Anda di halaman 1dari 3

Nama : Prabawati Nurhabibah

NIM : 0201622009

Pertemuan ke-5
Belajar daring mandiri
Bukalah geogle dan temukan referensi ttg teori bahasa Ferdinand de Saussure!
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Kemukakan pokok-pokok teori bahasa Ferdinand de Sausure!
2. Sebutkan keunggulan dan kelemahan teori bahasa Ferdinand de Saussure!
3. Bagaimanakah penerapan teori bahasa Ferdinand de Saussure dalam bahasa Indonesia!
4. Sebutkan buku-buku linguistik Indonesia yg menerapkan teori bahasa Ferdinand de
Saussure!

Jawaban
1. Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli bahasa Swiss yang menempatkan
dasar bagi pendekatan dan kemajuan ilmu bahasa pada abad ke-20. Bahasa dipandang
oleh Saussure sebagai sistem tanda yang dapat menyampaikan dan mengekspresikan ide
serta gagasan dengan lebih baik dibanding sistem lainnya. Bahasa merupakan suatu sistem
atau struktur yang tertata dengan cara tertentu, dan bisa menjadi tidak bermakna jika
terlepas dari stuktur yang terkait. Beberapa pokok teori bahasa yang dikemukakan oleh
Saussure antara lain:
A. Signifiant dan Signifie
Konsep pertama adalah signifiant dan signifie yang menurut Saussure merupakan
komponen pembentuk tanda dan tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama
lain. Signifiant, atau disebut juga signifier, merupakan hal-hal yang tertangkap oleh pikiran
kita seperti citra bunyi, gambaran visual, dan lain sebagainya. Sedangkan signifie, atau yang
disebut juga sebagai signified, merupakan makna atau kesan yang ada dalam pikiran kita
terhadap apa yang tertangkap.
Jika ditinjau dari segi linguistik yang merupakan dasar dari konsep semiologi Saussure,
perumpamaannya bisa dianalogikan dengan kata dan benda “pintu”. Pintu
secara signifiant merupakan komponen dari kumpulan huruf yaitu p-i-n-t-u, sedangkan
secara signifie dapat dipahami sebagai sesuatu yang menghubungkan satu ruang dengan ruang
lain. Kombinasi dari signifiant dan signifie ini yang kemudian membentuk tanda atas “pintu”,
bukan sekedar benda mati yang digunakan oleh manusia.
B. Langue dan Parole
Konsep kedua adalah aspek dalam bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua
yaitu langue dan parole. Langue adalah sistem bahasa dan sistem abstrak yang digunakan
secara kolektif seolah disepakati bersama oleh semua pengguna bahasa, serta menjadi panduan
dalam praktik berbahasa dalam suatu masyarakat.Sedangkan parole adalah praktik berbahasa
dan bentuk ujaran individu dalam masyarakat pada satu waktu atau saat tertentu.
Saussure menjelaskan bahwa langue bisa dikatakan sebagai fakta sosial dan menjadi
acuan masyarakat dalam berbahasa, yang juga berperan sebagai sistem yang menetapkan
hubungan antara signifiant dan signifie. Langue yang direalisasikan dan diterapkan oleh
individu dalam masyarakat sebagai wujud ucapan bahasa ini kemudian disebut sebagai parole.
Parole satu individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda-beda karena realisasi dan
penerapannya bisa beragam satu sama lain.
C. Synchronic dan Diachronic
Konsep yang ketiga mengenai telaah bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua,
yaitu synchronic dan diachronic. Synchronic merupakan telaah bahasa yang mana
mempelajari bahasa dalam satu kurun waktu tertentu, sedangkan diachronic mempelajari
bahasa secara terus menerus atau sepanjang masa selama bahasa tersebut masih digunakan.
Synchronic seringkali disebut sebagai studi linguistik deskriptif, karena kajian
didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
bahasa apa yang digunakan pada suatu masa tertentu. Sedangkan diachronic lebih bersifat pada
studi historis dan komparatif, karena bertujuan untuk mengetahui sejarah, perubahan, dan
perkembangan struktural suatu bahasa pada masa yang tak terbatas.
D. Syntagmatic dan Associative / Paradigmatic
Konsep semiologi Saussure yang terakhir adalah konsep mengenai hubungan antar unsur
yang dibagi menjadi syntagmatic dan associative atau paradigmatic. Syntagmatic menjelaskan
hubungan antar unsur dalam konsep linguistik yang bersifat teratur dan tersusun dengan
beraturan. Sedangkan, associative/paradigmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam
suatu tuturan yang tidak terdapat pada tuturan lain yang bersangkutan, yang mana terlihat
nampak dalam bahasa namun tidak muncul dalam susunan kalimat.
Hubungan syntagmatic dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di
kalimat yang kita gunakan sehari-hari, termasuk kalimat bahasa Indonesia. Jika kalimat
tersebut memiliki hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan makna dan hubungan
pada kalimat yang sama pada setiap kata di dalamnya. Sedangkan
hubungan paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada satu kalimat
dengan kalimat lainnya, yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika melihat satu kalimat
saja.
Kita tentu sudah sering mendapatkan pelajaran bahasa Indonesia yang membahas unsur-
unsur dalam kalimat berupa subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK); namun pada
kenyataannya tidak semua kalimat selalu memiliki unsur-unsur tersebut, bukan? Kajian
semiologi menyatakan jika sebuah kalimat memiliki unsur SPOK yang lengkap dan memiliki
kesatuan arti dari gabungan unsur tersebut sehingga tidak bisa digantikan dengan unsur lain
karena dapat merubah makna, maka kalimat tersebut memiliki hubungan syntagmatig.
Dan sebaliknya, jika sebuah kalimat tidak memiliki susunan SPOK lengkap dan salah
satu unsurnya dapat diganti dengan kata lain tanpa merubah makna, maka kalimat tersebut
memiliki hubungan paradigmatic.
2. Keunggulan dan Kelemahan teori bahasa Ferdinand de Saussure yaitu:
a. Keunggulan
1) aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem,
2) metode drillandpractice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan,
3) kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyrakat
awam,
4) level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat, dan
5) berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.

