itu dengan istilah struktur dan beberapa pendekatan atau teori yang

99
relevan. Masalahnya kemudian bagaimana sehingga dapat memberikan manfaat kepada
kecenderungan para peneliti secara tipologi usaha pengembangan pembelajaran bahasa.
menggunakan pendekatan-pendekatan atau
teori tersebut sehingga di dalam penelitian 4. Pembahasan
bahasa serta pembelajaran bahasa benar-
benar menggambarkan suatu fenomena yang 4.1 Pembahasan Relasi Sintagmatik dan
ajek untuk mencapao suatu kompetensi yang Paradigmatik
secara akademis dapat bermanfaat bagi
penelti dan pengguna bahasa. Pada bagian pembahasan ini relasi
Masalah ini tentu saja tidak semudah sintagmatik dan paradigmatik menggunakan
yang di bayangkan karena beberapa alasan pola paradigma yang sederhana dalam
tertentu, seperti kurangnya produktivitas dari kalimat bahasa Inggris dimana pola itu
suatu penelitian yang berhubungan erat menggunakan angka 1 2 3 dan 4 untuk
dengan aspek pendekatan atau teori yang menganalisis kalimat seperti
digunakan di dalam bidang disiplin ilmu contoh di bawah ini:
tertentu. Penulis dalam hal ini berupaya
memberdayakan Kelompok Dosen Bidang 1 2 3 4
Keahlian (KDBK) Linguistik (Disciplinary He will go tomorrow
Field of Lingusitics) di jurusan/program
studi pendidikan dan non-kependidikan Kalimat ini terdiri dari 4 tanda. Tiap tanda
bahasa Inggris FBS-UNIMED untk di atas adalah satu anggota dari kesatuan
melakukan penelitian di dalam ihwal kajian jenis katanya. He adalah anggota dari
bahasa. Dengan demikian akan terbuka kesatuan kata ganti, will dari kata batau, go
ruang yang sangat luas untuk dari kata kerja, tomorrow dari kata
mengembangkan gagasan-gagasan yang keterangan waktu. Setiap anggota kesatuan
dikemukakan disini dalam rangka jenis kata ada tautannya dengan anggota
pengkajian bahasa. Gagasan ini diharapkan lainnya dari kesatuan yang sama, artinya
dapat memberikan alternative bagi KDBK setiap anggota kesatuan bisa menempati
dan pengguna bahasa serta implementasinya posisi pada kalinat di atas. Tautan ini
penerapannya di dalam pengembangan dinamai tautan paradgmatik (paradigmatic
materi perkuliahan (course materials) relationship). Kalimat tadi kalau dinyatakan

100
dengan kesatuan jenis akan dirumuskan
sebagai berikut:

Kt. ganti + kt. kerja bantu + kt. kerja utama + kt. kerengan
(personal pronoun) (modal) (main verb) (adverb)

He will go tomorrow

1. They must write now


2. She shall study next week
3. We can swim next month
4. I could work next year
5. You should walk today
dst. dst. dst. dst.

Tabel di atas hanya memuat lima menghitung jumlah kalimat, karena kejadian
kata untuk setiap jenis kata dan masih (nikmat Tuhan) di dunia tak terhingga.
banyak kata lain yang bisa dimasukkan. Setelah mempelajari dua dikotomi di
Table di atas saja memungknkan atas, kita mempunyai gambaran jelas
terbentuknya sebanyak 5 x 5 x 5 x 5 = 625 mengenai bahasa yang menjadi obyek studi
kalimat, belum lagi dari pola-pola kalimat para linguis. Bahasa ternyata mengandung
lain. Setiap hari kita berbicara dengan hal-hal yang bisa diamati yaitu paroleI, dan
mempergunakan berbagai pola kalimat. Jadi juga yang mendasarinya yaitu langue. Dan
kesimpulannya: dengan adanya tatan karena tautan sintagmatik dan paradigmatik
sintagmatik dan paradigmatik kita bisa maka bahasa menjadi suatu yang sangat
membuat sejumlah kalimat yang tak produktif dan tak terhingga (hasil penelitian
terhingga. Kita tidak akan pernah bisa Alwasilah: 1990, 74-75). Pertanyaan kita

101
sekarang apa manfaat kajian bahasa terhadap di atas, Jakobson muncul dengan istilah
perkembangan ilmu bahasa? (linguistik). “Axis” (poros) yang artinya hubungan. Dua
Kajian bahasa sangat bermanfaat untuk poros tersebut adalah poros sintagmatik dan
mengungkapkan bahasa sebagai suatu poros paradigmatik. Dapat dikatakan bahwa
system lingual dan bahasa berperan sebagai poros sintagmatik merupakan poros
ala komunikasi. System lingual atau struktur horizontal, sedangkan poros paradigmatik
internal/eksternal memiliki pola-pola merupaka poros vertical. Kita bisa
penggunaan bahasa (use abd usage) dalam memberikan penjelasan ini dengan gambar
konteks social budaya. berikut ini:
Hubungan sintagmatik adalah
hubungan antara unsur-unsur yang terdapat y
dalam suatu tuturan, yang tersusun secara
berurutan. Menurut Kridalaksana, hubungan x
sintagmatik ini bersifat linear. Misalnya S P O
dalam kalimat “Saya menulis artikel”,
terdapat hubungan sintagmatik antara saya,
menulis dan artikel dalam pola kalimat SPO
(Subyek – Predikat – Obyek). Keterangan
Sedangkan hubungan paradigmatik,
menurut Kridaklasana, merupakan hubungan
antara unsur-unsur bahasa dalam tataran
tertentu dengan unsur-unsurlain di luar X : poros sintagmatik
tataran itu yang dapat dipertukarkan. Dalam
kalimat di atas “Saya menulis artikel” kata Y : poros paradigmatik
“Saya” dapat dipertukarkan dengan kalimat
sejenis. Karena unsur kata “Saya” De Saussure memperjelas
merupakan kata benda dan hidup (animate) gagasannya dengan memberi analogi sebuah
yang berfungsi sebagai subyek dalam tiang bangunan. Tiang itu berhubungan satu
kalimat tersebut, maka kata “saya” dapat sama lain dan dengan bagian lain dari
dipertukarkan dengan kata “adik”, “Budi”, bangunan (secara sintagmatik) dan
atau “Orang” itu. Senada dengan pemaham berhubungan dengan jenis tiang lain yang

102
bisa saja dipergunakan atau dipertukarkan yang dapat mengisi slot/fungsi sintaksis.
(paradigmatik). Pemahaman tersebut bisa Lihat Cruse (2004: 145), relasi paradigmatik
diterapkan dalam contoh berikut ini: merupakan relasi makna denga fungsi
Menurut Trully (2011). sintaksis dari sebuah kata, kelompok kata
atau kalimat. Sementara itu, Rahyono (2011:
Paradig Paradig Paradig -------- 20) berpendapat bahwa relasi paradigmatik
matik matik matik adalah relasi antarkata yang memiliki
(vertikal (vertikal (vertikal kemungkinan untuk menduduki posisi yang
) ) ) sama dalam struktur kalimat. Relasi
paradigmatik disebut juga relasi vertikal.
Saya Menulis Artikel Sintagmat Relasi ini mensyaratkan bahwa istilah
ik pengganti yang digunakan harus berterima
(Horisont secara gramatikal.
al)
Contoh :

Ibu membac Surat Sintagmat Andi pergi ke kampus

a ik S P Keterangan tempat.
(Horisont
Rumpang subjek (S) pada kalimat di atas
al)
dapat digantikan dengan nama orang lain,
misalnya Budi, Anto, atau Tuti.
Orang membeli buku Sintagmat
itu ik Budi pergi ke kampus berterima
(horisonta
Pulpen pergi ke kampus tidak
l)
berterima