b. Kelemahan
1) bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas,
2) metode drill and practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat
menjemukan,
3) proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan
mekanis padahal manusia bukan mesin,
4) kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa
benar jika dianggap umum,
5) faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa, dan
6) objek kajian terbatas sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif.

3. Teori bahasa Ferdinand de Saussure dapat diterapkan dalam bahasa Indonesia dengan
memperhatikan konsep langue dan parole. Langue merujuk pada sistem bahasa dan
sistem abstrak yang digunakan secara kolektif seolah disepakati bersama oleh semua
pengguna bahasa, serta menjadi panduan dalam praktik berbahasa dalam suatu
masyarakat. Sedangkan parole adalah praktik berbahasa dan bentuk ujaran individu dalam
masyarakat pada satu waktu atau saat tertentu. Selain itu, konsep signifiant dan signifie
juga dapat diterapkan dalam analisis tanda bahasa dalam bahasa Indonesia. Dalam
perkembangan bahasa Indonesia, peran aliran struktural Ferdinand de Saussure adalah
adanya pembakuan dalam penulisan ejaan, tanda baca, tata penulisan kalimat, dan struktur
bahasa Indonesia baku.

4. Terdapat beberapa buku tentang teori bahasa Ferdinand de Saussure yang tersedia
di Indonesia, antara lain "Kuliah Umum Linguistik" karya Ferdinand De Saussure,
diterbitkan oleh Ircisod pada tahun 2021. Selain itu, terdapat buku "Kajian Linguistik"
karya Harimurti Kridalaksana yang membahas tentang bagaimana seorang peneliti bahasa
menanggapi perdebatan dalam teori sintaksis selama ini dengan teori yang berkembang di
Indonesia. Buku "Teori Kebahasaan dan Pembelajarannya" karya Suhardi dan Siti Nurul
Azkiyah juga membahas tentang teori bahasa Ferdinand de Saussure. Meskipun tidak
secara khusus membahas teori bahasa Ferdinand de Saussure, buku-buku tersebut dapat
menjadi referensi dalam mempelajari teori bahasa tersebut. Selain itu, buku "Course in
General Linguistics" karya Ferdinand de Saussure juga tersedia dalam bahasa Inggris.

Anda mungkin juga menyukai