Rumpang S tidak dapat digantikan dengan


4.2 Pembahasan Analisis Relasi
nama benda mati atau hewan karena kalimat
Makna Paradigmatik dan Relasi
itu menajdi tidak berterima.
Makna Sintagmatik
Relasi sintagmatik adalah relasi
Relasi makna terdiri dari dua aspek,
makna dalam satu frasa atau kalimat. Relasi
yakni makna paradigmatik dan sintagmatik.
ini merupakan relasi antarunit sintaksis
Relasi paradigmatik adalah relasi makna

103
dalam satu kalimat yang menunjukkan unit morfologis dalam proses internal kata yaitu
sintkasis yang berterima di dalam kalimat. satuan morfem dan afiks dan susunan kata
Relasi ini disebut relasi horizontal. dalam satuan sintaksis. Berikut disajikan
pembahasan dari kedua aspek:
Contoh :
4.2.1 Relasi Sintagmatik dan
Andi pergi ke kampus = berterima
Paradigmatik Pada Tataran
Pergi ke kamis, Andi = kalimat inversi, Fonologi
masih berterima
F.de Saussure (1857-1913)
Kampus ke pergi Andu = tidak berterima. membedakan adanya dua macam hubungan
Kata ‘ke’ memiliki ketertarikan susunan dalam kajian bahasa, yaitu hubungan
dengan kata tempat ‘kampus’ sehingga sintagmatik dan hubungan paradigmatik.
urutannya tidak dapat dibolak balik. Yang dimaksud dengan hubungan

Berikut ini akan diuraikan pembahasan sintagmatik adalah hubungan antar unsur-

tentang system sintagmatik dan unsur yang terdaoat dalam suatu tuturan,

paradigmatik yang meliputi kedua bahasa yang tersusun secara berurutan, bersifat

(bahasa Indonesia dan bahasa Inggris). linear. Menurut Chaer (2007:349) hubungan

Pada bagian ini akan dibahas, relasi sintagmatik pada tataran fonologi tampak

sintagmatik (syntagmatic and paradigmatic pada urutan fonem-fonem pada sebuah kata

telations). Dengan kata lain, uraian yang tidak dapat diubah tanpa merusak

pembahasan didasarkan pada tautan makna kata itu. Umpamanya pada kata kita

sintintagmatik dan paradigmatik pada dua terdapat hubungan fonem-fonem dengan

aspek utama, yaitu (1) aspek intra linguistic urutan /k, i, t, a/. Apabila urutannya diubah,

dan (2) aspek ektstra linguistik. Dalam aspek maka secara semnatis maknanya akan

intra linguistik hubungan sintagmatik dan berubag atau tidak bermakna sama sekali.

paradigmatik dianalisis satuan-satuan bahasa Contoh pada bagan berikut:

pada tataran fonologi, morfolofi, dan k i t a


sintaksis. Sedangkan pada aspek semantik
k i a t
dianalisis makna sintagmatik dan
paradigmatik pada sataun-satuan fonologis, k a t i
yaitu fonem dan segmentasi atas satuan

104
k a i t ‘horizontal’ relationship between linguistic
elements forming linear sequences, e.g in
i k a t
the sentences Come quickly there is
Hubungan paradigmatik pada tataran syntagmatic relationship between the words
fonologi tampak pada contoh antara bunyi come and quickly and on a different level
/r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada between the phonemes /k/, /˄ / and /m/ in
kata rata, kata, bata, mata dan data. Contoh the word /k ˄m/
pada bagan berikut, Chaer (2007:350): abcparadigmatik. Hubungan paradigmatik

Rata pada tataran fonologi juga tampak pada


contoh lain antara bunyi /t/, /d/ /s/, dan /l/
yang terdapat pada kata tahu, dagu, susu dan
Kata laju. Contoh pada bahan berikut:

Tahu

Bata

Dagu

Mata

Data

Dari uraian di atas ada hubungan Susu


paradigmatik pada tataran fonemik dapat
dianalisis dimana fonem /r/ dalam kata rata
mempunyai hubungan paradigmatik dengan Laju

fonem yang dapt dipertukarkan dengan Dari data yang diuraikan di atas
fungsi lainnya seerti fonem /b/ pada kata hubungan paradigmatik pada tataran
bata, fonem /m/ pada kata mata dan fonem fonemik dapat dianalisis dimana fonem /t/
/d/ pada kata data. dalam kata tahu mempunyai hubungan

Hartman dan Stork (1972:231) paradigmatik (in absentia) dengan fonem


menyatakan bahwa syntagmatic is The yang dapat dipertukarkan dengan fungsi

105
sejenis lainnya seerti fonem /d/, pada kata suatu kata yang bersifat hubungan in
dagu, fonem /s/ pada kata susu, dan fonem absentia. Artinya dapat dipetukarkan
/l/ pada kata laju. Sedangkan hubungan (morfem me di abc pe te), rawat-
sintagmatik terdapat hubungan (in presentia) *me, rawat-*di, rawat-*pe, dan rawat-*te,
diantara urutan fonem-fonem /t, a, h, u/ pada sama sekali tidak mempunyai hubungan
kata tahu. makna secara paradigmatik. Kridalaksana
(2002:172) menyatakan paradigmatic
4.2.2 Relasi Sintagmatik dan
(paradigmatic) adalah unsur-unsur bahasa
Paradigmatik pada Tataran
dalam tataran tertetntu dalam unsur-unsur
Morfologi
lain diluar tataran itu yang dapat
Chaer (2007: 350) menyatakan dipertukarkan. Sedangkan secara hubungan
hubungan paradigmatik pada tataran sintagmatik adalah hubungan antara unsur-
morfologi tampak pada contoh antara prefiks unsur yang terdapat dalam suatu tuturan
me-, di-. pe-, yang terdapat pada kata-kata yang tersusun secara berurutan (bersifat
merawat, dirawat, dan terawat, seperti linear) antara morfem me- di-, dan te-
tampak pada bagan berikut: dengan satuan tuturan kata rawat,

Me rawat Kridalaksana (2002:223) menyatakan


sintagmatis (syntagmatic) tentang hubungan
linear antara unsur-unsur bahasa dalam
Di rawat tataran tertentu. Hubungan

paradigmatik pada tataran morfologi yang


bersifat hubungan in absentia dapat juga
Pe rawat
direalisasikan dengan hubungan beberapa
urutan morfem-morfem seperti morfem me-,
Te rawat di-, pe-, yang bisa dilekatkan pada kata
leksikan morfem ‘rasa’ dalam formasi kata
Dari contoh di atas dapat dianalisis
sebagai berikut:
secara morfologis bahwa hubungan
paradigmatik pada tataran morfologi antara me- : merasa
prefiks me-, di-, pe-, dan te- merupakan
di- : dirasa
hubungan urutan morfem-morfem pada
te- : terasa

106
pe- : perasa (2007:7) memberikan hubungan bentuk
sistematik atau paradigmatik in terms of sets
Morfem me- pada kata ‘merasa’
of English words:
mempunyai hubungan paradigmatik dengan
morfem di-, te-, dan pe-. Dengan pengertian a. Buy b. Buyer
bahwa morfem me- dapat dipertukarkan Eat eater
posisinya dengan morfem di-, te-, dan pe- Paint painter
yang terdapat pada kata rasa. Secara Sell seller
semantik mempunyai makna gramatikal Send sender
yang berbeda, me-rasa berarti hubungan
Dari data di atas dapat dianalisis
dengan subjek yang melakukan pekerjaan
bahwa pada bagian a (disebelah kiri)
merasa dimana me- adalah morfem verbal
merupahakan hubungan paradigmatik yang
aktif. Sedangkan di-rasa dimana di- adalah
bersifat vertikal diantara unsur-unsur
morfem nomina atau sebagai subjek. Secara
leksikal morfem yang dapat dipertukarkan
keseluruhan morfem verbal (verbal
secara in absentia, sedangkan bagian b
morpheme) pada kata rasa disebut morfem
(disebelah kanan) merupakan hubungan
leksikal (lexical morpheme) atau dengan
sintagmatik secara linier (horizontal) antara
kata lain disebut morfem bebas, sedangkan
unsur-unsur bagian a dan b, dalam ihwal
morfem di-, te-p, dan pe- adalah morfem
formasi kata dengan morfem terikat (bound
afiks (morfem terikat
morpheme) –er sebagai gramatikal morfem
atau bound morpheme). Booij (2007:8-9) yang bermaksan nomina.
dalam sudut pandang paradigmatik dan
4.2.3 Relasi Sintagmatik dan
sintakmatik morfologi menyatakan buy and
Paradigamtik pada Tataran
–er mempunyai hubungan sintagmatik (have
Sintaksis
a syntagmatic relationship) yaitu the noun
bayer consist og two morphemes yakni Hubungan paradigmatik pada tataran

verbail morpheme buy is called a free or sintaksis dapat dianalisis antara kata-kata

lexical morpheme, because it can occur as a yang menduduki fungsi subjek, predikat dan

word by itself,whereas-er is an afiix (hence objek, sebagai berikut:

a bound morpheme that cannot function as a Anton membeli sepatu


word on its own). Selanjutnya Booji

107
Dia memakai baju m

a Ibu memasak nasi

Siti membuat kue t

Ibu memasak nasi k

Dari data diatas selanjutnya dapat


digambarkan hubungan sintagmatik dan
paradigmatik sebagai berikut:
Pada tataran sintaksis dari data diatas
urutan kata dalam kalimat tersebut,
merupakan hubungan sintagmatik dan
hubungan paradigmatik antara tiap satuan
(bentuk) seperti yang tampak diatas dapat
dipertukarkan dengan masing-masing satuan
tersebut. Dengan kata lain dapat dianalisis
dengan memberikan pilihan (konstituen-
Sintagmatik
konstituen) dengan konstituen lainnya yang
(in presentia) dapat dipertukarkan pada posisi masing-
masing satuan secara keseluruhan sehingga
p
bentuk in absentia dan bentuk in presentia
a
dapat berfungsi dan bermakna secara
r Anton membeli hubungan tersebut. Seperti “Anton” yang
sepatu menduduki subjek dalam hubungan in
absentia merupakan fenomena yang data
a
dipertukarkan dengan pilihan posisi subjek
d Dia memakai baju yang sejenis nomina lainnya pada posisi

i (in absentia) yang sama (forms which might occpthype


same particular palce in a structure) yaitu
g Siti membuat kue
(“Dia”, “Siti”, dan “Ibu”). Sedangkan secara

108
kontras (In contrast) secara hubungan in *why
presentia dalam kalimat tersebut dimana *rested
urutan kata seperti membeli sepatu;
the heaven (and the eart)
memakai baju; membuat kue;
memasak nasi, masing-masing heavens

menduduki fungsi predikat dan objek. Dari uraian di atas dapat dianalisis
Sehingga secara semantic masing-masing bahwa dua dimensi menunjukkan adanya
kalimat mempunyai makna yang berbeda hubungan satuan-satuan secara lintas
pula. sintagmatik dan paradigmatik, dimana di

Haspelmath (2002: 165) menyatakan dalam tanda kurung, secara bebas memilih

syntagmantic relation are between units that satuan-satuan linguistik dan tanda asteris (*)

(potentially) follow each other in speech. menunjukkan satuan-satuan yang tidak

And paradigmatic relations are between berterima. Menurut Haspelmath pola yang

units that could (potentially) occur in the diciptakan di atas merupakan suatu pola

same slot. This two dimensions are dengan cara lebih praktis menjadikan pilihan

illustrated in the hotizontal dimension shows satuan-satuan linguistik (optionally

syntagmatically related units, and the occurring linguistic units) secara dimensi

vertical dimension horizontal dan vertikal. Booji (2007:8)


menyatakan hubungan sintagmatik dan
paradigmatik dalam bentuk frase (phrase)
shows paradigmatically related units. sbb: We distinguish these two different
perspektives on language because language
In the beginning God
units exhibit
created

{*not}
syntagmatic and paradigmatic relationship.
*Ø Allah made
They have a syntagmatic relationship when
He they are combined into a larger linguistic
*create unit. For instance, the words the and book
have a syntagmatic relationship in the
phrase the book. In contrast, the determiners

109
a and the are paradigmatically related:
They belong to the set of determiners of Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Linguistik
Suatu Pengantar. Bandung:
English, and can both accour at the
Angkasa. Booji, Geert. 2007. The
beginning of a noun phrase, but never Grammar of Word. An Introduction
to Morphology Second Edition.
together: *the a book. Hence, they belong to
United
the paradigm of determiners of English. State: Oxford University Press.

Dari rujukan di atas menyatakan Booji, Geert. 2007. The Grammar of Word.
An Introduction to Morphology
bahwa hubungan sintagmatik dan Second Edition. United State: Oxford
paradigmatik merupakan dua perspektif University Press.
yang berbeda terhadap satuan-satuan bahasa Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.
dalam bentuk frase the book dimana a dan Jakarta: Rineke Cipta.
the adalah dua artikel dalam bahasa Inggris Chaer, Abdul. 2007. Kajian bahasa.
dan kedua-duanya dapat digunakan pada Struktur
Internal, Pemakaian dan
awal frase nomina (noun phrase). Akan Pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta.
tetapi tidak bisa bersamaan muncul pada Chandler Daniel. 1994. Semiotics for
Beginning [web document] URL
awal noun phrase *the a book. http:
www//.aber.ac.uk/media/Document/S
5. Penutup 4B/ Accessed28/5/20].

Tautan system sintagmatik dan Chandler, Daniel. 1994. Semiotics for


paradigmatik dalam kajian bahasa Beginning [web document] URL
http://.aber.ac.uk/media/Document/S
memungkinkan terbentuknya pola-pola $B/Accesses28/5/20].
kalimat yang bervariasi. Dengan kata lain
Cruse, D. Alan. 2004. Meaning in
system lingual atau struktur internal dan Language:
An Introduction to Semantics and
eksternal bahasa dengan pola-pola Pragmatics. Oxford: Oxford
yang mendasar. Dalam hal ini kajian University Press.

tersebut tidak hanya berlaku pada tataran


Finch, Geoffrey. 2003. How to Study
morfologi (struktur kata) saja tetapi bisa Linguistics: A Guide to
juga berlaku untuk semua tataran bahasa Understanding Language. New
York: Palgrape Macmillan.
(seperti fonologi) dan sintaksis.
Finachiarro, M. 1980. Developing
Daftar Pustaka Communicate Competence “A TEFL

110
Autology. Washington D.C:
International Communcation Agency.

Hartman, R.R.K and F.C. Stork. 1972.


Dictionary of Language and
Linguistics. London: Applied science
Publisher.

Haspelmath, Martin. 2002. Understanding


Morphology. London: Arnold.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus


Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Rahyono, F.X. 2011. Studi Makna. Jakarta:


Penaku.

Saragih, Amrin. 2003. Bahasa Dalam


Konteks Sosial. Fakultas bahasa dan
Seni-Unimed, Unpublished.

Saussure, Ferdinand, de. 1966. Course in


General Linguistics (terjemahan
Wade Baskin). New York.: Mc.
Graw-Hill Book Company.

Verhaar, J.W.M. 1978. Pengantar Linguistic


Jilid I / J.W.M Verhaar. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

http://iwardany.wordpress.com/2016/04/08/r
elasi-makna-paradigmatik-dan-relasi-
makna-sintagmatik/ (akses: 30 april
2017)
https://badriyadi.ordpress.com/artikel-
bahasa/bahasa-dan-iptek/ (akses: 1
Mei 2017)

111

Anda mungkin juga menyukai